Anda di halaman 1dari 47

MINI RISET

(APLIKASI MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI MADRASAH ALIYAH

NEGERI 2 DELI SERDANG)

DI SUSUN

Oleh

Nama : Rizky Mutia Annisa

NIM : 0307192068

Dosen Pengampu : Arba’atun, M. Pd

Mata Kuliah : Manajemen Pembelajaran

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala

hidayah, karunia, taufiq dan rahmat yang diberikan-Nya, serta atas segala

kemudahan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas Mini Riset yang berjudul “Aplikasi Manajemen

Pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri 2 Deli Serdang”.

Rasa terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dosen Pembimbing yaitu

Ibu Arba’atun, M. Pd yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya

sehingga mini riset ini dapat disusun dengan baik. Mini Riset ini dibuat bertujuan

untuk pembaca agar dapat mengetahui tentang “Aplikasi Manajemen

Pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri 2 Deli Serdang” yang akan dipaparkan

nanti di dalam isi Mini Riset.

Mungkin saja dalam banyak tulisan, ketikan, rangkaian kalimat ditemukan

kesalahan, maka semua itu kelemahan penulis sendiri, sedangkan kebaikan yang

ada hanya semata-mata petunjuk dan kecerahan berfikir yang diberikan Allah

yang Maha Mengetahui. Besar harapan penulis agar pembaca memberikan kritik

dan saran yang membangun dalam usaha penyempurnaan dan upaya-upaya

pemahaman yang lebih luas.

Dengan segala kelebihan dan kekurangan, semoga Mini Riset ini

bermanfaat untuk kita semua dan semoga kita semua selalu diridhoi oleh Allah

SWT.

Medan, 30 Januari 2021

Rizky Mutia Annisa

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1

B. Fokus Masalah.....................................................................................................2

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................................2

BAB II KAJIAN TEORITIS..........................................................................................3

A. Pengertian Perencanaan Pembelajaran...........................................................3

B. Pengorganisasian Pembelajaran.......................................................................6

C. Kepemimpinan Guru dalam Pembelajaran....................................................9

D. Evaluasi Pembelajaran.....................................................................................12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..................................................................16

A. Metode Penelitian.............................................................................................16

B. Waktu Penelitian...............................................................................................16

C. Lokasi Observasi...............................................................................................16

BAB IV HASIL PENELITIAN...................................................................................17

A. Temuan Umum.................................................................................................17

B. Temuan Khusus................................................................................................21

C. Hasil Wawancara..............................................................................................25

D. Hasil Observasi.................................................................................................25

BAB V PENUTUP........................................................................................................27

A. Kesimpulan........................................................................................................27

ii
B. Saran...................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................29

LAMPIRAN..................................................................................................................31

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru merupakan seseorang yang memiliki peran yang sangat

penting dalam dunia pendidikan. Guru juga sebagai salah satu komponen

dalam kegiatan belajar mengajar, memiliki posisi yang sangat menentukan

hasil pembelajaran, karena fungsi utama guru adalah merancang

pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta

menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. (UU No.14 Tahun 2005 Pasal

10)

Proses pembelajaran pada tingkat Madrasah Aliyah ataupun Sekolah

Menengah Atas merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

pelaksanaan oleh guru dan murid atas dasar hubungan timbal-balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan murid ini

merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran.

Pada proses pembelajaran, ada murid yang pasif dan ada juga

murid yang aktif, hal itu dikarenakan adanya sebab dari murid itu sendiri

maupun karena aplikasi manajemen pembelajaran yang kurang tepat yang

dilakukan oleh guru dan mengakibatkan kurang bervariasinya sistem

pembelajaran yang ada di kelas atau monoton.

Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, terkadang

guru perlu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rasa

semangat kepada siswanya. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu

mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan

aktif untuk memahami dan mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat

adanya interaksi antara stimulus dan respon.

1
Selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif siswa juga dapat

dibimbing oleh guru dari pemikiran mereka (kognitif) dengan

menggunakan teori dan metode pembelajaran dengan tepat. Penelitian ini

dilakukan agar kita dapat mengetahui bagaimana aplikasi manajemen

pembelajaran yang dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Deli Serdang.

B. Fokus Masalah

1. Bagaimana Perencanaan Pembelajaran Guru di Madrasah Aliyah

Negeri 2 Deli Serdang?

2. Bagaimana Pengorganisasian Pembelajaran Guru di Madrasah

Aliyah Negeri 2 Deli Serdang?

3. Bagaimana Kepemimpinan Guru dalam Pembelajaran di Madrasah

Aliyah Negeri 2 Deli Serdang?

4. Bagaimana Evaluasi Pembelajaran Guru di Madrasah Aliyah Negeri

2 Deli Serdang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dan manfaat dari kegiatan penelitian yang dilakukan adalah untuk:

1. Mengetahui perencanaan pembelajaran guru di MAN 2 Deli

Serdang.

2. Mengetahui pegorganisasian pembelajaran guru di MAN 2 Deli

Serdang.

3. Mengetahui kepemimpinan guru dalam pembelajaran di MAN 2

Delli Serdang.

4. Mengetahui evaluasi pembelajaran guru di MAN 2 Deli Serdang.

2
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan berasal dari kata “rencana” yang berarti pengambilan

keputusan untuk mencapai tujuan. Menurut Ely sebagaimana dikutip

Sanjaya mengatakan bahwa perencanaan itu pada dasarnya suatu proses

dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang

diharapkan. Terry (1993) mengatakan bahwa perencanaan adalah

penetapan kegiatan yang harus dilakukan kelompok untuk mencapai

tujuan tertentu. Reigeluth sebagaimana dikutip Salma (2007) membedakan

perencanaan dengan pengembangan. Ia mengatakan pegembangan adalah

penerapan kisi-kisi perencanaan di lapangan. Kemudian setelah di uji coba

selesai, maka perencanaan tersebut diperbaiki atau diperbarui sesuai

dengan masukan yang telah diperoleh.

Sementara itu, pembelajaran berasal dari kata instruction yang

banyak digunakan dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Kata

instruction banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-holistik, yang

menempatkan siswa sebagai sumber kegiatan. Di sampig itu, kata

instruction dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diprediksi

dapat memfasilitasi siswa dalam mempelajari segala sesuatu, dan peran

guru berubah menjadi fasilitator dalm kegiatan pembelajaran. Hal ini

sejalan dengan pendapat Gagne (1992) bahwa pembelajaran

merupakanperangkat peristiwa yang dilakukan guru untuk mengelola

fasilitas dan sumber belajar yang tersedia agar dapat dimanfaatkan siswa

dalam mempelajarai sesuatu.

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan upaya membelajarkan

siswa dan perancangan pembelajaran merupakan penataan upaya tersebut

3
agar muncul perilaku belajar. Dalam kondisi yang tertata: tujuan dan isi

pembelajaran jelas, strategi pembelajaran optimal, akan amat berpeluang

memudahkan belajar. Di pihak lain, peranan pendidik akan menjadi

semakin kompleks, ia bukan hanya sebagai salah satu sumber belajar tapi

juga harus menampilkan diri sebagai seorang ahli dalam menata sumber-

sumber belajar lain serta mengintegrasikannya ke dalam tampilan dirinya.

Pendidik harus mampu menampilkan diri sebagai satu komponen yang

terintegrasi dari keseluruhan sumber belajar.

Perencanaan pembelajaran adalah suatu kegiatan merumuskan

tujuan apa yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran, cara apa yang

akan dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi dan bahan

apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, serta alat

atau media apa yang akan diperlukan.

Dari kedua makna tentang konsep “Perencanaan” dan

“Pembelajaran”, Sanjaya menyimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran

adalah proses pengambilan keputusan secara rasional tentang tujuan

pembelajaran tertentu dengan dengan memanfaatkan segala potensi dan

sumber belajar yang ada. Menurut Soekamto, perencanaan pembelajaran

ini merupakan suatu prosses untuk menentukan metode pembelajaran

manakah yag lebih baik dipakai guna memperoleh perubahan yang

diinginkan pada pengetahuan dan tingkah laku serta keterampilan peserta

didik dengan materi dan karakteristik peserta didik tertentu. Getry (1994)

mengatakan perencanaan pembelajaran adalah suatu proses yang

merumuskan dan menentukan tujuan pembelajaran, strategi, teknik, dan

media agar tujuan pembelajaran umum tercapai.

Tujuan perencanaan pembelajaran adalah rumusan kualifikasi

kemampuan yang lebih spesifik menyangkut dengan pengetahuan, sikap,

maupun keterampilan yang harus dimiliki siswa setelah mengikuti setiap

4
pokok atau materi pembelajaran. Tujuan diatasnya adalah tujuan kulikuler,

yaitu rumusan kualifikasi kemampuan yang harus dicapai oleh siswa

setelah selesai mempelajari mata-mata pelajaran atau bidang studi. Adapun

tujuan yang lebih tingginya lagi dari tujuan kulikuler yaitu tujuan lembaga

atau institusional, yaitu rumusan kualifikasi yang harus dimiliki atau

dicapai setelah siswa menyelesaikan program satuan pendidikan. Adapun

tujuan terakhir yang paling tinggi yang harus menjadi muara dari tujuan-

tujuan yang ada dibawahnya yaitu tujuan pendidikan nasional.

1. Fungsi perencanaan pembelajaran, yaitu:

Menurut Kostelnik secara spesifik fungsi perencanaan pembelajaran

tersebut diantaranya sebagai berikut:

 Mengorganisir pembelajaran yaitu proses mengelola seluruh aspek

yang terkait dengan pembelajaran agar tertata secara teratur, logis

dan sistematis untuk memudahkan melakukan proses dan

pencapaian hasil pembelajaran secara efektif dan efisien.

 Berpikir lebih kreatif untuk mengembangkan apa yang harus

dilakukan siswa, yaitu melalui perencanaan, proses perencanaan

dapat dirancang secara kreatif, inovetif.

 Menetapkan sarana dan fasilitas untuk mendukung pembelajaran,

melalui perencanaan, sarana dan fasilitas pendukung yang

diperlukan akan mudah diidentifikasi dan bagaimana mengelolanya

sehingga sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dapat terpenuhi

untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran yang lebih efektif.

2. Oemar Hamalik mengemukakan bahwa pada garis besarnya

perencanaan pembelajaran berfungsi sebagai berikut:

 Memberi guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan

pendidikan sekolah dan hubungannya dengan pembelajaran yang

dilakukan untuk mencapai tujuan itu.

5
 Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan

pembelajarannya terhadap pencapaian tujuan pendidikan.

 Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pembelajaran yang

diberikan dan prosedur yang digunakan.

 Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan

siswa, minat-minat siswa dan mendorong motivasi belajar.

 Mengurangi kegiatan yang bersifat triall dan eror dalam mengajar

dengan adanya organisasi yang baik dan metode yang tepat.

 Membantu guru memelihara kegairahan mengajar dan senantiasa

memberikan bahan-bahan yang up-todate pada siswa.

B. Pengorganisasian Pembelajaran

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pengorganisasian

merupakan kegiatan merancang dan merumuskan struktur. Sedangkan

dalam Kamus Kata Bahasa Indonesia, T. Hani Handoko pengorganisasian

adalah sesuatu yang digambarkan sebagai sesuatu yang tersentralisasi dan

berisi tugas-tugas yang sangat terspesialisasikan.

Menurut Siagian pengorganisasian adalah keseluruhan

pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan

tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang

dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan.

Tujuan pengorganisasian adalah agar dalam pembagian tugas `dapat

dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Dengan pembagian tugas

diharapkan setiap anggota organisasi dapat meningkatkan

keterampilannya secara khusus (spesialisasi) dalam menangani tugas-tugas

yang di bebankan.

Pembelajaran sendiri memiliki arti suatu proses yang dilakukan oleh

individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara

6
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Organisasi pembelajaran adalah organisasi yang semua anggotanya

terus meningkatkan kemampuannya untuk mencapai kinerja yang

diharapkan.

Ada beberapa pendapat para ahli mengenai organisasi

pembelajaran. Fiol dan Marjorie memandang organisasi pembelajaran

sebagai proses perbaikan tindakan melalui peningkatan pemahaman dan

pengetahuan. Sementara itu, Senge mendefinisikan organisasi

pembelajaran ialah proses pengembangan kemampuan yang dilakukan

secara terus-menerus oleh organisasi untuk menciptakan masa depan yang

lebih baik. Garvin mendefinisikan organisasi pembelajaran sebagai

pengorganisasian kreativitas, kecakapan, dan transfer pengetahuan yang

selanjutnya diharapkan mampu memperbaiki perilaku sebagai

pengejawantahan wawasan dan pengetahuan baru.

Dalam proses pelaksanaan suatu kegiatan baik yang bersifat

operasional maupun non operasional harus disertai dengan perencanaan

yang memiliki strategi yang baik dan sesuai dengan sasaran. Sedangakan

peran strategi dalam mengembangkan jiwa peserta didik sangat

diperlukan. Oleh karena itu dalam menyampaikan strategi yang baik harus

mengena pada sasaran. Sebelum lebih jauh kita mengartikan strategi

pembelajaran, terlebih dahulu akan menjelaskan makna strategi. Untuk

memahami makna strategi maka penjelasannya biasanya dikitkan dengan

istilah “pendekatan” dan “metode”. Secara singkat dapatlah kita katakan

bahwa “strategi atau teknik” merupakan prosedur-prosedur yang

digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengorganisasian pembelajaran memiliki peranan penting dalam

kegiatan pembelajaran khususnya dalam menyusun skema tahapan

7
kegiatan (alur kegiatan pembelajaran) pengembangan organisasi melalui

visi dan misi tidak terbatas membentuk strategi yang strategis melainkan

bagaimana kita harus dapat memadukan sebuah keterampilan mengelola

strategi pengorganisasian pembelajaran yang terpadu, seperti:

 Waktu merupakan nilai efisiensi (tolak ukur) dimana suatu

pengorganisasian terjadi karena beberapa literatur pelaksanaan dan

evaluasi kegiatan strategi pengorganisasian pembelajaran.

 Tempat merupakan landasan awal dalam proses pengembangan

organisasi dibentuk (dikemas) sesuai dengan analisis kebutuhan

tempat dimana pengorganisasian pembelajaran tersebut dilaksanakan.

 Tujuan pengorganisasian pembelajaran harus operasional dan konkret

yaitu memiliki tujuan pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran

umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai pada tujuan yang

bersifat universal.

Strategi pengorganisasian pembelajaran disebut oleh Reigeluth,

Bunderson, dan Merril sebagai structural strategy, yang mengacu kepada

cara untuk membuat urutan (sequencing) dan mennsintetis (synthesizing)

falta-fakta, konsep-konsep, prosedur, atau prinsip-prinsip yang berkaitan.

Sequencing mengacu kepada pembuatan urutan penyajian isi bidang studi

dan shyntesizing mengacu kepada upaya untuk menunjukkan kepada

3si-pembelajar keterkaitan antar isi bidang studi itu.

Pengorganisasian pembelajaran secara khusus, merupakan fase yang

amat penting dalam rancangan pembelajaran. Shyntesizing akann membuat

topik-topik dalam suatu bidang studi menjadi lebih bermakna bagi peserta

didik yaitu dengan menunjukkan bagaimana topik-topik itu terkait dengan

keseluruhan isi bidang studi. Sequencing atau penataan urutan, amat

diperlukan dalam pembuatan sintesis. Strategi pengorganisasian

pembelajaran terbagi menjadi strategi makro dan strategi mikro. Strateggi

8
pengorganisasian makro diacukan untuk menata keseluruhan isi bidang

studi, strategi pengorganisasian mikro diacukan untuk menata sajian suatu

konsep, atau prinsip, atau prosedur.

C. Kepemimpinan Guru dalam Pembelajaran

Istilah pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin berasal dari kata

yang sama, yaitu: “pimpinan”. Akan tetapi masing-masing kata tersebut

digunakan dalam konteks yang berbeda. Pemimpin adalah orang yang

dengan kecakapan dan keterampilan yang dimilikinya mampu

mempengaruhi orang lain untuk melakukan suatu kegiatan.

Kepemimpinan adalah kecakapan atau kemampuan seseorang untuk

mempengaruhi orang lain agar melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai. Sedangkan memimpin adalah peran seseorang untuk

mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara.

Kepemimpinan menurut para ahli sebagai berikut: Menurut Ordway

Tead, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orangorang agar

mereka bekerja sama dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut

George R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-

orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok.

Kemudian menurut Howard H. Hoyt, kepemimpinan adalah seni untuk

mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing

seseorang.

Kepemimpinan islam meliputi banyak hal, karena seseorang

pemimpin dalam perspektif islam memiliki fungsi ganda yaitu sebagai

seorang khalifatuallah (wakil Allah) di muka bumi yang harus

merealisasikan misi sucinya sebagai Abdullah (hamba Allah) yang patuh

senantiasa terpanggil untuk mengabdikan segenap dedikasinya di jalan

Allah.

9
Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

Menurut Noor Jamaluddin guru adalah pendidik, yaitu orang

dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada

anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai

kedewasaanya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya

sebagai makhluk Allah khalifah dimuka bumi, sebagai makhluk sosial dan

individu yang sanggup beridi sendiri. Menurut Undang Undang No. 14

tahun 2005 guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, mengarahkan, membimbing, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikann pendidikan

menengah.

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada

anak-anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang

melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di

lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, di surau/musala,

dirumah dan sebagainya.

Menurut Wasley, mendefinisikan kepemimpinan guru sebagai

“Kemampuan mendorong rekan-rekan untuk mengubah dan melakukan

hal-hal dimana mereka biasanya tidak mempertimbangkannya tanpa

pengaruh pemimpin”. Selanjutnya menurut Katzenmeyer & Moller

kepemimpinan guru adalah proses dari upaya mempengaruhi orang lain

bagi peningkatan mutu praktik pendidikan baik itu di dalam kelas maupun

di luar kelas.

Sementara itu menurut Pusbangtendik kepemimpinan guru dalam

proses pembelajaran sangat penting untuk diterapkan di kelas karena

10
mampu meningkatkan prestasi belajar siswa secara siginifikan. Selain itu

juga dapat membangun komunitas belajar warga dan bahkan mampu

menjadikan kelasnya sebagai kelas pembelajar (learning class).

Kepemimpinan guru merupakan suatu proses untuk mempengaruhi

orang lain yang di dalamnya berisi serangkaian tindakan atau perilaku

tertentu terhadap individu yang dipengaruhinya. Kepemimpinan guru

tidak hanya sebatas pada peran guru dalam konteks kelas pada saat

berinteraksi dengan siswanya tetap menjangkau pula peran guru dalam

berinteraksi dengan rekan sejawat, dengan tetap mengacu pada tujuan

akhir yang sama yaitu terjadinya peningkatan proses dan hasil

pembelajaran siswa.

Menurut Corey dalam buku Ramayulis, pembelajaran adalah suatu

proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk

memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku dalam kondisi khusus

atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah kegiatan

interaksi antara guru dan siswa dengan komunikasi timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar dan

dalam proses pembelajaran guru dan siswa merupakan dua komponen

yang tidak bisa di pisahkan.

Pemimpin guru adalah mereka yang menjadi guru ahli, yang

menghabiskan sebagian besar waktu mereka di dalam kelas, serta yang

mengambil peran kepemimpinan yang berbeda pada berbagai kesempatan

dalam karir mereka. Sebagian guru ditugasi sebagai tutor, pembimbing

pada kelompok kerja guru, guru inti, dan sebagainya. Pemimpin guru

mentransformasikan sekolah melalui perilaku dalam komunitas

pembelajaran profesional yang dapat meningkatkan fungsi sekolah secara

keseluruhan.

11
Adapun yang menjadi peran seorang pemimpin adalah sebagai

berikut:

1) Sebagai pelaksana (executive)

2) Sebagai perencana (planner)

3) Sebagai seorang ahli (expert)

4) Mewakili kelompok dalam tindakannya keluar (externalgrouprepresentif)

5) Mengawasi hubungan antara anggota-anggota kelompok (purveyor of

rewards and punishments)

6) Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)

7) Merupakan bagian dari kelompok (examplar)

8) Merupakan lambang dari kelompok (symbol or the group)

9) Pemegang tanggungjawab para anggota kelompoknya

(surrogateforindividualresponsibility)

10) Sebagai pencipta/ memiliki cita-cita (ideologist)

11) Bertindak sebagai seorang ayah (fatherfigure)

12) Sebagai kambing hitam (scapegoat)

Peran kepemimpinan guru itu merupakan pelaksanaan,

perencanaan, seorang ahli, penengah, penghubung antara peserta didik

dalam proses belajar mengajar.

D. Evaluasi Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, guru akan mengatur seluruh rangkaian

kegiatan pembelajaran, mulai dari membuat desain pembelajaran,

melaksanakan kegiatan pembelajaran, bertindak mengajar atau

membelajarkan, melakukan evaluasi pembelajaran termasuk proses dan

hasil belajar yang berupa “dampak pengajaran”. Peran peserta didik adalah

bertindak belajar, yaitu mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar,

dan menggunakan hasil belajar yang digolongkan sebagai dampak

12
pengiring. Melalui belajar kemampuan mental anak didik semakin

meningkat. Hal itu sesuai dengan perkembangan anak didik yang

beremansipasi diri sehingga menjadi utuh dan mandiri.

Dengan demikian, evaluasi pembelajaran itu dilakukan oleh guru

untuk mengukur sampai sejauh mana tingkat penguasaan dan

pembelajaran yang dilakukan oleh anak didik selama mengikuti proses

pembelajaran setelah sebelumnya melakukan penilaian. Dengan demikian,

guru melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap proses pembelajaran

tersebut, dan mengenai hasil dari penilaian pembelajaran tersebut akan

dievaluasi apakah sudah sesuai dengan tujuan dari pembelajaran tersebut

ataukah belum. Hal ini tentu sesuai dengan apa yang dinyatakan

Brinkerhoff, bahwa evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh

mana tujuan pendidikan dapat dicapai.

Dengan demikian, penentuan tujuan harus ditetapkan terlebih

dahulu sebagai tolak ukur bagi penilaian dan kemudian bisa melakukan

langkah evaluasi terhadap hasil program yang sudah dijalankan. Ketika

antara tujuan dengan penilaian sudah selaras dan kemudian hasil

programnya juga sesuai dengan apa yang diharapkan, maka program

tersebut bisa dinyatakan berhasil. Namun jika sebaliknya tentu saja

program tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Namun, apapun

hasilnya akan tetap ada evaluasi terhadap program tersebut. Yang baik

akan ditingkatkan, yang belum baik akan diperbaiki, dan itulah yang akan

ada dalam program evaluasi tersebut.

Evaluasi pembelajaran adalah inti bahasan evaluasi yang

kegiatannya dalam lingkup kelas atau dalam lingkup proses belajar-

mengajar. Evaluasi pembelajaran kegiatannya termasuk kegiatan evaluasi

yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran

kepada siswa. Bagi seorang guru, evaluasi pembelajaran adalah media

13
yang tidak terpisahkan dari kegiatan mengajar, karena melalui evaluasi

seorang guru akan mendapatkan informasi tentang pencapaian hasil

belajar. Di samping itu, dengan evaluasi seorang guru juga akan

mendapatkan informasi tentang materi yang telah ia gunakan, apakah

dapat diterima oleh para siswanya atau tidak.

Dengan demikian, evaluasi pembelajaran adalah suatu upaya untuk

menggali informasi tentang sampai sejauh mana keberhasilan pembelajaran

itu tercapai pada diri anak didik dan juga pendidik sehingga akan ada

perbaikan yang diperlukan untuk bisa mengembangkan konsep

pembelajaran atau pengajaran yang efektif dan efisien sehingga tujuan

pembelajaran itu bisa tercapai, dan hal ini secara tidak langsung akan

mewujudkan tujuan dari pendidikan itu sendiri.

Maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran adalah

sebuah proses pemberian pertimbangan tentang arti dan nilai atas suatu

tingkatan prestasi atau pencapaian suatu pembelajaran. Pemberian

pertimbangan dalam hal ini didasarkan atas hasil pengukuran dan

penilaian banyak aspek (input, proses, output, outcome, dan dampak).

Tujuan utamanya adalah rekomendasi komprehensif terhadap

pembelajaran atas informasi atau data hasil pengukuran dan penilaian

yang telah dianalisis.

Menurut Weiss, tujuan evaluasi adalah untuk mengukur hasil dari

program yang diselaraskan dengan tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya dan hal ini dilakukan sebagai alat untuk memberikan dasar

bagi pembuatan keputusan tentang program agar program tersebut di

masa depan bisa lebih baik.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, tujuan dari evaluasi adalah

untuk mengukur keberhasilan program. Keberhasilan tersebut bukan

14
hanya tampak dalam bentuk hasil, tetapi juga diukur dari segi waktu,

kelancaran, dana, tenaga, dan sebagainya.

Ada empat fungsi dalam evaluasi, yaitu: pertama, untuk

mengetahuikemajuan dan keberhasilan siswa setelah mengalami atau

melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Kedua, untuk

mengetahui tingkat keberhasilan program pembelajaran. Ketiga, untuk

keperluan bimbingan dan konseling. Keempat, untuk keperluan

pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.

Pada dasarnya, ada dua model evaluasi, yaitu: model evaluasi

kuantitatif dan model evaluasi kualitatif. Pada dasarnya, model evaluasi

kuantitatif muncul dari paradigma positivisme, lebih memfokuskan pada

dimensi kurikulum sebagai hasil belajar, dan hasil belajarnya merupakan

kriteria model kuantitatif. Sedangkan evaluasi kualitatif berasal dari model

evaluasi kurikulum, menggunakan metodologi kualitatif pada saat

pengumpulan data dan evaluasi, serta menggunakan model studi kasus

dalam melakukan evaluasi.

Sedangkan jika dilihat dari prosedur yang dilakukan dalam

prosesnya, prosedur yang dilakukan dalam metode evaluasi kuantitatif

adalah: (1) menentukan masalah dan pertanyaan evaluasi; (2) menentukan

variabel, jenis data dan sumber data; (3) menentukan metodologi yang

digunakan; (4) mengembangkan instrumen yang digunakan; (5)

menentukan proses pengumpulan data; dan (6) mengumpulkan proses

pengolahan data.

Sedangkan dalam metode evaluasi kualitatif adalah sebagai berikut:

(1) menentukan fokus evaluasi; (2) merumuskan masalah dan

mengumpulkan data; (3) melakukan pengolahan data; dan (4) menentukan

perbaikan dan pengubahan program.

15
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis

penelitian deskriptif. Dilakukan dengan menempuh langkah-langkah

menghimpun informasi atau pengumpulan data klasifikasi, dan analisis

data, interpretasi, membuat kesimpulan dan laporan. Hal ini dilakukan

dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang sesuatu keadaan

secara obyektif dalam suatu deskripsi situasi. Dalam penelitian ini peneliti

bertindak sebagai instrumen utama, yaitu sebagai pelaksana, pengamat,

dan sekaligus sebagai pengumpul data.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Deli Serdang Provinsi

Sumatera Utara. Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah data primer dengan memperoleh data secara langsung, mengamati

dan mencatat kejadian atau peristiwa melalui observasi, wawancara serta

dokumentasi dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari jurnal,

buku referensi, dan internet.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2020/2021 yang dilakukan pada tanggal 23 Januari 2021.

C. Lokasi Observasi

Lokasi penelitian atau observasi adalah tempat atau objek untuk

diadakan suatu penelitian. Lokasi observasi atau penelitian ada di

Madrasah Aliyah Negeri 2 Deli Serdang.

16
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Temuan Umum

1. Gambaran Umum Sekolah dan Sejarah berdirinya

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah Madrasah Aliyah Negeri 2

Deli Serdang atau yang dulu disebut dengan MAN Pakam. Berdasarkan

hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada salah satu guru MAN 2 Deli

Serdang, sejarah berdirinya MAN 2 Deli Serdang dapat dikemukan bahwa

sebelumnya berdiri pada tanggal 01 Agustus 1996. Pada saat itu Kanwil

Dapartemen Agama berusaha untuk mendirikan sekolah madrasah disetiap

Kabupaten. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan dan mengingat animo

masyarakat yang positif sehingga pemerintah berusaha untuk mendirikan

madrasah di setiap Kabupaten.

Apabila dilihat dari Diknas, untuk menciptakan lembaga pendidikan

terlebih dahulu harus ada bangunan, setelah itu siswa, namun dalam hal ini

sebaliknya guru dan siswa sudah ada, akan tetapi bangunan pada saat itu

belum memungkinkan. Memang pada saat itu sudah ada cikal bakalnya di

Batang Kuis yaitu Madrasah Swasta yang bersifat Aliyah, yang sudah

berdiri selama 3 tahun, hanya saja masih ada satu atau dua ruangan dan itu

pun dari swadaya masyarakat. Madrasah inilah yang akan dinegerikan

oleh pemerintah, mengingat animo masyarakat yang begitu positif dan

siswa yang banyak untuk sekolah di Madrasah Aliyah, sehingga Madrasah

ini membutuhkan ruangan yang cukup banyak.

Selanjutnya, Madrasah Negeri 2 Deli Serdang yang beralamat di Jln.

Karya Agung, Komplek PEMDA Kabupaten Deli Serdang, kecamatan

Lubuk Pakam. Pada awalnya Madrasah ini adalah Swasta YPM Batang

Kuis yang pada saat itu berada di Jln. Medan Batang Kuis atau dekat

Kantor POS Batang Kuis. Dan pada tahun 1995,YPM Batang Kuis ini di

17
negerikan dengan nama MAN 2 Deli Serdang yang mendapat kepercayaan

dari pemerintah melalui kantor pemerintahan Agama, Provinsi Sumatera

Utara. Sejak tahun 1996 nama YPM Batang Kuis menjadi Madrasah Aliyah

Negeri 2 Deli Serdang dengan Kepala Madrasah Drs. Burhanuddin, M. Pd

dan sampai saat ini merupakan satu satunya Madrasah Aliyah Negeri yang

ada di Lubuk Pakam dibawah pengawasan Bapak Drs. H. Bawaihi.

MAN 2 Deli Serdang yang berada di Kabupaten Deli Serdang adalah

Madrasah yang dilengkapi dengan Workshop dan keterampilan serta

Laboratorium yang lengkap seperti Laboratorium keterampilan, komputer,

IPA dan Bahasa. Pembentukan MAN 2 Lubuk pakam atau yang sekarang

disebut dengan MAN 2 Deli Serdang yang berada di Kabupaten Deli

Serdang adalah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Madrasah,

maka dari itu perlu diadakan (eksperiment) dalam pembaharuan kurikulum

Madrasah dan untuk mengembangkan didaktik dan metodik modren.

Karena tugasnya yang khusus maka dalam melaksanakannya, MAN 2 Deli

Sedang diperlukan tenaga pengajar yang benar-benar berkualifikasi dan

ahli dalam bidang studinya masing-masing.

Latar belakang berdirinya MAN 2 Deli Serdang ini adalah keinginan

untuk menciptakan anak didik yang bertaqwa, berakhlak mulia, berilmu

pengetahuan dan mampu bersaing dengan lembaga pendidikan yang lain.

Pembentukan MAN 2 Deli Serdang tidak didirikan oleh pemerintah, akan

tetapi hasil dan swasdaya masyarakat. Pada Tahun 1998 Madrasah ini

mendapat bantuan dari kepala kantor pemerintah Kementrian Agama yang

pada saat itu Dapartemen Agama. Adapun bentuk bantuan yang diberikan

yaitu : 3 (tiga) ruang belajar, yaitu kelas I, kelas II, dan kelas III. Sehingga

pembelajaran pada saat itu dilaksanakan pada pagi dan sore hari.

Kemudian pada tahun 1999, pada masa itu kepala Madrasah dipimpin oleh

Drs. Musa. Kementrian Agama kembali memberikan bantuan lagi sebanyak

18
dua ruang belajar dengan sistem imbal swadaya (20% dari masyarakat

selebihnya dari pemerintah) sehinga jumlah lokal seluruhnya berjumlah

delapan lokal. Dan pada masa dibawah pimpinan kepala Madrasah Dra.

Marliana Nasution, jumlah lokal mencapai 14 lokal.

2. Profil MAN 2 Deli Serdang

Nama Sekolah : Madrasah Aliyah Negeri 2 Deli Serdang

Alamat : Jln. Karya Agung Komplek Pemkab Deli Serdang

Lubuk Pakam

Kode Pos : 20514

Desa/ Kel : Syahriad

Kec/ Kota : Kec. Lubuk Pakam

Kab. Kota : Kab. Deli Serdang

NPSN : 19264727

Status sekolah : Negeri Jenjang Pendidika : MA

Akreditasi : “A”

Tahun Pendirian : 01 Agustus 1996

Tahun beroperasi : 2008

Luas tanah : 8.875 cm

3. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Aliyah Negeri 2 Deli

Serdang

VISI : Pendidikan Yang Islami, Kompetitif, dan Cinta Lingkungan

MISI :

1) Mewujudkan pendidikan yang berkualitas, berbudaya, kreatif dan

inovatif.

2) Mengkomodir pendidikan yang islami, keindonesiaan, keilmuan,

kemodrenan, kemandirian dan keumatan.

3) Membangun akhlak, etika, tanggung jawab dalam proses pembelajaran

agama islam dan pelajaran umum.

19
4) Menciptakan proses pembelajaran yang ilmiah berteknologi, dan

sistematis.

5) Menciptakan lingkungan madrasah yang bersih, sejuk, asri dan damai.

6) Meningkatkan peran serta masyarakat untuk membiayai kebutuhan

pengembangan dan proses pembelajaran di madrasah.

Tujuan :

1) Terlaksananya proses kegiatan belajar mengajar secara efektif dan

efesien sehingga kecerdasan, kedisiplinan, keingintahuan, ketangguhan

siswa meningkat.

2) Tersedianya sarana dan prasarana kegiatan belajar mengajar yang

menjadi sehingga memiliki daya dukung maksimal terhadap

terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efesien.

3) Tersedianya tenaga pendidikan dan kependidikan yang memenuhi

standar yang ditetapkan sebagai pendukung terciptanya kegiatan

belajar mengajar yang efektif, efesien, dengan hasil yang optimal.

4) Terwujudnya kedisiplinan dan tanggung jawab siswa, guru dan

pegawai.

5) Peningkatan kecerdasan siswa sehingga nilai rata-rata ujian nasional

7,50 terpenuhi dan kelulusan siswa yang dapat diterima di PTN sebesar

42%.

6) Menghafal Al-qur’an Juz 30 dan Juz 1 secara tuntas 100% bagi siswa

yang telah diluluskan.

7) Meraih prestasi tingkat provinsi dan tingkat Nasional untuk program

ekstrakuler.

8) Peserta didik dapat aktif berbahasa Arab dan Inggris sebesar 25%

9) Peserta didik putra dapat meningkatkan rasa percaya diri, cinta ilmu

dan nilai religius dengan memiliki kemampuan menjadi khatib sholat

jumat sebesar 25%.

20
10) Terwujudnya lingkungan Madrasah yang bersih, sejuk dan asri.

B. Temuan Khusus

Berhubung dengan rumusan masalah dalam hal ini peneliti mencari

jawaban dari pertanyaan tentang bagaimana Aplikasi manajemen

pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri 2 Deli Serdang, maka peneliti

melakukan wawancara kepada salah satu guru mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) guna mengetahui bagaimana aplikasi manajemen

pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri 2 Deli Serdang.

1. Perencanaan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MAN 2 Deli

Serdang

Perencanaan adalah aktivitas pertama yang harus dilakukan dalam

manajemen, sama halnya dengan perencanaan pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam di MAN 2 Deli Serdang diawali dengan menyusun

perangkat pembelajaran antara lain penyusunanan silabus, program

tahunan, program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran, kriteria

kelulusan minimal dan rincian minggu efektif. Manajemen pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam memerlukan perencanaan yang matang,

meliputi penyempurnaan kurikulum tingkat satuan pendidikan, penentuan

materi, metode, strategi, sarana, alat atau media, sumber belajar dan

evaluasi, agar sesuai dengan kriteria kelulusan minimal kompotensi dasar.

Peneliti melihat dokumen perangkat pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam meliputi, silabus yang sudah dikembangkan sesuai Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan, pembuatan Prota, Prosem, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran, yang didalamnya terdapat penerapan strategi

dan penerapan metode yang relevan, analisis, buku nilai, jurnal absen,

kertas soal, bank soal, kisi-kisi soal, ulangan dan alat evaluasi yang telah

tersedia lengkap. Dari uraian di atas berdasarkan hasil temuan di lapangan

21
dapat dirumuskan bahwa, manajemen pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam di MAN 2 Deli Serdang dimulai dari inovasi manajemen sekolah dan

pembelajaran meliputi, penyusunan visi dan misi, tujuan sekolah.

Perencanaan pembelajaran meliputi administrasi perangkat pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam dengan pendekatan strategi siswa aktif telah

mengalami perbaikan yang signifikan.

Pembelajaran adalah fondasi dari pendidikan apabila fondasinya

lemah, maka pendidikan yang akan dihasilkan juga tidak sesuai dengan

yang diharapkan. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MAN 2 Deli

Serdang yang berlangsung di dalam kelas sesuai dengan jam yang sudah

ditentukan, berdasarkan studi dokumen, observasi dan wawancara yang

dilakukan oleh peneliti, proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di

sekolah tersebut berlangsung sistematis dan sesuai dengan prosedur yang

ada.

Dalam pembelajaran yang berlangsung di MAN 2 Deli Serdang ini

dimana masing-masing guru memiliki gaya tersendiri dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran salah satunya pada mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam. Guru sebagai manajer juga memiliki gaya

kepemimpinan dalam menjalankan kegiatan pembelajaran, sebagai

pemimpin di dalam kelas guru mampu mempengaruhi siswa dalam

mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Manajemen pembelajaran yang

dijalankan oleh guru dalam kelas di MAN 2 Deli Serdang ini dilakukan

dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen yang seharusnya yakni,

perencanaan (planning), pengorganisasian (organization), pergerakan

(actuating), dan evaluasi (evaluating). Kegiatan pembelajaran yang

dilakukan yang dilakukan oleh guru dalam kelas dijalankan sesuai dengan

prosedur yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan pembelajaran

secara efektif dan efisien.

22
2. Pengorganisasian Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MAN
2 Deli Serdang
Pengorganisasian yang dilakukan mencakup man (orang), materi,

dan fasilitas, serta sarana dan prasarana Pendidikan Agama Islam.

Pengorganisasian ini dilakukan agar proses pembelajaran tertata dengan

baik, hal ini dikarenakan masing-masing anggota telah memiliki tugas

untuk menjalankan pembelajaran.

Pengorganisasian merupakan tahapan yang mana tugas manajer

adalah membagi-bagi tugas atau job descreption kepada anggotanya untuk

menjalankan kegiatan agar mencapai tujuan yang ingin dicapai bersama.

Pengorganisasian pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MAN 2 Dlei

Serdang ini dilakukan oleh guru sebagai manajer dengan mengarahkan

kelompok dan dengan menggunakan berbagai metode dan strategi

pembelajaran diantaranya metode ceramah, tanya jawab, metode Jigsaw

dan strategi pembelajaran siswa aktif.

Dalam pengorganisasian ini guru mengarahkan siswa dalam

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam berdasarkan silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran yang telah

disusun secara sistematis.

Pada saat proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas, guru

Sejarah Kebudayaan Islam di MAN 2 Deli Serdang menggunakan metode

Jigsaw yang mana guru membagi tugas kepada siswa dengan cara

membentuk kelompok diskusi dan lain sebagainya, pengorganisasian

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dilakukan agar siswa dapat

mengembangkan diri, potensi dan kemampuan yang dimiliki, proses

pengorganisasian ini penting dilakukan karena dengan proses tersebut

siswa lebih aktif dan guru dapat melihat siswa yang mau bekerja atau

belajar dan yang tidak.

23
3. Kepemimpinan Guru dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam di MAN 2 Deli Serdang

Kepemimpinan guru dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

di MAN 2 Deli Serdang menggunakan tipe atau gaya kepemimpinan yang

demokratis dimana kepimpinannya bukan sebagai didictator, melainkan

sebagai pemimpin ditengah-tengah anggota kelompoknya. Hubungan

dengan anggota-anggota kelompok bukan sebagai majikan terhadap

buruhnya, melainkan sebagai saudara diantara teman-teman sekerjanya,

atau sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya.

Kepemimpinan guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam di

MAN 2 Deli Serdang ini menerapkan perannya sebagai guru yaitu guru

sebagai pendidik, guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, guru

sebagai pelatih, guru sebagai penasehat, guru sebagai pembaharu

(inovator), guru sebagai model dan teladan, guru sebagai pribadi yang bisa

mencerminkan dirinya seorang pendidik, guru sebagai peneliti, guru

sebagai pendorong kreatifitas, guru sebagai pembangkit pandangan, guru

sebagai pekerja rutin, guru sebagai pemindah kemah, guru sebagai

pembawa cerita, guru sebagai akyor, guru sebagai emansipator, guru

sebagai evaluator, guru sebagai pengawet atau pewaris kebudayaan, guru

sebagai kulminator atau orang yang mengarahkan prosses belajar secara

bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi).

4. Evaluasi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MAN 2 Deli

Serdang

Dalam pelaksanaan evaluasi pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam di MAN 2 Deli Serdang yaitu menekankan pada penilaian proses dan

hasil. Penilaian tersebut terdiri dari tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif

dan psikomotorik. Kognitif dilihat dari hasil ulangan harian, ujian tengah

semester, dan ujian akhir semester, serta tugas-tugas tertentu. Afektif

24
dilihat dari sikap, kedisiplinan, gairah dan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran. Dan psikomotorik dilihat dari kegiatan praktik sehari-hari

misalnya ketika diberikan kuis atau soal setelah pembelajaran selesai,

memberikan pendapat dan kritikan terkait materi yang telah dibahas dan

kegiatan lain baik intra maupun ekstrakulikuler. Evaluasi ini dilakukan

adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan, kemampuan

dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.

Dalam proses evaluasi pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di

MAN 2 Deli Serdang yang perlu dievaluasi adalah materi, kemampuan

siswa dan kemampuan guru pendidikan agama Islam. Dalam hal ini yang

terlibat dalam proses evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam

adalah guru pendidikan agama Islam itu sendiri, hal ini dilakukan adalah

untuk mengukur kemampan siswa sampai sejauh mana pemahaman

peserta didik dalam memahami isi materi pelajaran. Proses evaluasi

pembelajaran sejarah kebudayaan Islam ini perlu dilakukan karena dengan

mengevaluasi guru dapat mengetahui sejauh mana daya serap siswa dalam

memahami materi pelajaran yang telah diajukan dalam mengevaluasi ini

guru juga harus mengukur kemampuan dirinya sendiri sebagai umpan

baik untuk mengevaluasi sampai sejauh mana kemampuannya dalam

melakukan pembelajaran sejarah kebudayaan Islam.

C. Hasil Wawancara

Peneliti menggunakan alat bantu berupa perekam suara melalui

smartphone agar setiap jawaban responden bisa diputar ulang sehingga

persoalan yang ditanyakan oleh peneliti melalui wawancara dapat lebih

dipahami. Wawancara dilakukan kepada guru bidang studi mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam yaitu Ibu Hasnawati, M. Pd sebagai informan

dalam penelitian ini.

D. Hasil Observasi

25
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.

Observasi dalam penelitian merupakan suatu teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan jalan mengamati terhadap objek penelitian yang

berkaitan dengan Analisis Aplikasi Manajemen Pembelajaran di Madrasah

Aliyah Negeri 2 Deli Serdang. Observasi akan dilakukan kepada guru

bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam. Peneliti ingin mengetahui Aplikasi

Manajemen Pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri 2 Deli Serdang saat

proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

26
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan peneliti sebagaimana yang telah penulis

uraikan pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa peneliti

yang berjudul Aplikasi Manajemen Pembelajaran di MAN 2 Deli Serdang.

Dan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dilapangan, ditemukan

bahwa :

1. Perencanaan pembelajaran di MAN 2 Deli Serdang sudah berjalan

dengan baik dan sangat terstruktur yaitu dengan adanya penyusun an

perangkat pembelajaran antara lain penyusunanan silabus, program

tahunan, program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran,

kriteria kelulusan minimal dan rincian minggu efektif.

2. Pengorganisasian pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang

dilakukan di MAN 2 Deli Serdang menggunakan metode Jigsaw yang

mana guru membagi tugas kepada siswa dengan cara membentuk

kelompok diskusi dan lain sebagainya yang bertujuan agar siswa dapat

mengembangkan diri, potensi dan kemampuan yang dimiliki.

3. Kepemimpinan guru dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di

MAN 2 deli Serdang menerapkan tipe atau gaya kepemimpinan yang

demokratis dimana kepimpinannya bukan sebagai didictator,

melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah anggota kelompoknya.

4. Evaluasi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MAN 2 Deli

Serdang menekankan pada penilaian proses dan hasil. Penilaian ini

terdiri dari tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Kognitif (hasil ulangan harian, ujian tengah semester, dan ujian akhir

semester, serta tugas-tugas tertentu). Afektif (sikap, kedisiplinan,

gairah dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran). Dan

27
psikomotorik (kegiatan praktik sehari-hari misalnya ketika diberikan

kuis atau soal setelah pembelajaran selesai).

B. Saran

Manajemen pembelajaran sangat mempengaruhi jalannya

sistematika pembelajaran yang ada di setiap lembaga pendidikan yang ada,

selain itu juga akan memperngaruhi motivasi dan semangat belajar bagi

para peserta didik. Oleh karena itu disarankan untuk Pemerintah dan juga

untuk pihak sekolah agar memperhatikan manajemen pembelajaran yang

masih belum terencana guna mencapai tujuan pembelajaran yang efektif

dan efesien.

28
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2014. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Brinkerhoff, RD., dalam RD. Brinkerhoff, et.al. 1986. Program Evaluation a

Practitioner’s Guide for Trainers and Educators. Western Michigan:

KluwerNijhoff Publishing.

Djamarah, Bhari Syaiful. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu

Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta

Fakih, Rohim Aunur dan Iip Wijayanto. 2001. Kepemimpinan Islam. Yogyakarta: UII

Press

Hamali, O. 2001. Proses Belajar Menngajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Ramayulis. 2015. Psikologi Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Sanjaya, Wina. 2016. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana.

Sitompul, Harun. 2017. “Pengembangan Desain Pembelajaran”. Makalah Pelatihan

RKBM. Medan: Fak. Tarbiyah IAIN-SU.

Soekamto, Toeti. 1993. Perancangan dan Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Intermedia.

Stiava, Rizema. 2012. Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Jogjakarta: Diva Press.

Sudarwan, Danim. 2012. Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, Uhar. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditam.

Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi

Aksara.

29
Tarigan, Guntur Henry. 1993. Strategi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:

Angkasa.

Usman, Husaini. 2011. Manajemen: Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Wijasyanto, Wahyu. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Wijaya, Cece, dkk. 2004. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pegajaran.

Bandung: remaja Rosdakarya.

Beni Ahmad Saebani, Ii Sumantri. 2014. Kepemimpinan. Bandung: Pustaka Setia.

Kartini Kartono. 1983. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

30
LAMPIRAN

IDENTITAS GURU YANG DITELITI

Nama : Hasnawati, M. A

NIP : 19710215 200701 2 020

Tempat & Tanggal Lahir : Mananti, 15 Februari 1971

Alamat : Jl. MH. Tamrin Gg. Aini Lubuk Pakam

Pendidikan Terakhir : S2

Guru Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam

DOKUMENTASI

31
INSTRUMEN GURU YANG DITELITI

32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

Anda mungkin juga menyukai