Anda di halaman 1dari 20

Makalah Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi

LINGKUNGAN BELAJAR DAN DIGITAL LITERACY

Disusun oleh:

Kelompok 3

1. Jesinta Amabell Jonathan (NIM. 23011040140)


2. Siti Munawwarah (NIM. 23011040127)

Dosen Pengampu:

Dr. Sisca Rahmadonna, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2024

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh
kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan
tentang lingkungan belajar dan literasi digital. Makalah ini kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran
Berbasis Teknologi Informasi, yakni Ibu Dr. Sisca Rahmadonna, S.Pd., M.Pd. yang telah
membimbing kami dalam rangka penulisan makalah ini, dan kami mengucapkan terima kasih
juga kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya. Secara sistematis, makalah ini terdiri dari: Bab I. Pendahuluan; Bab II.
Pembahasan; dan Bab III. Penutup.

Makalah ini disusun oleh penulis dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari
diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada pembaca serta kami mohon untuk saran dan kritikannya, terima kasih.

Yogyakarta, 11 Maret
2024

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3
A. Konsep Dasar Lingkungan Belajar dan Literasi Digital ............................................. 3
B. Peran Lingkungan Belajar dalam Pengembangan Literasi Digital ............................. 6
C. Faktor-faktor dalam Membangun Lingkungan Belajar .............................................. 8
D. Tantangan & Hambatan Pengintegrasian Literasi Digital .......................................... 11
E. Strategi Pengintegrasian Literasi Digital dalam Lingkungan Belajar ......................... 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 15
B. Saran ........................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era digital ini, teknologi telah mengubah cara kita belajar, bekerja, dan
berkomunikasi. Salah satu perubahan paling signifikan adalah penggunaan teknologi
digital dalam proses pembelajaran. Lingkungan belajar tidak lagi terbatas pada ruang
kelas fisik, melainkan telah berkembang menjadi ruang virtual yang terbuka dan dapat
diakses dari mana saja. Namun, seiring dengan manfaatnya, penggunaan teknologi juga
membawa tantangan baru, terutama dalam hal literasi digital.
Literasi digital menjadi semakin penting dalam konteks pendidikan modern.
Tidak hanya sekadar memahami cara menggunakan perangkat dan aplikasi digital,
literasi digital juga mencakup kemampuan untuk mengkritisi informasi, memahami
risiko dan etika digital, serta memanfaatkan teknologi untuk menciptakan dan
berkolaborasi. Dalam lingkungan belajar yang didorong oleh teknologi, literasi digital
adalah kunci untuk mengoptimalkan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik
untuk berhasil di dunia yang semakin terhubung secara digital.
Namun, tidak semua individu memiliki akses yang sama terhadap teknologi atau
pemahaman yang sama tentang literasi digital. Ketimpangan digital antara kelompok-
kelompok sosial dan ekonomi dapat memperburuk kesenjangan dalam pendidikan.
Selain itu, adopsi teknologi dalam pendidikan juga menghadirkan tantangan baru bagi
pendidik, seperti bagaimana mengintegrasikan teknologi ke dalam kurikulum dengan
cara yang bermakna dan efektif.
Oleh karena itu, dalam menyusun lingkungan belajar yang inklusif dan
mendukung literasi digital, perlu adanya pemahaman yang mendalam tentang faktor-
faktor yang memengaruhi penggunaan teknologi dalam pembelajaran, tantangan yang
dihadapi, dan strategi untuk meningkatkan literasi digital di kalangan peserta didik dan
pendidik.
Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut tentang lingkungan belajar yang
didorong oleh teknologi, tantangan dalam meningkatkan literasi digital, dan upaya-
upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung bagi semua
individu.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep dasar terkait dengan lingkungan belajar dan literasi digital?
2. Bagaimana peran lingkungan belajar dalam pengembangan literasi digital?
3. Apa saja faktor dalam membangun lingkungan belajar yang mendukung literasi
digital?
4. Apa saja tantangan dan hambatan dalam mengintegrasikan literasi digital dalam
lingkungan belajar?
5. Apa saja strategi dan solusi dalam menghadapi tantangan dalam mengintegrasikan
literasi digital dalam lingkungan belajar?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep dasar terkait dengan lingkungan belajar dan literasi
digital.
2. Untuk mengetahui peran lingkungan belajar dalam pengembangan literasi digital.
3. Untuk mengetahui faktor dalam membangun lingkungan belajar yang mendukung
literasi digital.
4. Untuk mengetahui tantangan dan hambatan dalam mengintegrasikan literasi digital
dalam lingkungan belajar.
5. Untuk mengetahui strategi dan solusi dalam menghadapi tantangan dalam
mengintegrasikan literasi digital dalam lingkungan belajar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Lingkungan Belajar dan Literasi Digital


a. Lingkungan Belajar
Pasti tak asing lagi bagi kita mendengar kata "lingkungan", sebab sejak awal kita
lahir, kita sudah berada di dalamnya. Lingkungan adalah hal yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), yaitu keadaan atau kondisi sekitar yang memengaruhi pertumbuhan dan
perilaku organisme.
Secara esensial, lingkungan mencakup semua materi dan rangsangan baik yang
ada di dalam maupun di luar individu, yang meliputi aspek fisiologis, psikologis, dan
sosio-kultural. Dari segi fisiologis, lingkungan mencakup semua kondisi dan materi
yang berpengaruh terhadap tubuh, seperti air, zat asam, suhu, sistem saraf, peredaran
darah, dan lain-lain. Secara psikologis, lingkungan mencakup semua rangsangan yang
diterima individu mulai dari pembentukan janin hingga akhir hayatnya. Sementara itu,
secara sosio-kultural, lingkungan meliputi semua rangsangan, interaksi, dan kondisi
eksternal yang memengaruhi individu dalam konteks hubungan dengan orang lain,
seperti interaksi dalam kelompok, kegiatan latihan, proses belajar, dan pola hidup
keluarga (Warsidi, 2006). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lingkungan
adalah segala hal yang dapat mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku individu.
Sedangkan belajar menurut Djamarah (2002) adalah aktifitas yang dilakukan
dengan sengaja sehingga menyebabkan perubahan pada individu yang relatif tetap
dalam pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Dalam
pengertian lain, proses belajar adalah hasil dari interaksi individu dengan
lingkungannya, di mana terjadi perubahan perilaku yang bersifat berkelanjutan, positif,
aktif, dan terarah (Ahmadi, 2005). Melalui interaksi ini, seseorang dapat memperoleh
pemahaman, sikap, penghargaan, kebiasaan, keterampilan, dan hal lainnya.
Lingkungan merupakan tempat belajar yang melimpah untuk memperkaya pengalaman
bagi anak, baik itu di dalam keluarga, di sekolah, organisasi, maupun dalam alam
sekitar.
Dengan menggabungkan konsep "lingkungan" dan "belajar", kita dapat
merumuskan pengertian lingkungan belajar secara sederhana yaitu sebagai tempat atau
kondisi yang memengaruhi bagaimana seseorang belajar dan mengubah perilakunya.

3
Para pakar sering merujuk pengertian lingkungan belajar sebagai lingkungan
pendidikan. Ki Hajar Dewantoro (dalam Ahmadi, 2005), membedakan lingkungan
pendidikan menjadi tiga, yang dikenal dengan Tri Pusat Pendidikan, yaitu:
1. Lingkungan Keluarga
Lembaga pendidikan yang memiliki peran sangat penting dalam
perkembangan dan pertumbuhan seorang anak adalah keluarga. Keluarga adalah
lembaga pertama dan paling utama dalam membentuk anak. Proses pembentukan
kepribadian dimulai sejak dalam kandungan, dan kemudian anak akan mengalami
berbagai pengalaman dan mendapatkan pendidikan dari orang tua di dalam
keluarga. Pendidikan ini bisa disampaikan dengan sengaja melalui pengajaran
langsung maupun tanpa disadari melalui contoh dan interaksi sehari-hari.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah juga merupakan lembaga pendidikan formal yang memberikan
pembinaan teratur dan terencana terhadap anak. Secara prinsip, sekolah merupakan
kelanjutan dari pendidikan yang dimulai di keluarga, serta menjadi bagian dari
proses pendidikan keluarga. Di samping itu, kehidupan di sekolah juga berfungsi
sebagai jembatan bagi anak, menghubungkan pengalaman dalam keluarga dengan
kehidupan sosial di masyarakat di masa depan.
3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan interaksi antar manusia yang sangat luas dan
berkembang, di mana pendidikan berlangsung secara tak terbatas melalui
hubungan antara individu-individu. Masyarakat juga memiliki tanggung jawab
dalam pendidikan. Dalam konteks ini, lingkungan masyarakat menjadi sebuah
lembaga pendidikan selain keluarga dan sekolah yang memiliki peran dalam
membentuk kebiasaan, pengetahuan, minat, sikap, moralitas, integrasi sosial, dan
pemahaman agama anak.
Sedangkan Suhardan (2010) mengkalsifikasikan jenis lingkungan pendidikan
sebagai lingkungan satuan pendidikan atau lingkungan di sekolah menjadi tiga jenis,
yakni:
1. Lingkungan fisik sekolah, yang mencakup sarana dan prasarana belajar, sumber-
sumber belajar, dan media pembelajaran.
2. Lingkungan sosial, yang melibatkan hubungan antara peserta didik dengan teman-
temannya dan peserta didik dengan guru-gurunya.

4
3. Lingkungan akademis, yang mencakup suasana sekolah serta pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan berbagai kegiatan kurikuler.
Dari kedua pendapat di atas, lingkungan belajar erat kaitannya dengan aspek yang
melibatkan keluarga dan masyarakat, peserta didik, guru, sarana dan prasarana, sumber-
sumber pembelajaran, media pembelajaran, serta suasana pembelajaran di dalam dan di
luar sekolah. Semua aspek tersebut mempengaruhi aktivitas belajar dan pencapaian
hasil belajar peserta didik. Dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar merupakan
wilayah dengan segenap isinya yang saling berhubungan dengan kegiatan belajar

b. Literasi Digital
Kemunculan berbagai perangkat teknologi informasi yang terhubung dengan
internet telah menarik minat banyak orang. Sebelumnya, mereka biasanya memperoleh
informasi melalui membaca buku secara konvensional, tetapi sekarang mereka beralih
ke perangkat digital yang menyediakan akses kepada beragam informasi. Perangkat
digital ini kemudian dapat dimanfaatkan sebagai media untuk membantu masyarakat
dan peserta didik dalam mengembangkan literasi.
Istilah Digital Literacy atau literasi digital dipopulerkan oleh salah satu penulis
bernama Paul Gilster (1997) yang mendefinisikan literasi digital sebagai sebuah
kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format dari
berbagai sumber saat disajikan melalui komputer. Gilster menyoroti perbedaan
mendasar antara media digital dan cetak konvensional. Baginya, literasi digital
ditentukan oleh kemampuan beradaptasi dengan media baru dan pengalaman
menggunakan internet. Dua faktor utama ini akan menentukan seberapa baik seseorang
menguasai keterampilan inti dalam literasi digital.
Literasi digital juga diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan
menggunakan informasi dari berbagai sumber digital. Ini mencakup kemampuan
membaca, menulis, dan menghubungkan informasi menggunakan teknologi (Setiawan
dkk., 2022). Jika disimpulkan literasi digital merupakan kombinasi dari pemahaman
terhadap teknologi digital dan keterampilan dalam mengelola informasi secara efektif
dari berbagai sumber digital. Sementara itu, Douglas A.J. Belshaw dalam tesisnya What
is ‘Digital Literacy‘? (2011) mengatakan bahwa ada delapan elemen esensial untuk
mengembangkan literasi digital, yaitu sebagai berikut.
1. Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital;
2. Kognitif, yaitu daya pikir dalam menilai konten;

5
3. Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual;
4. Komunikatif, yaitu memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital;
5. Kepercayaan diri yang bertanggung jawab;
6. Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru;
7. Kritis dalam menyikapi konten; dan
8. Bertanggung jawab secara sosial.
Dari penjelasan Douglas A.J. Belshaw tentang delapan elemen esensial untuk
mengembangkan literasi digital, kita dapat menyimpulkan bahwa penting bagi individu
untuk memahami konteks digital, memiliki kemampuan penilaian, kreativitas, serta
tanggung jawab dalam interaksi online. Ini menegaskan bahwa literasi digital tidak
hanya tentang keterampilan teknis, tetapi juga melibatkan aspek-aspek sosial, kreatif,
dan kritis dalam penggunaan teknologi digital.
Berdasarkan beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa literasi digital
adalah kemampuan dan pengetahuan untuk mengoperasikan media digital, alat
komunikasi, atau jaringan dengan tujuan menemukan, mengevaluasi, menggunakan,
serta menciptakan informasi secara sehat, cerdas, bijaksana, akurat, dan sesuai dengan
hukum, guna memperkuat komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi digital bukan sekadar keterampilan teknologi dan informasi, namun juga
melibatkan kemampuan sosialisasi dan pemikiran kritis individu sebagai bagian dari
kompetensi digital. Literasi digital akan membentuk masyarakat yang kritis dan
inovatif, mengurangi kerentanan terhadap hoaks, dan meningkatkan keamanan dalam
kehidupan sosial budaya masyarakat.

B. Peran Lingkungan Belajar dalam Pengembangan Literasi Digital


Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menegaskan tujuan pendidikan adalah persiapan peserta didik untuk berperan dalam
kehidupan sosial dan pasar kerja, yang menjadi tantangan besar di era abad 21 (Siregar,
dkk., 2022). Era ini menuntut peserta didik untuk memperoleh keterampilan esensial
terkait learning to live together, learning to be, learning to do, dan learning to know
(Rahayuningsih & Muhtar, 2022), di antaranya adalah literasi informasi sebagai akibat dari
kemajuan teknologi komunikasi (Puspita et al., 2021). Teknologi informasi komunikasi
mencakup segala hal yang terkait dengan penggunaan perangkat untuk mengolah dan
mentransfer data di antara berbagai perangkat. Adapun literasi digital adalah seperangkat

6
keterampilan yang berkaitan dengan penggunaan teknologi kontemporer untuk
pengolahan informasi dan komunikasi.
Pengembangan literasi digital dapat dilakukan di ranah sekolah, keluarga, dan
masyarakat. Dengan literasi digital sekolah, seluruh warga sekolah khususnya peserta
didik diharapkan memiliki kemampuan untuk mengakses, memahami, serta menggunakan
media digital, alat-alat komunikasi, dan jaringannya. Dengan kemampuan tersebut mereka
dapat membuat informasi baru dan menyebarkannya secara bijak. Selain itu, peserta didik
juga diharapkan memiliki gaya hidup digital sehingga semua aktivitas kesehariannya tidak
terlepas dari pola pikir dan perilaku masyarakat digital yang serba efektif dan efisien.
Dalam era pendidikan saat ini, lingkungan pembelajaran berbasis digital telah
menjadi kebutuhan penting. Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan tidak hanya
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran, tetapi juga mampu
meningkatkan minat belajar peserta didik. Digitalisasi lingkungan pembelajaran dapat
diimplementasikan dalam berbagai konteks, termasuk kegiatan pembelajaran melalui situs
web, penggunaan sumber belajar digital, serta pelaksanaan ujian daring yang langsung
terintegrasi dengan proses pembelajaran (Putri & Chairiah, 2021).
Peran lingkungan belajar dalam pengembangan literasi digital sangatlah penting
karena lingkungan belajar dapat memberikan dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan
bagi individu untuk meningkatkan kemampuan literasi digital mereka. Berikut adalah
beberapa poin penting terkait peran lingkungan belajar dalam pengembangan literasi
digital (Silalahi, dkk. 2022):
1. Aksesibilitas teknologi: Lingkungan belajar yang dilengkapi dengan teknologi digital
yang memadai, seperti komputer dan akses internet, dapat membantu individu untuk
berlatih dan memperdalam kemampuan literasi digital mereka.
2. Ketersediaan sumber daya dan materi pembelajaran: Lingkungan belajar harus
menyediakan sumber daya dan materi pembelajaran yang relevan dan bervariasi untuk
membantu individu memahami konsep-konsep literasi digital. Ini bisa berupa buku,
artikel, video tutorial, perangkat lunak, dan sumber daya digital lainnya.
3. Pengajaran yang terarah: Guru atau fasilitator yang terlatih dalam literasi digital dapat
memberikan panduan dan pembimbingan yang tepat kepada peserta didik dalam
mengembangkan keterampilan literasi digital.
4. Lingkungan yang eksploratif dan interaktif: Lingkungan belajar yang mendorong
eksplorasi dan percobaan, baik secara mandiri maupun kolaboratif, dapat membantu
peserta didik untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan mereka dalam

7
mengoperasikan teknologi digital. Lingkungan belajar yang menggunakan
pendekatan pembelajaran yang interaktif, seperti simulasi, permainan edukatif, dan
proyek-proyek praktis, dapat membantu individu dalam mengembangkan
keterampilan literasi digital dengan cara yang menyenangkan dan menarik
5. Kolaborasi dan pertukaran pengetahuan: Kolaborasi antara peserta didik, guru, dan
rekan sebaya dalam lingkungan belajar dapat memfasilitasi pertukaran pengetahuan
dan pengalaman, sehingga memperkaya pemahaman dan keterampilan literasi digital.
6. Pembinaan kesadaran akan risiko dan etika digital: Lingkungan belajar juga harus
membantu individu memahami risiko-risiko yang terkait dengan penggunaan
teknologi digital, seperti privasi online, keamanan data, dan penipuan internet. Selain
itu, lingkungan belajar juga harus mempromosikan praktik-praktik etika digital yang
baik, seperti penggunaan internet yang bertanggung jawab dan menghormati hak
cipta.
7. Keterlibatan orang tua dan komunitas: Melibatkan orang tua dan komunitas dalam
proses pembelajaran literasi digital dapat membantu menciptakan dukungan yang
konsisten dan meluas bagi peserta didik dalam mengembangkan keterampilan literasi
digital mereka.
Dengan memperhatikan dan memanfaatkan lingkungan belajar yang mendukung,
peserta didik dapat memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mengembangkan
kemampuan literasi digital yang diperlukan dalam era digital saat ini.

C. Faktor-faktor dalam Membangun Lingkungan Belajar


Literasi digital merupakan sebuah kemampuan penting yang perlu dimiliki individu
di era digital saat ini. Kemampuan ini tidak hanya dibutuhkan dalam kehidupan sehari-
hari, tetapi juga dalam lingkungan belajar (Eshet, 2014). Membangun literasi digital dan
lingkungan belajar yang efektif membutuhkan kombinasi berbagai faktor.
a. Faktor Individu:
1. Keterampilan dan Motivasi
Individu harus memiliki keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan
numerasi, serta motivasi untuk belajar dan menggunakan teknologi digital secara
efektif.
2. Kesadaran dan Pemahaman
Penting untuk memiliki kesadaran tentang berbagai platform digital, serta
memahami resiko dan manfaatnya.

8
3. Keterampilan Berpikir Kritis
Kemampuan untuk menganalisis informasi, mengevaluasi kredibilitas sumber, dan
berpikir kritis sangat penting dalam era digital.
4. Keterampilan Berkomunikasi dan Berkolaborasi
Individu perlu mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan
orang lain dalam lingkungan digital.
b. Faktor Pengembangan Tekhnologi (Akses dan Infrastruktur)
1. Akses Internet dan Perangkat
Ketersediaan internet yang terjangkau dan perangkat digital yang memadai untuk
membangun literasi digital.
2. Infrastruktur Teknologi
Institusi pendidikan dan masyarakat yang perlu memiliki infrastruktur teknologi
yang memadai untuk mendukung pembelajaran digital.
3. Ketersediaan Konten dan Sumber Daya
Konten dan sumber belajar digital yang berkualitas dan relevan yang tersedia untuk
mendukung proses pembelajaran.
c. Faktor Pedagogi dan Pembelajaran
1. Pendekatan Pembelajaran yang Aktif dan Kontekstual
Pendekatan pembelajaran yang aktif dan kontekstual dapat membantu
meningkatkan motivasi dan keterlibatan peserta didik dalam belajar digital.
2. Pengembangan Profesional Guru
Guru perlu dibekali dengan pelatihan dan keterampilan yang memadai untuk
mengintegrasikan teknologi digital dalam pembelajaran.
3. Penilaian dan Evaluasi
Sistem penilaian dan evaluasi yang tepat perlu dikembangkan untuk mengukur
kemajuan belajar dan literasi digital peserta didik.
d. Faktor Dukungan dan Kebijakan:
1. Dukungan Keluarga dan Masyarakat
Keluarga dan masyarakat perlu mendukung upaya membangun literasi digital
dengan menyediakan akses teknologi, mendorong penggunaan yang bertanggung
jawab, dan menciptakan lingkungan belajar yang positif.
2. Kebijakan Pemerintah:

9
Pemerintah perlu mendukung pengembangan literasi digital melalui kebijakan
yang mendorong akses internet yang terjangkau, infrastruktur teknologi yang
memadai, dan pengembangan konten dan sumber belajar digital.
e. Faktor Budaya dan Sosial
1. Sikap dan Persepsi
Sikap dan persepsi positif terhadap teknologi digital dapat mendorong partisipasi
dan penggunaan teknologi yang lebih efektif.
2. Nilai dan Etika
Penting untuk menanamkan nilai dan etika yang tepat dalam penggunaan teknologi
digital, seperti tanggung jawab, privasi, dan keamanan.
Membangun literasi digital dan lingkungan belajar yang efektif membutuhkan upaya
kolektif dari berbagai pihak, termasuk individu, institusi pendidikan, pemerintah, dan
masyarakat agar menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung
pengembangan keterampilan digital yang dibutuhkan di era digital. Menurut (Bawden,
2013) faktor-faktor dalam membangun literasi digital dan lingkungan belajar sebagai
berikut:
1. Prestasi akademik yang baik: peserta didik yang memiliki prestasi akademik yang
baik lebih mudah mengadaptasi dengan literasi digital.
2. Terbiasa menggunakan internet dan media digital: Peserta didik yang terbiasa
menggunakan internet dan media digital dalam aktivitas sehari-hari lebih mudah
mengembangkan literasi digital.
3. Kemampuan verbal individu: Literasi digital dapat meningkatkan kemampuan
verbal individu.
4. Kemampuan membaca, merangkai kalimat, dan menulis informasi: Literasi digital
dapat meningkatkan kemampuan individu dalam membaca, merangkai kalimat,
dan menulis informasi.
5. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi: Individu harus dibarengi
dengan literasi digital untuk mengakses internet dan mengetahui konten positif dan
bermafaat.
6. Meningkatkan daya fokus dan konsentrasi: Literasi digital dapat meningkatkan
daya fokus serta konsentrasi individu.
7. Menerapkan literasi digital dalam setiap penggunakan teknologi informasi dan
komunikasi; Literasi digital harus diterapkan dalam setiap penggunakan teknologi

10
informasi dan komunikasi untuk mencari, menemukan, memilah, dan memahami
informasi yang benar dan tepat.
D. Tantangan & Hambatan Pengintegrasian Literasi Digital dalam Lingkungan Belajar
Mengintegrasikan literasi digital dalam lingkungan belajar mempunyai sebuah
proses yang kompleks dan penuh dengan tantangan (Warschauer, 2016). Dalam buku
Literasi Digital oleh Kemendikbud (2017), terdapat berbagai tantangan dalam
pengintegrasian literasi digital dalam pembelajaran, yakni diantaranya:
1. Akses dan Infrastruktur:
- Keterbatasan akses terhadap perangkat digital dan internet: tidak semua peserta
didik memiliki akses yang sama terhadap perangkat digital dan internet, yang dapat
menyebabkan kesenjangan digital dalam pembelajaran.
- Infrastruktur teknologi yang tidak memadai: sekolah dan tempat belajar mungkin
tidak memiliki infrastruktur teknologi yang memadai, seperti jaringan Wi-Fi yang
stabil, ruang komputer yang memadai, dan perangkat lunak yang diperlukan.
2. Keterampilan dan Pengetahuan:
- Keterampilan digital guru yang terbatas: guru belum memiliki keterampilan digital
yang memadai untuk menggunakan teknologi digital secara efektif dalam
pembelajaran.
- Kurangnya pengetahuan tentang literasi digital: peserta didik dan guru belum
memiliki pengetahuan yang memadai tentang literasi digital dan bagaimana
mengintegrasikannya dalam pembelajaran.
3. Budaya dan Motivasi:
- Sikap negatif terhadap teknologi digital: beberapa orang mungkin memiliki sikap
negatif terhadap teknologi digital dan penggunaannya dalam pembelajaran.
- Kurangnya motivasi peserta didik untuk belajar menggunakan teknologi
digital: peserta didik belum memiliki minat atau motivasi untuk belajar
menggunakan teknologi digital.
4. Konten dan Sumber Daya:
- Keterbatasan konten edukasi digital yang berkualitas: tidak semua konten edukasi
digital yang tersedia berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.
- Sumber daya digital yang tidak terorganisir: sumber daya digital yang tersedia
mungkin tidak terorganisir dengan baik, sehingga sulit bagi peserta didik dan guru
untuk menemukannya.

11
5. Kekhawatiran tentang keamanan dan privasi: orang tua dan guru mungkin
memiliki kekhawatiran tentang keamanan dan privasi peserta didik saat
menggunakan teknologi digital.
6. Kebijakan dan Dukungan:
- Kurangnya kebijakan yang mendukung literasi digital: mungkin tidak ada
kebijakan yang jelas di tingkat sekolah atau nasional yang mendukung integrasi
literasi digital dalam pembelajaran.
- Kurangnya dukungan dari pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat: dukungan
dari pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat mungkin tidak memadai untuk
pengembangan literasi digital.

E. Strategi Pengintegrasian Literasi Digital dalam Lingkungan Belajar Di Sekolah


Strategi pengintegrasian literasi digital dalam lingkungan belajar adalah upaya yang
bertujuan untuk memperkuat kemampuan peserta didik dalam menggunakan teknologi
digital secara efektif dan bertanggung jawab. Berikut adalah beberapa poin strategi
pengintegrasian literasi digital dalam lingkungan belajar (Silalahi, dkk. 2022) (Smaldino,
dkk. 2018):
1. Pembelajaran Terarah: Mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum secara
terstruktur dan terarah, sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari
keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan teknologi digital.
2. Penggunaan Sumber Belajar Digital: Memanfaatkan sumber belajar digital, seperti e-
book, video pembelajaran online, dan platform pembelajaran daring, untuk memberikan
akses yang lebih luas dan fleksibel bagi peserta didik dalam memperoleh informasi dan
materi pembelajaran.
3. Pengembangan Keterampilan Kritis: Mendorong peserta didik untuk mengembangkan
keterampilan kritis dalam mengonsumsi dan mengevaluasi informasi digital, termasuk
kemampuan untuk mengidentifikasi sumber yang dapat dipercaya dan memahami
dampak dari konten digital yang dikonsumsi.
4. Kolaborasi dan Keterlibatan: Mendorong kolaborasi antara peserta didik, guru, dan
orang tua dalam menggunakan teknologi digital untuk pembelajaran, sehingga
menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran.
5. Pembelajaran Berbasis Proyek: Menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis
proyek yang memungkinkan peserta didik untuk menggunakan teknologi digital dalam

12
konteks yang relevan dengan kehidupan nyata, sehingga meningkatkan keterampilan
praktis dan pemahaman konsep.
6. Pelatihan dan Dukungan: Menyediakan pelatihan dan dukungan bagi guru untuk
meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka dalam mengintegrasikan literasi
digital dalam pembelajaran, serta memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam
penggunaan teknologi digital secara aman dan efektif.
7. Evaluasi dan Umpan Balik: Melakukan evaluasi secara teratur terhadap penggunaan
teknologi digital dalam pembelajaran, serta memberikan umpan balik kepada peserta
didik untuk membantu mereka memperbaiki keterampilan dan pengetahuan mereka
dalam literasi digital.
Era digital menuntut generasi muda untuk memiliki kemampuan literasi digital yang
memadai. Literasi digital tidak hanya tentang kemampuan mengoperasikan teknologi,
tetapi juga tentang memahami, menganalisis, dan menggunakan informasi secara
bertanggung jawab (Kemendikbudristek, 2021). Sekolah sebagai salah satu institusi
pendidikan memiliki peran penting dalam mengintegrasikan literasi digital dalam
lingkungan belajar. Strategi yang dapat diterapkan untuk mengintegrasikan literasi digital
dalam lingkungan belajar di sekolah:
1. Penguatan Infrastruktur dan Akses Teknologi
- Memastikan ketersediaan perangkat teknologi yang memadai, seperti komputer,
laptop, tablet, dan internet.
- Membangun infrastruktur jaringan yang stabil dan aman.
- Menyediakan platform pembelajaran digital yang mudah diakses oleh guru dan
peserta didik.
2. Pengembangan Kapasitas Guru dan Tenaga Kependidikan
- Memberikan pelatihan dan workshop tentang literasi digital bagi guru dan tenaga
kependidikan.
- Mendorong guru untuk mengembangkan materi pembelajaran yang
mengintegrasikan literasi digital.
- Memberikan kesempatan kepada guru untuk belajar dan berkolaborasi dengan
pakar literasi digital.
3. Pengintegrasian Literasi Digital dalam Kurikulum
- Mengembangkan kurikulum yang mengintegrasikan literasi digital di semua mata
pelajaran.

13
- Menyusun modul pembelajaran yang fokus pada pengembangan keterampilan
literasi digital.
- Memasukkan kegiatan literasi digital dalam program pembelajaran harian.
4. Penciptaan Budaya Literasi Digital
- Menyelenggarakan kegiatan literasi digital, seperti seminar, workshop, dan lomba.
- Membangun komunitas literasi digital di sekolah.
- Mendorong penggunaan platform digital untuk pembelajaran dan kolaborasi.
5. Kerjasama dengan Orang Tua dan Masyarakat
- Memberikan edukasi kepada orang tua tentang literasi digital.
- Mendorong kerjasama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat dalam
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi pengembangan literasi digital.
Dengan menerapkan strategi pengintegrasian literasi digital dalam lingkungan
belajar, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan yang diperlukan
untuk berhasil dalam era digital yang terus berkembang.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makalah ini membahas pentingnya lingkungan belajar yang mendukung dalam
pengembangan literasi digital. Dalam era di mana teknologi digital menjadi bagian integral
dari kehidupan sehari-hari, literasi digital menjadi keterampilan yang sangat penting untuk
dikuasai. Lingkungan belajar yang memfasilitasi interaksi dengan teknologi, pengajaran
yang terarah, serta ketersediaan sumber daya yang relevan sangat penting untuk
meningkatkan literasi digital peserta didik.
Melalui makalah ini, kita dapat melihat bahwa lingkungan belajar yang memadai
dapat mencakup akses yang mudah terhadap perangkat dan konektivitas internet,
pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemahaman yang mendalam tentang
teknologi digital, serta pengembangan keterampilan kritis dan analitis dalam
menggunakan informasi digital dengan bijak.
Dengan memahami pentingnya lingkungan belajar yang mendukung, baik di sekolah
maupun di rumah, kita dapat menciptakan generasi yang lebih terampil dalam mengelola
dan memanfaatkan teknologi digital secara produktif dan bertanggung jawab. Oleh karena
itu, upaya kolaboratif antara sekolah, keluarga, dan masyarakat sangat penting dalam
memperkuat literasi digital dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan berdaya.

B. Saran
Setelah mengetahui poin-poin pada makalah ini, harapannya sistem pendidikan di
Indonesia dapat Mendorong pengembangan kurikulum yang mencakup aspek literasi
digital di semua tingkat pendidikan, memberikan pelatihan bagi guru dalam
mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum yang ada, memastikan akses yang
mudah terhadap perangkat digital dan koneksi internet di lingkungan belajar, termasuk di
sekolah-sekolah di daerah yang kurang berkembang, serta yang menekankan pada
pengembangan keterampilan kritis dan analitis dalam memahami, mengevaluasi, dan
menggunakan informasi digital dengan bijak dan bertanggung jawab.

15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. & Prasetya, J.T. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Bawden, D. (2001). Information and digital literacy: A review of concepts and models. Journal
of Documentation, 57(2), 218-239.
Belshaw, D. (2011). What is 'digital literacy'. A pragmatic investigation. Durham, UK: Durham
University.
Djamarah, S. B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Eshet-Alkalai, A. (2004). Digital literacy: A conceptual framework for survival skills in the
digital era. Journal of Educational Technology & Society, 7(4), 40-56.
Gilster, P. (1997). Digital literacy. New York: Wiley Computer Pub.
Puspita, K., Nazar, M., Hanum, L., & Reza, M. (2021). Pengembangan E-Modul Praktikum
Kimia Dasar Menggunakan Aplikasi Canva Design. Jurnal Ipa & Pembelajaran Ipa,
5(2).
Putri, M.S & Chairiyah. (2021). Transformasi Lingkungan Pembelajaran Berbasis Literasi
Digital Pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha, 9(3).
Rahayuningsih, Y. S., & Muhtar, T. (2022). Pedagogik Digital Sebagai Upaya Untuk
Meningkatkan Kompetensi Guru Abad 21. Jurnal Basicedu, 6(4).
Sekarini, D. A. (2019). Hubungan Antara Literasi Teknologi Dan Kemandirian Belajar
Peserta didik Kelas IX Di Smp Negeri 5 Cilacap Tahun Ajaran 2018/2019. Jurusan
Bimbingan Dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Skripsi.
Setiawan, I.M.J., Ardika, I.W., Agus, I.K., Sumaryawan and Mahaputra. (2022). Prosiding
Pekan Ilmiah Pelajar (PILAR), Vol. 2.
Silalahi, D.E, Munthe, E.A.H, Wahyuni, M.M, et.al. (2022). Literasi Digital Berbasis
Pendidikan: Teori, Praktek Dan Penerapannya. Padang: PT. Global Eksekutif Teknologi.
Siregar, W., Lubis, M. J., & Darwin, D. (2022). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Pelaksanaan Manajemen Sekolah. Jurnal Basicedu, 6(3).
Smaldino, S.E., Lowther, D.L., & Mims, C. (2019). Intructional Technology and Media for
Learning (12 ed.). Boston: Pearson Education
th

Suhardan, D. (2010). Supervisi Profesional. Bandung: Alfabeta.


Sukmadinata, N.S. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Tim GLN Kemdikbud. (2017). Materi Pendukung Literasi Digital. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Warsidi. (2022). Pentingnya Pendidikan Agama Sejak Dini. Bandung: Pustaka Madani.

16
Warschauer, M. (2006). Laptops and literacy: Learning in the wireless classroom. New York:
Teachers College Press.

17

Anda mungkin juga menyukai