Anda di halaman 1dari 24

Skor nilai :

FILSAFAT PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU : Dra. Dorlince Simatupang, M.Pd

LAPORAN MINI RISET


PENGAMATAN PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA
PPKN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
KELAS B
ILHAM EFFENDI YAHYA (3192111002)
FITRI DESPINA (3191111018)
AYU WANDIRA (3191111010)
FADILLAH PAUZIAH (3192411020)

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas Mini Riset yang berjudul “Pengamatan Proses Pembelajaran Mahasiswa
Universitar Negeri Medan” sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat Pendidikan. Penulis berterima kasih
kepada seluruh pihak yang banyak membantu dalam proses penyusunan dan penyelesaian makalah ini dari
awal hingga akhir. Dan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah
Filsafat Pendidikan Dra. Dorlince Simatupang M..Pd. yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini kiranya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri tentunya.

Medan, 13 November 2019

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN1

A. Latar Belakang ....................................................................................................


B. Tujuan Penelitian ................................................................................................
C. Manfaat Penelitian ..............................................................................................

BAB II LANDASAN TEORITIS ...................................................................................

A. Tinjauan Pustaka ................................................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .....................................................................

A. Lokasi Penelitian .................................................................................................


B. Metode Penelitian................................................................................................
C. Subjek Penelitian ................................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................

BAB V PENUTUP ...........................................................................................................

A. Kesimpulan ..........................................................................................................
B. Saran ....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian


pelaksanaan oleh guru dan mahasiswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal
balik antara guru dan mahasiswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu
aktif di dalam proses pembelajaran, sementara mahasiswa dibuat pasif, sehingga interaksi
antara guru dengan mahasiswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses
pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat
dicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu
mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada mahasiswa
sehingga ia mau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu
mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan aktif untuk
memahami dan mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon stimulus (rangsangan)
yang diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif peserta didik juga
dapat dibimbing oleh guru dari pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang
tersimpan dalam ingatan dan pemikiran mereka (kognitif) dengan menggunakan teori dan
metode pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran
tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal tanpa menyiapkan sejumlah perangkat
pembelajaran yang tepat. Disini para guru juga bisa mempelajari aliran-aliran dari filsafat
pendidikan yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan keadaan
mahasiswa dan keefektifan dari penerapan aliran filsafat pendidikan tersebut dalam
praktek nyata di sekolah.

3
B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran di kelas PPKn Universitas


Negeri Medan
2. Untuk mengetahui metode, model, dan strategi dalam proses pembelajaran di
kelas PPKn Universitas Negeri Medan.
3. Untuk mengetahui aliran filsafat pendidikan apa yang diterapkan oleh guru
dalam proses pembelajaran di kelas PPKn Universitas Negeri Medan.
4. Untuk mengetahui kendala yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas
PPKn Universitas Negeri Medan.

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut .

1. Dapat mengetahui bagaimana proses pembelajaran, metode, model, dan


strategi proses pembelajaran yang digunakan oleh guru, serta untuk
mengetahui apa saja kendala yang muncul dalam proses pembelajaran kelas
PPKn Universitas Negeri Medan.
2. Laporan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber literasi bagi para
pembaca.
3. Sebagai evaluasi dan pembelajaran bagi mahasiswa sebagai calon guru di
masa depan bagaimana proses pembelajaran yang baik dan efektif serta
menerapkan aliran filsafat pendidikan dalam proses pembelajaran.

4
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Mahasiswa (Peserta Didik)

Mahasiswa sendiri merupakan seorang pelajar atau murid yang sedang duduk
dibangku Universitas. Seorang mahasiswa belajar dalam mendapatkan ilmu
pengetahuan agar bisa mencapai cita-cita dan impiannya. Seorang mahasiswa adalah
seorang anak yang sedang menempuh tinggi.

Mahasiswa merupakan satu-satunya subjek yang menerima apa saja yang


diberikan oleh guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Mahasiswa
digambarakan sebagai sosok yang membutuhkan bantuan orang lain untuk
memperoleh ilmu pengetahuan. Selain memperoleh ilmu pengetahuan mahasiswa
juga mengalami perkembangan serta pertumbuhan dari kegiatan pendidikan tersebut.
Sehingga dapat dikatakan bahwa mahasiswa merupakan salah satu anggota
masyarakat yang memiliki potensi serta usaha untuk mengembangkan dirinya. Peserta
didik yang pada ummnya merupakan inidividu yang memilki potensi yang dirasa
perlu dikembangkan melalui pendidikan baik fisik maupun psikis dari lingkungan
keluarga maupun lingkunagn masyarakat dimanapun ia berada.

Seorang peserta didik akan diajarkan bagaimana cara bersikap yang baik serta
etika yang sopan untuk berinteraksi pada masyarakat lainnya. Tentu saja hal tersebut
tidak dapat melupakan peran pendidik sebagai sumber ilmu dan salah satu unsur
terpenting dari pendidikan. Seorang pendidik harus memahami dengan betul karakter
yang ada pada peserta didiknya. Pendidik juga harus mengerti bagaimana cara
mengasah potensi yang ada pada peserta didiknya. Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No.
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional “Peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada
jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.”

5
Abu Achmadi, salah satu pemerhati pendidikan ia mengungkapkan bahwa peserta
didik atau mahasiswa merupakan individu yang belum bisa dikatakan dewasa. Ia
memerlukan usaha, bantuan, serta bimbingan dari seseorang untuk mencapai tingkat
kedewasaannya. Ia juga mengungkapkan bahwa peserta didik juga membutuhkan
bimbingan untuk menjadi pribadi yang lebih baik didepan Tuhan Yang Maha Esa serta
didepan negara sebagai warga negara yang baik. Dengan demikian mahasiswa atau
peserta didik dapat dikatakan orang yang mempunyai fitrah atau potensi dasar yang
ada dalam dirinya berupa fisik maupun psikis yang perlu dikembangakan melalui
pendidikan.

UU RI No. 20 th 2003 telah mencantumkan bahwa peserta didik memilki


kewajiban sebagi berikut :

a. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses


dan keberhasilan pendidikan.
b. Ikut menanggung biaya pendidikan kecuali bagi yang dibebaskan dari
kewajiban tersebut.

2. Pengertian Guru

Guru dalam bahasa jawa adalah menunjuk pada seorang yang harus digugu dan
ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakat. Harus digugu artinya segala sesuatu
yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakkini sebagai kebenaran oleh
semua murid. Sedangkan ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri teladan
(panutan) bagi semua muridnya. Secara tradisional guru adalah seorang yang berdiri
didepan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Guru sebagai pendidik dan
pengajar anak, guru diibaratkan seperti ibu kedua yang mengajarkan berbagai macam
hal yang baru dan sebagai fasilitator anak supaya dapat belajar dan mengembangkan
potensi dasar dan kemampuannya secara optimal,hanya saja ruang lingkupnya guru
berbeda, guru mendidik dan mengajar di sekolah negeri ataupun swasta.
Adapun pengertian guru menurut para ahli:
a. Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) Guru adalah pendidik, yaitu orang
dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada
anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai

6
makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu
yang sanggup berdiri sendiri.
b. Menurut Peraturan Pemerintah Guru adalah jabatan fungsional, yaitu
kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya
didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
c. Menurut Keputusan Men.Pan Guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi
tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan pendidikan di sekolah.
d. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru
yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh
Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun
peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
a. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar
kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-
pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang
tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan,
pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup
berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual.
Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru
sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas
anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang
ada.

7
b. Guru Sebagai Pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar
peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan,
hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa
aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas
dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.
Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan
terampil dalam memecahkan masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
pembelajaran, yaitu: Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis,
Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan,
Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji
materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa
berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah
dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
c. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan
itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga
perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam
dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan guru memerlukan kompetensi
yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut:
1) Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang
hendak dicapai.
2) Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan
yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar
itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara
psikologis.
3) Guru harus memaknai kegiatan belajar.
4) Guru harus melaksanakan penilaian.
e. Guru Sebagai Pemimpin.
Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru
menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.

8
f. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran.
Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu,
guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar
supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
g. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang
yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk
menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat
sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau
mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru:
sikap dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman
dan kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku
neurotis, selera, keputusan, kesehatan, gaya hidup secara umum. Perilaku guru
sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani
mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang
menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada
dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan
harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.

3. Pengertian Belajar

Bila diperhatikan lebih jauh esensi dasar dari pengertian belajar adalah perubahan,
dengan berbagai karakteristiknya, dan latihan atau pengalaman, pertanyaannya
perubahan dalam hal apa, apakah perubahan perubahan tersebut terjadi hanya dalam
bentuknaya yang konkrit atau akan berlaku juga dalam bentuknya yang abstrak, untuk
menjawab masalah ini terdapat dua pandangan penting, yaitu pandangan
behaviouristik dan pandangan kognitif.

Menurut pandangan behavioristik, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku,


cara seseorang berbuat pada situasi tertentu serta perubahan tersebut dapat diamati,
artinya berpikir dan emosi tidak menjadi perhatian dalam suatu aktivitas belajar
karena tidak bisa diamati. Sebaliknya menurut pandangan kognitif belajar adalah
proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan terjadi dalam
kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu dan
perubahan tersebut hanyalah refleksi dari perubahan internal.

9
Dalam perkembangannya para behaviourist baru, neo-behaviourist telah berusaha
memperluas pandangannya tentang belajar dengan memasukan aspek-aspek yang
tidak dapat diamati secara langsung, seperti harapan-harapan, keinginan-keinginan,
keyakinan dan pikiran seperti terlihat dalam pandangan Albert Bandura yang terkenal
dengan teori kognitif sosialnya yang menganggap bahwa belajar itu lebih dari sekedar
perubahan dalam tingkah laku yang teramati, melainkan juga mencakup pencapaian
pengetahuan dan tingkah laku yang dapat diamati yang berdasar pada pengetahuan
tersebut.

Dengan memperhatikan berbagai pandangan tentang makna belajar, maka


dapatlah diartikan bahwa belajar merupakan suatu perubahan internal yang terjadi
pada diri seseorang, perubahan dalam potensi untuk bertingkah laku, serta perubahan
tingkah laku itu sendiri. Implikasi dari pengertian ini adalah bahwa seorang guru atau
dosen pasti dihadapkan pada tingkah laku mahasiswa mahamahasiswa yang teramati
seperti hasil pekerjaan mahasiswa mahamahasiswa dalam melaksanakan tugas tugas
atau tingkah laku mereka di dalam ruangan belajar, dan aspek yang kurang tidak
teramati secara langsung seperti berpikir abstrak serta sikap.

4. Pengertian Mengajar

Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses mengorganisir lingkungan yang


ada di sekitar mahasiswa sehingga pada diri mahasiswa terjadi proses belajar. Dalam
hal ini, S. Nasution 1982:8 mengemukakan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas
mengorganisir lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak
sehingga terjadi proses belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa mengajar
adalah suatu proses kegiatan yang disengaja dan terencana untuk membimbing dan
mengawasi mahasiswa dalam aktivitas belajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Seorang guru sebagai pengajar Slameto, 1991:40 harus
memerhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Konteks
Dalam belajar sebagian besar tergantung pada konteks belajar itu sendiri.Ciri-
ciri konteks yang baik adalah membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secara
dinamis dan kuat sekali, terdiri dari pengalaman yang aktual dan

1
0
konkret.Pengalaman yang konkret dan dinamis merupakan alat untuk menyatakan
pengertian yang sifatnya sederhana sehingga dapat ditiru untuk diulanginya.
b. Fokus
Pengajaran akan berhasil dengan penggunaan vokalisasi. Untuk mencapai
proses yang efektif, harus dipilih fokus yang memiliki ciri-ciri yang baik, seperti:
memobilisasi tujuan, memberi bentuk uniformitas pada belajar.
c. Sosialisasi
Kondisi sosial dalam suatu kelas banyak sekali pengaruhnya dalam proses
belajar pada kelas tersebut. Sehingga dalam hal ini sosialisasi harus dilakukan.
Sosialisasi yang baik akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: adanya fasilitas
sosial, perangsang, dan kelompok demokratis.
d. Sequence
Dalam proses belajar mengajar dipandang sebagai suatu pertumbuhan mental,
mahasiswa dapat mengalami kegagalan atau mungkin juga sukses. Ciri-ciri
sequence yang baik adalah pertumbuhan bersifat kontinyu, tergantung pada
tujuan, tergantung pada munculnya makna, merupakan perubahan dari yang
abstrak ke arah konkrit, sebagai gerakan dari kasar dan global ke arah yang
membedakan, dan pertumbuhan itu merupakan transformasi.
e. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan perubahan mahasiswa, untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada perubahan tersebut.
Kelima prinsip mengajar di atas haruslah diperhatikan oleh guru, agar guru dapat
membimbing dan mengarahkan mahasiswa, sehingga dapat menumbuhkan minat
belajar mahasiswa.Dan yang terpenting tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik.

5. Pengertian Pembelajaran

Secara umum pengertian pembelajaran adalah upaya yang dilakukan untuk


membantu seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa dengan maksud supaya
di samping tercipta proses belajar juga sekaligus supaya proses belajar menjadi lebih
efesien dan efektif. Itulah sebabnya Darsono, 2000: 24 mengemukakan bahwa
pengertian pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih
baik.

1
1
Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008)
pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada mahasiswa. Sedangkan menurut Duffy
dan Roehler (1989) pengertian pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja
melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk
mencapai tujuan kurikulum. Adapun pengertian pembelajaran menurut UU Nomor 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar. Berdasarkan
beberapa pengertian atau definisi pembelajaran di atas dapat diidentifikasi bahwa
pembelajaran memiliki ciri-ciri :
a. Merupakan upaya sadar dan disengaja; 2) Pembelajaran harus membuat
mahasiswa belajar.
b. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.
c. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil

6. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

a. Tujuan Belajar
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa
mahasiswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh
mahasiswa. tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang
diharapkan tercapai oleh mahasiswa setelah berlangsungnya proses belajar.
Tujuan belajar terdiri dari tiga komponen yaitu :
b. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran pada hakekatnya adalah rumusan tentang perilaku hasil


belajar ( kognitif, psikomotor, dan afektif ) yang diharapkan untuk dimiliki
(dikuasai) oleh si pelajar setelah si pelajar mengalami proses belajar dalam jangka
waktu tertentu. Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan
pembelajaran adalah kebutuhan mahasiswa,mata ajaran, dan guru itu sendiri.
berdasarkan kebutuhan mahasiswa dapat ditetapkan apa yan hendak dicapai dan
dikembangkan dan diapresiasikan. berdasarkan mata ajaran yang ada dalam
petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.
guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para mahasiswa dan dia harus
mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat
10
diukur. Suatu tujuan pembelajaran sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya:
dalam situasi bermain peran.
2) Tujuan mendefinisikan tingkah laku mahasiswa dalam bentuk dapat
diukur dan dapat diamati.
3) Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya
pada peta pulau jawa, mahasiswa dapat mewarnai dan memberi label
pada sekurang-kurangnya tiga gunung utama.

7. Penerapan Filsafat Pendidikan


Sesuai yang tercantum dalam UU RI No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yaitu yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Usaha di sini
berarti kegiatan atau perbuatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan
untuk mencapai suatu maksud. Sadar adalah insyaf, yakin, tahu, dan mengerti.
Sedangkan terencana adalah menyusun sistem dengan landasan tertentu untuk
kemudian dilaksanakan. Perencanaan pendidikan secara sengaja dan sungguh-
sungguh ini tentunya dilakukan oleh insan pendidikan yang mempunyai kewenangan
dan tanggung jawab menyeluruh terhadap keberhasilan pelaksanaan proses
pendidikan, khususnya pendidikan di sekolah dasar. Dan penerapan filsafat
pendidikan di dalamnya merupakan faktor yang ikut menentukan dan membantu para
pelaku pendidikan tersebut.
Filsafat sebagai teori umum pendidikan dapat diterapkan dalam penentuan
kurikulum, metode, tujuan, serta kedudukan dan peran guru atau pendidik juga anak
didiknya. Adanya berbagai mazhab dalam filsafat pendidikan juga menyebabkan
berbeda-bedanya kurikulum, metode, tujuan, serta kedudukan guru dan mahasiswa
tersebut dalam struktur pendidikan. Semuanya tergantung pada mazhab apa yang
diterapkan atau dianut oleh para pelakunya. Hanya saja, dalam hal ini mereka dituntut
untuk memiliki kurikulum yang relevan dengan pendidikan ideal, juga disesuaikan
dengan perkembangan jaman dan menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan
pertumbuhan yang normal. Metode pendidikan juga harus mengandung nilai-nilai

11
instrinsik dan ekstrinsik yang sejalan dengan mata pelajaran dan secara fungsional
dapat direalisasikan dalam kehidupan. Selain itu, tujuan pendidikan tidak hanya
terpaku pada salah satu pihak semata, melainkan untuk seluruh pihak yang terlibat
dalam pendidikan. Kedudukan guru dan mahasiswa harus benar-benar dimengerti
oleh keduanya sehingga dapat menjalankan peranannya masing-masing dengan baik.

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Obsevasi dilaksanakan di Universitas Negeri Medan. Kelas yang diobservasi adalah


sampel kelas PPkn Universitas Negeri Medan
Observasi dilaksanakan pada Sabtu, 11 Novembert 2019. Dalam satu kali tatap muka
adalah dua jam pelajaran atau 2 x 45 menit.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui metode observasi langsung pada kelas PPKn.
Bagaimana proses pembelajaran serta interaksi antara guru dan mahasiswa dalam
pembelajaran, serta aliran filsafat pendidikan apa yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif, dengan mengadakan wawancara kepada mahasiswa dan guru serta mengisi
kuesioner dalam pembelajaran berlangsung.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah
penelitian. Subjek penelitian juga membahas karakteristik subjek yang digunakan dalam
penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah : mahasiswa PPKn Universitas Negeri
Medan.

13
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan

Dari hasil pengamatan proses pembelajaran di kelas PPKn, maka dilampirkanlah


hasil observasi dalam penyajian tabel berikut.

1. Lembar Observasi I

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS MAHASISWA SELAMA PROSES


PEMBELAJARAN

Hari, tanggal : Senin/11 November 2019

Petunjuk Pengisian:

Amatilah aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran di kelas. Isilah lembar


pengamatan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang mungkin dapat


melihat semua aktivitas mahasiswa
2. Setiap 150 detik, pengamat melakukan aktivitas pengamatan aktivitas mahasiswa
yang dominan, dan 30 detik berikutnya pengamat menulis hasil pengamatan.

Hasil
No Aktivitas yang diamati Skor Ket
Baik Cukup Rendah

1 Memperhatikan dan Dimana saat


mendengarkan penjelasan oleh proses
guru. pembelajaran
10 √ berlangsung,
Skor maksimal : 10
seluruh
perhatian

14
mahasiswa
tertuju
kepada guru.
Hampir 95%
mahasiswa
tidak
melakukan
aktivitas lain
yangn tidak
berkaitan
dengan
pembelajaran
Dalam proses
pembelajaran
mahasiswa
tidak
berperan
aktif
melainkan
berperan
Berperan aktif dalam sesi diskusi
pasif, tidak
2 pembelajaran (bertanya dan 4 √
ada sesi tanya
menjawab pertanyaan guru)
jawab yang
terlihat dalam
kelas.
Mahasiswa
hanya
mendengar
dan
mengikuti
arahan dari
guru saja.
Perilaku mahasiswa dalam Dalam proses
pembelajaran: pembelajaran

15
mahasiswa
- Mengerjakan tugas yang masih
diberikan oleh guru.
terlihat pasif.
- Mengikuti kegiatan
diskusi/presentasi secara aktif. Dimana
- Mahasiswa berperilaku mahasiswa
3 kondusif dalam pembelajaran. menerima
- Memberikan secara
pendapat/tanggapan yang mentah-
argumentative.
mentah apa
- Menghargai saran dan 75 √
pendapat sesama teman. yang
- Mengerjakan setiap tugas diberikan
dengan jujur dan disiplin. oleh guru.
Skor maksimal : 80 Sehingga
kegiatan
diskusi tidak
berjalan dengan
lancar.
Walaupun guru
memberikan
kesempatan yang
sama kepada
setiap mahasiswa
untuk berpendapat.
Masih ada
beberapa
mahasiswa yang
tidak bekerja
secara mandiri
dalam pengerjaan
tugas atau dengan
kata lain
menyontek.
Total 89

16
Dari Lembar Observasi I yaitu mengenai kegiatan mahasiswa dalam proses
pembelajaran, dapat dilihat bahwasanya mahasiswa kurang berperan aktif dalam
pembelajaran walaupun suasana kelas yang tercipta sangat kondusif. Mahasiswa
hanya menerima segala materi dari guru secara mentah-mentah, dan tidak terlihat
secara signifkan respon mahasiswa terhadap suatu materi. Mahasiswa tidak memiliki
sikap kritis didalam dirinya tidak terlihat mahasiswa memberikan pertanyaan atau pun
menjawab pertanyaan dari guru, hal ini seharusnya tidak boleh tejadi pada
mahasiswa.

Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor kemungkinan, yaitu :

1. Mahasiswa tidak memiliki semangat belajar yang tinggi.


2. Mahasiswa tidak diberikan kesempatan untuk berpendapat oleh guru.
3. Mahasiswa tidak memiliki rasa percaya diri.
4. Mahasiswa belum memahami keseluruhan suatu materi.
5. Mahasiswa tidak peduli dengan pembelajaran yang sudah berlangsung.
6. Mahasiswa tidak diberikan arahan ataupun contoh dalam bersikap aktif dan kritis
oleh orang tua ataupun guru.
Mengenai kegiatan guru dalam proses pembelajaran, dapat dilihat bahwasanya
guru menganut aliran filsafat pendidikan idealisme, dimana guru memberikan seluruh
kesempatan kepada mahasiswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dan
guru berusaha untuk menjadikan dirinya lebih unggul (excellent) agar dapat dijadikan
teladan bagi para mahasiswa, dapat dilihat dari penguasaan materi oleh guru yang
sangat baik, penjelasan materi yang sangat sederhana dan mudah dimengerti, dan
sikap guru yang komunikatif terhadap mahasiswanya. Namun hal ini tidak disambut
dengan baik oleh para mahasiswa, guru terlihat sangat aktif sementara mahasiswa
bersikap pasif. Hal ini sangat kontras terlihat dalam proses pembelajaran. Sehingga
terlihat guru mengambil metode dari aliran filsafat pendidikan realisme yaitu tetap
memberikan kebebasan terhadap mahasiswa tapi memberikan beberapa peraturan
untuk dipenuhi oleh mahasiswa, dapat dibuktikan dengan teraturnya kegiatan
pembelajaran dan terciptanya suasana kelas yang sangat kondusif.

17
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil observasi mengenai proses pembelajaran mahasiswa di kelas PPKn


Universitas Negeri Medan, bahwasanya untuk mewujudkan suasana kelas yang
kondusif dan efektif diperlukan kerja sama yang baik antara guru dan mahasiswa.
Dimana guru dan mahasiswa harus sama-sama bersikap aktif dalam proses
pembelajaran berlangsung, mahasiswa harus bersikap kritis dalam setiap hal yang
baru diterimanya baik itu berupa materi pembelajaran. Dan guru juga harus unggul
dan menguasai materi dengan baik dan memiliki metode pengajaran yang tepat sesuai
dengan karakter mahasiswa. Dan proses pembelajaran yang efektif belum terlihat di
kelas PPkn Unversitas Negeri Medan, dikarenakan mahasiswa yang tidak bersikap
aktif dan kritis dalam proses pembelajaran tersebut, padahal guru memiliki sikap aktif
dan bersifat demokratis.

Aliran filsafat pendidikan menawarkan metode pengajaran dalam dunia


pendidikan yang dapat diterapkan oleh guru. Dalam hal ini guru harus bijaksana
dalam menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter mahasiswa
serta kondisi kelas tersebut. Guru juga bisa menggabungkan metode pembelajaran
dari beberapa yang ditawarkan oleh alliran-aliran filsafat pendidikan, namun perlu
ditekankan penerapan metode pembelajaran harus sesuai dengan karakter mahasiswa
dan kondisi kelas.

B. Saran

Sebaiknya sebagai guru harus senantiasa berkreasi dan inovatif dalam kegiatan
mengajar, sehingga mahasiswa tidak merasa jenuh atau bosan dalam kegiatan
pembelajaran tersebut. Dan guru harus menerapkan metode pembelajaran yang
disesusaikan dengan kondisi serta karakter mahasiswa, dalam dunia pendidikan
khususnya proses belajar mengajar hendaknya selalu dilakukan pembaharuan menuju
yang lebih baik.

18
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat
Pendidiakn Lanjutan Pertama. 2002. Pendekatan Konsektual ( Contextual Teaching and
Learning (CTL))

Dimyati, Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta.

https://cancer55.wordpress.com/2013/09/07/fungsi-dan-peranan-guru-dalam-proses-belajar-
mengajar/ (diakses pada tanggal 12 November 2017)

http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-mahasiswa-menurut-para-ahli.html
(diakses pada tanggal 12 November 2017)

http://chandcyberspace.blogspot.com/2017/04/apa-itu-guru-pengertian-guru-menurut.html
(diakses pada tanggal 12 November 2017)

http://www.wikipendidikan.com/2016/02/perbedaan-makna-belajar-mengajar.html (diakses
pada tanggal 12 November 2017)

http://dinaauliamn.blogspot.co.id/2016/10/penerapan-filsafat-pendidikan.html (diakses pada


tanggal 12 November 2017)

http://pedidikanmu.blogspot.co.id/2013/05/penerapan-filsafat-pendidikan-pancasila_8.html
(diakses pada tanggal 12 November 2017)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai