Anda di halaman 1dari 9

Kartu Berharga (Token Economy)

Kartu berharga (token economy) merupakan teknik konseling behavioral yang didasarkan pada prinsip operant conditioning Skinner yang termasuk di dalamnya adalah penguatan. Token economy adalah srategi menghindari pemberian reinforcement secara langsung, token merupakan penghargaan yang dapat ditukar kemudian dengan berbagai barang yang diinginkan oleh konseli. Kartu berharga (token economy) dapat diterapkan di berbagai setting dan populasi seperti dalam setting individual, kelompok dan kelas, juga pada berbagai populasi mulai dari anak-anak hingga orang dewasa (Corey,1986,p.185). Secara singkatnya token economy merupakan sebuah system reinforcement untuk perilaku yang dikelola dan diubah, seseorang mesti dihadiahi/diberikan penguatan untuk meningkatkan atau mengurangi perilaku yang diinginkan. Salah satu aspek yang paling positif dari token economy bahwa mereka dibentuk untuk memperkuat perilaku yang tepat dan mencegah perilaku yang tidak pantas, sehingga meminimalkan kebutuhan untuk menggunakan strategi reaktif dalam berurusan dengan perilaku yang tidak pantas. Tujuan Token economy bertujuan untuk mengembangkan prilaku adaptif melalui pemberian reinforcement dengan token. Ketika tingkah laku yang diinginkan telah cenderung menetap, pemberian token dikurangi secara bertahap (Corey, 1986,p.185). Token bisa diberikan secara langsung setelah terjadi peristiwa ataupun bias berupa benda yang nantinya bisa ditukarkan dengan barang. Ketika token berbentuk benda sebaiknya berwujud semenarik mungkin seperti bintang yang berkerlap-kerlip, berbentuk karikatur mini yang lucu, dan lain-lain. Sering kali Token Economies digunakan di dalam pengaturan dalam sebuah lembaga (seperti rumah sakit jiwa atau fasilitas rehabilitasi) untuk mengatur perilaku dari individu yang bisa tak dapat diramalkan atau agresif. Bagaimanapun, tujuan yang lebih utama dari Token Economies untuk mengajar perilaku yang sesuai dan ketrampilan-ketrampilan sosial yang dapat digunakan dalam satu lingkungan yang alami (wajar). Token Economies dapat digunakan secara individu atau di dalam kelompok-kelompok. Komponen Token Economy Perilaku target yang ingin diperkuat Token yang digunakan sebagai reiforcer yang dikondisikan (reinforcer bersyarat) Back up reinforcer yang akan ditukar dengan token

Jadwal reinforcement untuk pemberian token. Ketentuan skala berapa banyak token yang bisa ditukarkan dengan satu back up reinforcer Waktu dan tempat untuk menukar token menjadi back up reinforcers Penerapan response cost untuk beberapa kasus. Artinya bahwa jika individu tidak mampu menunjukkan perilaku yang tepat, maka token yang telah dikumpulkannya akan dikurangi. Uraian/Penjelasan Beberapa unsur-unsur yang perlu diperhatikan di dalam Token Economies: 1. Tokens : Semua hal yang dapat dihitung dan kelihatan dapat digunakan sebagai suatu token. Token diutamakan yang disukai, menarik, mudah untuk dibawa/dibagikan, dan juga sulit untuk dipalsu. Biasanya menggunakan materi termasuk chip poker, stiker-stiker, objek jumlah, kelereng atau uang permainan. Ketika perorangan tampilkan perilaku yang diinginkan, dia dengan segera diberi suatu sejumlah tokens. Token tidak memiliki nilai yang berarti. Namun token dikumpulkan dan kemudian dipertukarkan untuk suatu objek yang penuh arti, kehormatan-kehormatan atau aktivitas. Individu dapat juga kehilangan token (kompensasi/denda) karena menunjukkan perilaku yang tidak diinginkan. 2. Suatu target perilaku jelas dan nyata : Individu yang mengambil bagian di suatu Token Economies perlu untuk mengetahui persisnya apa yang mereka harus lakukan supaya menerima token Perilaku yang tidak diinginkan dan yang diinginkan dijelaskan sebelum waktu yang ditetapkan di dalam terminologi yang sederhana dan spesifik. Banyaknya token diberikan atau yang diambil untuk masing-masing perilaku tertentu juga ditetapkan dan dijelaskan sebelumnya. 3. Motif-motif Penguat/Back-up Reinforcers: Motivasi penguat adalah object yang penuh arti, kehormatan-kehormatan, atau individu menerima aktivitas sebagai pertukaran dengan token yang mereka peroleh. Token dapat berupa mainan-mainan, waktu tambahan, atau tamasya/aktivitas diluar. Kesuksesan dari suatu token economy bergantung pada pesona(tawaran menarik/kenikmatan) dari motif-motif penguat. Individu akan hanya termotivasi untuk mendapatkan token jika mereka mengetahui bentuk penghargaan di masa depan yang diwakili oleh tanda-tanda yang mereka terima. Suatu token economy yang dirancang akan baik dengan penggunaan motif-motif penguat yang dipilih oleh individu sendiri dibanding oleh yang dipilih staf.

4. Suatu sistem yang digunakan untuk menukarkan token: perlu untuk difasilitasi suatu waktu dan tempat untuk menukarkan motif-motif penguat. Token economy menghargai dari tiap motif penguat ditentukan didasarkan pada nilai keuangan, permintaan, atau nilai terapik. Sebagai contoh, jika motif penguat itu adalah mahal atau sangat menarik, nilai token harus yang lebih tinggi. Jika nilai token diatur/tetapkan terlalu rendah, maka individu akan lebih sedikit yang termotivasi untuk mendapatkan token. Dan sebaliknya, jika nilai itu diatur terlalu tinggi, individu akan merasa takut atau ragu dalam mendapatkan token. Penting untuk masing-masing individu dapat memeperoleh sedikitnya beberapa token. 5. Suatu sistem untuk merekam data : Sebelum treatmen mulai, informasi (data umum) dikumpulkan tentang masing-masing perilaku yang dilakukan oleh individu. Perubahan perilaku kemudian direkam di lembar data keseharian. Informasi ini digunakan untuk mengukur kemajuan individu dan efektivitas dari token economy. Informasi mengenai pertukaran dari token juga perlu untuk direkam/catat. 6. Implementasi konsistensi token economy oleh staf : Dalam suatu proses token economy untuk berhasil, semua fasilitator yang dilibatkan harus memberi penghargaan perilakuperilaku yang sama, menggunakan jumlah yang sesuai dari token, menghindari motif penguat dibagikan dengan bebas, dan mencegah token dari pemalsuan, mencuri, atau diperoleh secara tidak adil. Tanggung-jawab staf dan ketentuan-ketentuan token economy harus dijelaskan di suatu manual tertulis. Staf juga perlu dievaluasi pada waktu tertentu dan diberi peluang itu untuk bertanya atau berpendapat. Pada awalnya tanda-tanda sering diberikan dan di dalam sejumlah yang lebih tinggi, tetapi individu belajar untuk menunjukan perilaku yang diinginkan, lambat laun peluang untuk mendapatkan token dikurangi secara bertahap (Jumlah dan frekuensi dari pembagian token disebut suatu jadwal penguatan). Misalnya di suatu kelas, masing-masing siswa boleh mendapatkan 25 sampai 75 token pada hari pertama, sehingga mereka dengan cepat belajar nilai dari token. Kemudian, para siswa boleh mendapatkan 15 sampai 30 tanda per hari. Secara berangsur-angsur mengurangi ketersediaan token (memudar), para siswa perlu belajar untuk tampilkan perilaku yang diinginkan dengan mandiri, tanpa pengaruh yang tidak wajar akibat penggunaan token. Motif penguat ini akan individu temukan secara normal di dalam masyarakat, seperti pujian lisan, perlu diberikan bersamaan dengan diberikannya token, penanaman perilaku ini dimaksudkan untuk membantu di dalam memudarnya proses token. Keuntungan dan Kerugian Penerapan Token Economy

Keuntungan dari token economy adalah bahwa perilaku-perilaku yang ditunjukan individu dapat dihargai dengan segera, besarnya reward/hadiah adalah sama nilainya untuk semua individu dalam suatu kelompok, penggunaan dari hukuman (respon costs) lebih sedikit resikonya dibandingkan bentuk-bentuk hukuman yang lain, dan individu dapat belajar ketrampilan-ketrampilan yang berhubungan dengan masa depan. Beberapa keuntungan penggunaan token economy, antara lain: Token tidak mengurangi nilai insentif, terutama ketika kekuatan pemerolehan (earning power) dan nilainya meningkat seiring dengan peningkatan perilaku. Token dapat mengurangi penundaan antara tingkah laku yang diinginkan dengan hadiah (reward). Token dapat digunakan sebagai motivator konkrit ( concrete motivator) untuk mengubah tingkah laku tertentu. Token adalah bentuk dari penguatan positif. Individu memiliki kesempatan untuk menentukan bagaimana menggunakan token yang didapatkan. Token economy dapat mengarahkan ke peningkatan moral konseli dan staf. Sistem token dapat memungkinkan untuk mengukur penguatan sosial. Token dapat menjadi jembatan antara institusi dan kehidupan di luar sekolah (Corey, 1986, p.185). Kerugian-kerugian yang pantas dipertimbangkan dari token economy termasuk biaya, usaha dan pelatihan karyawan dan manajemen. Beberapa para profesional menemukan bahwa token economy bersifat tidak praktis dan memakan waktu. Kerugian penggunaan token economy adalah sebagai berikut. Penggunaan waktu dan usaha yang digunakan untuk mengatur dan melaksanakan program Biaya pembelian back up reinforcers Pelatihan staf, terutama ketika token economy memiliki komponen yang kompleks atau ketika dilakukan dalam skala besar. Menerapkan Token Economy 1. Menentukan perilaku target Sebagaimana prosedur pengubahan perilaku lainnya, langkah yang dilakukan pertama kali untuk token economy adalah penentuan perilaku target. Perilaku target yang dimaksud, bisa berupa perilaku yang diinginkan dan bisa pula perilaku yang tidak diinginkan. Untuk

perilaku yang diinginkan, maka token economy digunakan untuk meningkatkannya, sedangkan untuk perilaku yang tak diinginkan, token economy digunakan untuk mengurangi perilaku tersebut. Dalam hal ini, penentuan perilaku target harus observable dan operasional. Tujuan dari pemberian definisi operasional adalah untuk menegaskan bahwa individu yang ingin diubah perilakunya, benar-benar mengetahui apa yang harus dilakukannya. 2. Identifikasi item yang bisa digunakan sebagai token Token yang dimaksudkan di sini haruslah sesuatu yang nyata, riil, observable, dan bisa diberikan sesegera mungkin oleh agen perubahan kepada individu yang dijadikan target pengubahan perilaku, setelah perilaku yang diinginkan muncul. Token harus bersifat praktis dan mempermudah agen perubahan untuk bisa langsung memberikannya pada individu yang bersangkutan. Token harus berupa sesuatu yang bisa dikumpulkan oleh individu, bahkan kalau bisa, merupakan sesuatu yang mudah dibawa oleh individu. Biasanya, token berupa kartu, tanda tangan, poin, bintang, replica uang, stiker, manik-manik, karton, dan stempel. 3. Identifikasi back up reinforcer Efektivitas token economy tentu saja bergantung pada back up reinforcer yang diberikan. Hal ini disebabkan karena token economy disajikan bersama-sama dengan back up reinforcer sehingga bisa disebut sebagai reinforcer bersyarat. Back up reinforcer harus dipilih secara khusus dan disesuaikan dengan karakteristik individu yang dijadikan sasaran untuk pengubahan tingkah laku. Back u reinforcer bisa berupa sesuatu yang bisa dimakan seperti snack atau minuman, sesuatu berupa barang mainan, activity reinforcer misalnya games yang sangat menarik, hak istimewa (privilege) misalnya gambar hasil karya dipajang di mading, dan kedekatan (proximity), misalnya membantu guru membagikan buku di kelas. Back up reinforcer tidak tersedia untuk individu yang bersangkutan, kecuali hanya bisa diperoleh dengan menukarkan token. Hal ini akan mempertinggi nilai penguatan, sebab dengan ketiadaan back up reinforcer tanpa token, berarti memberlakukan prinsip deprivasi untuk individu. Sehingga lebih mudah untuk membuat individu melakukan perilaku yang diinginkan. Yang bisa dijadikan sebagai back reiinforcer adalah sesuatu yang berada di luar kebutuhan dasar individu, merupakan sesuatu yang tiadk biasa, dan bisa juga bernilai tinggi, sehingga tidak mungkin didapatkan oleh individu dalam situasi hari-hari biasa.

4. Memutuskan jadwal yang tepat untuk pemberian reinforcement Agen perubahan harus menentukan jadwal pemberian reinforcement sebelum memberlakukan peraturan tentang token. Jadwal ini berisi kapan seseorang bisa mendapatkan token. Ada jadwal yang dinamakan intermitten dan ada pula yang dinamakan continue (berkelanjutan). 5. Menetapkan banyaknya token yang bisa ditukar Agen perubahan juga harus menentukan banyaknya token yang bisa ditukarkan dengan back up reinforcer. Sehingga hanya setelah berhasil mengumpukan token sebanyak yang ditentukan, individu bisa mendapatkan back up reinforcer yang telah disediakan oleh agen perubahan. 6. Menetapkan waktu dan tempat penukaran token Individu mengumpulkan token dari perilaku yang diinginkan sepanjang waktu. Secara berkala, setelah jumlah token mencukupi, individu diperbolehkan untuk menukarkan token mereka dengan back up reinforcers. Waktu dan tempat untuk pertukaran harus direncanakan terlebih dahulu. Dalam beberapa kasus, ada tempat yang disebut dengan toko token, yaitu tempat khusus di mana back up reinforcers disimpan. Sebagaimana yang dijelaskan di atas, back up reinforcer seharusnya tidak disimpan di tempat yang bisa diakses oleh individu dengan mudah. 7. Memutuskan perlunya pemberlakuan response cost Response cost tidak selalu digunakan dalam token ekonomi. Jika tujuan token ekonomi adalah untuk memperkuat perilaku yang diinginkan dan tidak ada masalah di dalamnya, token ekonomi tidak perlu memasukkan response cost sebagai salah satu komponennya. Jika ada perilaku yang tidak diinginkan yang tiba-tiba muncul, maka response cost bisa dimasukkan dalam token ekonomi. 8. Latihan dan manajemen staff Dalam setting apapun, sebelum melakukan prosedur token economy, maka staff dalam setting tersebut harus dilatih terlebih dahulu untuk bisa menerapkan token economy dengan baik. Halhal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut. Membedakan setiap detail dari semua target perilaku Memberikan token segera setelah perilaku target terjadi, sesuai dengan jadwal reinforcement yang benar Membedakan setiap detail dari semua masalah perilaku yang diidentifikasi Penerapan response cost segera setelah terjadinya perilaku bermasalah Mempertahankan integritas token dan mencegah pencurian atau pemalsuan token Mengetahui waktu dan banyaknya token yang bisa ditukar dengan back up reinforcers.

Prinsip Pokok Token Economy 1. Agen perubahan harus memberikan token segera setelah perilaku target yang diinginkan terjadi 2. Agen perubahan harus memberikan pujian pada individu di samping memberikan token setiap kali perilaku yang diinginkan terjadi 3. Untuk anak-anak atau individu dengan cacat intelektual yang cukup parah, di awal program, back up reinforcers harus diberikan kepada individu bersamaan dengan diberikannya token, sehingga token akan lebih cenderung menjadi penguat bersyarat untuk masa depan 4. Token economy tidak tersedia dalam kehidupan keseharian, maka sebelum individu berhenti melakukan perawatan, prosedur token economy harus dihentikan. Implementasikan Program ini Pertama untuk dilakukan adalah konselor harus menjelaskan bagaimana program ini akan berkerja, seluruh aspek ekonomi token akan konselor jelaskan. Konselor penting menjelaskan bagaimana dan kapan program ini akan memberikan dampak positif. Jelaskan pula mana token economy yang akan dilakukan setiap hari dan mana token economy yang berlaku pada waktu yang insidentil atau diperlukan. Hal ini akan memerlukan diskusi yang intens dan hati-hati, perlu juga dilakukan roleplaying untuk mendemonstrasikan program ini. ini bekerja. Berikan Token beserta Pujian Saat mengimplementasikan ekonomi token, pujian harus selalu menyertai untuk perilaku positif yang diinginkan. Saat anak menunjukan perilaku yang diinginkan, Token dan pujian harus diberikan dengan cepat dan tidak boleh ditunda. Kurangi Token dan pertahankan Pujian. Untuk perilaku baru yang positif token hendaknya diberikan, dengan dasar keterlanjutan. Token dikurangi apabila perilaku tersebut sudah mulai dimiliki oleh anak, namun pujian tetap diberikan sebagai penguatan apabila anak menunjukan perilaku yang benar. Token tetap diberikan untuk Sebaiknya orang tua murid mengetahui bagaimana program ini, karena dukungan orang tua akan sangat mempengaruhi sistem

perilaku-perilaku baru yang harus dikuasai oleh anak. Hal ini dilakukan supaya anak tidak tergantung pada token sehingga anak dapat belajar pada kehidupan sosial sebenarnya. Buat Penyesuaian yang dibutuhkan Untuk menjaga morivasi dan ketertarikan anak sesuaikan harga untuk hadiah yang akan ditukar dengan token, dan sesuaikan target tingkat kesulitan perilakuan. Hal ini perlu dilakukan supaya anak tertantang untuk terlibat dalam ekonomi token. apabila perilaku terlalu mudah atau terlalu sulit maka anak akan tidak termotivasi untuk terlibat aktif dalam program token economy. Konselor harus membuat keseimbangan di dalam program token sehingga sesuai dengan kemampuan, ketertarikan, dan motivasi anak-anak. Beberapa Variasi Teknik Token economy dapat dimodifikasi atau diperbaiki dengan berbagai variasi yang diperlukan. Beberapa variasi yang dapat ditambahkan yaitu; 1. Memperbolehkan anak menikmati hadiah (reinforcers) bersama teman sebayanya. 2. Pengelolaan program token ekonomi oleh anak-anak/murid 3. Kombinasikan program ekonomi token dengan program level kelas. Semakin tinggi kelas maka token, tingkat kesulitan perilaku, dan pengelolaan dapat dikombinasikan dengan level pembinaan dan pendidikannya. 4. Kombinasikan dengan kelompok yang berbeda. Konselor dapat memodifikasi teknik ini sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Token ini membutuhkan ketekunan dan kesabaran, token economy membutuhkan waktu untuk dapat memberikan hasil yang diinginkan. Keterampilan mengelola ekonomi akan terasah dengan baik seiring dengan waktu dan keseriusan dari pelaksanan token economy, program ini tidak akan berjalan tanpa adanya komunikasi yang baik antara guru/orang tua dengan murid/anak. Resiko Resiko di dalam token economy adalah sama halnya dengan modifikasi perilaku yang lain. Staff dalam menerapkan treatment itu boleh dengan sengaja atau tidak sengaja dapat tidak memperhatikan apakah individu dengan rela menerima treatment. Token economy tidak perlu merampas(mencabut kebutuhan dasar mereka, seperti makanan yang cukup, selimut yang nyaman,

atau peluang layak untuk kesenangan). Jika staff/orang tua tidak terlatih dengan baik bisa terjadi perilaku-perilaku yang diinginkan tidak diberikan rewards token sedangkan perilaku-perilaku yang tidak diinginkan bisa dihadiahi token, kekurangan ini dapat menghasilkan peningkatan perilaku negatif. Jenson, W. R., Sloane, H., & Young, R. (1988). Token economies. Applied behavior analysis in education: A structured teaching approach. New York: Prentice Hall. (terjemahan Applied Behavior Therapy, by Naning 2009) Walker, H. M., & Buckley, N. (1974). Token reinforcement techniques. Eugene, OR: E-B Press.

Anda mungkin juga menyukai