Anda di halaman 1dari 6

NAMA : MUHAMMAD ALWI FAHRIZAL

NIM : A1Q118019

ISU ETIK DAN LEGAL PENGGUNAAN


TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BK
Penggunaan internet dan teknologi informasi lainnya pada setiap negara mempunyai
aturan yang jelas dan negara satu dengan negara lain memiliki aturan yang berbeda-beda
tergantung kebijakan pemerintah. Peraturan ini disebut juga sebagai etik dan legal dalam
teknologi informasi.
Kode etik profesi merupakan salah satu aspek standarisasi profesi BK sebagai
kesepakatan profesional mengenai rujukan etika perilaku. Pekerjaan bimbingan dan konseling
tidak bisa lepas dari nilai yang berlaku. Atas dasar nilai yang dianut oleh pembimbing/konselor
dan terbimbing/klien, maka kegiatan layanan bimbingan dapat berlangsung dengan arah yang
jelas dan atas keputusan yang berlandaskan nilai. Para
pembimbing/konselor seharusnya berfikir dan bertindak atas dasar nilai-nilai, etika pribadi dan
profesional, dan prosedur yang legal. Dalam hubungan inilah para pembimbing/konselor
seharusnya memahami dasar-dasar kode etik bimbingan dan konseling.
Pekerjaan bimbingan dan konseling memerlukan adanya kode etik profesional agar
layanan bimbingan terlaksana secara pforesional. Kode etik profesional sebagai perangkat
standar berperilaku, dikembangkan atas dasar kesepakatan nilai-nilai dan moral dalam profesi
itu. Dengan demikian kode etik bimbingan dan konseling dikembangkan atas dasar nilai dan
moral yang menjadi landasan bagi terlaksananya profesi bimbingan dan konseling.

1. Pentingnya Kode Etik


Etika merupakan pembuatan keputusan tentang moral manusia dan interaksinya dalam
masyarakat. Secara umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosopis yang berkenaan
dengan perilaku manusia dan pembuatan keputusan moral. Suatu profesi memerlukan kode
etik untuk mengatur pola-pola tindakan para pemangku jabatan profesi itu. Kode etik
profesional merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan aktivitas
suatu profesi. Pola tatanan itu seharusnya diikuti dan ditaati oleh setiap orang yang
menjalankan profesi tersebut. Kode etik profesional diperlukan dengan beberapa alasan antara
lain:
 Untuk melindungi profesi sesuai dengan ketentuan dan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Kode
etik ini akan memberikan kemungkinan profesi dapat mengatur dirinya sendiri dan
melaksanakan fungsinya secara otomatis dalam kendali perundang-undangan yang
berlaku.
 Untuk mengontrol terjadinya ketidak-sepahaman dan persengketaan dari para
pelaksana. Dengan demikian kode etik dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas
internal dan eksternal profesi.
 Melindungi para praktisi dalam masyarakat terutama dalam kaitan kasus-kasus
malapraktek (praktek-praktek yang salah). Bila kegiatan praktek sesuai dengan garis-
garis etika, maka perilaku praktek dapat dianggap memenuhi standar.
 Melindungi klien dari praktek-praktek yang menyimpang dari orang-orang yang
secara profesional yang tidak berwenang.

2. Isu Legal TI dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling


Isu merupakan suatu persoalan yang terjadi dan Legal merupakan sesuatu yang disahkan oleh
aturan atau konstitusi yang ada atau sesuai dengan aturan. Jadi isu legal TI dalam bimbingan
dan Konseling adalah suatu persoalan yang terjadi dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling dengan menggunakan Teknologi Informasi yang disahkan oleh aturan atau konstitusi
yang ada atau sesuai dengan aturan.
Isu kerahasiaan dan tingkat keamanan pelayanan BK online, seperti data atau masalah yang
diadukan oleh individu dibaca oleh orang lain selain konselor dan orang tersebut bukanlah
orang yang berhak untuk membaca kasus konseli. Dalam konsling konvensional memang lebih
aman dibandingkan dengan konseling via online sehingga data yang diberikan konseli kurang
terjamin aman dan menjadi tidak rahasia lagi. Hal ini berbanding terbalik dengan azas yang
harus dipegang teguh oleh konselor sehingga ini masih menjadi isu yang hangat pada
perkembangan penggunaan TI dalam pelayanan BK di Indonesia.
Konseling yang dilakukan secara online terdapat banyak masalahnya dan berikut ini tipe- tipe
permasalahannya, yaitu:
 Caveat merupakan dimana konselor dengan sertifikasi tidak jelas atau tidak memiliki
jaminan keamanan yang tidak memadai,
 Closed merupakan konselor yang sudah tidak menggunakan situsnya untuk melakukan
konseling online akan tetapi masih tetap online untuk keperluan lain dan juga tidak
pernah melakukan up-dating secara berkala,
 Gone merupakan situs-situs yang sudah kadaluarsa yang pernah dilakukan untuk proses
konseling online dan sudah ditutup. (Khaerunnisa dkk., 2011 dalam
gesharandiansyah.blogspot.com)
Isu permasalahan bahasa dan budaya ketika melakukan layanan BK online. Dikarenakan layanan
BK via online tidak mengenal letak geografis dan waktu maka tidak menutup kemungkinan
bahwa konselor mendapati konseli lintas budaya dan bahasa. Hal ini dapat bermasalah jika
konselor tidak dapat memahami seluruhnya tentang bahasa dan budaya konseli sehingga
terjadi miss-comunication antara konseli dan konselor. Alhasil pelayanan BK pun tidak
menghasilkan hasil yang memuaskan bagi konseli.
Isu kompetensi konselor dalam menggunakan TI dalam melayani konseli yaitu konselor
terkadang belum banyak menguasai TI dan permasalahan ini sudah sangat klasik terjadi, yaitu
konselor yang gagap teknologi sehingga konselor tidak dapat melakukan pelayanan berbasis TI.

3. Etik TI dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling


Etika konseling berarti suatu aturan yang harus dilakukan oleh seorang konselor dan hak-hak
klien yang harus dilindungi oleh seorang konselor. Etika dapat diartikan sebagai jaminan bahwa
konselor bertanggung jawab atas kegiatan bimbingan konselingnya, kebanyakan organisasi
professional konselor memiliki kode etik yang mengatur perilaku anggotanya dan konselor
harus menjunjung tinggi etika ini dalam melakukan pekerjaannya berbasis TI seperti halnya
pada praktek di kantor.
Etika pada umumnya bertujuan untuk melindungi pengguna, dalam hal ini adalah pengguna
internet agar kerahasiaannya tetap terjaga seperti dalam dunia nyata. Konseling melalui
jaringan yang kini mulai dikembangkan tentu harus sesuai dengan etika-etika yang ada, karena
dengan etika konselor tetap harus menjamin dan bertanggung jawab atas kegiatan bimbingan
dan konselingnya. Konselor harus bergerak sesuai kode etik yang dimilikinya sehingga proses
konseling yang dilakukan di dunia maya harus dilaksanakan seperti konseling di dunia nyata.
Beberapa rumusan kode etik bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
Pembimbing yang memegang jabatan harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling
Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang baik.
Pekerjaan pembimbing harus berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang, maka seorang
pembimbing harus:
 Dapat menyimpan rahasia klien
 Menunjukkan penghargaan yang sama pada berbagai macam klien.
 Pembimbing tidak diperkenan menggunakan tenaga pembantu yang tidak ahli.
 Menunjukkan sikap hormat kepada klien
 Meminta bantuan ahli diluar kemampuan stafnya.
Mengikuti kode etik National Board for Certified Counselor tentang praktek konseling
professional, konselor online seharusnya :
 § Mengacu pada hukum dan kode etik konsultasi online
 § Memberitahukan klien tentang metoda yang dipakai untuk membantu keamanan
komunikasi klien, konselor dan pengawas.
 § Menginformasikan klien, bagaimana dan berapa lama data hasil konsultasi akan
disimpan.
 § Dalam situasi yang sulit, dianjurkan untuk memperjelas identitas konselor atau klien.
Hindari atau hati-hati dengan kemungkinan penipuan, misalnya: dengan menggunakan
kode kata-kata, huruf dan grafik.
 § Jika diperlukan izin dari pusat atau pengawas dalam penyediaan jasa web konseling
untuk anak kecil, periksa identitas pemberi izin tersebut.
 § Ikuti prosedur yang sesuai dengan informasi yang diterbitkan untuk membagi
informasi klien dengan sumber lain.
 § Pertimbangkan dengan matang tingkat penyingkapan pada klien dan berikan
penyingkapan yang rasional juga oleh konselor.
 § Menyediakan link ke situs lembaga sertifikasi dan badan perjanjian yang sesuai untuk
memfasiilitasi perlindungan klien.
 § Menghubungi National Board for Certified Counselor atau badan perizinan milik
pemerintah tempat klien tinggal untuk mendapatkan nama atau setidaknya satu
konselor dapat yang dapat dihubungi di daerah tempat tinggal klien.
 § Mendiskusikan prosedur kontrak antara klien dan konselor ketika sedang offline.
 § Menjelaskan kepada klien kemungkinan bagaimana untuk menanggulangi
kesalahpahaman yang mungkin muncul karena kurangnya petunjuk visual antara klien
dan konselor.
MIND MAPPING

1.
Pentingnya
Kode Etik

ISU ETIK DAN


LEGAL
PENGGUNAAN
TEKNOLOGI
INFORMASI
DALAM BK
2. Isu Legal TI 3. Etik TI
dalam dalam
Pelayanan Pelayanan
Bimbingan Bimbingan
dan Konseling dan Konseling
DAFTAR PUSTAKA

http://febryrambe252.blogspot.com/2016/10/isu-etik-dan-legal-ti-dalam-
bk.html
Abdul Hadi Bin Basri, 2010. Kode Etik Bimbingan Dan
Konseling. bpiuinsuskariau3.blogspot.com. Ahad, 12 Disember 2010. 9:49 PTG

Gesha Rahmalia. 2011. Isu etik dan legal TI dalam Pelayanan


BK. http://gesharandiansyah.blogspot.com. Minggu, Mei 01, 2011

Gulunganpita.2011. isu Etik dan Legal Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan
Konseling. boxstoria.blogspot.com. April 2011, jam 04:19.

http://gesharandiansyah.blogspot.com/2011/05/isu-etik-dan-legal-ti-dalam-
pelayanan.html diunduh

pada tanggal 18 April pukul 8.41 WIB.

http://konselingperkembangan.blogspot.com/2011/03/kode-etik-dan-isu-
konselor.html diunduh pada

tanggal 18 April 2013 pukul 8.40 WIB

Anda mungkin juga menyukai