Anda di halaman 1dari 22

IDENTITAS DIRI DAN IDENTITAS PROFESI KONSELOR

Disusun sebagai salah satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Pribadi Konselor

yang dibimbing oleh :

Drs.H. Sutijino., M.M

Dimas Ardika M., S.Pd., M.Pd

Disusun oleh :

Siti Nur Istiqomah 155000057


Dea Alifya Zahrul Nabilla 155000061
Aziz Abdul Karim Bethan 155000081

BK A2 2015

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIBINGAN DAN KONSELING
2018

1 | Pengembangan Pribadi Konselor


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami munanjatkan kepada Allah yang maha kuasa atas
limpahan rahmat dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Identitas Diri dan Identitas Profesi Konselor. Makalah ini
dimaksudkan sebagai syarat dalam memenuhi salah satu tugas Pengembangan
Pribadi Konselor.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada pihak yang telah membantu,


menyiapkan, dan memberi masukan dalam penulisan makalah ini. Segala upaya
telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil masih
terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, saran dan masukan tetap
kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Demikian pengantar ini disampaikan, dengan harapan makalah ini


bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Keguruan Dan ilmu Pendidikan, khususnya
Prodi Bimbingan Konseling.

Surabaya, 10 Maret 2018

2 | Pengembangan Pribadi Konselor


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Maalah.................................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Identitas Konselor ..............................................................................................4
B. Keterkaitan dan Perbedaan Bimbingan, Konseling,dan Psikoterapi...................9
C. Perbandingan profesi-profesi kesehatan mental (Konselor, Terapis,
Psikoanalisis, Psikiatris, Psikolog, Psikoterapis, Pekerja Sosial.......................13
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ...........................................................................................................17
B. Saran .................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................18

3 | Pengembangan Pribadi Konselor


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sangatlah banyak masalah-masalah di sekolah terutama pada siswa yang


tidak dapat diselesaikan dengan pengajaran oleh seorang guru biasa. Untuk dapat
menyelesaikan masalah tersebut maka sekolah perlu adanya bimbingan dan
konseling, akan tetapi sebelum adanya bimbingan dan konseling, maka sekolah
harus megetahui apa manfaat dari bimbingan dan konseling. Serta sekolah perlu
mempehatikan siapakah yang berhak melakukan proses bimbingan dan konseling
tersebut di lakukan. Sehingga sekolah dapat menjalankan dan dapat memecahkan
masalah-masalah yang ada pada sekolah dengan bimbingan melalui seorang
konselor.

Suatu layanan bimbingan dan konseling sering mengalami ketidak benaran


dalam melakukan proses layanan konseling di sekolah. Banyaknya pengertian dan
salah arti dalam memberikan suatu masalah kepada profesi yang bukan lagi
wewenang seorang keprofesian tersebut, sehingga masalah tidak dapat
terpecahkan dan terselaikan sesuai dengan harapan. dalam hal tertentu istilah
bimbingan dan konseling memiliki istilah itu dapat berarti sama, namun dalam hal
tertentu pula akan memiliki arti yang berbeda.

Kebudayaan sosial budaya suatu masyarakat adalah sistem terbuka.


Keterbukaan ini mendorong terjadinya suatu pertumbuhan, perubahan nilai, dalam
cara pandang masyarakat yang akan menimbulkan cara berfikir, dan berperilaku
seorang individu. Dengan bimbingan dan konseling dapat membantu individu
memelihara, menginternalisasi dan memaknai nilai sebagai suatu pengembangan
diri.

Dengan kemajuan IPTEK yang berkembang pesat. Kesempatan kerja


berkembang dengan cepat pula, sehingga peserta didik memerlukan adanya
bimbingan untuk menyesuaikan minat dan bakat peserta didik, serta adanya
fasilitas yang digunakan sebagai kebutuhan yang diperlukan oleh peserta didik

4 | Pengembangan Pribadi Konselor


untuk melatih keterampilan peserta didik dalam dunia kerja. Sehingga perlu
adanya konselor yang berkompeten dan professional pada setiap lembaga-
lembaga disekolah.

Pemikiran inilah yang menjadi latar belakang betapa pentingnya seorang


guru dapat memahami dari arti kata bimbingan dan konseling yang kemudian
dapat dijadikan sebagai transformasi kepada peserta didik untuk memunculkan
kesadaran akan pentingnya bimbingan dan konseling, serta adanya konselor yang
professional dan berkompetensi sesuai standart seorang konselor.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan lima masalah


sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan identitas konselor?

2. Apa yang di maksud dengan Bimbingan, Konseling dan


Psikoterapi?

3. Bagaimana Keterkaitan atau kesamaan Bimbingan, Konseling dan


Psikoterapi?

4. Apa saja perbedaan Bimbingan, Konseling dan Psikoterapi?

5. Apa Perbandingan dari Profesi-Profesi Kesehatan Mental Konselor,


Terapis, Psikoanalisis, Psikiatris, Psikolog, Psikoterapis, dan Pekerja
Sosial?

C. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah pertanyaan penelitian di atas, tujuan


makalah ini, yaitu untuk mengetahui:

1. identitas seorang konselor;

2. Untuk mengetahui pengertian atau istilah dari Bimbingan, Konseling ,


dan Psikoterapi;

5 | Pengembangan Pribadi Konselor


3. Mengetahui apa hubungan keterkaitan atau kesamaan bimbingan,
konseling dan psikoterapi;

4. Mengetahui apa saja perbedaan bimbingan, konseling dan psikoterapi;

5. Mengetahui beberapa perbandinagn dari profesiprofesi kesehatan


mental seperti konselor, terapis, psikoanalisis, psikiatris,
psikoterapis,dan pekerja sosial.

6 | Pengembangan Pribadi Konselor


BAB II

PEMBAHASAN

A. IDENTITAS KONSELOR : APA, SIAPA dan BAGAIMANA


1. Identitas Konselor
Konselor dalam istilah bahasa Inggris disebut counselor atau helper
merupakan petugas khusus yang berkualifikasi dalam konseling (counseling).
Prayitno (2004: 3-4), Konselor adalah tenaga ahli konseling yang memiliki
kewenangan melakukan pelayanan konseling pada bidang tugas pekerjaannya.
Sesuai dengan keahliannya, konselor melakukan berbagai jenis layanan konseling,
salah satu diantaranya adalah layanan konsultasi.
Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 6 disebutkan bahwa konselor sebagai pendidik
yang merupakan salah satu tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Kebudayaan (PERMENDIKBUD) Nomor 111 Tahun 2014 tentang bimbingan
dan konseling, konselor atau guru Bimbingan dan Konseling disatuan pendidikan
bertugas merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melakukan tindak
lanjut layanan Bimbingan dan Konseling. Untuk dapat melaksanakan layanan-
layanan bimbingan dan konseling dengan baik konselor harus mempunyai
kompetensi dalam bimbingan dan konseling. Dalam peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 27 tahun 2008, tentang standard kualifikasi akademik dan
kompetensi konselor (SKAKK), dijelaskan bahwa sosok utuh kompetensi
konselor mencakup kompetensi akademik dan profesional sebagai satu keutuhan.
Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 27
tahun 2008 tentang kualifikasi akademik konselor, terdapat tujuh indikator yang
harus dikuasai oleh konselor agar dapat dikatakan konselor profesional, meliputi
(1) menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan,
dan masalah konseli, (2) menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan
konseling, (3) merancang bibingan dan konseling, (4) mengimplementasikan
program bimbingan dan konseling yang komprehensif, (5) menilai proses hasil
kegiatan bimbingan dan konseling, (6 memiliki kesadaran dan komitmen terhadap

7 | Pengembangan Pribadi Konselor


etika profesional, (7) menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan
dan konseling. Menurut Gibson dan Mitchell (2011) menyatakan bahwa konselor
professional harus terlatih sepenuhnya dan berkualifikasi agar sanggup memenuhi
kebutuhan populasi konseling yang mereka tangani atau yang dipercayakan
kepadanya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konselor adalah tenaga
professional dalam bimbingan dan konseling yang memiliki sertifikat untuk
menyelenggarakan suatu layanan bagi masyarakat.
2. Dasar Pemikiran Standarisasi Profesi Konselor
Standarisasi diperlukan oleh setiap profesi. Standarisasi profesi konselor
dilakukan atas dasar pertimbangan sebagai berikut:
1. Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan
sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru,
dosen, pamong belajar, dst (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6).
2. PP nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
3. UU nomor 14 tentang Guru dan Dosen, dalam UU No.14 dijelaskan
bahwa konselor memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja
yang tidak sama persis dengan guru .
4. Pelayanan ahli bimbingan dan konseling yang diampu oleh konselor
berada dalam konteks tugas “kawasan pelayanan yang bertujuan
memandirikan individu dalam memotivasi perjalanan hidupnya melalui
pengambilan keputusan tentang pendidikan termasuk yang terkait dengan
keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan karir untuk
mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi
warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui pendidikan”.
5. Ekspektasi kinerja konselor yang mengampu pelayanan bimbingan dan
konseling selalu digerakkan oleh motif altruistik dalam arti selalu
menggunakan penyikapan yang empatik, menghormati keragaman, serta
mengedepankan kemaslahatan pengguna pelayanannya, dilakukan dengan
selalu mencermati kemungkinan dampak jangka panjang dari tindak
pelayanannya itu terhadap pengguna pelayanan, sehingga pengampu
pelayanan professional itu juga dinamakan the reflective practitioner.

8 | Pengembangan Pribadi Konselor


3. Syarat Konselor Sekolah
Pekerjaan konselor sekolah bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan
ringan, sebab individu-individu yang dihadapi dan ditangani di sekolah memiliki
karakteristik, keunikan, dan permasalahn yang berbeda. Konselor sekolah dalam
menjalankan tugasnya harus mempunyai kemampuan untuk mengahdapi berbagai
individu. Oleh karena itu konselor sekolah harus memenuhi syarat tertentu, antara
lain:
1) Persyaratan pendidikan Formal
a. Secara general, konselor sekolah adalah sarjana pendidikan (S1) dalam
bidang S-1 Bimbingan dan Konseling yang bermuara pada
penganugerahan Ijasah Sarjana Pendidikan dengan Kekhususan
Bimbingan dan Konseling.
b. Secara Profesional, mengikuti Progam Pendidikan Profesi Konselor
yang bermuara pada penganugerahan Sertifikat Konselor yang
memberi hak kepada lulusannya untuk menggunakan gelar profesi
Konselor, disingkat Kons.
2) Pengalaman
a. Konselor sekolah yang professional hendaknya memiliki pengalaman
mengajar atau melaksanakan praktek bimbingan dan konseling.
b. Mengikuti program pelatihan untuk meningkatkan profesionalitas
konselor
c. Terus menerus berusaha dalam meningkatkan kompetensinya dengan
jalan mengikuti perkembangan literatur dalam bidang bimbingan dan
konseling, menyelenggarakan dan memahami hasil-hasil riset, serta
berperan serta secara aktif dalam pertemuan-pertemuan organisasi
profesi.
3) Persyaratan kepribadian/kecocokan pribadi Kualifikasi pribadi yang harus
dimiliki oleh konselor sekolah yaitu:
a. Mempunyai pemahaman terhadap orang lain secara obyektif dan
simpatik
b. Mempunyai kemampuan untuk bekerjasama yang baik dengan orang
lain

9 | Pengembangan Pribadi Konselor


c. Memahami batas-batas kemampuan yang ada pada dirinya
d. Mempunyai minat yang mendalam dengan individu-individu/para
siswa dan berkeinginan sungguh-sungguh untuk memberikan bantuan
kepada mereka
e. Mempunyai kematangan emosi, kedewasaan pribadi, mental, sosial
dan fisik.
4) Persyaratan sifat dan sikap
a. Sifat genuin. Dalam mengadakan hubungan, konselor harus
mmemperlihatkan sifat keaslian dan tidak berpura-pura.
b. Sikap konselor dalam menerima konseli. Konselor hendaknya
memiliki kemampuan untuk menerima klien apa adanya atas dasar
adanya penghargaan terhadap diri konseli.
c. Penuh pengertian terhadap konseli. Konselor hendaknya memiliki
kemampuan untuk menunjukkan sikap penuh pengertianterhadap
konseli. Pengertian konselor yang menyangkut diri konseli adalah
segala sesuatu yang telah diungkapkan oleh konseli baik verbal
maupun non verbal.
d. Sifat jujur dan kesungguhan. Konselor sebaiknya bisa bersikap jujur
terhadap dir sendiri maupun konseli. Kejujuran dan kesungguhan
konselor akan menumbuhkan saling pengertian dan penghargaan,
sehingga dapat mendorong konseli menemukan dirinya secara jujur
dengan kacamata yang lebih realistis.
e. Kemampuan berkomunikasi. Keterampilan utama yang harus dimiliki
konselor adalah mengkomunikasikan pemahamannya tentang konseli.
Konselor harus dapat menghidupkan proyeksinya dengan perasaannya
dan dapat ditangkap serta dimengerti oleh konseli sebagai pernyataan
yang penuh penerimaan dan pengetian.
f. Kemampuan berempati. Konselor dituntut untuk memiliki kemampuan
berempati. Sikap empati yaitu sikap menempatkan diri pada situasi
orang lain.
g. Kemampuan membina keakraban. Untuk membina hubungan yang
nyaman antara konselor dan konseli, konselor dituntut untuk memiliki

10 | Pengembangan Pribadi Konselor


kemampuan membina keakraban. Karena keakraban itu merupakan
syarat yang sangat penting dalam hubungan konseling.
h. Sikap terbuka. Keterbukaan konslei akna terwujud apabila ada
keterbukaan konselor. Keterbukaan konselor memiliki peranan yang
penting untuk menggugah keterbukaan konseli dalam mengemukakan
masalahnya.
4. Wawasan Konselor
Wawasan BK secara khusus meliputi: pemahaman tentang pengertian
BK, visi misi BK, bidang layanan BK, kode etik BK, kegiatan pendukung, dan
bidang bimbingan BK. Wawasan kependidikan dan profesi konselor secara umum
meliputi :
1. Konselor wajib terus menerus berusaha mengembangkan dan menguasai
dirinya, ia wajib mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-
prasangka pada dirinya sendiri, yang dapat mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain dan mengakibatkan rendahnya mutu pelayanan
profesional serta merugikan klien.
2. Memiliki wawasan pedagogis dalam melaksanakan layanan profesional
konseling.
3. Memahami dengan baik landasan-landasan keilmuan bimbingan dan
konseling.
4. Menghayati kode etik dan proses pengambilan keputusan secara etis.
5. Mengetahui dengan baik standar dan prosedur legal yang relevan dengan
setting kerjanya.
6. Aktif melakukan kolaborasi profesional dan mempelajari literaturnya.
7. Menunjukkan komitmen dan dedikasi pengembangan profesional dalam
berbagai setting dan kegiatan.
8. Menampilkan sikap open minded dan profesional dalam menghadapi
permasalahan klien.
9. Memantapkan prioritas (bidang layanan) profesionalnya.
10. Mengorganisasikan kegiatan sebagai wujud prioritas profesionalnya.
11. Merumuskan perannya sendiri sesuai dengan setting dan situasi kerja yang
dihadapi.

11 | Pengembangan Pribadi Konselor


B. KETERKAITAN DAN PERBEDAAN BIMBINGAN, KONSELING,
DAN PSIKOTERAPI
a. Bimbingan
Bimbingan perkembangan di lingkungan pendidikan merupakan pemberian
bantuan kepada seluruh peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan
agar mereka dapat memahami dirinya, lingkungan, dan tugas-tugasnya sehingga
mereka sanggup mengarahkan diri, menyesuaikan diri, serta bertindak wajar
sesuai dengan keadaan dan tuntunan lembaga pendidikan, keadaan keluarga,
masyarakat, dan lingkungan kerja yang akan dimasukinya kelak. Menurut
beberapa para ahli pengertian bimbingan yaitu sebagai berikut:
1. Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk memilih,
mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan, serta mendapat
kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya. (Frank Parson, 1951)
2. Bimbingan merupakan pendidikan dan pengembangan yang menekankan
proses belajar yang sistematik. (Mathewson, 1969)
3. Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi
pribadi setiap individu. (Bernard & Fullmer, 1969)
4. Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali berbagai informasi
tentang dirinya sendiri. (Chiskolm)
5. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang
tenaga yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-
anak, remaja, maupun dewasa. (Prayitno dan Emran Amti, 2004:99)
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan
proses pemberian bantuan kepada seseorang untuk memahami dirinya, mengenali
lingkungan dan merencanakan masa depan.
b. Konseling
Konseling merupakan salah satu upaya untuk membantu mengatasi
konflik, hambatan, dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan kita, sekaligus
sebagai upaya peningkatan kesehatan mental. Konseling merupakan satu di antara
bentuk upaya bantuan yang secara khusus dirancang untuk mengatasi persoalan-
persoalan yang kita hadapi.Menurut para ahli, definisi konseling sebagai berikut:

12 | Pengembangan Pribadi Konselor


a. Mortensen dan Schmuller (1964), menyatakan counseling is the heart
of the guidance program. Konseling adalah jantungnya program
bimbingan.
b. Ruth Strang yang dikutip Surya dan Natawidjaja (1986), menyatakan
guidance is breader, counseling is a most important tool of guidance.
Bimbingan lebih luas dari pada konseling dan konseling merupakan
alat penting dari pelayanan bimbingan, dengan kata lain konseling
sebagai tekniknya bimbingan.
c. Tolbert yang dikutip Winkel (1991), konseling adalah bantuan pribadi
secara tatap muka antara dua orang, yaitu seorang yang disebut
konselor yang berkompeten dalam bidang konseling membantu
seorang yang disebut konseli yang berlangsung dalam situasi belajar,
agar konseli dapat memperoleh pemahaman baik tentang dirinya dan
pemahaman tentang situasi sekarang dan akan datang.
Carl Rogers, seorang psikolog humanistik terkemuka, berpandangan
bahwa konseling merupakan hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk
melakukan perubahan self (diri) pada pihak klien. Menurut ASCA(American
School Counselor Assosiation) mengemukakan bahwa konseling merupakan
hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan
pemberian kesempatan dari konselor kepada klien.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konseling yaitu proses
pemberi bantuan yang bersifat remedial (perbaikan) kepada konseli untuk
memperoleh konsep diri.
c. Psikoterapi
Psikoterapi adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan
dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari
dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy"
yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu,
psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi
pikiran.
Psikoterapi adalah proses difokuskan untuk membantu Anda
menyembuhkan dan konstruktif belajar lebih banyak bagaimana cara untuk

13 | Pengembangan Pribadi Konselor


menangani masalah atau isu-isu dalam kehidupan Anda. Hal ini juga dapat
menjadi proses yang mendukung ketika akan melalui periode yang sulit atau stres
meningkat, seperti memulai karier baru atau akan mengalami perceraian
(hariyanto, 2010).
d. Kesamaan Konseling dan Psikoterapi
Dalam beberapa literature yang banyak memperoleh perhatian dari
kalangan teoretisi dan praktisi adalah hubungan antara konseling dan psikoterapi.
Sebagian ahli menganggap bahwa konseling dan psikoterapi adalah dua istilah
yang sama maknanya sehingga dapat digunakan secara bergantian. Patterson
secara tegas mengatakan membedakan konseling dan psikoterapi tidaklah
esensial. Pembedaan usaha konselor membantu kliennya dengan usaha psikoterapi
terhadap pasiennya adalah kurang tepat, tidak praktis, dan merupakan faktor
politis belaka (Nugent, 1981).
Menurut Patterson, baik dilihat dari hubungan, tujuan, metode maupun tipe
klien tidak ada perbedaan yang prinsip antara konseling dan psikoterapi. Dalam
hal ini Nelson-Jones (1982) yang menjelaskan bahwa keduanya memiliki
persamaan baik secara prinsip maupun secara teoretik. Menurutnya baik
psikoterapi maupun konseling sama-sama: (1) dilakukan berdasarkan pada
aplikasi dan prinsip psikologi, dan (2) menggunakan berbagai model teoretik dan
menekankan pada kebutuhan untuk: menilai klien sebagai “pribadi”,
mendengarkan secara empatik, meningkatkan kapasitas untuk membantu diri
sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya.
e. Perbedaan Konseling dengan Psikoterapi
Beberapa ahli berpandangan perbedaan konseling dan psikoterapi terleta
pada berbagai aspek, diantaranya pendekatan yang digunakan, subjek yang
dibantu, pelaksanaannya, dan intensitas masalah yang dihadapi. Perbedaan
penekanan bidang yang ditangani psikoterapi dan konseling sebagai berikut:

Konseling Psikoterapi

14 | Pengembangan Pribadi Konselor


Suportif dan edukatif rekonstruktif

Vokasional Emosional, perilaku

Pemberian dorongan Pemberian dorongan(dalam kondisi kritis)

Masalah yang situasional Masalah emosional yang berat, neurotik

Pemecahan masalah Rekonstruksi kepribadian

Dalam situasi yang sadar alam yang tidak sadar

Orang yang normal Orang yang patologis

Saat ini dan akan datang Masa lalu

Jangka pendek Jangka panjang

Akibat tekanan lingkungan Konflik emosional

Menyusun rencana yang rasional Reedukatif yang khusus

Mencegah masalah penyesuaian Menyembuhkan masalah-masalah yang


yang lebih berat berat

Mengatasi problem kehidupan Mengerti berperilaku dalam kehidupan


sehari-hari sehari-hari

Selanjutnya Hasen, dkk. (1982) menjelaskan bahwa dalam psikoterapi


dilakukan terhadap individu yang mengalami konflik interpersonal yang sangat
mendalam, sedangkan dilakukan terhadap individu yang mengalami masalah-
masalah berhubungan dengan peran dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam cara penanganan konseling lebih berorientasi pada klien,
mementingkan hubungan, diselenggarakan dengan pendekatan humanistic, dan
kurang berkaitan dengan kegiatan medis. Sedangkan psikoterapi dilaksanakan
dengan lebih berorientasi pada terapi, menggunakan teknik yang spesifik,

15 | Pengembangan Pribadi Konselor


kecenderungan menggunakan pendekatan psikoanalisis atau behavioristik, dan
banyak menggunakan penanganan secara medis.

C. PERBANDINGAN PROFESI-PROFESI KESEHATAN MENTAL


(KONSELOR, TERAPIS, PSIKOANALISIS, PSIKIATRIS,
PSIKOLOG, PEKERJA SOSIAL)
1. Konselor
Konselor sendiri adalah seseorang yang mempunyai keahlian dalam
melakukan konseling. Berlatar belakang pendidikan minimal sarjana strata 1 (S1)
dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB), Bimbingan Konseling
(BK), atau Bimbingan Penyuluhan (BP). Mempunyai organisasi profesi bernama
Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN). Melalui proses sertifikasi,
asosiasi ini memberikan lisensi bagi para konselor tertentu sebagai tanda bahwa
yang bersangkutan berwenang menyelenggarakan konseling dan pelatihan bagi
masyarakat umum secara resmi.
Konselor bergerak terutama dalam konseling di bidang pendidikan, tapi
juga merambah pada bidang industri dan organisasi, penanganan korban bencana,
dan konseling secara umum di masyarakat. Khusus bagi konselor pendidikan yang
bertugas dan bertanggungjawab memberikan layanan bimbingan dan konseling
kepada peserta didik di satuan pendidikan (sering disebut Guru BP/BK atau Guru
Pembimbing), ia tidak diwajibkan mempunyai sertifikat terlebih dulu. Profesi ini
lebih banyak berkiprah di bidang pendidikan umum, pekerja sosial, pendidikan
khusus seperti SLB dan beberapa jenis terapi seperti anak autis.
2. Terapis
Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada
klien yang mengalami gangguan jiwa. Menurut Globy, Kenneth Mark seperti
yang dikutif Depkes RI menyatakan bahwa persyaratan dan kualifikasi untuk
terapi aktivitas kelompok adalah :
a. Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan
patologi dalam budaya setempat.

16 | Pengembangan Pribadi Konselor


b. Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk
dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang
normal maupun patologis.
c. Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-
konsep yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan pasien.
d. Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk
membaca yang tersirat dan menggunakannya secara empatis untuk
memahami apa yang dimaksud dan dirasakan pasien dibelakang kata-
katanya.
e. Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan
mekanisme pertahanan yang dimiliki dan pengaruhnya terhadap teknik
terapeutiknya
f. Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala
kekurangan dan kelebihannya
3. Psikoanalisis
Psikoanalis adalah orang adalah orang yang mempraktekkan suatu bentuk
terapi, yaitu psikoanalis. Untuk menjadi seorang psikoalis, seseorang harus
mendapatkan pendidikan spesialisasi di institute psikoanalisis dan juga harus
menjalani psikoanalisis. Hingga saat ini, perizinan untuk menjadi anggota institute
psikoanalis (Amerika Serikat) menuntut gelar M.D atau Ph.D., namun lambat laun
tuntutan ini terabaikan. Pekerja sosial klinis dengan gelar master, dan bahkan
orang awam yang berminat sekalipun, dapat memperoleh izin.
4. Psikiatris
Seorang psikiatris adalah dokter yang sudah mengambil spesialis
kedokteran jiwa. Setelah lulus sarjana kedokteran (dokter Umum) seseorang yang
hendak menjadi psikiatris harus mengambil keahlian bidang psikiatris sekitar lima
tahun. Baru layak menyandang gelar spesialisasi Psikiatris.
Psikiatris bertugas memberikan konsultasi seputar kesehatan jiwa. Sebab
mereka dilengkapi dengan berbagai kemampuan baik konseling dan psikoterapi.
Mereka belajar keahlian ini (dihitung dari S1) selama sepuluh tahun, bahkan bisa
lebih.

17 | Pengembangan Pribadi Konselor


Disamping itu psikiatris berhak memberikan (resep) obat kepada pasien
atau klien. Psikolog dan konselor sama sekali tidak berhak mengeluarkan resep.
Psikiatris masing-masing juga melengkapi dengan keahlian khusus sesudah tamat
dari spesialisasi, baik di dalam hingga ke luar negri. Sayangnya jumlah Psikiatris
di Indonesia masih minim alias kurang memadai, yakni hanya sekitar 600 Orang.
Banyak daerah kabupaten yang belum memiliki psikiatris.
5. Psikolog
Psikolog adalah gelar profesi yang diberikan kepada seseorang yang sudah
lulus sarjana Psikologi. Biasanya setelah lulus S1 Psikologi perlu waktu satu
setengah tahun hingga dua tahun menyelesaikan gelar profesi Psikolog. Seorang
psikolog ada yang bekerja atau praktek sebagai psikologi klinis di rumah sakit.
Selain itu ada psikolog dengan spesialisasi psikologi industri dan
organisasi dan psikologi pendidikan. Psikolog industri dan organisasi biasanya
bekerja di bagian Human Resources and Development (HRD). Sedangkan
Psikolog pendidikan berkecimpung di dunia pendidikan, seperti konselor di
sekolah.
Psikolog biasanya menggunakan pendekatan sosial dari permasalahan
kejiwaan. Mereka mempelajari aspek sosial dari individu tersebut, seperti
keluarga, norma masyarakat dan agama. Dalam menentukan diagnosa dan
penyebab, mereka akan melakukan wawancara dengan klien dan keluarganya.
Kalau psikiater memberikan obat atau medikasi medis, maka psikolog
menggunakan pendekatan konseling intervensi, terapi tertentu hingga alat tes.
Untuk membantu diagnosa, psikolog terkadang menggunakan bantuan tes-
tes psikologi. Fungsinya untuk membantu psikolog dalam menentukan diagnosa.
Untuk menyembuhkan atau menghilangkan permasalahan kejiwaan, psikolog
menggunakan terapi konseling dan intervensi. Jenis tes itu antara lain tes IQ,
minat, bakat, karir, tes kepribadian, dll.
6. Psikoterapis
Psikoterapis adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara
psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin
hubungan kerjasama secara profesional dengan seorang pasien dengan tujuan
untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan

18 | Pengembangan Pribadi Konselor


akibat penyakit. Definisi yang lain yaitu bahwa psikoterapis adalah cara-cara atau
pendekatan yang menggunakan teknik-teknik psikologik untuk menghadapi
ketidakserasian atau gangguan mental.
Psikoterapis bertujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan
(distres) pada salah 1 pihak karena tidak berfungsinya / ketidakmampuan pada
fungsi kognitif, afeksi atau perilaku, dengan terapis berusaha mengembangkan
memelihara atau mengubahnya dengan menggunakan metode-metode sesuai
pengetahuan & skill, serta bersifat profesional & legal.
7. Pekerja Sosial / Dokter
Dokter adalah seseorang yang karena keilmuannya berusaha
menyembuhkan orang-orang yang sakit. Tidak semua orang yang menyembuhkan
penyakit bisa disebut dokter. Untuk menjadi dokter biasanya diperlukan
pendidikan dan pelatihan khusus dan mempunyai gelar dalam bidang kedokteran.
Untuk menjadi seorang dokter, seseorang harus menyelesaikan pendidikan di
Fakultas Kedokteran selama beberapa tahun tergantung sistem yang dipakai oleh
Universitas tempat Fakultas Kedokteran itu berada.
Pendidikan dokter di Indonesia membutuhkan 10 semester untuk menjadi
dokter, 7 semester untuk mendapatkan gelar sarjana (Sarjana Kedokteran/S.Ked)
ditambah 3 sampai 4 semester kepaniteraan klinik senior atau ko-asisten
(clerkship) di Rumah Sakit.

19 | Pengembangan Pribadi Konselor


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa konselor


merupakan tenaga ahli yang memiliki latar belakang S1 Bimbingan konseling
yang memberikan bantuan kepada peserta didik (konseli) dan memecahkan
masalah konseli. Sebagai seorang konselor professional terdapat tujuh indikator
yang harus dikuasai oleh konselor agar dapat dikatakan konselor profesional,
meliputi (1) menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi,
kebutuhan, dan masalah konseli, (2) menguasai kerangka teoritik dan praksis
bimbingan dan konseling, (3) merancang bibingan dan konseling, (4)
mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif, (5)
menilai proses hasil kegiatan bimbingan dan konseling, (6 memiliki kesadaran
dan komitmen terhadap etika profesioanal, (7) menguasai konsep dan praksis
penelitian dalam bimbingan dan konseling.

Sedangkan bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada


seseorang untuk memahami dirinya, mengenali lingkungan dan merencanakan
masa depan. Adapun beberapa perbedaan-perbedaan profesi antara konselor,
terapis, psikoanalisis, psikiatris, psikolog, psikoterapis, pekerja sosial yang
memiliki suatu bidang yang berbeda-beda dalam memberikan suatu layanan
dalam bidang pekerjaannya.

B. SARAN

Konselor perlu dan diharapkan dapat bekerja sama dengan profesional


layanan yang lain, agar terciptanya hubungan yang positif dan perlu memiliki
suasana saling mempercayai, saling menghormati serta keterbukaan. Cara yang
terbaik bagi konselor adalah menanamkan tingkat kesadaran terhadap nilai-nilai
profesional dan kemitraaan sendiri dan yang terpenting adalah penerimaan yang
tulus.

20 | Pengembangan Pribadi Konselor


DAFTAR PUSTAKA

Brown, Duane and David J.Srebalus. 1998. An Introduction to The Conseling


Profession. Bostob: Allyn & Baccon.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standart Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Konselor, Jakarta: Bagian Penyusunan
Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum.
Gibson, Robert L, Marianne H Mitchell. 2008. Bimbingan dan Konseling Edisi
Ketujuh (Edisi Indonesia). Alih Bahasa oleh Yudi Santoso. 2011.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Latipun. Psikologi Konseling. 2015. Universitas Muhammadiyah Malang: UMM
Press.
Mortensen, G.D., and Schmuler, A.M. 1964. Guidance in Today’s School. New
York: Wiley.
M. Surya, dan Rochman Natawidjaja. 1986. Pengantar Bimbingan dan
Penyuluhan. Jakarta: Karunia Universitas Terbuka.
Nugent. Frank A and Karyn Dayle Jones. 2009. Introduction to the Profession of
Counseling. London: Pearson Education, Inc.
Nugent, F.A. 1981. Professional Counseling: An Overview. Monterey, California:
Brooks/Cole Publishing Co.
Nelson-Jones, R. 1982. The Theory and Practice of Counselling Psychology.
London: Holt, Rinehart and Winston.
Prayitno. 1987. Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor. Jakarta :
Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan.
Prayitno, dan Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta:
Rineka Cipta, 2004.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 tahun 2008 tentang Kualifikasi
Akademik Konselor.
Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling, Bandung: Pustaka Setia
W.S. Winkel. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi. Jakarta: PT Grasindo.

21 | Pengembangan Pribadi Konselor


22 | Pengembangan Pribadi Konselor

Anda mungkin juga menyukai