Anda di halaman 1dari 29

DIKTAT

Aplikasi ICT dalam Model, Strategi, Pendekatan, Metode dan


Teknik Pembelajaran Matematika
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan
Pembelajaran Matematika yang Diampu oleh Ibu Dr. Hj. Wati Susilawati, M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok 11
1. Pariz Hudal Mutakin (12120501....)
2. Renna Nur Fauziah (1212050137)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

DIKTAT
Aplikasi ICT dalam Model, Strategi, Pendekatan, Metode dan Teknik Pembelajaran
Matematika.

Judul : Aplikasi ICT dalam Model, Strategi, Pendekatan, Metode dan Teknik
Pembelajaran Matematika.

Studi : Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

Kelompok 11
Pariz Hudal Mutakin 12120501....
Renna Nur Fauziah 1212050137

Disahkan Oleh :

Dosem Pengampu : Dr. Hj. Wati Susilawati, M.P

Hari :
Tanggal :

Bandung, ...
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat
waktu guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran Matematika. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.
Hj. Wati Susilawati, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran Matematika yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas ini.
Dan kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
memberikan doa, saran, dan kritik sehingga diktat ini dapat terselesaikan.

Kami berharap semoga diktat ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi pembaca. Kami juga berharap semoga diktat ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan diktat ini.

Bandung, Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI
TUJUAN PENGGUNAAN DIKTAT

Penggunaan diktat ini bertujuan untuk:

1. Sebagai buku pegangan bagi pendidik

2. Sebagai buku pegangan bagi peserta didik

3. Sebagai acuan materi pelajaran dalam proses pembelajaran

MANFAAT PENGGUNAAN DIKTAT

1. Memperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai


dengan kebutuhan belajar peserta didik
2. Guru/dosen tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang
sulit untuk diperoleh
3. Bahan ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan
menggunakan berbagai referensi
4. Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam
menulis bahan ajar
5. Bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang
efektif antara guru dengan peserta didik karena peserta didik akan
merasa lebih percaya kepada gurunya.
6. Guru juga dapat memperoleh manfaat lain, misalnya tulisan tersebut
dapat diajukan untuk menambah angka kredit ataupun dikumpulkan
menjadi buku dan diterbitkan.
BAB 1

PENDAHULUAN
Memasuki era globalisasi saat ini, lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab
untuk mempersiapkan dan menghasilkan sumber daya manusia yang dapat menjawab
tantangan segala perubahan yang terjadi di sekitarnya yang semakin pesat kemajuannya.
Kompetensi dan keterampilan dalam berbagai mata pelajaran, antara lain bahasa asing
(khususnya bahasa Inggris) dan manajemen teknologi merupakan keterampilan yang
harus dimiliki lulusan suatu lembaga pendidikan agar dapat memperoleh akses
kesempatan kerja yang kompetitif baik di dalam maupun di luar negeri. Dikutip dari
data (Balitbang Depdiknas, 1999/2000), lulusan SLTP dan MT. Pada tahun 2000, ada
2.830.727 orang. Dari jumlah lulusan tersebut hanya 1.874.577 yang mampu
melanjutkan ke pendidikan menengah, sehingga terdapat 956.150 (33,78%) lulusan
SLTA dan lulusan yang tidak dapat melanjutkan karena berbagai alasan. Jumlah anak
yang belum tamat SMA belum termasuk akumulasi lulusan tahun-tahun sebelumnya dan
akan terus bertambah di tahun-tahun berikutnya. Selain itu, sebanyak 13.466.700 anak
usia sekolah menengah (16-18 tahun). Hanya 5.358.802 dari mereka adalah siswa
sekolah menengah. Angka ini menunjukkan tingkat bagian bruto sekunder (GRP) yang
rendah sebesar 40%. Pada saat yang sama, hanya 33,3% lulusan SMA yang melanjutkan
ke perguruan tinggi. Oleh karena itu, diperlukan terobosan-terobosan untuk
memungkinkan perluasan kesempatan belajar bagi seluruh masyarakat, terutama anak
usia sekolah, ke jenjang yang lebih tinggi. tidak dapat mengikuti pendidikan arus utama
(tatap muka) karena faktor geografis seperti lokasi tempat tinggal mereka yang jauh dari
sekolah. (2) banyaknya anak usia sekolah yang tidak dapat mengikuti pendidikan karena
faktor ekonomi, misalnya harus membantu orang tua mencari nafkah sambil bersekolah,
dan (3) banyaknya masyarakat yang tidak memiliki; kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan ketika mereka masih muda dan sekarang menginginkan kesempatan lain,
tetapi pekerjaan menjadi kendala.

Salah satu sarana untuk meningkatkan kesempatan pendidikan adalah


pembelajaran terbuka/jarak jauh dan penggunaan teknologi pembelajaran seperti video
conferencing, audio conferencing, e-learning, CD interaktif, dll. Sistem ini menawarkan
peluang bagi seluruh lapisan masyarakat, karena dapat memberikan kesempatan dan
kemudahan untuk transaksi didaktis antara siswa dengan guru dan teman dalam
lingkungan belajar yang lebih fleksibel tanpa terikat waktu dan tempat. Selain itu, jika
diperlukan, guru dapat menggunakan perangkat TIK untuk memandu kegiatan siswa.

Media merupakan alat untuk menyampaikan informasi atau pesan dari suatu
tempat ke tempat lain. Media digunakan dalam proses komunikasi, termasuk kegiatan
belajar-mengajar. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, yakni
guru (komunikator), bahan pelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan) dan
tujuan pembelajaran. Proses belajar mengajar (PBM) seringkali dihadapkan pada materi
yang abstrak dan di luar pengalaman siswa sehari-hari, sehingga materi ini menjadi sulit
diajarkan guru dan sulit dipahami siswa. Visualisasi adalah salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mengkonkritkan sesuatu yang abstrak. Gambar dua dimensi atau model
tiga dimensi adalah visualisasi yang sering dilakukan dalam PBM.

Pada era informatika visualisasi berkembang dalam bentuk gambar bergerak


(animasi) yang dapat ditambahkan suara (audio). Sajian audio visual atau lebih dikenal
dengan sebutan multimedia menjadikan visualisasi lebih menarik.
Perkembangan Information, Communication,  Technology  (ICT) atau Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) dalam beberapa dekade terakhir berjalan sangat cepat sejalan
dengan perkembangan teknologi telekomunikasi, termasuk jaringan komputer. Berbagai
teknologi dan aplikasi pendukung juga telah dikembangkan sebagai upaya untuk
mendukung dan mempermudah aktivitas kehidupan manusia dan organisasi, termasuk
kegiatan belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Dalam menyikapi perkembangan
dan kemajuan ICT tersebut, para dosen dan guru dituntut untuk menguasai teknologi
(ICT) agar dapat mengembangkan materi-materi pembelajaran berbasis ICT dan
memanfaatkan ICT sebagai media pembelajaran. Tujuannya adalah untuk memberikan
kemudahan dan kesempatan yang lebih luas kepada pebelajar dalam belajar.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemanfaatan ICT dalam dunia pendidikan sudah
mulai memasyarakat, mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah, sampai ke
perguruan tinggi, meskipun variasi dan fokus pemanfaatannya berbeda-beda pada
masing-masing institusi. Beberapa sekolah sudah melengkapi diri dengan fasilitas ICT
guna mendukung proses belajar mengajar. Di setiap perguruan tinggi, termasuk
perguruan-perguruan tinggi kependidikan yang mendapat hibah dari DIKTI untuk
menyiapkan calon-calon guru, ICT sudah menjadi suatu keharusan, meskipun juga
variasi dan cakupan pemanfaatannya berbeda-beda antar perguruan tinggi.

Kehadiran dan kemajuan ICT di era komunikasi global dewasa ini telah
memberikan peluang dan perluasan interaksi antara dosen/guru/pakar dan mahasiswa,
antar mahasiswa, antara mahasiswa dan sumber-sumber belajar dapat terjadi kapan saja
dan di mana saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Di sisi lain, kehadiran ICT
sebagai teknologi baru memberikan tantangan kepada para dosen dan guru untuk
mampu menguasainya sehingga dapat memilih dan memanfaatkan ICT secara efektif
dan efisien di dalam proses belajar mengajar yang dikelolanya.

Kemajuan ICT juga telah memungkinkan memanfaatan berbagai jenis/macam


media secara bersamaan dalam bentuk multimedia pembelajaran. Penggunaan
multimedia interaktif yang memuat komponen audio-visual (suara dan tampilan) untuk
penyampaian materi pembelajaran dapat menarik perhatian siswa untuk belajar.
Multimedia interaktif juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan eksperimen semu dan eksplorasi sehingga memberikan pengalaman belajar
daripada hanya sekedar mendengar uraian/penjelasan guru. Makalah ini menyajikan
beberapa hal yang terkait dengan pengembangan media pembelajaran berbasis ICT.

Pembelajaran matematika merupakan suatu upaya/kegiatan (merancang dan


menyediakan sumber – sumber belajar, membantu/membimbing, memotivasi,
mengarahkan) dalam membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
matematika (Hudojo, 2005). Pentingnya hal tersebut karena didasari bahwa matematika
mempunyai peranan krusial dalam perkembangan ilmu pengetahuan maupun dalam
kehidupan sehari-hari. Penguasaan teknologi sebagai syarat untuk dapat mengikuti
perkembangan zaman dalam era global tidak lepas dari peran matematika, sebab untuk
mampu menguasai teknologi dengan baik dibutuhkan kemampuan matematika yang
baik pula.

Dienes (dalam Karso dkk, 2006) mengemukakan bahwa belajar matematika


melibatkan suatu struktur hirarki dari konsep-konsep tingkat tinggi yang dibentuk atas
dasar apa yang telah dibentuk sebelumnya. Artinya, konsep- konsep matematika yang
diajarkan oleh guru haruslah berkaitan dengan konsep sebelumnya dan menjadi dasar
untuk memhami konsep selanjutnya. Tentu hal tersebut sangatlah membutuhkan peran
penting seorang guru dalm proses pengajaran dan pembelajaran matematika

Namun kenyataan di lapangan, pengelolaan pembelajaran matematika belum


berjalan sesuai harapan. Berdasarkan penelitian Sutama (2013) pembelajaran
matematika di Sekolah cenderung text book oriented dan kurang terkait dengan
kehidupan sehari-hari siswa, serta cenderung abstrak, sehingga konsep-konsep
akademik sulit dipahami, sehingga berakibat, hasil belajar matematika belum sesuai
harapan. Lebih lanjut, Fajar (2012, 2) mengemukakan bahwa proses pembelajaran
matematika di kelas sangat ditentukan oleh pandangan seorang guru dan keyakinannya
terhadap matematika, sebab ketidaks empurnaan memahami matematika dari seorang
guru sedikit banyak akan menyebabkan tidak sempurnaan pada proses pembelajaran
di kelas.

Oleh karena itu, perlu upaya serius dalam menangani hal tersebut. Yaitu upaya
untuk menterjemahkan konsep – konsep abstrak matematika menjadi konkrit,
kontekstual, serta realistis menurut pandangan siswa. Relevan dengan perkembangan
zaman globalisasi, dimana kemajuan teknologi tak dapat dibendung lagi, maka integrasi
Information and Communication (ICT) dalam pembelajaran matematika dinilai tepat
untuk mengatasi ketidaksenangan siswa pada pelajaran matematika. Integrasi ICT
berarti memadukan pembelajaran matematika dengan ICT.

Menurut Cheah (2008) pengintegrasian ICT dalam pembelajaran matematika


tidak boleh diabaikan oleh para pendidik. Dalam Principles and Standards for School
Mathematics, NCTM (2000) menyatakan bahwa teknologi mempunyai peran yang
sangat penting dalam pembelajaran matematika.

Istilah ICT mengacu pada berbagai bentuk teknologi yang digunakan untuk
mengirim, memproses, menyimpan, membuat, menampilkan, atau membagi informasi
secara elektronik. Menurut UNESCO (2007), termasuk dalam kategori ICT antara lain
radio, televisi, video, komputer, software serta layanan yang berkaitan dengan teknologi
seperti videoconference, email dan blog. Sehan, Tiwari, dan Ocak dalam studinya
terhadap penggunaan kalkulator grafis dan program grafis menemukan bahwa
penggunaan media tersebut mampu meningkatkan kemampuan grafis siswa (Sehan,
2006; Tiwari, 2007; Ocak, 2008). Demikian juga, studi tentang penggunaan e-learning
seperti website, e-exercise dan internet telah mampu meningkatkan kemampuan siswa.
BAB 2
MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

1. Pengertian Media Pembelajaran Matematika


Kata media berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “medium” yang secara harfiah
berarti “perantara atau pengantar”. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002, 6). Apabila media itu membawa pesan-
pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud
pengajaran maka media itu disebut Media Pembelajaran.

Istilah media mula-mula dikenal dengan alat peraga, kemudian dikenal dengan
istilah audio visual aids (alat bantu pandang/dengar). Selanjutnya disebut instructional
materials (materi pembelajaran), dan kini istilah yang lazim digunakan dalam dunia
pendidikan nasional adalah instructional media (media pendidikan atau media
pembelajaran). Dalam perkembangannya, sekarang muncul istilah e-Learning. Huruf
“e” merupakan singkatan dari “elektronik”. Artinya media pembelajaran berupa alat
elektronik, meliputi CD Multimedia, Interaktif sebagai bahan ajar offline, dan Web
sebagai bahan ajar online.

Dari sini, berkembang berbagai definisi terminologis mengenai media menurut


para ahli media dan pendidikan. The Association For Educational Communication and
Technology (AECT, 1997) menyatakan bahwa media adalah apa saja yang digunakan
untuk menyalurkan informasi. Sementara, menurut Suparman, media merupakan alat
yang digunakan untuk menyalurkan pesan dan informasi dari pengirim pesan kepada
penerima pesan. Selanjutnya Mcluhan (Midun, 2008) memaknai media sebagai saluran
informasi. Media merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu proses
komunikasi. Menurut Barlo dalam Miarso, proses komunikasi melibatkan tiga
komponen utama yaitu pengirim atau sumber pesan (source), perantara (media), dan
penerima (receiver). Sedangkan,  menurut Widodo dan Jasmadi ada 4 komponen yang
harus ada dalam proses komunikasi yaitu pemberi informasi, informasi itu sendiri,
penerima informasi dan media.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa media memiliki peran
yang sangat penting, yaitu suatu sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara
atau saluran dalam suatu proses komunikasi antara komunikator dan komunikan.

Kata pembelajaran merupakan terjemahan dari istilah Bahasa Inggris yaitu


“instruction”. Instruction diartikan sebagai proses interaktif antara guru dan siswa yang
berlangsung secara dinamis. Ini berbeda dengan “teaching” yang berarti mengajar.
Teaching memiliki konotasi proses belajar dan mengajar yang berlangsung satu arah
dari guru ke siswa. Dalam hal ini, hanya guru berperan aktif mengajar, sedangkan siswa
bersifat pasif.

Penggunaan istilah “Pembelajaran” sebagai pengganti istilah lama “proses belajar-


mengajar (PBM)” tidak hanya sekedar merubah istilah, melainkan merubah peran guru
dalam proses pembelajaran. Guru tidak hanya “mengajar” melainkan “membelajarkan”
peserta didik agar mau belajar. Tugas guru dalam proses pembelajaran, di samping
menyampaikan informasi, ia juga bertugs mendiagnosis kesulitan belajar siswa,
menyeleksi materi ajar, mensupervisi kegiatan belajar, menstimulasi kegiatan belajar
siswa, memberikan bimbingan belajar, menggunakan dan mengembangkan strategi dan
metode (Saputro, 1996). Selain itu, guru mengembangkan dan menggunakan berbagai
jenis media dan sumber belajar, serta memberi motivasi agar siswa mau belajar.
Menurut Midun, guru juga harus berperan dalam debat dan diskusi sebagai mediator,
menyelenggarakan field trip (seperti tamasya/kemping), stimulasi dan sebagainya.

Degeng menyatakan bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya


membelajarkan pembelajar (anak, siswa peserta didik). Pengertian lain tentang
pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh pembelajar (guru/instruktur) dengan
tujuan untuk membantu siswa agar bisa belajar dengan mudah (Setyosari dan Sulton,
2003).  Menurut Munadi, proses komunikasi dalam pendidikan terjadi karena ada
rencana dan tujuan yang diinginkan. Bahasa adalah media yang membantu siswa untuk
mendapatkan mengerti gagasan atau ide guru.

Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan


pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung anatara pendidik dan peserta didik.
Disini media pembelajaran berperan untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran.

Setelah memahami pengertian kata “media” dan “pembelajaran” secara terpisah,


maka dengan menggabungkan kedua istilah tersebut pengertian “media
pembelajaran” dapat mudah dipahami dengan mudah, yaitu apa saja yang digunakan
sebagai media dalam pembelajaran. Menurut Gagne media adalah berbagai komponen
pada lingkungan belajar yang membantu pembelajar untuk belajar. Briggs
mendefinisikan media sebagai sarana fisik yang digunakan untuk mengirim pesan
kepada peserta didik sehingga merangsang mereka untuk belajar. Pendapat Schramm
tentang media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Widodo dan Jasmadi, 2009).

Media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely, memiliki cakupan yang sangat luas
yaitu termasuk manusia, materi atau kajian yang membangun suatu kondisi peserta didik
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Jadi, media pembelajaran
tidak hanya berupa benda mati, tetapi juga benda hidup, seperti manusia. Sebagai benda
hidup, media dapat juga merupakan pesan yang dapat dipelajari.

Berdasarkan pengertian di atas, media pembelajaran dapat dipahami sebagai


“segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber
secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana
penerimanya dapat melakukan proses secara efisien dan efektif.

2. Jenis Media Pembelajaran


Media visual, yaitu media yang digunakan dengan hanya mengandalkan indera
penglihatan semata-mata dari peserta didik. Dengan media ini pengalaman belajar yang
dialami peserta didik sangat tergantung pada kemampuan penglihatnya. Beberapa media
visual antara lain media cetak, model dan prototipe, media realitas alam sekitar dan
sebagainya. Media cetak seperti buku, modul, jurnal, gambar, peta dan poster. Model
dan prototipe seperti globe bumi.
Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan
hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik. Oleh karena itu, media audio hanya
mampu memanipulasi kemampuan suara semata (Munadi, 2008). Pesan dan informasi
yang diterimanya adalah berupa pesan verbal seperti bahasa lisan, kata-kata dan lain-
lain. Sedangkan pesan nonverbal adalah dalam bentuk bunyi-bunyian, musik, bunyi
tiruan dan sebagainya. Contoh media audio yang umum digunakan adalah radio, tape
recorder, CD player.
Media audio-visual, adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau
kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa
pesan verbal dan pesan nonverbal yang mengandalkan pendengaran dan penglihatan.
Contohnya adalah film, video, program TV dan lain-lain.
Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara
terintergrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran. Pembelajaran multimedia
melibatkan indera penglihatan dan pendengaran melalui media teks, visual diam, visual
gerak, dan audio serta media interaktif berbasis ICT.

3. Klasifikasi Media Pembelajaran


Dari beberapa pengelompokan media yang disusun para ahli, ada lima kategori
media pembelajaran menurut Setyosari dan Sihkabudden, yakni (1) berdasarkan ciri
fisiknya,   (2) berdasarkan tingkat dan jenis pengalaman, (3) berdasarkan persepsi
indera, (4) berdasarkan penggunaanya, (5) berdasarkan hirarkhi pemanfaatannya.
 Berdasarkan Ciri dan Bentuk Fisiknya
1. Media pembelajaran dua dimendsi (2D), yaitu media yang tampilannya dapat
diamati dari satu arah pandangan saja yang hanya dilihat dimensi panjang dan
lebarnya saja. Misalanya foto, gambar, peta, bagan, papan tulis dan lain
sebagainya.
2. Media pembelajaran tiga dimensi (3D), yaitu media yang tampilannya dapat
diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai dimensi panjang, lebar dan
tinggi/tebal. Contohnya model, prototipe, bola, kotak, meja, kursi, mobil dan lain
sebagainya.
3. Media pandang diam (still picture), yaitu media yang menggunakan media
proyeksi yang hanya menampilkan gambar diam pada layar. Misalanya foto,
lukisan, gambar binatang dan gambar alam semestayang diproyeksi dalam
kegiatan pembelajaran.
4. Media pandang gerak (motion picture), yaitu media yang menggunakan media
proyeksi yang dapat menampilkan gambar bergerak dilayar, termasuk media
televisi, film, atau video recorder termasuk media pandang gerak yang dsajikan
melalui layar monitor dikomputer atau layar LCD dan sebagainya.
 Berdasarkan Unsur Pokoknya

Berdasarkan unsur pokok atau indera, media pembelajaran dapat diklasifikasikan


menjadi tiga macam yakni media visual, media audio dan media audio-visual. Ketiga
golongan tersebut dijabarkan oleh Sulaiman menjadi sepuluh macam yaitu:
1. Media audio yaitu media yang menghasilkan bunyi, misalnya tiperecorder dan
radio.
2. Media visual yaitu media visual dua dan tiga dimensi.
3. Media audio-visual yaitu media yang menghasilkan rupa dan suara dalam satu
unit media.
4. Media audio motion visual yaitu penggunaan segala kemampuan audio dan
visual ke dalam kelas seperti TV, video, dan lainnya.
5. Media audio still visual yaitu media lengkap kecuali penampilan
motion/geraknya tidak ada.
6. Media audio semi-motion yaitu media yang berkemampuan menampilkan titik-
titik tapi tidak bisa mentransmit secara utuh suatu motion yang nyata. Misalnya
telewriting dan recorder telewriting.
7. Media motion visual yaitu film bisu
8. Media still visual yaitu gambar, OHP, tranparansi, dan filmskrips.
9. Media audio yaitu telephone, radio, dan audio
10. Media cetak yaitu media yang hanya menampilkan informasi yang berupa
simbol-simbol tertentu saja dan berupa alphanumeric, seperti buku, modul, dan
majalah.

Sedangkan,  menurut Bretz, media dibedakan menjadi delapan macam, yakni


media audio, media cetak, media visual diam, media visual gerak, media audio semi
gerak, media visual semi gerak, media audio visual diam, dan media audio visual gerak.
Pengelompokan lainnya dibuat oleh Anderson yang mana media menjadi sepuluh
kelompok yakni audio(CD, telephone), cetak (buku, modul), audio cetak (kaset audio
yang dilengkapi bahan tertulis), proyeksi audio visual diam, visual gerak, audio visual
gerak, obyek fisik, manusia dan lingkungan, serta komputer.
 Berdasarkan Pengalaman Belajar

Menurut Edgar Dale dalam bukunya yang berjudul “Audio Visual Method in
Teaching” media pembelajaran dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang pengalaman
yang diperoleh pembelajar, jenjang pengalaman itu disusun dalam suatu bagan yang
dikenal dengan nama Dale’s Cone of Experiences (Kerucut Pengalaman Dale). Menurut
Thomas dan Sutjiono mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi tiga kelompok,
yakni pengalaman langsung, pengalaman tiruan dan pengalaman verbal (dari kata-kata).
 Berdasarkan Penggunaaan

Berdasarkan Jumlah Penggunanya, :


1. Media pembelajaran yang penggunaannya secara individual oleh peserta didik.
Misalnya kelas atau laboratorium elektronik, media oto-instruktif, kotak unit
pengajaran.
2. Media pembelajaran yang penggunaannya secara berkelompok/kelas. Misalnya
film, slides dan media proyeksi lainnya.
3. Media pembelajaran yang penggunaannya secara missal. Misalnya televisi,
radio, film, slide dan lain sebagainya.

Berdasarkan Cara Penggunaannya

1. Media tradisional atau konvensional (sederhana, misalnya peta,symbol-simbol grafis,


gambar berseri dan lain-lain.

2. Media modern atau kompleks. Misalnya ruang kelas otomatis, sistem proyeksi berganda,
sistem interkomunikasi.

3. Berdasarkan Hirarki Manfaat Media

4. Selain jumlah dan cara penggunaannya media pembelajaran dapat dikelompokkan


berdasarkan hirarki pemanfaatannya dalam pembelajarannya. Dengan kata lain semakin
rumit jenis perangkat media yang dipakai, semakin mahal biaya investasinya atau
sebaliknya (Midun, 2009; Setyasari dan Sihkabuden, 2005; Munadi, 2008).

5. Peran Media Pembelajaran Matematika


Proses Pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa.
Sebagai sebuah proses komunikasi, pembelajaran seringkali dihadapkan dengan
berbagai hambatan yang dikenal dengan nama barier dan noise.

Hambatan-hambatan tersebut dapat dikelompokan menjadi :

1. Hambatan psikologis, misalnya minat, sikap, pendapat, kepercayaan, pengetahuan,


intelegensi.

2. Hambatan fisik, seperti sakit, kelelahan, keterbatasan daya indera dan cacat tubuh.

3. Hambatan kultural, seperti perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan
nilai-nilai panutan.

4. Hambatan lingkungan sekitar.


Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan siswa dari pembelajaran matematika,
diantaranya.
1. Dapat berhitung,

2. Dapat menghitung isi dan berat,

3. Dapat mengumpulkan,

4. Dapat mengolah data,

5. Dapat menyajikan data,

6. Dapat menafsirkan data dan

7. Dapat menggunakan kalkulator dan komputer.


Selain itu, peran pembelajaran matematika yang lain adalah agar mampu
mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut, membantu memahami bidang studi lain
seperti fisika, kimia, arsitektur, farmasi, geografi, ekonomi, dan sebagainya, dan agar
para siswa dapat berpikir logis, kritis, dan praktis, beserta bersikap positif dan berjiwa
kreatif.

Namun demikian, matematika dipelajari bukan untuk keperluan praktis saja, tetapi
juga untuk perkembangan matematika itu sendiri. Jika matematika tidak diajarkan di
sekolah maka sangat mungkin matematika akan punah. Selain itu, sesuai dengan
karakteristiknya yang bersifat hirarkis, untuk mempelajari matematika lebih lanjut harus
mempelajari matematika level sebelumnya. Seseorang yang ingin menjadi ilmuwan
dalam bidang matematika, maka harus belajar dulu matematika mulai dari yang paling
dasar.

Dapat kita simpulkan bahwa matematika sekolah memiliki peranan yang sangat
penting baik bagi siswa maupun mahasiswa agar mereka memiliki bekal pengetahuan
dan untuk pembentukan sikap serta pola pikirnya, warga negara pada umumnya supaya
dapat hidup layak, untuk kemajuan negaranya, dan untuk matematika itu sendiri dalam
rangka melestarikan, mengembangkannya juga untuk membuat matematika itu lebih
asik dan menyenangkan.

8. Fungsi Media Pembelajaran Matematika


Fungsi matematika adalah sebagai media atau sarana siswa dalam mencapai
kompetensi. Dengan mempelajari materi matematika diharapkan siswa akan dapat
menguasai seperangkat kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, penguasaan
materi matematika bukanlah tujuan akhir dari pembelajaran matematika, akan tetapi
penguasaan materi matematika hanyalah jalan mencapai penguasaan kompetensi. Fungsi
lain mata pelajaran matematika adalah sebagai: alat, pola pikir, dan ilmu atau
pengetahuan. Ketiga fungsi matematika tersebut hendaknya dijadikan acuan dalam
pembelajaran matematika sekolah.

Sebenarnya, media pembelajaran tidak sekedar menjadi alat bantu pembelajaran,


melainkan juga merupakan suatu stategi pembelajaran. Sebagai stategi, media
pembelajaran memiliki banyak fungsi, yakni sebagai berikut:
Media sebagai sumber belajar

1. Fungsi Manipulatif adalah kemampuan media dalam menampilkan kembali suatu


benda/peristiwa dengan berbagai cara, sesuai kondisi, situasi, tujuan dan sasarannya.

2. Fungsi Fiksatif adalah fungsi yang berkenaan dengan kemampuan suatu media untuk
menangkap, menyimpan, menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian yang sudah
lama terjadi.

3. Fungsi Distribitif adalah penggunaan satu materi, obyek atau kejadian dapat diikuti oleh
peserta didik dalam jumlah besar dan dalam jangkauan yang sangat luas sehingga dapat
meningkatkan efisiensi baik

4. Fungsi Semantik. Semantik berkaitan dengan “meaning” atau arti dari suatu kata, istilah,
tanda atau symbol.

5. Fungsi Psikologis. Fungsi ini memiliki beberapa fungsi seperti fungsi atensi, fungsi
afektif, fungsi kognitif, fungsi imajinatif dan fungsi motivasi.

6. Fungsi Sosio-kultural
 

7. Karakteristik Media Pembelajaran Matematika


Menurut Arsyad, setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu yang
dikaitkan atau dilihat dari berbagai segi. Misalnya, Schramm melihat karakteristik
media dari segi ekonomisnya, lingkup sasaran yang dapat diliput dan kemudahan
kontrolnya oleh pemakai (Sadiman, dkk, 1990). Karakteristik media juga dapat dilihat
menurut kemampuannya membangkitkan rangsangan seluruh alat indera. Dalam hal ini
Kemp menyatakan, pengetahuan mengenai karakteristik media pembelajaran sangat
penting artinya untuk pengelompokan dan pemilihan media. Karakteristik media
merupakan dasar pemilihan media yang disesuaikan dengan situasi belajar tertentu
(Sadiman, dkk, 1990).
Ada tiga karakteristik media berdasarkan petunjuk penggunaan media pembelajan
untuk mengantisipasi kondisi pembelajaran di mana guru tidak mampu atau kurang
efektif dapat melakukannya. Ketiga karakteristik atau ciri media pembelajaran tersebut
adalah sebagai berikut.
Ciri fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek.
Ciri manipulatif, yaitu kemampuan media untuk mentransformasi suatu obyek,
kejadian atau proses dalam mengatasi masalah ruang dan waktu. Sebagai contoh,
misalnya proses larva menjadi kepompong dan kemudian menjadi kupu-kupu dapat
disajikan dengan waktu yang lebih singkat (atau dipercepat dengan teknik time-
lapserecording). Atau sebaliknya, suatu kejadian/peristiwa dapat diperlambat
penayangannya agar diperoleh urut-urutan yang jelas dari kejadian/peristiwa tersebut.
Ciri distributif, yang menggambarkan kemampuan media untuk mentransportasikan
obyek atau kejadian melalui ruang dan secara bersamaan kejadian itu disajikan kepada
sejumlah besar siswa, di berbagai tempat dengan stimulus pengalaman yang relative
sama mengenai kejadian tersebut.

Menurut Soedjadi (1994, 1), meskipun terdapat berbagai pendapat tentang


matematika yang tampak berlainan antara satu sama lain, namun tetap dapat ditarik ciri-
ciri atau karekteristik yang sama, antara lain:
1. memiliki objek kajian abstrak,
2. bertumpu pada kesepakatan,
3. berpola pikir deduktif,
4. memiliki symbol yang kosong dari arti,
5. memperhatikan semesta pembicaraan,
6. konsisten dalam sistemnya.

8. Manfaat Media Pembelajaran Matematika


Secara umum, beberapa manfaat penggunaan media pembelajaran, dijelaskan
sebagai berikut (Midun, 2009)

Dengan media pembelajaran yang bervariasi dapat memperluas cakrawala sajian


materi pembelajaran yang diberikan dikelas seperti buku, foto-foto, dan narasumber.

Dengan menggunakan berbagai jenis media, peserta didik dapat memperoleh


pengalaman beragam selama proses pembelajaran.
1. Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar yang konkret
dan langsung kepada peserta didik, seperti kegiatan karyawisata ke pabrik,
pusat tenaga listrik, swalayan, bank, dan lain sebagainya.
2. Media pembelajaran menyajikan sesuatu yang sulit diadakan, dikunjungi
atau dilihat oleh peserta didik, baik karena ukurannya yang terlalu besar
seperti sistem tata surya.
3. Media-media pembelajaran dapat memberikan informasi yang akurat dan
terbaru, misalnya penggunaan buku teks, majalah, dan orang sebagai
sumber informasi.
4. Media pembelajaran dapat menambah kemenarikan tampilan materi
sehingga meningkatkan motivasi dan minat serta mengambil perhatian
peserta didik untuk fokus mengikuti materi yang disajikan, sehingga
diharapkan efektivitas belajar akan meningkat pula.
5. Penggunaan media dapat meningkatkan efisiensi proses pembelajaran,
karena dengan menggunakan media dapat menjangkau peserta didik di
tempat yang berbeda-beda.
6. Media pembelajaran dapat memecahkan suatu masalah pendidikan atau
pengajaran baik dalam lingkup mikro maupun makro.
BAB 3
PEMANFAATAN ICT DALAM MEDIA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Pembelajaran menggunakan media ICT sudah menjadi hal-hal biasa di sekolah-


sekolah unggulan. Sebelumnya perlu dipahami dahulu tentang apa ICT itu. Dari asal
katanya ICT sendiri berasal dari kata Information, Communication, dan Technology.
ICT merupakan suatu tehnik modern dalam penyampaian informasi dan berkomunikasi.
Dengan demikian, ICT memiliki peran yang sangat besar di dalam kehidupan sehari-
hari. Kalau diperhatikan, di sekitar kita mulai dari benda-benda kecil hingga yang
berskala besar semuanya tak lepas dari ICT. Misalnya dulu guru ketika mengajar hanya
melakukan komunikasi secara tatap muka dengan bermodalkan buku paket dan
beberapa referensi buku lain tetapi sekarang ini karena kemajuan teknologi, guru dalam
menerangkan mata pelajaran menjadi lebih menarik dan mudah dimengerti siswa
dengan bantuan ICT.

Hal ini, berarti bahwa pembelajaran dengan ICT dapat memberikan manfaat yang
sangat besar bagi proses pembelajaran. Secara lebih khusus, manfaat dari penggunaan
ICT di dalam proses pembelajaran adalah pertama, melalui ICT proses pembelajaran
menjadi lebih menarik. Para siswa tidak lagi meminta izin kepada para guru untuk pergi
ke belakang untuk sekedar mencuci muka karena mengantuk pada saat jam pelajaran,
ataupun bosan mendengarkan pelajaran yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan.
Kedua, siswa lebih mudah dalam memahami apa yang disampaikan oleh para guru
mengingat tayangan materi yang diberikan masih terpampang di depan mata. Sehingga
para siswa lebih mudah memahami dan mengerti pelajaran yang diajarkan. Ketiga,
keberadaan ICT menuntut para guru dan siswa untuk tidak gagap teknologi. Keempat,
pembelajaran ICT ini dapat menjadi nilai plus bagi para siswa yang ingin melanjutkan
ke jenjang pendidikan di sekolah- sekolah favorit. Apalagi jika ingin meneruskan ke luar
negeri, tentu saja pembelajaran dengan ICT sudah menjadi pemandangan biasa di
kalangan guru dan siswa.

Salah satu pelajaran yang memanfaatkan teknologi ICT adalah pelajaran


matematika, karena pelajaran matematika merupakan pelajaran yang melatih logika
berpikir, sehingga siswa diharapkan dapat menggunakan dan mengaplikasikannya dalam
memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pelajaran yang
lain.
Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1991, 637) matematika
adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan.
Sedangkan menurut Suriasumantri (1982, 191) matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-
lambang matematika bersifat artificial, baru memiliki arti setelah sebuah makna
diberikan kepadanya, tanpa itu matematika hanya sebuah kumpulan rumus-rumus yang
mati.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22 Tahun


2006 Tentang Standar Isi, tujuan Mata Pelajaran Matematika adalah sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan


mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Lebih jauh, dalam Permendiknas dinyatakan bahwa: “Mata pelajaran Matematika


perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,
serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan


pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan
mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk
menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah
diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat
peraga, atau media lainnya.

Ketersediaan ICT juga berdampak pada bagaimana siswa belajar matematika


karena dapat memungkinkan siswa untuk melakukan percobaan dan belajar dari umpan
balik, berpikir logis dan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, serta
mengamati, mengeksplorasi, dan menjelaskan pola dalam jumlah, bentuk, dan data.
Selain itu, dapat memungkinkan siswa untuk membuat dan menguji hipotesis dan
prediksi yang dapat didasarkan pada data dalam jumlah besar, membuat generalisasi
yang dapat didasarkan pada bukti-bukti eksperimental, serta mengembangkan kosa kata
matematika dan bahasa.

Guru harus memilih atau membuat tugas-tugas matematika dengan menggunakan


tampilan gambar yang menarik, bervariasi, merangsang rasa ingin tahu. Guru juga dapat
menggunakan media lainnya seperti kalkulator, papan tulis interaktif dan alat bantu
audiovisual lainnya, bersama-sama dengan berbagai paket perangkat lunak. Internet juga
dapat digunakan untuk merancang tugas-tugas belajar yang efektif, seperti simulasi
problem-solving.

ICT juga dapat merangsang seluruh kegiatan kelas dan dapat mempengaruhi cara
guru dalam mengajarkan topic tertentu, seperti dalam mengenalkan konsep matematika.
Meskipun menggunakan ICT tetapi peralatan tulis-menulis tetap digunakan. Menurut
hasil penelitian Becta, ditemukan bahwa dampak penggunaan ICT dalam pembelajaran
matematika anak usia dini, sebagai berikut.

1. Konsentrasi, ini dicirikan oleh perhatian yang mengarahkan anak untuk


suatu aktivitas.
2. Energi, seorang anak akan menginvestasikan banyak energi dan aktivitas.
3. Kompleksitas dan Kreativitas, mereka akan berusaha paling keras untuk
memecahkan masalah. Mereka menjadi yang paling kreatif.
4. Ekspresi wajah dan Posture, tanda nonverbal sangat penting dalam menilai
bagaimana melibatkan anak.
5. Kegigihan, durasi ini adalah bahwa seorang anak akan bertahan pada suatu
aktivitas.
6. Precision, anak-anak menunjukkan perawatan khusus untuk pekerjaan
mereka dan perhatian terhadap detail.
7. Waktu reaksi, anak-anak siaga dan siap untuk bereaksi cepat terhadap
rangsangan.
8. Bahasa, ini ditandai oleh komentar-komentar anak-anak selama atau
setelah kegiatan misalnya mereka mengatakan mereka menikmatinya.
9. Kepuasan, anak-anak akan menampilkan perasaan puas dengan prestasi
mereka.

Penggunaan ICT sebagai media pembelajaran matematika memang dapat menarik


dan meningkatkan motivasi belajar anak, khususnya ketika anak belajar tentang konsep-
konsep yang berkaitan dengan matematika. Akan tetapi orang tua dan guru tetap cermat
dalam memilih program-program yang disajikan melalui website yang terdapat di
internet. Selain itu juga, orang tua dan guru harus tetap waspada terhadap perangkat
keras yang digunakan misalnya komputer, hal ini dikarenakan komputer memiliki efek
negatif seperti radiasi apabila digunakan secara terus-menerus tanpa batas.
Pendampingan mutlak diperlukan agar dapat meminimalisir dampak negatif yang
ditularkan melalui media tersebut.

Media pembelajaran berbasis ICT adalah alat yang digunakan dalam proses
pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi. Dalam sistem ini interaksi
antara pengajar (guru) dan peserta (murid) ajar tidak harus saling bertatap muka
(bertemu) secara fisik seperti halnya dalam sistem pendidikan konvensional, mereka
bertemu dalam ruang teknologi informasi (internet) dengan memanfaatkan suatu media
yang disebut komputer.

ICT atau dalam bahasa Indonesia sering disebut TIK adalah istilah umum yang
mengacu pada teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan, mengubah, dan
mengambil kembali informasi dalam berbagai bentuk (SER, 1977). Dalam dunia
pendidikan, contoh pengguna teknologi informasi adalah komputer pribadi, namun
istilah multimedia juga sering digunakan. Multimedia dapat diartikan sebagai gabungan
dari informasi yang dikandungnya, seperti video, CD-ROM, disket, internet dan
perangkat lunak yang memungkinkan akses interaktif (Smeets, 1996). Oleh karena itu,
kurikulum pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran di tempat harus dapat memenuhi
kebutuhan pembelajaran yang berbeda. Secara umum pemanfaatan TIK dalam
pengajaran digambarkan sebagai berikut: (1) Teknologi informasi dan komunikasi
sebagai mata pelajaran sebagian besar diselenggarakan sebagai mata kuliah khusus. Apa
yang dipelajari tergantung pada bentuk studi dan tingkat siswa. Pelatihan ini
mempersiapkan siswa untuk penggunaan TIK dalam pendidikan, keterampilan masa
depan dan kehidupan sosial. (2) TIK adalah "alat" yang digunakan sebagai alat untuk
hal-hal seperti menyelesaikan tugas, mengumpulkan informasi dan dokumentasi,
berkomunikasi dan mengelola. riset Secara umum TIK digunakan untuk memecahkan
masalah secara mandiri (3) TIK merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran
dimana guru dapat mengajar dan siswa dapat belajar. Alat bantu proses pembelajaran
hadir dalam berbagai bentuk, seperti latihan (model percakapan bahasa Inggris) dan
latihan praktek, simulasi pendidikan dan jaringan.

Menurut Sahid dari segi kemunculannya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi
dua macam, yakni

1. Sumber belajar yang sengaja dirancang atau dibuat secara khusus untuk
pembelajaran (learning resources by design). Contoh : buku,
ensilkopedi, kamus, materi-materi pembelajaran dalam bentuk multimedia
(film, video, animasi, slide software pembelajaran berbantuan komputer)
2. Sumber belajar yang tidak dirancang atau dibuat secara khusus untuk
pembelajaran namun dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran (learning

resources by utilization). Contoh sumber belajar jenis kedua antara


lain: alam sekitar, lingkungan fisik, lingkungan sosial, kehidupan
manusia,  situs-situs Web.

ICT memilliki tiga fungsi utama yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
yaitu sebagai berikut.

1. Teknologi berfungsi sebagai alat (tools), untuk membantu pembelajaran,


misalnya dalam  mengolah kata,
2. Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan(science), dan
3. Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk
pembelajaran(literacy).

Dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai
alat bantu untuk menguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini
posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai fasilitator,
motivator, transmitter, dan evaluator. Sebagai bagian dari pembelajaran, ICT memiliki
tiga kedudukan, yaitu sebagai suplemen, komplemen, dan substitusi (Riyana, 2008)
BAB 4
PERANGKAT PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA BERBASIS ICT

Secara umum, perangkat yang diperlukan untuk mengembangkan media


pembelajaran berbasis ICT meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software). Perangkat keras dapat berupa komputer, scanner, speaker, microfon, CD
ROM, DVD ROM, flashdisk, kartu memori, kamera digital, kamera video dan
sebagainya. Pada saat ini tersedia banyak pilihan perangkat lunak yang dapat digunakan
untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis ICT. Software pengembangan
media pembelajaran sangat beragam, mulai dari software umum sampai software khusus
pengembangan media. Berikut ini adalah contoh software dan kegunaannya.

1. MS Word dapat digunakan untuk membuat tampilan tekstual (berupa


tulisan) maupun gambar.
2. MS Power Point dapat digunakan untuk membuat slide presentasi,
mempunyai kemampuan menampilkan teks, suara, animasi, video, serta
untuk membuat media interaktif dengan fasilitas hyperlink yang dimiliki.
3. MS Excel software pengolah lembar data, dapat digunakan untuk
membuat media yang berupa grafik, maupun untuk membuat simulasi.
4. Software untuk menggambar dan mengolah citra seperti MS Paint, Correl
Draw, dll.
5. Software pengolah video seperti MS Movie Maker, VideoLiead, dll
6. Software pengolah suara seperti MS Sound Recorder
7. Software untuk membuat animasi flash seperti Adobe Flash
8. Bahasa pemrogaman umum seperti Pascal, Delphi, Visual Basic, Java, dll
9. Software aplikasi khusus seperti MATLAB, MAPLE, Grapes (Graphics
Presentastion and Experiment), CaR (Compass and Ruler), GeoGebra
(Geometry and Algebra), Cabri Geometry, Geometer Sketspad, dll.

Beberapa software tersebut dapat diperoleh secara gratis dengan mengunduh dari
Internet. Kemampuan software gratis terkadang tidak kalah dengan kemampuan
software-software komersial yang harus dibeli, sehingga dapat menjadi alternatif apabila
terdapat kendala biaya pembelian software

 Kelebihan Media Pembelajaran Matematika Berbasis ICT

1. Siswa lebih mudah dalam belajar karena kebanyakan pelajar lebih suka
praktek dibandingkan teori.
2. Guru lebih mudah mengajar dan mudah menyampaikan materi dengan
membuat presentasi-presentasi.
3. Gambar-gambar dapat lebih mudah digunakan dalam proses mengajar dan
memperbaiki daya ingat dari para murid.
4. Media bisa digunakan untuk waktu yang lama.
5. Guru dapat dengan mudah menjelaskan rumus-rumus yang rumit dan
memastikan pemahaman dari para murid
6. Guru dapat membuat kelas interaktif dan membuat proses belajar mengajar
lebih menyenangkan, yang dapat memperbaiki tingkat kehadiran dan juga
konsentrasi dari para siswa.
7. Optimal, paling tidak pembelajaran menjadi bernilai “lebih” daripada
tanpa menggunakannya. Nilai lebih yang diberikan ICT adalah keluasan
cakupan, kekinian (up to date), kemodernan, dan keterbukaan.
8. Menarik, artinya pembelajaran dikelas akan lebih menarik dan memancing
keingintahuan yang lebih. Pembelajaran yang tidak menarik dan tidak
memancing keingintahuan yang lebih akan berjalan membosankan dan
kontra produktif untuk pembelajaran.
9. Sebagian besar siswa merasa kemampuan pemecahan masalah
matematiknya meningkat.
10. Merangsang daya kreativitas berpikir siswa. Dengan menggunakan ICT
tentu saja diharapkan siswa mampu menumbuhkan kreativitasnya dengan
maksimal yang terdapat didalam diri mereka. Seorang anak yang
mempunyai kreativitas tinggi tentunya berbeda dengan pelajar yang
mempunyai kreativitas rendah. Pelajar yang mempunyai kreativitas tinggi
tentunya akan mampu menyelesaikan permasalahan dengan cepat dan
tanggap terhadap permasalahan yang muncul. Begitu pula sebaliknya
dengan pelajar yang berkreativitas rendah.

Kelemahan Media Pembelajaran Matematika Berbasis ICT


1. Pembelajaran yang menggunakan ICT hanya bisa dilaksanakan oleh
sekolah yang mampu dan siswanya akan kesulitan jika mereka masuk ke
sekolah lanjutan di kota besar yang sudah sering menggunakan ICT.
2. Permasalahan dalam pengaturan dan pengoprasian dari alat tersebut.
3. Terlalu mahal untuk dimiliki
4. Pembuatan media memerlukan waktu yang cukup lama
5. Kesulitan untuk guru dengan pengalaman yang sangat minim dalam
penggunaan alat ICT
6. Sering terjadi penyalahgunaan teknologi
7. Beberapa siswa berfikir belajar jadi lebih sulit karena menambah
persyaratan kemampuan baru yaitu teknologi komputer.
8. Keragaman model  komputer  (perangkat  keras)  sering  menyebabkan 
program (software)  yang  tersedia  untuk  satu  model  tidak  cocok
dengan model lainnya.
9. Komputer (perangkat  keras) hanya  efektif  bila  digunakan  oleh  satu 
orang  atau  beberapa  orang dalam  kelompok    Untuk  kelompok  yang 
lebih  besar  diperlukan tambahan  peralatan  lain  yang  mampu 
memproyeksikan  pesan-pesan  di monitor ke layar yang lebih lebar.
REFERENSI
Chaeruman, U. A. (2019). MENGINTEGRASIKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
(TIK) KE DALAM PROSES PEMBELAJARAN: Apa, Mengapa dan Bagaimana?. Jurnal
Teknodik, 046–059.

Paryanti, A. B. (2021). Makalah penggunaan ICT dalam meningkatkan mutu


pembelajaran. JSI (Jurnal sistem Informasi) Universitas Suryadarma, 1(1).

Tumangkeng, Y. W., Yusmin, E., & Hartoyo, A. (2018). Meta-analisis pengaruh media
pembelajaran terhadap hasil belajar matematika siswa. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 7(6).

Sulistyawati, A., Wardono, W., & Kartono, K. (2018, February). Pemanfaatan ICT dalam
literasi matematika. In PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika (Vol. 1, pp. 853-
859).

Wangge, M. (2020). Implementasi media pembelajaran berbasis ICT dalam proses


pembelajaran matematika di sekolah menengah. Fraktal: Jurnal Matematika Dan
Pendidikan Matematika, 1(1), 31-38.

Supinah, R., & Soebagyo, J. (2022). Analisis Bibliometrik Terhadap Tren Penggunaan
ICT Pada Pembelajaran Matematika. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan
Matematika), 6(2), 276-290.

Batubara, H. H. (2018). Pengembangan media pembelajaran matematika berbasis


android untuk siswa SD/MI. Muallimuna: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, 3(1), 12-27.

Harsa, F. S. (2016). Integrasi ICT dalam pembelajaran matematika. Jurnal


Paedagogi, 8(2).

Afandi, A. (2017). Media ICT Dalam Pembelajaran Matematika Menggunakan Powerpoint


Interaktif Dan Ispring Presenter. Jurnal Terapan Abdimas, 2, 19-26.

Rusmana, I. M. (2015). Efektifitas Penggunaan Media ICT dalam Peningkatan


Pemahaman Konsep Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 2(3).

Anda mungkin juga menyukai