Anda di halaman 1dari 12

MINI RISET

“PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING”

DOSEN PENGAMPU

Dewi Syafriani, S.Pd., M.Pd.

Susilawati Amdayani, S.Si., M.Pd.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

Dina Asima (4203131009) Syah Nurul Riswana (4202431001)

Juan A. Gultom (4203131005) Tanti A. Siregar (4201131005)


Rahma.Fauzia
(4203131003) Karolin Y. Larosa (4193331042)
Herlanda

Sofiyyah Azni (4203131052) Eli E. Pangaribuan (4203131076)

Melisa D. Lubis (4201131017)

JURUSAN KIMIA PRODI S-1 PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
OKTOBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang model pembelajaran Blended-Learning ini
sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Metode Pembelajaran Kontemporer.
Makalah ini sebagai salah satu syarat mengikuti kegiatan belajar mengajar, dan
sebagai salah satu sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan pada
Mahasiswa.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih ada kekurangan
baik dari segi penulisan maupun tata bahasa. Kritik dan saran yang membangun
dari pembaca kami nantikan untuk perbaikan makalah ini kearah yang lebih baik
dan sempurna. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita
semua.

Medan, 18 Oktober 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

2.1 Pencarian Data................................................................................................... 3

2.2 Pengajuan Gagasan. ........................................................................................... 5

2.3 Validasi. .............................................................................................................6

2.4 Perumusan Solusi ............................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 8

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 8

3.2 Saran ................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi yang pesat banyak mengubah masyarakat dalam banyak aspek
kehidupan sehari-hari, maka menjadi suatu hal yangwajar jika hal ini juga mengubah banyak aspek
dalam kehidupan siswa.Siswa sebagai bagian dari pendidikan, harus menjadikan teknologisebagai
hal yang penting untuk dilibatkan dalam proses pendidikan. Menurut Bonifaz, A., & Zucker, A
(2004), mengintegrasikan teknologi danteknologi pendidikan dalam kurikulum akan
meningkatkan keterlibatansiswa, akan memudahkan mereka mencapai tujuan pendidikan
denganmenciptakan lingkungan belajar yang lebih aktif dan akan lebih sesuaidengan kebutuhan
dan keterampilan pendidikan mereka. Teknologipendidikan tidak menyiratkan fakta bahwa siswa
harus menggunakankomputer individual saja, dapat melibatkan jaringan konferensi video, televisi
digital dan aplikasi lain yang memungkinkan siswa berinteraksidengan program. Ini juga termasuk
kamera digital dan papan tuliselektronik (Marshall, J, 2004).

Dalam beberapa tahun terakhir, gagasan mengenai jenis teknologiapa yang harus digunakan
dan bagaimana menggunakan teknologi dibidang pendidikan telah dipertanyakan (Culp, K.M.,
Honey, M., Mandinach, E., 2003), namun penelitian menunjukkan bahwa jenisteknologi yang
harus digunakan dan cara menggunakan teknologi ituseharusnya sesuai dan tepat untuk siswa yang
menggunakannya dan untuk metode pengajaran dan mencapai tujuan pembelajaran,
sertadisesuaikan dengan kurikulum yang ada untuk membantu mencapai hasilyang diharapkan
(Johnson, K.A, 2000).

partemen Pendidikan Nasional juga telah banyak mendukung penggunaan teknologi dalam
pembelajaran, desain pembelajaran online, pelatihan pengembangan konten (content
development), manajemen e-learning, layanan e-learning dan peralatan e-learning. Untuk

iii
mendukung langkah ini, Depdiknas telah melengkapi sebagian besar sekolah denganfasilitas
komputer dan jaringan internet, sumber daya kependidikan danperangkat lunak, serta
pengembangan staf. Tepat di titik inilah, teknologi juga dapat dipandang sebagai peluang untuk
mengembangkan model pembelajaran di segala tingkat pendidikan.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dan pengertian Blended Learning.

2. Untuk mengetahui manfaat dan tujuan Blended Learning.

3. Untuk mengetahui karakteristik Blended Learning.

4. Untuk mengetahui model-model Blended Learning.

5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Blended Learning.

6. Untuk mengetahui penerapan/bentuk realisasi Blended Learning dalam kegiatan


pembelajarankimia.
7. Untuk mengetahui hambatan dan tantangan Blended Learning dalam pembelajaran.

8. Untuk mengetahui perbedaan pembelajaran klasikal dengan Blended Learning.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENCARIAN DATA

Blended learning merupakan model pembelajaran campuran antara pembelajaran konvensional


atau biasa disebut tatap muka dan e-learning. Model pembelajaran ini memanfaatkan koneksi
internet untuk melakukan salah satu komponennya yaitu online learning yang memanfaatkan
aplikasi tertentu.

Kendala yang dihadapi oleh guru :


a. Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan oleh guru apabila sarana
dan prasarana tidak mendukung.
b. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pesert didik, seperti komputer dan akses internet.
Padahal blended learning memerlukan akses internet yang memadai, dan bila jaringan
kurang memadai, itu tentu akan menyulitkan guru dalam melakukan Pengajaran via
online.
c. Kurangnya pengetahuan sumber daya pembelajaran guru terhadap pengguna teknologi.

Kendala yang dihadapi oleh siswa :


a. Beberapa literatur yang telah dikumpulkan penulis untuk memperkuat hasil analisis
permasalahan. Dari beberapa studi literatur dalam proses pelaksanaan pembelajaran secara
daring siswa menemukan beberapa permasalahan. Menurut (Handarini, 2020) siswa
merasa kesulitan mengakses pelajaran karena jaringan internet tidak lancar sehingga
mereka kesulitan dalam mengumpulkan tugas. Kemudian permasalahan yang kedua yaitu
biaya, para siswa harus mengeluarkan biaya yang lebih untuk menyediakan kuota internet.
b. Selanjutnya menurut (Nindia Taradisa, 2020), dalam penelitiannya terhadap 8 guru kelas V
di MIN 5 Banda Aceh dengan melalui observasi dan wawancara, didapatkan hasil bahwa
siswa mendapat kesulitan dalam memahami pelajaran guru secara daring. Hal tersebut
terjadi karena siswa kurang paham dengan pelajaran yang disampaikan guru karena tidak
bertatap muka dan guru sulit untuk memantau perkembangan belajar siswa. Dan
permasalahan yang paling utama adalah kurangnya fasilitas yaitu smartphone, tidak semua
siswa memiliki HP ataupun komputer sebagai media pembelajaran.

5
2.2 PENGAJUAN GAGASAN

1. Komunikasi dan kolaborasi dengan orang tua lebih intensif


Perkembangan dan kemajuan peserta didik wajib dikomunikasikan dengan orang tua.
Sekolah memberikan laporan kemajuan belajar peserta didik secara periode. Masalah-
masalah siswa berkaitan dengan akademik dan akhlak atau budi pekerti, orang tua perlu
mendapatkan informasi dari pendidik.

2. Pertemuan secara virtual lebih sering daripada hanya memanfaatkan WAG.


Peserta didik dan pendidik dapat saling bertatap muka secara online, suasana dan
komunikasi lebih hidup, motivasi peserta didik dapat dilihat langsung. Di akhir proses
dapat melakukan refleksi bersama. Paparan materi oleh pendidik lebih mudah dipahami.

3. Penggunakan aplikasi Google Claassroom atau akun belajar


Dengan menggunakan Google Classroom, pendidik dan peserta didik bisa
menghemat kertas dan waktu. Lebih mudah memberikan tugas dan bisa lebih teratur.
Ditambah kelebihannya yang terintegrasi langsung dengan Google Docs, Google Sheets,
Google Drive, dan lainnya.

4. Berkoordinasi dengan kepala sekolah dalam pemberian bantuan kouta internet bagi siswa
kurang mampu.
Ada siswa yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam pembiayaan pembelian kouta
internet karena faktor ekomoni yang betul-betul tidak mampu.

5. Home visit tentu saja dilaksanakan agar interaksi tetap ada diantara peserta didik
Dimana home visit ini dilakukan : Satu kelompok belajar tidak lebih dari 5 siswa,Kegiatan
pembelajaran tidak lebih dari 2 jam dan bagi siswa yang sakit tidak mengikuti
pembelajaran.

2.3 VALIDASI

Pembelajaran dengan pendekatan blended learning sudah lama digunakan terutama dengan
penemuan komputer. Pembelajaran awalnya adalah tatap muka dan interaksi pengajar dan pelajar
secara langsung, setelah ada mesin cetak, pendidik memanfaatkan media cetak. Demikian juga
1
saat ditemukan media audio visual, sumber belajar mengombinasi antara pengajar, media cetak,
dan audio visual. Blended learning yang muncul setelah berkembang teknologi informasi,
memfasilitasi siswa dengan berbagai sumber belajar yang dapat dapat diakses baik offline maupun
online. Pembelajaran dilakukan dengan menggabungkan tatap muka, teknologi cetak, teknologi
audio, audio-visual, komputer, dan teknologi m-learning (mobile learning). Blended learning
memiliki enam unsur yaitu: tatap muka, belajar mandiri, aplikasi, tutorial, kerjasama, dan evaluasi.
Blended e-learning telah digunakan untuk penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak
jauh. Awalnya Universitas Terbuka menyelenggarakan pendidikan jarak jauh tanpa teknologi
informasi dan komunikasi, namun berikutnya menggabungkan pembelajaran konvensional dan
pembelajaran menggunakan teknologi informasi. Menurut Setiawan (2019) pembelajaran blended
learning merupakan pembelajaran berbasis active learning yang sangat baik untuk
diimplementasikan pada pendidikan tinggi, dengan kriteria utama yang harus disiapkan yaitu
kesiapan fasilitas sistem dan perencanaan yang matang, pengembangan konten yang lengkap dan
menarik, monitoring dan evaluasi secara rutin pada proses pembelajaran
Penerapan blended learning merupakan alternatif untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
pembelajaran online dan pembelajaran tatap muka dalam rangka menghasilkan rangkaian
pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan bagi peserta pelatihan dengan tidak
menggeser teori-teori pembelajaran lama (Abdullah, 2018).
Driscoll (2002) mengidentifikasi blended learning menjadi empat yaitu
1. Mencampur atau mengaduk teknologi pembelajaran yang sebenarnya untuk menciptakan
efek pembelajaran dan kerja yang harmonis
2. Menggabungkan segala bentuk teknologi pembelajaran seperti video tape, CD-ROM,
pelatihan berbasis web, film dengan tatap muka bersama instruktur
3. Menggabungkan pendekatan pedagogis seperti kognitivisme, kontruktivisme, behaviorisme
untuk menghasilkan pembelajaran untuk menghasilkan pelatihan yang optimal baik
menggunakan teknologi maupun tidak
4. Menggabungkan atau mencampur mode teknologi yang berbasis web seperti kelas virtual
langsung, pembelajaran kolaboratif, streaming video, audio dan teks
Implementasi blended learning menggunakan beberapa pola dengan perbandingan antara
tatap muka dan online adalah 25/75, 50/50, 75/25. Pertimbangan merancang komposisi
pembelajaran adalah penyediaan sumber belajar yang cocok untuk berbagai karakteristik peserta
agar pelatihan lebih menarik, efektif dan efisien. Penggunaan pola tergantung dari kompetensi
yang dibutuhkan, tujuan pelatihan, karakteristik peserta, karakteristik dan kemampuan peserta dan
sumberdaya yang tersedia. (Abdullah, 2018).
1
Implementasi blended learning dioptimalkan dengan pembenahan sistem aplikasi e-
learning yang mudah, fasilitator dan instruktur pembelajaran, waktu pelaksanaan yang sesuai
kebutuhan pelatihan serta mengadaptasi pembelajaran konvensional dalam pelatihan. Sebelum
melaksanakan Blended Learning, instruktur perlu menyiapkan kebutuhan pembelajaran terutama
platform teknologi Blended Learning. Kebutuhan pelatihan dengan blended adalah Group Miling
List (seperti Yahoo, Google+), Web Blog, Social Media (Facebook, Twitter, Instagram), Aplikasi-
aplikasi Learning Management Systems (Moodle, Edmodo, Quipper, classroom) (Prayitno, 2015)
Optimalisasi blended learning dilakukan dengan
1. Kesiapan fasilitas sistem dan perencanaan yang matang
2. Pengembangan konten yang lengkap dan menarik
3. Monitoring dan evaluasi secara rutin pada proses pembelajaran

2.4 Perumusan solusi

 Para guru diberikan pelatihan tentang blended learning. Pembelajaran yang


mengombinasikan antara pembelajaran tatap muka (luring) dan dalam jaringan (daring/
online). Pembelajaran daring dilakukan dengan menggunakan aplikasi Google Classroom.
 Pembelajaran dalam jaringan (daring) dapat dilakukan melalui google
classroom, atau media whatsapp dan youtube. Dengan demikian siswa menjadi lebih
memahami bahan ajar karena selain membaca materi dari media cetak dan elektronik, juga
dapat menyimak dari video pembelajaran yang bisa diulang-ulang tanpa dibatasi ruang dan
waktu. Ditambah dengan penjelasan dari fasilitator melalui pertemuan langsung itu
ataupun melalui komunikasi telepon.
 Irawan, E. (2020). Pelatihan Blended Learning Sebagai Upaya Menghadapi Society
5.0. Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2), 190-198.

Paradigma pembelajaran mengalami pergeseran seiring dengan perkembangan zaman.


Pembelajaran zaman dahulu lebih ditekankan pada mengajar yang berfokus pada aktifitas guru
(teacher-centered), menempatkan guru sebagi pusat kegiatan pengajaran. Dengan berkembangnya
berbagai konsep psikologi dan filsafat pendidikan, kegiatan mengajar bergeser pada pembelajaran
yang berfokus pada peserta didik (student-centered). Hal itu mengharuskan peserta didik terlibat
secara aktif untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Peran guru bergeser, bukan
lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Namun, guru tetap menjadi pengarah terhadap proses
pembelajaran.Perkembangan teknologi yang begitu pesat pada awal abad 21 mulai diaplikasikan
1
dalam dunia pendidikan. TIK mendukung proses pengajaran. Metode pembelajaran mulai
memanfaatkan berbagai bentuk aplikasi elektronik dan internet atau yang dikenal dengan
pembelajaran berbasis e-learning. Melalui e-learning peserta didik memiliki keleluasaan untuk
mengakses berbagai sumber belajar dan informasi yang mendukung proses pembelajaran.

Blended learning menjadi pilihan untuk mengatasi kelemahan yang muncul dari metode
pembelajaran tatap muka yang didominsi guru dan e-learning yang minim keterlibatan guru secara
langsung. Blended learning yang memadukan metode pembelajaran tatap muka dan pembelajaran
berbasis komputer menjadi alternatif model pembelajaran abad 21. Di satu sisi blended learning
tetap menghadirkan sosok guru yang dibutuhkan oleh peserta didik, sedang di sisi lain juga
mengakomodir kebutuhan peserta didik sebagai generasi milenial untuk lebih leluasa mengakses
keragaman sumber belajar dari internet melalui perangkat teknologi komunikasi, kapanpun dan
dimanapun. Sebagai saran dalam artikel ini, pertama, sekolah hendaknya memfasilitasi guru dalam
menerapkan blended learning dengan memperkaya keterampilan mengajar dan meningkatkan
kemampuan guru dalam menguasai berbagai model pembelajaran. Kedua, Sekolah menambah
bandwidth sehingga jangkauan akses internet menjadi lebih baik, melengkapi sarana prasarana
infrastruktur TIK,antara lain penyediaan LCD pada setiap ruang kelas. Penambahan ruang
laboratorium juga dilakukan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada peserta didik.
Ketiga, Secara berkala guru diberi kesempatan melakukan pelatihan dan keterampilan
memanfaatkan beragam fasilitas pembelajaran online dari berbagai konten pendidikan, untuk
memperkuat dan memperkaya pembelajaran e-learning.

1
N BAB III
PPENUTUP

3.1 Kesimpulan
Blended Learning adalah sebuah metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara
menggabungkan, mencampurkan, mengombinasikan sistem pendidikan konvensional dengan
sistem pendidikan berbasis digital. Blended learning dapat membantu peserta didik untuk
berkembang lebih baik di dalam proses belajar, sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam
belajar. Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran daring atau tatap muka, blended learning
dinilai jauh lebih efektif. Dikarenakan lewat metode pembelajaran ini, bisa merasakan dua suasana
sekaligus, yakni belajar daring dan luring.

3.2 Saran
Pendidik atau calon pendidik hendaknya memiliki kemampuan teknologi yangmumpuni agar
proses pembelajaran menggunakan program Blended Learning dapat berjalan dengan baik dan
berfungsi sebagaimana mestinya.

1
DAFTAR PUSTAKA

Purnamasari, D., & Nugraheni, N. (2020, December). Analisis Permasalahan Siswa Pada Proses
Pembelajaran Daring Kelas 2, 3 dan 4 di SDN Mangkang Kulon 01. In Prosiding Seminar
Nasional IAHN-TP Palangka Raya (No. 1, pp. 31-45).
Sjukur, Sulihin B. 2012. Pengaruh Blended Learning terhadap Motivasi Belajar dan Hasil
Belajar Siswa Tingkat SMK. Jurnal pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 3, November 2013.

Anda mungkin juga menyukai