Anda di halaman 1dari 17

STUDI KASUS PADA ANAK SMA

Dosen pengampu: Eka Putri Rahmadhani,M.GZ

Kelas : C/5

Disusun Oleh :

Rizki Hadi Utomo (2011080215)

BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang telah melimpahkan segala
rahmat, taufiq serta hidayahnya kepada kita semua sehingga kita dapat
melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan lancar tanpa adanya halangan apapun,
mudah-mudahan kegiatan perkuliahan ini dapat menjadikan sumber ilmu
yang bermanfa’at bagi kita semua, yang pada akhirnya menjadikan sebab turunnya
Ridho dari sang Khalik.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad saw. Beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga hari
kiamat nanti. Yang terhormat Ibu Dosen Eka Putri Rahmadhani,M.GZ selaku
pembimbing mata kuliah Studi Kasus Anak Dan Remaja di UIN Rdaen Intan
Lampung. Tidak ketinggalan juga seluruh rekan mahasiswa/I atas kerjasamanya
dalam proses belajar bersama, susah payah kita rasakan bersama, sehingga
nantinya kita bisa memetik hasil dari apa yang kita perjuangkan pada masa-masa
perkuliahan ini.

Lampung Tengah, 22 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................i

DAFTAR ISI ....................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1


1.2 Pengertian Kasus Yang Dibahas............................................ 1
1.3 Tujuan Identifikasi Kasus ...................................................... 2
1.4 Sasaran Studi Kasus............................................................... 3
1.5 Metode Dan alat Pengumpulan Data ..................................... 3

BAB II PELAKSANAAN

2.1 Analisis .................................................................................. 5


2.2 Diagnosis ............................................................................... 7
2.3 Prognosis ............................................................................... 8
2.4 Treatment ............................................................................... 9
2.5 Follow Up ............................................................................ 12
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................... 13


3.2 Saran .................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pendidikan adalah suatu proses, yaitu usaha manusia dengan penuh tanggung
jawab untuk membimbing anak-anak didik menuju kedewasaan. Pendidikan juga
dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber
daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Oleh karena itu pihak guru
dalam proses pengajaran tidak hanya menyampaikan materi pengetahuan saja tetapi
lebih dari itu yakni mendidik anak didiknya agar mencapai kedewasaaan yang
berguna bagi agama, dan masyarakat.
Proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang mempunyai tujuan,
yaitu diperolehnya hasil belajar pada diri siswa. Oleh karena itu penyelenggaraan
pendidikan membutuhkan tenaga pendidik untuk mengadakan proses belajar
mengajar sehingga tercapai hasil belajar atau prestasi belajar. Hasil belajar
merupakan pencapaian siswa ketika sudah menempuh suatu proses belajar. Hasil
belajar dapat berupa perubahan tingkah laku, baik berbentuk kecakapan berpikir,
sikap, maupun ketrampilan dalam melakukan suatu kegiatan tertentu.
Tingkah laku yang baru itu misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya
pengertian-pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan, ketrampilan,
perkenalan dan pertumbuhan jasmaniah. Kualitas proses belajar sangat dipengaruhi
oleh kualitas tenaga pengajar, tenaga pengajar yang berkualitas adalah tenaga
pengajar yang memiliki 4 kompetensi dasar, yaitu kompetensi di bidang akademis,
pedagogik, bidang sosial dan profesional.

1.2 Pengertian Kasus Yang Dibahas

bahwa layanan studi kasus kesulitan belajar bidang studi adalah upaya
mengenal, memahami dan menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar,
khususnya kesulitan belajar bidang studi, dengan kegiatan mengidentifikasi,
mendiagnosis, memprognosis, dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah.
Bogdan dan Bikien (1982) menjelaskan bahwa studi kasus merupakan pengujian

1
secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan
dokumen atau satu peristiwa tertentu.
Surakhmad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu
pendekatan dengan memusatkan perhatian secara intensif dan rinci. Sementara Yin
(2003) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-
cirinya. Sedangkan Ary dkk. (1982) menjelaskan bahwa dalam studi kasus
hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalam.
Mortensen (2003) mengatakan bahwa layanan studi kasus kesulitan belajar
bidang studi atau bimbingan merupakan bagian dari program pendidikan yang
membantu menyediakan kesempatan dan layanan dari staf khusus agar semua siswa
dapat mengembangkan kecakapan dan kemampuan mereka sepenuhnya sesuai
dengan arti konsep demokratis Bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan
kepada.
setiap individu membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi
yang diperlukan untuk penyesuaian diri yang baik. Berdasarkan uraian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa layanan studi kasus kesulitan belajar merupakan suatu
usaha pemberian bantuan atau memberikan pertolongan pada siswa yang
mempunyai permasalahan dalam proses belajarnya (anak yang mempunyai
intelegensi normal tetapi menunjukkan adanya kekurangan yang penting dalam
proses belajar mengajar baik dalam ingatan, perhatian ataupun fungsi motoriknya)
dengan menggali informasi tentang individu yang mempengaruhi kebiasaan
belajarnya.
1.3 Tujuan Identifikasi Kasus

Layanan studi kasus kesulitan belajar yang dilakukan bertujuan untuk:


1. mengetahui dan mengenal latar belakang pribadi siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
2. memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar yang dialami
oleh siswa.
3. mengetahui faktor-faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar.
4. membantu siswa dalam memecahkan permasalahan kesulitan belajarnya
dan memberikan alternatif pemecahannya dengan baik.

2
5. membantu siswa agar dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya
yang sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya sehingga dapat
mencapai prestasi yang optimal.

1.4 Sasaran Studi Kasus


1. Siswa sering tidak berkonsentrasi (fokus) ketika guru menjelaskan, serta

kurang aktif dalam proses diskusi kelas dan diskusi di dalam kelompok.

2. Siswa sering diajak berbicara dan bercanda oleh teman-teman di sekitarnya

ketika kegiatan belajar mengajar bahkan saat ulangan sedang berlangsung.

3. Kurang disiplin dalam hal mengumpulkan tugas, jarang mengumpulkan


tugas yang diberikan oleh guru.

1.5 Metode Dan alat Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam layanan studi kasus kesulitan belajar bidang studi,

menggunakan beberapa metode sebagai berikut.

1. Observasi

Metode ini dilaksanakan secara langsung melalui pengamatan terhadap

siswa di dalam maupun di luar kelas. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui

tingkah laku, sikap dan cara siswa berinteraksi dengan kawan atau guru di

dalam lingkungannya.

2. Angket

Metode angket yang diberikan kepada siswa yaitu dalam bentuk isian yang

memuat daftar pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui data

diri serta kebiasaan belajar siswa. Angket yang digunakan berupa angket ja-

waban tertutup dan terbuka, angket jawaban tertutup yaitu angket mengenai

identitas diri siswa. Sedangkan angket jawaban terbuka yaitu berupa angket

lingkungan/ sekolah (aktivitas siswa ketika proses belajar mengajar atau

3
kegiatan ekstrakulikuler), angket mengenai bidang studi biologi, angket dan

check list kebiasaan belajar siswa sehingga praktikan dapat mengetahui

kebiasaan positif dan negatif siswa sehari-hari serta mengungkapkan masalah

belajar yang dialami siswa.

3. Dokumentasi

Pengambilan data dengan dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan

data dari sumber-sumber tertulis. Teknik tersebut dilakukan dengan cara mem-

pelajari dokumen atau catatan yang berhubungan dengan siswa, meliputi buku

pelajaran, daftar nilai ulangan dan UTS/UAS, nilai aktivitas maupun data

lainnya yang menunjang.

4. Wawancara

Wawancara merupakan pengambilan data dengan mengadakan komunikasi

kepada siswa dan pihak yang mengetahui keadaan siswa. Salah satu komunikasi

dilakukan dengan cara langsung kepada siswa yang bersangkutan dan kepada

teman-teman yang mengetahui pribadi siswa serta guru-guru yang

bersangkutan, bahkan ke orang tua/ walinya jika perlu.

4
BAB II
PELAKSANAAN

2.1 Analisis
Program layanan bimbingan siswa ini dilakukan untuk membantu siswa kasus
dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Untuk mencapai tujuan tersebut
praktikan berusaha mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dalam sebagai
tambahan dan pelengkap. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam kegiatan
layanan bimbingan ini sebagai berikut:
a. identitas siswa

Nama : Rizki Hadi Utomo

Nama Panggilan : Hadi

Kelas : 12

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Kota Bumi, 19 Agustus 2000

Agama : Islam

Alamat : Bandar Sari,Lampung Tengah,Lampung

Tinggal bersama : Orang Tua

Status : Anak kandung

Anak ke : 3 dari 3 bersaudara

b. identitas orang tua

Nama Ayah : Joko Santosa

Pekerjaan Ayah : Pensiun

Agama : Islam

Nama Ibu : Siti Rahayu

Pekerjaaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

5
c. keterangan sekolah

TK : TK IT BUSTANUL ULUM

SD : SD IT BUSTANUL ULUM

SMP : SMP IT BUSTANUL ULUM

SMA : SMA IT SMART INSANI

Pernah tidak naik kelas : pernah

Pernah tidak lulus sekolah : Tidak pernah

Alasan masuk SMA : Untuk memperoleh pendidikan yang lebih

tinggi

Jurusan yang diinginkan

di SMA : IPS

Alasan : Karena Pengetahuan sosial nya tetap erat dan

persahabatan

d. keterangan kebiasaan belajar

1. Siswa memiliki cukup waktu untuk belajar di rumah,

2. Siswa merasa bahwa teman-teman dekatnya sering

mengganggunya saat belajar di kelas,

3. Siswa mempunyai kegiatan olahraga dan organisasi di samping

membantu orang tua,

a. Data observasi dan wawancara

Berdasarkan kegiatan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh prak-

tikan, didapatkan keterangan sebagai berikut.

6
1. Siswa kurang disiplin dalam hal mengumpulkan tugas, jarang

mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru.

2. Siswa sering tidak berkonsentrasi (fokus) ketika guru

menjelaskan, serta kurang aktif dalam proses diskusi kelas dan

diskusi di dalam kelompok.

3. Siswa sering diajak berbicara dan bercanda oleh teman-teman di

sekitarnya ketika kegiatan belajar mengajar bahkan saat ulangan

sedang berlangsung.

2.2 Diagnosis

Berdasarkan hasil dokumentasi dan angket yang diisi oleh siswa, diketahui

bahwa permasalahan yang dialami siswa adalah lingkungan di sekitarnya ketika

kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu teman-teman dekatnya yang selalu

mengajaknya untuk membicarakan hal lain selain materi pelajaran dan sering

mengajaknya untuk bercanda ketika berdiskusi kelompok ataupun ketika sedang

mengerjakan ulangan.

Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh praktikan menunjukkan

hal yang sama. Menurut hasil wawancara dan observasi yang dilakukan praktikan

terhadap siswa, siswa tersebut tidak memiliki permasalahan dengan proses belajar

individunya. Siswa memiliki daya serap yang cukup baik terhadap materi pelajaran

Mtk secara umum jika tidak menggunakan bahasa Inggris.

Sehingga, praktikan dapat menyimpulkan bahwa permasalahan belajar yang

dialami siswa adalah ketika siswa belajar di dalam kelas, terutama pada pelajaran

Mtk. Karena pada dasarnya, siswa memiliki kemauan dan waktu yang cukup untuk

belajar. Permasalahan lain yang praktikan temukan dalam diri siswa adalah kesuli-

7
tan siswa dalam memahami materi yang disampaikan dalam bahasa Inggris, baik

yang disampaikan oleh guru ataupun dari buku pelajaran yang dimilikinya. Siswa

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memahami suatu materi yang disam-

paikan dalam bahasa Inggris, sehingga memperlambat proses belajarnya.

2.3 Prognosis

Langkah selanjutnya yang ditempuh oleh setelah melakukan diagnosis

permasalahan siswa adalah memperkirakan jenis bantuan yang akan diberikan. Hal

ini perlu dilakukan untuk merubah keadaan siswa sehingga keadaan siswa menjadi

lebih baik.

1. Prediksi siswa jika tidak diberi bantuan

a. Masalah belajar

1. Siswa akan terus menjadi seorang siswa yang pasif dalam kegiatan

pembelajaran.

2. Prestasi belajar siswa semakin lama akan semakin menurun.

b. Masalah sosial

1. Siswa akan terus terganggu oleh teman-temannya saat belajar di

kelas.

2. Siswa akan terus mengalami kesulitan belajar di kelas.

2. Prediksi jika siswa diberi bantuan

a. Masalah belajar

1. Siswa akan menjadi seorang siswa yang lebih aktif dalam proses

pembelajaran.

2. Prestasi belajar siswa akan semakin membaik.

8
b. Masalah sosial

1. Siswa akan menjadi lebih mudah belajar bersama teman-temannya di

kelas.

2. Siswa akan lebih berani berkomunikasi dengan guru serta teman-

temannya baik di dalam maupun di luar kelas.

Jenis permasalahan yang dialami siswa adalah bersifat sosial yaitu sering

terganggu saat belajar di kelas. Sehingga prognosis atau perkiraan jenis bantuan

yang dapat diusulkan oleh untuk mengatasi permasalahan belajar siswa adalah

sebagai berikut.

1. Tindakan secara klasikal seperti menerapkan model pembelajaran

dalam kelas yang menuntut keaktifan dari masing-masing siswa.

2. Pengaturan yang lebih merata untuk pembagian kelompok diskusi.

3. Tindakan secara personal seperti memberikan pelajaran tambahan di

luar jam sekolah formal.

2.4 Treatment

Pemberian bantuan bertujuan untuk memberikan alternatif yang dapat ditempuh

dalam mengatasi masalah siswa sehingga dapat mencapai hasil belajar yang

optimal. Berdasarkan permasalahan belajar yang dialami siswa, yaitu permasalahan

sosial dengan teman-temannya saat belajar di kelas, maka praktikan melakukan

treatment (pemberian bantuan) berupa:

1. Penerapan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif

Model pembelajaran yang dilakukan oleh adalah model pembelajaran

cooperative learning diskusi-presentasi. Model pembelajaran kooperatif adalah

kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling

9
membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut

teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota

kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter),

ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa

laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi,

pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi

hasil kelompok, dan pelaporan (Suherman, 2008).

dalam mengusulkan model pembelajaran tersebut adalah untuk

mengakomodasi siswa studi kasus yang memiliki masalah dengan keaktifan di

dalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung. memberikan lembar kerja

(worksheet) yang berisi soal-soal untuk membimbing siswa dalam kelompok

menemukan konsep-konsep biologi pada materi yang dipelajari. Siswa harus

menjawab semua soal yang ada dengan cara berdiskusi dengan anggota

kelompoknya untuk kemudian dipresentasikan di kelas.

memberikan sedikit modifikasi dalam model pembelajaran ini yaitu dengan

memberikan soal-soal yang berbeda untuk beberapa kelompok dari beberapa

submateri yang ada. Tujuannya adalah supaya setiap siswa dalam kelompok dapat

bertanggungjawab dalam menyampaikan materi yang mereka miliki kepada teman-

temannya yang lain, terutama siswa studi kasus. Bantuan ini bersifat klasikal yaitu

dengan melibatkan semua anggota kelas.

tidak hanya siswa studi kasus secara individual. Karena masalah yang

dialami siswa adalah ketika belajar bersama teman-temannya di kelas, bukan secara

individu. melakukan perlakuan dan observasi secara berkala terhadap siswa studi

kasus selama melaksanakan model pembelajaran tersebut untuk tetap fokus kepada

10
siswa studi kasus dan terus memantau serta membimbing perkembangan siswa

tersebut.

2. Pengaturan kelompok

Pengaturan kelompok disini adalah praktikan menentukan anggota kelompok

dalam melakukan diskusi. Penentuan anggota kelompok disesuaikan dengan jenis

kelamin, kemampuan akademik, sosial, dan karakter dari masing-masing siswa.

Dalam hal ini, praktikan menempatkan siswa yang bersangkutan dengan siswa yang

lebih aktif untuk memotivasi keaktifan siswa tersebut. Praktikan tidak memasukkan

teman-teman siswa studi kasus.

yang sering mengganggunya dalam kelompok yang sama sebagai salah satu

bentuk bantuan kepada siswa studi kasus yaitu pencegahan siswa tersebut

terganggu lagi oleh teman-temannya, sehingga siswa studi kasus dapat lebih fokus

terhadap diskusi kelompok dan lebih aktif saat diskusi kelas.

3. Penempatan posisi kelompok

Penempatan posisi kelompok yang dilakukan oleh praktikan adalah dengan cara

menjauhkan posisi kelompok siswa studi kasus dari kelompok teman-teman yang

sering mengganggunya. Hal ini juga merupakan salah satu upaya pencegahan agar

siswa studi kasus tidak lagi terganggu oleh teman-temannya saat belajar di kelas.

4. Pemantapan materi pelajaran Mtk

Pemantapan materi dilakukan oleh dengan cara memberikan pelajaran tambahan

kepada siswa tentang materi mtk yang belum dipahaminya di luar jam sekolah.

Perlakuan ini merupakan bentuk bantuan alternatif jika siswa studi kasus masih

membutuhkannya setelah kegiatan belajar di kelas dilakukan. Perlakuan ini tidak

sering dilakukan oleh praktikan dikarenakan adanya kendala yaitu waktu siswa

11
yang tidak memungkinkan untuk melakukannya karena siswa mengikuti banyak

aktivitas ekstrakulikuler setelah sekolah.

2.5 Follow Up

Tindak lanjut (Follow Up) adalah usaha yang ditempuh untuk memantau

perubahan siswa setelah mendapat bantuan dalam memecahkan masalahnya.

Tindak lanjut yang dilakukan adalah terus memantau perkembangan belajar siswa

dengan mengobservasi tingkah laku pada saat melaksanakan bantuan serta dengan

mengadakan wawancara dengan siswa secara langsung, teman siswa, serta guru.

Dengan bantuan layanan studi kasus yang diberikan.

diharapkan terjadi perubahan yang positif pada siswa sehingga timbul motivasi

untuk memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk belajar dengan tekun,

berupaya untuk dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa, dan diharapkan

siswa dapat lebih aktif dalam diskusi kelas, sehingga hal ini juga dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah.

Selama proses bantuan dilakukan oleh menunjukkan adanya perubahan yang

positif dari diri siswa yaitu siswa menjadi lebih aktif untuk bertanya,

mengemukakan pendapat dalam diskusi, dan lebih fokus dalam kegiatan belajar

mengajar. Namun, perkembangan sikap pada diri siswa harus terus diamati.

Mengingat keterbatasan waktu yang hanya berlangsung maka tindak lanjut layanan

studi kasus siswa tidak dapat dilaksanakan secara optimal. Sehingga dalam

memantau perkembangan dan kemajuan siswa, selanjutnya diserahkan kepada

bapak/ ibu guru BK, guru matapelajaran, dan wali kelas untuk dapat menindak

lanjuti kegiatan layanan studi kasus siswa tersebut.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Layanan studi kasus kesulitan belajar mtk merupakan kegiatan identifikasi

permasalahan belajar siswa terhadap mata pelajaran mtk serta pemberian

bantuan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

2. Faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa adalah sulitnya untuk

fokus dalam kegiatan belajar mengajar karena sering terganggu oleh teman-

temannya yang selalu mengajaknya bercanda, dan kesulitan siswa dalam

memahami materi yang disampaikan dalam bahasa Inggris.

3. Bantuan yang dapat diberikan oleh praktikan adalah dengan menggunakan

model pembelajaran diskusi presentasi serta menempatkan siswa studi kasus

dengan siswa lain yang lebih aktif.

3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan, penulis mengharapkan agar
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para pembacanya,

13
DAFTAR PUSTAKA

Ary, D. dkk. (Furhan, A, Penterjemah). 1982. Pengantar Penelitian dalam


Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Bogdan, R.C & Biklen, S.K. 1982. Methods of Social Research. Boston: Allyn and
Bacon, Inc.

Mortensen D. G & Schukuller, A.M (2003). Guidance and to Day’s School. New
York: John Wiley & Sons Inc.

Suherman, Erman. 2008. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi


Kompetensi Siswa. (Online), (www.pkab.wordpress.com/
model_pembelajaran_ berorientasi_kompetensi_siswa, diakses pada tanggal
10 April 2012)

Surakhmad, W. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode, dan Teknik.


Bandung: Tarsito

14

Anda mungkin juga menyukai