Anda di halaman 1dari 19

MINI RISET FILSAFAT PENDIDIKAN

PENGAMATAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA MENENGAH ATAS

Disusun Oleh
Muhammad Divanda Maulidian
2223151031
Selvi Amanda
2223351001
Isnaini Fadhilah
2222451015
Yeyen Zepania Tobing
2222451016
Evelin Tedrin
2223151027

Kelas D

Dosen Pengampu : Dra.Dorlince Simatupang, M.pd

PROGRAM STUDI S1 PEND. SENI RUPA – FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
dan karunianya saya dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide yang berjudul “Pengamatan
Proses Pembelajaran Siswa” sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat Pendidikan. Penulis
berterima kasih kepada seluruh pihak yang banyak membantu dalam proses penyusunan dan
penyelesaian makalah ini dari awal hingga akhir. Terima kasih yang sebesar besarnya kepada
dosen pembimbing mata kuliah Filsafat Pendidikan Ibu Dra.Dorlince Simatupang, M.pd
yang telah membimbing dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa selalu diharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
penulis pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umunya.

Medan, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1

A. Latar Belakang ......................................................................................................1


B. Tujuan Penelitian ..................................................................................................2
C. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 2

BAB II LANDASAN TEORITIS ..................................................................................... 4

A. Tinjauan Pustaka...................................................................................................4

BAB III METODE PELAKSANAAN .............................................................................14

BAB IV PENUTUP............................................................................................................15

A. Kesimpulan ............................................................................................................15
B. Saran ....................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal
balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu
aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi
antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses
pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat
dicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar
mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa
sehingga ia mau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu
mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan aktif untuk
memahami dan mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon stimulus
(rangsangan) yang diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif
peserta didik juga dapat dibimbing oleh guru dari pengetahuan sebelumnya yang mereka
miliki yang tersimpan dalam ingatan dan pemikiran mereka (kognitif) dengan
menggunakan teori dan metode pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi
maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal tanpa
menyiapkan sejumlah perangkat pembelajaran yang tepat. Disini para guru juga bisa
mempelajari aliran-aliran dari filsafat pendidikan yang bisa diterapkan dalam proses
pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa dan keefektifan dari penerapan aliran
filsafat pendidikan tersebut dalam praktek nyata di sekolah.

1
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran di sekolah


2. Untuk mengetahui metode, model, dan strategi dalam proses pembelajaran di
sekolah
3. Untuk mengetahui aliran filsafat pendidikan apa yang diterapkan oleh guru
dalam proses pembelajaran di sekolah.
4. Untuk mengetahui kendala yang muncul dalam proses pembelajaran di sekolah.

C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut .

1. Dapat mengetahui bagaimana proses pembelajaran, metode, model, dan


strategi proses pembelajaran yang digunakan oleh guru, serta untuk
mengetahui apa saja kendala yang muncul dalam proses pembelajaran di
sekolah.
2. Laporan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber literasi bagi para
pembaca.
3. Sebagai evaluasi dan pembelajaran bagi mahasiswa sebagai calon guru di
masa depan bagaimana proses pembelajaran yang baik dan efektif serta
menerapkan aliran filsafat pendidikan dalam proses pembelajaran.

2
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Siswa (Peserta Didik)


Siswa sendiri merupakan seorang pelajar atau murid yang sedang duduk dibangku
SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SMA (Sekolah
Menengah Atas). Seorang siswa belajar dalam mendapatkan ilmu pengetahuan agar
bisa mencapai cita-cita dan impiannya. Seorang siswa adalah seorang anak yang
sedang menempuh pendidikan dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas
itulah yang disebut dengan siswa dan siswi.

Siswa merupakan satu-satunya subjek yang menerima apa saja yang diberikan
oleh guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Siswa digambarakan sebagai
sosok yang membutuhkan bantuan orang lain untuk memperoleh ilmu
pengetahuan. Selain memperoleh ilmu pengetahuan siswa juga mengalami
perkembangan serta pertumbuhan dari kegiatan pendidikan tersebut. Sehingga dapat
dikatakan bahwa siswa merupakan salah satu anggota masyarakat yang memiliki
potensi serta usaha untuk mengembangkan dirinya. Peserta didik yang pada ummnya
merupakan inidividu yang memilki potensi yang dirasa perlu dikembangkan melalui
pendidikan baik fisik maupun psikis dari lingkungan keluarga maupun lingkunagn
masyarakat dimanapun ia berada.

Seorang peserta didik akan diajarkan bagaimana cara bersikap yang baik serta
etika yang sopan untuk berinteraksi pada masyarakat lainnya. Tentu saja hal tersebut
tidak dapat melupakan peran pendidik sebagai sumber ilmu dan salah satu unsur
terpenting dari pendidikan. Seorang pendidik harus memahami dengan betul karakter
yang ada pada peserta didiknya. Pendidik juga harus mengerti bagaimana cara

3
mengasah potensi yang ada pada peserta didiknya. Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No.
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional “Peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada
jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.”

Abu Achmadi, salah satu pemerhati pendidikan ia mengungkapkan bahwa peserta


didik atau siswa merupakan individu yang belum bisa dikatakan dewasa. Ia
memerlukan usaha, bantuan, serta bimbingan dari seseorang untuk mencapai tingkat
kedewasaannya. Ia juga mengungkapkan bahwa peserta didik juga membutuhkan
bimbingan untuk menjadi pribadi yang lebih baik didepan Tuhan Yang Maha Esa
serta didepan negara sebagai warga negara yang baik. Dengan demikian siswa atau
peserta didik dapat dikatakan orang yang mempunyai fitrah atau potensi dasar yang
ada dalam dirinya berupa fisik maupun psikis yang perlu dikembangakan melalui
pendidikan.

UU RI No. 20 th 2003 telah mencantumkan bahwa peserta didik memilki


kewajiban sebagi berikut :

a. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses


dan keberhasilan pendidikan.
b. Ikut menanggung biaya pendidikan kecuali bagi yang dibebaskan dari
kewajiban tersebut.

2. Pengertian Guru
Guru dalam bahasa jawa adalah menunjuk pada seorang yang harus digugu dan
ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakat. Harus digugu artinya segala sesuatu
yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakkini sebagai kebenaran
oleh semua murid. Sedangkan ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri teladan
(panutan) bagi semua muridnya. Secara tradisional guru adalah seorang yang berdiri
didepan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Guru sebagai pendidik dan
pengajar anak, guru diibaratkan seperti ibu kedua yang mengajarkan berbagai macam

4
hal yang baru dan sebagai fasilitator anak supaya dapat belajar dan mengembangkan
potensi dasar dan kemampuannya secara optimal,hanya saja ruang lingkupnya guru
berbeda, guru mendidik dan mengajar di sekolah negeri ataupun swasta.
Adapun pengertian guru menurut para ahli:
a. Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) Guru adalah pendidik, yaitu orang
dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada
anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya
sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan
individu yang sanggup berdiri sendiri.
b. Menurut Peraturan Pemerintah Guru adalah jabatan fungsional, yaitu
kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya
didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
c. Menurut Keputusan Men.Pan Guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi
tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan pendidikan di sekolah.
d. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru
yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh
Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun
peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
a. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar
kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

5
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-
pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang
tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan,
pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup
berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual.
Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru
sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas
anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang
ada.
b. Guru Sebagai Pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar
peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan,
hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa
aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas
dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.
Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan
terampil dalam memecahkan masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
pembelajaran, yaitu: Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis,
Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan,
Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji
materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus
senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang
telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
c. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan
itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga

6
perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam
dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan guru memerlukan kompetensi
yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut:
1) Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang
hendak dicapai.
2) Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan
yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar
itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara
psikologis.
3) Guru harus memaknai kegiatan belajar.
4) Guru harus melaksanakan penilaian.
e. Guru Sebagai Pemimpin.
Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru
menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.
f. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran.
Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu,
guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar
supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
g. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang
yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk
menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat
sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau
mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru:
sikap dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman
dan kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku
neurotis, selera, keputusan, kesehatan, gaya hidup secara umum. Perilaku guru
sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani
mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang

7
menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada
dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan
harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
3. Pengertian Belajar
Bila diperhatikan lebih jauh esensi dasar dari pengertian belajar adalah
perubahan, dengan berbagai karakteristiknya, dan latihan atau pengalaman,
pertanyaannya perubahan dalam hal apa, apakah perubahan perubahan tersebut
terjadi hanya dalam bentuknaya yang konkrit atau akan berlaku juga dalam bentuknya
yang abstrak, untuk menjawab masalah ini terdapat dua pandangan penting, yaitu
pandangan behaviouristik dan pandangan kognitif.

Menurut pandangan behavioristik, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku,


cara seseorang berbuat pada situasi tertentu serta perubahan tersebut dapat diamati,
artinya berpikir dan emosi tidak menjadi perhatian dalam suatu aktivitas belajar
karena tidak bisa diamati. Sebaliknya menurut pandangan kognitif belajar adalah
proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan terjadi dalam
kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu dan
perubahan tersebut hanyalah refleksi dari perubahan internal.

Dalam perkembangannya para behaviourist baru, neo-behaviourist telah berusaha


memperluas pandangannya tentang belajar dengan memasukan aspek-aspek yang
tidak dapat diamati secara langsung, seperti harapan-harapan, keinginan-keinginan,
keyakinan dan pikiran seperti terlihat dalam pandangan Albert Bandura yang terkenal
dengan teori kognitif sosialnya yang menganggap bahwa belajar itu lebih dari sekedar
perubahan dalam tingkah laku yang teramati, melainkan juga mencakup pencapaian
pengetahuan dan tingkah laku yang dapat diamati yang berdasar pada pengetahuan
tersebut.

Dengan memperhatikan berbagai pandangan tentang makna belajar, maka


dapatlah diartikan bahwa belajar merupakan suatu perubahan internal yang terjadi
pada diri seseorang, perubahan dalam potensi untuk bertingkah laku, serta perubahan
tingkah laku itu sendiri. Implikasi dari pengertian ini adalah bahwa seorang guru atau

8
dosen pasti dihadapkan pada tingkah laku siswa mahasiswa yang teramati seperti
hasil pekerjaan siswa mahasiswa dalam melaksanakan tugas tugas atau tingkah laku
mereka di dalam ruangan belajar, dan aspek yang kurang tidak teramati secara
langsung seperti berpikir abstrak serta sikap.

4. Pengertian Mengajar
Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses mengorganisir lingkungan yang
ada di sekitar siswa sehingga pada diri siswa terjadi proses belajar. Dalam hal ini, S.
Nasution 1982:8 mengemukakan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas
mengorganisir lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak
sehingga terjadi proses belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
mengajar adalah suatu proses kegiatan yang disengaja dan terencana untuk
membimbing dan mengawasi siswa dalam aktivitas belajar untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Seorang guru sebagai pengajar Slameto, 1991:40
harus memerhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Konteks
Dalam belajar sebagian besar tergantung pada konteks belajar itu sendiri.Ciri-
ciri konteks yang baik adalah membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secara
dinamis dan kuat sekali, terdiri dari pengalaman yang aktual dan
konkret.Pengalaman yang konkret dan dinamis merupakan alat untuk menyatakan
pengertian yang sifatnya sederhana sehingga dapat ditiru untuk diulanginya.
b. Fokus
Pengajaran akan berhasil dengan penggunaan vokalisasi. Untuk mencapai
proses yang efektif, harus dipilih fokus yang memiliki ciri-ciri yang baik, seperti:
memobilisasi tujuan, memberi bentuk uniformitas pada belajar.
c. Sosialisasi
Kondisi sosial dalam suatu kelas banyak sekali pengaruhnya dalam proses
belajar pada kelas tersebut. Sehingga dalam hal ini sosialisasi harus dilakukan.
Sosialisasi yang baik akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: adanya fasilitas
sosial, perangsang, dan kelompok demokratis.

9
d. Sequence
Dalam proses belajar mengajar dipandang sebagai suatu pertumbuhan mental,
siswa dapat mengalami kegagalan atau mungkin juga sukses. Ciri-ciri sequence
yang baik adalah pertumbuhan bersifat kontinyu, tergantung pada tujuan,
tergantung pada munculnya makna, merupakan perubahan dari yang abstrak ke
arah konkrit, sebagai gerakan dari kasar dan global ke arah yang membedakan,
dan pertumbuhan itu merupakan transformasi.
e. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan perubahan siswa, untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada perubahan tersebut.
Kelima prinsip mengajar di atas haruslah diperhatikan oleh guru, agar guru dapat
membimbing dan mengarahkan siswa, sehingga dapat menumbuhkan minat belajar
siswa.Dan yang terpenting tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik.
5. Pengertian Pembelajaran
Secara umum pengertian pembelajaran adalah upaya yang dilakukan untuk
membantu seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa dengan maksud supaya
di samping tercipta proses belajar juga sekaligus supaya proses belajar menjadi lebih
efesien dan efektif. Itulah sebabnya Darsono, 2000: 24 mengemukakan bahwa
pengertian pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih
baik.

Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008)


pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Sedangkan menurut Duffy dan
Roehler (1989) pengertian pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan
dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai
tujuan kurikulum. Adapun pengertian pembelajaran menurut UU Nomor 20 tahun
2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar. Berdasarkan beberapa

10
pengertian atau definisi pembelajaran di atas dapat diidentifikasi bahwa pembelajaran
memiliki ciri-ciri :
a. Merupakan upaya sadar dan disengaja; 2) Pembelajaran harus membuat siswa
belajar.
b. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.
c. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil

6. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

a. Tujuan Belajar
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa
telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa.
tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Tujuan belajar terdiri
dari tiga komponen yaitu :
b. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada hakekatnya adalah rumusan tentang perilaku hasil
belajar ( kognitif, psikomotor, dan afektif ) yang diharapkan untuk dimiliki
(dikuasai) oleh si pelajar setelah si pelajar mengalami proses belajar dalam
jangka waktu tertentu. Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan
pembelajaran adalah kebutuhan siswa,mata ajaran, dan guru itu sendiri.
berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yan hendak dicapai dan
dikembangkan dan diapresiasikan. berdasarkan mata ajaran yang ada dalam
petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.
guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus mampu
menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat diukur. Suatu
tujuan pembelajaran sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya:
dalam situasi bermain peran.

11
2) Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur
dan dapat diamati.
3) Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki,
misalnya pada peta pulau jawa, siswa dapat mewarnai dan memberi label
pada sekurang-kurangnya tiga gunung utama.

7. Penerapan Filsafat Pendidikan


Sesuai yang tercantum dalam UU RI No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yaitu yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Usaha di sini
berarti kegiatan atau perbuatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan
untuk mencapai suatu maksud. Sadar adalah insyaf, yakin, tahu, dan mengerti.
Sedangkan terencana adalah menyusun sistem dengan landasan tertentu untuk
kemudian dilaksanakan. Perencanaan pendidikan secara sengaja dan sungguh-
sungguh ini tentunya dilakukan oleh insan pendidikan yang mempunyai kewenangan
dan tanggung jawab menyeluruh terhadap keberhasilan pelaksanaan proses
pendidikan, khususnya pendidikan di sekolah dasar. Dan penerapan filsafat
pendidikan di dalamnya merupakan faktor yang ikut menentukan dan membantu para
pelaku pendidikan tersebut.
Filsafat sebagai teori umum pendidikan dapat diterapkan dalam penentuan
kurikulum, metode, tujuan, serta kedudukan dan peran guru atau pendidik juga anak
didiknya. Adanya berbagai mazhab dalam filsafat pendidikan juga menyebabkan
berbeda-bedanya kurikulum, metode, tujuan, serta kedudukan guru dan siswa tersebut
dalam struktur pendidikan. Semuanya tergantung pada mazhab apa yang diterapkan
atau dianut oleh para pelakunya. Hanya saja, dalam hal ini mereka dituntut untuk
memiliki kurikulum yang relevan dengan pendidikan ideal, juga disesuaikan dengan
perkembangan jaman dan menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan

12
yang normal. Metode pendidikan juga harus mengandung nilai-nilai instrinsik dan
ekstrinsik yang sejalan dengan mata pelajaran dan secara fungsional dapat
direalisasikan dalam kehidupan. Selain itu, tujuan pendidikan tidak hanya terpaku
pada salah satu pihak semata, melainkan untuk seluruh pihak yang terlibat dalam
pendidikan. Kedudukan guru dan siswa harus benar-benar dimengerti oleh keduanya
sehingga dapat menjalankan peranannya masing-masing dengan baik.

13
BAB III
METODE PELAKSANAAN

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.

Salah satu pengertian pembelajararan dikemukakan oleh Gagne (1977) yaitu


pembelajaran adalah seperangkat peristiwa -peristiwa eksternal yang dirancang untuk
mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal. Lebih lanjut, Gagne (1985)
mengemukakan teorinya lebih lengkap dengan mengatakan bahwa pembelajaran
dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian
rupa untuk mengaktifkan, mendukung, dan mempertahankan proses internal yang
terdapat dalam setiap peristiwa belajar.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik.

B. Saran
Sebaiknya guru harus menerapkan metode pembelajaran yang disesusaikan
dengan kondisi serta karakter siswa, dalam dunia pendidikan khususnya proses
belajar mengajar hendaknya selalu dilakukan pembaharuan menuju yang lebih
baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat


Pendidiakn Lanjutan Pertama. 2002. Pendekatan Konsektual ( Contextual Teaching and
Learning (CTL))

Dimyati, Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta.

https://cancer55.wordpress.com/2013/09/07/fungsi-dan-peranan-guru-dalam-proses-belajar-
mengajar/ (diakses pada tanggal 4 November 2022)

http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-siswa-menurut-para-ahli.html
(diakses pada tanggal 4 November 2022)

http://chandcyberspace.blogspot.com/2017/04/apa-itu-guru-pengertian-guru-menurut.html
(diakses pada tanggal 4 November 2022)

http://www.wikipendidikan.com/2016/02/perbedaan-makna-belajar-mengajar.html (diakses
pada tanggal 4 November 2022)

http://dinaauliamn.blogspot.co.id/2016/10/penerapan-filsafat-pendidikan.html (diakses pada


tanggal 4 November 2022)

http://pedidikanmu.blogspot.co.id/2013/05/penerapan-filsafat-pendidikan-pancasila_8.html
(diakses pada tanggal 4 November 2022)

https://unida.ac.id/pembelajaran/artikel/apa-itu-pembelajaran.html (diakses pada tanggal 4


November 2022)

16

Anda mungkin juga menyukai