Anda di halaman 1dari 11

TEORI KONSELING KELOMPOK DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN
PSIKOANALISIS
Siti Nuraeni
1500886
A. Pengantar Teori Psikoanalisis

Teori Psikoanalisis Posisi Konseptual Teoritis bersifat murni. Teori psikoanalisis dipelopori oleh
Sigmund Freud. Bapak psikoanalisis itu dilahirkan di Moravia pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di
pada tanggal 23 September 1939. Orientasi Teori.Teori Psikoanalisis berorientasi pada teknik, hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Gunarsa (1996) bahwasannya Freud menggunakan teknik hipnosis
untuk menangani pasiennya, tetapi ternyata tidak dapat digunakan pada semua pasien.
Dalam perkembangannya, freud menggunakann teknik asosiasi bebas yang kemudian menjadi dasar teori
psikoanalisis. Teknik ini ditemukan ketika freud melihat beberapa psiennya tidak dapat dihipnotis atau tidak
memberi tanggapan terhadap sugesti atau pertanayaan yang mengungkap permasalahan klien. Dengan
demikian teori psikoanalisis berorientasi pada teknik.
1. Perkembangan dan Pengembangan Teori Psikoanalisi

Tahun Pengembang dan Perkembangan


1986 Tori Psikoanalisis mulai berkembang, salah satu ilmuan yaang tertarik yaitu Freud.

1900 Freud menyelesaikan karyanya yaitu The Interpretation of Dreams

1902 Freud menulis beberapa karya yang memperkokoh dasar psikoanalisis.

1902 Freud, Alfred Adler, Wilhelm Sterker, Max Kahanedan Rudolf Reitler membentuk
Wednesday Psicologycal Society dengan Freud sebagai pemimpin diskusi.

1910 Internasional Psicoanalytic Association didirikan dengan Carl Gustav Jung sebagai
ketuanya.
1. Rumusan Teori
Pendekatan psikoanalisis menitik beratkan pada kesadaran dan ketidaksadaran individu serta memandang
kepribadian manusia tersusun atas tiga sistem yang terpisah fungsinya antara satu dan yang lainnya, tetapi tetap
saling mempengaruhi ketiga sistem itu dikenal sebagai id,ego, dan superego (Lubis, 2013). Kesadaran dan
ketidaksadaran adalah bagian konsep terpenting yang dikemukakan oleh Freud.
Perkembangan Teori dan Perilaku Normal

Wiramiharja (2015, hlm. 26) juga mengemukakan bahwa pendekatakan psikoanalitik memberikan tekanan
pada dorongan-dorongan dasar bersifat naluriah dan tidak disadari terutama dorongan seks sebagai
penyebab utama terjadinya perilaku, termasuk perilaku yang menyimpang atau gangguan jiwa. Wiramiharja
(2015, hlm. 26) juga berpandangan bahwa perilaku tidak normal disebabkan oleh perkembangan salah satu
dan penggunaan defense mechanism yang berlebihan dalam menanggulangi kecemasan.

perilaku normal atau mental yang sehat dalam pandangan psikoanalitis merupakan kondisi individu dimana
ia dapat menyalurkan dorongan-dorongan dasar dalam batas-batas yang sesuai dengan norma agama dan
budaya yang berlaku di Masyarakat, seperti yang dikemukakan oleh Wiramiharja (2015, hlm. 26) bahwa:
Dalam pandangan ini kesehatan mental dipandang sebagai kondisi yang memungkinkan individual mampu
untuk meredakan dan menyalurkan dan meredakan dorongan-dorongan dasar ini dalam batas-batas yang
diajukan atau diminta masyarakat atau society dalam agama dan budaya.
Tujuan Konseling
Tujuan konseling adalah untuk menata kembali struktur watak dan kepribadian konseli. Tujuan itu
dicapai dengan membuat konflik-konflik yang tidak disadari menjadi disadari dan dengan menguji dan
menjajaki materi yang bersifat intrapsikis itu. Secara khusus, kelompok psikoanalisis memerankan kembali
keluarga asli secara simbolik melalui kelompok, sehiungga latar belakang historis dari kehidupan setiap
anggota pada masa lalu terulang kembali dalam kehadirannya di kelompok itu (Corey, 2012, hlm.126-
127).
Kondisi Perubahan Perilaku
Konseling kelompok dengan psikoanalisis menekankan bantuan pada individu dalam suasana
kelompok untuk merekonstruksi pribadi individu yang bersangkutan dalam menemukan kembali dirinya
yang bersangkutan (Natawidjaja, 2009, hlm.180). Proses konseling terpusat pada menciptakan kembali,
menganalisis, mendiskusikan dan menafsirkan pengalaman masa lampai dan menangani (working
through) pertahanan diri dan resistensi berkembang pada tahap ketidaksadaran (Natawidjaya, 2009,
hlm.180).
Teknik Konseling :

1. Asosiasi Bebas

2. Penafsiran

3. Analsis Mimpi

1. Wawasan dan Penanganan


Peran Pemimpin dalam Kelompok

peran pemimpin dalam kelompok dalam pendekatan psikoanalisis berdasarkan yang


dikemukakan oleh Sturupp (dalam Corey, 2012, hlm. 136) yaitu:

1) Memberikan dukungan atau perhatian, ketika dukungan atau perhatian merupakan terapi dan
kelompok tidak memberikannya.

2) Membantu anggota untuk menghadapi dan berdamai dengan resistensi di dalam diri mereka
sendiri dan dalam kelompok secara keseluruhan.

3) Membantu anggota untuk mendapatkan kesadaran akan aspek halus perilaku melalui
pertanyaan dan interpretasi.
Peran Anggota dalam Kelompok

Dalam proses konseling dengan suasana kelompok, anggota kelompok memiliki berbagai peranan untuk
kelancaran proses konseling, diantaranya (Natawidjaja, 2009, hlm.190-194):

1) Mengungkapkan kesan pertamanya ketika bertemu anggota lain dalam kelompok dan menerima
penilaian anggota lain tentang dirinya.

2) Konseli secara aktif mengembangkan pemahamannya untuk menafsirkan sesuatu yang bermakna.

3) Menganalisis mimpinya sendiri dan memaknainya untuk kemudian diungkapkan kepada kelompoknya.
Melakukan hubungan terapeutik terhadap anggota lain dalam kelompoknya.
Indikator Hasil
Teori kelompok psikoanalisis menekankan pada perkembangan individual dalam
kelompok daripada kelompok itu sendiri. Hasil yang dicapai dari proses konseling
kelompok dengan pendekatan psikoanalisis adalah sebagai berikut (Rusmana, 2009,
hlm. 30-34):
1. Konseli mampu membedakan perilaku yang disadari dan tidak disadari.
2. Konseli mampu memahami area masalah yang tidak terselesaikan.
3. Konseli mampu meningkatkan kesadaran terhadap pertahanan kecemasan.
4. Konseli dapat menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi.
5. Konseli mampu menyelesaikan pekerjaannya.
6. Konseli mampu melakukan reorientasi dan integrasi sosial

Anda mungkin juga menyukai