Anda di halaman 1dari 14

KONSELING PENYANDANG MASALAH SOSIAL DENGAN

PENDEKATAN PSIKOANALISA

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penyandang Masalah Sosial

Yang Diampu Oleh Ibu Diana Vidya Fakhriyani, M.Psi

Disusun Oleh Kelompok 3 :

BKPI – A

1. M. Alfin Dwi Putra 20381091110


2. Annisauzzahrah 20381092004
3. Dewi Kurniawati 20381092006

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN


ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

MARET 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah


melimpahkan rahmat-Nya bagi penulis sehingga berhasil menyelesaikan makalah
yang berjudul “Konseling penyandang masalah sosial dengan pendekatan
Psikoanalisa”. Penulis membuat makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Penyandang Masalah Sosial serta memperlancar proses belajar-
mengajar.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen


pengampu mata kuliah ”Penyandang Masalah Sosial” yang telah memberikan
bimbingan dan saran yang berharga dalam penyusunan makalah ini sehingga
dapat terlaksana dengan baik.

Selesainya tugas ini tidaklah terlepas dari adanya bimbingan, bantuan dan
petunjuk serta saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
kami menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya.

Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
baik dari segi penyusunan maupun dari segi materi. Oleh karena itu dengan rasa
rendah hati dan hormat penulis menerima setiap kritik dan saran yang bersifat
membangun yang dapat memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.
Demikian hal ini disampaikan secara tertulis, atas perhatian Ibu dosen pengampu
kami ucapakan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Pamekasan, 08 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Sejarah Konseling Penyandang Masalah Sosial Dengan Pendekatan


Psikoanalisa ......................................................................................... 3
B. Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam Konseling Penyandang Masalah
Sosial Dengan Pendekatan Psikoanalisa .............................................. 4
C. Hubungan Korban Penyalahgunaan Napza dan Konseling Psikoanalisis
.............................................................................................................. 6
D. Peran dan Fungsi Konselor Dalam Konseling Penyandang Masalah Sosial
Dengan Pendekatan Psikoanalisa ........................................................ 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 9


A. Kesimpulan ......................................................................................... 9
B. Saran .................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah
masalah yang tidak ada habis-habisnya di Negara kita. PMKS merupakan
Individu atau kelompok yang memiliki suatu kesulitan dikarenkan adanya
gangguan dalam permasalahan sosial sehingga mengakibatkan kurang
mampunya dalam melakukan fungsi sosial dan hubungan dengan
lingkungannya serta kurang mampu dalam pemenuhan kebutuhan jasmani
maupun rohani secara normal.Kategori PMKS sendiri berjumlah 26
macam dengan kriteria-kriteria tertentu berdasarkan Peraturan Menteri
Sosial Republik Indonesia No. 8 Tahun 2012.
Manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia tidak
akanlepas dari pengaruh lingkungannya. Manusia memiliki kebutuhan,
kemampuan dan kebiasaan untuk berkomunikasi serta saling berinteraksi
dengan manusia lain atau disebut juga dengan interaksi sosial. Interaksi
sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang
berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan dalam
masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, interaksi sosial
itu sendiri dapat berlangsung dengan baik. Didalam kehidupan sehari-hari
tentunya manusia tidak lepas dari hubungan antara satu dengan yang
lainnya, setiap manusia akan selalu mencari individu ataupun kelompok
lain untuk dapat berinteraksi atau hanya sekedar bertukar pendapat.
Corey (2009) mengatakan, bahwa psikonalisis merupakan teori
pertama yang muncul dalam psikologi, khususnya yang berhubungan
dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik, kemudian di susul
oleh behafiorisme dan eksistensial humanistik. Psikonalisis di ciptakan
oleh sigmund freud pada tahun 1986. Pada kemunculannya, teori freud ini
banyak mengundang kontroversi, eksplorasi, penelitian dan dijadikan
landasan berpijak bagi aliran lain yang muncul kemudian.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Konseling Penyandang Masalah Sosial Dengan
Pendekatan Psikoanalisa?
2. Apa Saja Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam Konseling
Penyandang Masalah Sosial Dengan Pendekatan Psikoanalisa?
3. Bagaimana Hubungan Korban penyalahgunaan Napza dan
Konseling Psikoanalisis?
4. Bagaimana Peran dan Fungsi Konselor Dalam Konseling
Penyandang Masalah Sosial Dengan Pendekatan Psikoanalisa?

C. Tujuan Masalah
1. Sejarah Konseling Penyandang Masalah Sosial Dengan Pendekatan
Psikoanalisa
2. Untuk Mengetahui Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam
Konseling Penyandang Masalah Sosial Dengan Pendekatan
Psikoanalisa
3. Untuk Mengetahui Hubungan Korban penyalahgunaan Napza dan
Konseling Psikoanalisis
4. Untuk Mengetahui Peran dan Fungsi Konselor Dalam Konseling
Penyandang Masalah Sosial Dengan Pendekatan Psikoanalisa

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Konseling Penyandang Masalah Sosial Dengan Pendekatan


Psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisis di kembangkan oleh sigmund freud
(1856-1939). Sigmund freud merupakan orang jerman keturunan yahudi
lahir 6 mei 1856 di freiberg dan meninggal di london 23 september 1939.
Psikoanalisis mulai di perkenalkan oleh freud pada buku pertamanya yaitu
penafsiran atas mimpi (dres interpretation) pada tahun 1900. Freud
menjelasakan istilah psikoanalisis dalam arti yang berbeda-beda. Salah
satu penjelasan yang terkenal terdapat dalam sebuah artikel yang ia tulis
pada tahun 1923.
Istilah psikoanalisis mula-mula hanya di pergunakan pada hal-hal
yang berhubungan dengan freud saja, sehingga psikoanalisisn dan
psikoanalisis freud memiliki arti yang sama. Hal ini di sebabkan karena
murid-murid freud yang mengembangkan teori psikoanalisis baik yang
sejlan maupun tidak, pada umumnya menggunakan istilah atau nama yang
berbeda untuk menunjukkan identitas ajaran mereka. Seperti carl gustav
jung dan alfred adler yang menciptakan psikologianalitis dan psikologi
individual. Namun, sejak psikoanalisis menjadi mode yang tersebar luas,
istilah psikoanalisis banyak di gunakan tidak saja pada hal-hal yang
bersangkutan pada freud. Sampai akhir abad ke-19 ilmu kedokteran
berpendapat bahwa semua gangguan psikis berasal dari salah satu
kerusakan organis dan otak.
Satu dekade sebelum pendekatan psikoanalisis muncul, terdapat
banyak pendekatan baru dalam pengobatan neorosis yang merupakan
rintisan bagi psikoanalisis. Salah satu pengobatan penting adalah
pengobatan terhadap pasien histeria anna O oleh Dr. Josef breur dari wina
antara tahun 1880-1882 proses pengobatan ini di publikasikan pada tahun
1885 oleh breur dan freud dalm buku judul study-study tentang histeria

3
yang mengemukakan bahwa penyebab histeria adalah ingatan-ingatan tak
sadar tentang peristiwa traumatis. Dalam buku ini di kemukakan
permulaan penemuan freud yaitu metode hypnosis. 1

B. Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam Konseling Penyandang


Masalah Sosial Dengan Pendekatan Psikoanalisa
Teknik-teknik dalam konseling psikoanalisis digunakan untuk
meningkatkan kesadaran mendapatkan tilikan intelektual ke dalam prilaku
klien, dan memahami makna gejala-gejala yang nampak. Ada lima teknik
dasar dalam terapi psikoanalisis, yaitu:
1. Asosiasi bebas
Teknik pokok dalam terapi psikoanalisis adalah asosiasi
bebas.Asosiasi bebas adalah satu metode pengungkapan
pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang
berkaitan dengan situasi traumatik dimasa lalu.Hal ini dikenal
sebagai katarsis. Katarsis secara sementara dapat mengurangi
pengalaman klien yang menyakitkan, akan tetapi tidak memegang
peranan utama dalam proses penyembuhan. Sebagai suatu cara
membantu klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri
sendiri, konselor menafsirkan makna-makna yang menjadi kunci
dari asosiasi bebas. Selama asosiasi bebas tugas konselor adalah
untuk mengidentifikasi hal-hal yang tertekan dan terkunci dalam
ketidaksadaran.
2. Interpretasi
Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam
analisis asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi, dan
analisis transparansi.prosedurnya terdiri atas penetapan analisis,
penjelasan, dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku
yang dimanijfestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan
hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah

1
Gantina Komalasari dkk, Teknik- Teknik Konseling, (Jakarta Barat: PT Indeks, 2011), hal: 57- 59

4
membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat
proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi. Interpretasi
mengarahkan tilikan dan hal-hal yang tidak disadari klien.
3. Analisis mimpi
Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk
membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk
emperileh tilikan kepada masalah-masalah yang belum
terpecahkan.Selama tidur pertahanan menjadi lebih lemah dan
perasaan-perasaan yang tertekan muncul ke permukaan.Freud
melihat bahwa mimpi sebagai “royal road to the uncounciuos”,
dimana dalam mimpi semua keinginan, kebutuhan, dan ketakutan
yang tidak disadari diekspresikan. Beberapa motivasi yang tidak
diterima oleh orang lain, dinyatakan dalam simbolik dari pada
secara terbuka dan langsung.
4. Analisis dan interpretasi resistensi
Resistensi sebagai sesuatu konsep fundamental praktek-
praktek psikoanalisis, yang bekerja melawan kemajuan terapi dan
mencagah klien untuk menampilkan hal-hal yang tidak
disadari.Selama asosiasi bebas, atau asosiasi mimpi, klien mungkin
cenderung menunjukkan ketidak mau-an untuk mengkaitkan
pemikiran, perasaan, dan pangalaman tertentu.Interpretasi konselor
terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk
menyadari alasan timbulnya resistensi.Sebagai ketentuan umum
konselor meminta perhatian klien dan menafsirkan resistensi yang
paling nampak dan memperkecil kemungkinan penolakan klien
terhadap interpretasi.
5. Analisis dan interpretasi transferensi
Seperti halnya resistensi, trasferensi terletak dalam arti
terapi psikoanalitik. Transferensi muncul dengan sendirinya dalam
proses terapeutik pada masa saat dimana kegiatankegiatan klien
masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan

5
dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analisis sebagai
yang dia lakukan kepada ibumya atau ayahnya. Kini, dalam
hubungan dengan konselor, klien mengalami kembali perasaan
penolakan atau permusuhan yang pernah dialami terhadap orang
tuanya.2

C. Hubungan Korban penyalahgunaan Napza dan Konseling


Psikoanalisis
Konseling psikoanalis dapat digunakan untuk membantu mengatasi
masalah kecemasan yang tinggi. Konseling psikoanalisis dapat digunakan
sebagai pendekatan yang bersifat preventif maupun kuratif. Preventif
yakni mencegah seseorang yang memiliki kecemasan tinggi terpengaruh
dan menjadi pengguna zat psikoaktif. Kuratif yakni membantu seseorang
pengguna zat psikoaktif untuk keluar dari permasalahan yang dihadapi
dengan cara merekontruksi kembali struktur karakter yang sudah runtuh.
Tentunya dalam kedua sifat penanganan tersebut membutuhkan waktu,
tenaga dalam hal ini seorang yang profesional, dan hubungan yang terjalin
antara konselor dan konseli.

Konseling psikoanalisis menyediakan kerangka kerja yang


berharga untuk memahami cara-cara yang digunakan oleh individu dalam
mengatasi kecemasan dengan mengandaikan adanya mekanisme-
mekanisme yang bekerja untuk menghindari luapan kecemasan.
Pendekatan psikoanalisis juga menyatakan bahwa pikiran individu
sebenarnya jauh lebih rumit jika dibandingkan dengan perilaku individu
itu sendiri. Tantangan yang terbesar dalam diri individu adalah bagaimana
mengendalikan dorongan dalam dirinya yang begitu besar. Ketika individu
tidak dapat menyeimbangkan dorongan dalam diri dengan kenyataan
dalam hidupnya. maka akan muncul rasa cemas dan resah yang tinggi. Hal
ini bisa berakibat larinya individu pada penyalahgunaan zat pikoaktif.

2
H. Mohamad Surya, Makna Dan Fungsi Teori, (Pustaka Bani Quraisi, 2003), hal.36-38

6
Menurut Corey (2009), tujuan dari konseling psikoanalisis adalah
untuk membentuk kembali struktur karakter individu, dengan cara
merekontruksi, membahas, menganalisa, dan menafsirkan kembali
pengalaman-pengalaman masa lampau yang terjadi pada masa kanak-
kanak. Psikoanalisis membantu individu untuk membentuk kembali
struktur karakter dengan spesifik mendorong ketidaksadaran yang
menimbulkan kecemasan kearah perkembangan sadar yang intelektual,
menghidupkan kembali masa lalu individu dengan mengangkatkan
kembali konflik yang ditekan, dan memberikan kesempatan kepada
individu untuk menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.

D. Peran dan Fungsi Konselor dalam Konseling Penyandang Masalah


Sosial Dengan Pendekatan Psikoanalisa
Fungsi konselor dalam konseling psikoanalisis sangat dominan.
Konselor menentukan proses dan arah konseling. Peran dan fungsi
konselor pada pendekatan psikoanalisis adalah:
a. Percaya bahwa apapun perasaan konseli terhadap konselor
merupakan produk dari perasaannya yang diasosiasikan dengan
orang yang penting (signifikan person) dimasa lalunya.
b. Melakukan analisis terhadap perasaan-perasaan konseli adalah
esensi terapi.
c. Menciptakan suasana agar konseli merasa bebas mengekspresikan
pikiran-pikiran yang sulit, setelah beberapa kali pertemuan tatap
muka. Dengan cara meminta konseli berbaring disofa dan terapis
duduk diarah belakang kepala konseli, sehingga tidak terlihat.
d. Berupaya agar konseli mendapat wawasan terhadap permasalahan
dengan mengalami kembali dan kemudian menyelesaikan
pengalaman masa lalunya.
e. Memberikan pandangan bahwa manusia bersifat deterministik.
f. Membantu konseli menemukan kebebasan bercinta, bekerja, dan
bermain.

7
g. Membantu konseli menemukan kesadaran diri, kejujuran dan
hubungan pribadi yang efektif, dapat mengatasi kecemasan dengan
cara realistis, dan dapat mengendalikan tingkah laku inpulsif dan
irasional.3

3
Ibid, hal. 78

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan psikoanalisis di kembangkan oleh sigmund freud
(1856-1939). Sigmund freud merupakan orang jerman keturunan yahudi
lahir 6 mei 1856 di freiberg dan meninggal di london 23 september 1939.
Psikoanalisis mulai di perkenalkan oleh freud pada buku pertamanya yaitu
penafsiran atas mimpi (dres interpretation) pada tahun 1900. Freud
menjelasakan istilah psikoanalisis dalam arti yang berbeda-beda. Salah
satu penjelasan yang terkenal terdapat dalam sebuah artikel yang ia tulis
pada tahun 1923.
Teknik-teknik dalam konseling psikoanalisis digunakan untuk
meningkatkan kesadaran mendapatkan tilikan intelektual ke dalam prilaku
klien, dan memahami makna gejala-gejala yang nampak. Ada lima teknik
dasar dalam terapi psikoanalisis, yaitu: Asosiasi Bebas, Interpretasi,
Analisis mimpi, Analisis dan interpretasi resistensi, dan Analisis dan
interpretasi transferensi.
Sebagai alternative untuk menuju seseorang yang sehat tanpa zat
psikoaktif adalah dengan konseling psikoanalisis. Konseling psikonalisis
ini besifat preventif dan kuratif. Preventif yakni membantu mencegah
seseorang dalam mengambil pilihan yang salah akan permasalahan yang
mereka hadapi khususnya ketika mereka berfikir untuk lari dari masalah
dan menuju zat aktif. Kuratif yakni membantu mengeluarkan seseorang
dari ketergantungan zat psikoaktif. Proses konseling psikoanalisis
membutuhkan waktu dalam pelaksanaanya. Konseling dikatakan sukses
jika terjadi secara otomatif berubahan kondisi seseorang atau dalam hal ini
disebut konseli.

9
B. Saran
Demikian yang dapat kami susun mengenai materi Konseling
Penyandang Masalah Sosial Dengan Pendekatan Psikoanalisa tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah
ini.Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya, juga para
pembaca pada umumnya, atas kritik dan sarannya kami ucapkan terima
kasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT


RefikaAditama, 2009.

Komalasari, Gantina. Teknik- Teknik Konseling, Jakarta Barat: PT Indeks, 2011.

Surya, H. Mohamad. Makna Dan Fungsi Teori. Pustaka Bani Quraisi, 2003.

11

Anda mungkin juga menyukai