Disusun oleh :
Kelompok 11
1. Pariz Hudal Mutakin (12120501....)
2. Renna Nur Fauziah (1212050137)
DIKTAT
Aplikasi ICT dalam Model, Strategi, Pendekatan, Metode dan Teknik Pembelajaran
Matematika.
Judul : Aplikasi ICT dalam Model, Strategi, Pendekatan, Metode dan Teknik
Pembelajaran Matematika.
Disusun Oleh :
Kelompok 11
Pariz Hudal Mutakin 12120501....
Renna Nur Fauziah 1212050137
Disahkan Oleh :
Hari :
Tanggal :
Bandung, ...
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat
waktu guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran Matematika. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.
Hj. Wati Susilawati, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran Matematika yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas ini.
Dan kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
memberikan doa, saran, dan kritik sehingga diktat ini dapat terselesaikan.
Penulis
DAFTAR ISI
TUJUAN PENGGUNAAN DIKTAT
PENDAHULUAN
Memasuki era globalisasi saat ini, lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab
untuk mempersiapkan dan menghasilkan sumber daya manusia yang dapat menjawab
tantangan segala perubahan yang terjadi di sekitarnya yang semakin pesat kemajuannya.
Kompetensi dan keterampilan dalam berbagai mata pelajaran, antara lain bahasa asing
(khususnya bahasa Inggris) dan manajemen teknologi merupakan keterampilan yang
harus dimiliki lulusan suatu lembaga pendidikan agar dapat memperoleh akses
kesempatan kerja yang kompetitif baik di dalam maupun di luar negeri. Dikutip dari
data (Balitbang Depdiknas, 1999/2000), lulusan SLTP dan MT. Pada tahun 2000, ada
2.830.727 orang. Dari jumlah lulusan tersebut hanya 1.874.577 yang mampu
melanjutkan ke pendidikan menengah, sehingga terdapat 956.150 (33,78%) lulusan
SLTA dan lulusan yang tidak dapat melanjutkan karena berbagai alasan. Jumlah anak
yang belum tamat SMA belum termasuk akumulasi lulusan tahun-tahun sebelumnya dan
akan terus bertambah di tahun-tahun berikutnya. Selain itu, sebanyak 13.466.700 anak
usia sekolah menengah (16-18 tahun). Hanya 5.358.802 dari mereka adalah siswa
sekolah menengah. Angka ini menunjukkan tingkat bagian bruto sekunder (GRP) yang
rendah sebesar 40%. Pada saat yang sama, hanya 33,3% lulusan SMA yang melanjutkan
ke perguruan tinggi. Oleh karena itu, diperlukan terobosan-terobosan untuk
memungkinkan perluasan kesempatan belajar bagi seluruh masyarakat, terutama anak
usia sekolah, ke jenjang yang lebih tinggi. tidak dapat mengikuti pendidikan arus utama
(tatap muka) karena faktor geografis seperti lokasi tempat tinggal mereka yang jauh dari
sekolah. (2) banyaknya anak usia sekolah yang tidak dapat mengikuti pendidikan karena
faktor ekonomi, misalnya harus membantu orang tua mencari nafkah sambil bersekolah,
dan (3) banyaknya masyarakat yang tidak memiliki; kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan ketika mereka masih muda dan sekarang menginginkan kesempatan lain,
tetapi pekerjaan menjadi kendala.
Media merupakan alat untuk menyampaikan informasi atau pesan dari suatu
tempat ke tempat lain. Media digunakan dalam proses komunikasi, termasuk kegiatan
belajar-mengajar. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, yakni
guru (komunikator), bahan pelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan) dan
tujuan pembelajaran. Proses belajar mengajar (PBM) seringkali dihadapkan pada materi
yang abstrak dan di luar pengalaman siswa sehari-hari, sehingga materi ini menjadi sulit
diajarkan guru dan sulit dipahami siswa. Visualisasi adalah salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mengkonkritkan sesuatu yang abstrak. Gambar dua dimensi atau model
tiga dimensi adalah visualisasi yang sering dilakukan dalam PBM.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemanfaatan ICT dalam dunia pendidikan sudah
mulai memasyarakat, mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah, sampai ke
perguruan tinggi, meskipun variasi dan fokus pemanfaatannya berbeda-beda pada
masing-masing institusi. Beberapa sekolah sudah melengkapi diri dengan fasilitas ICT
guna mendukung proses belajar mengajar. Di setiap perguruan tinggi, termasuk
perguruan-perguruan tinggi kependidikan yang mendapat hibah dari DIKTI untuk
menyiapkan calon-calon guru, ICT sudah menjadi suatu keharusan, meskipun juga
variasi dan cakupan pemanfaatannya berbeda-beda antar perguruan tinggi.
Kehadiran dan kemajuan ICT di era komunikasi global dewasa ini telah
memberikan peluang dan perluasan interaksi antara dosen/guru/pakar dan mahasiswa,
antar mahasiswa, antara mahasiswa dan sumber-sumber belajar dapat terjadi kapan saja
dan di mana saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Di sisi lain, kehadiran ICT
sebagai teknologi baru memberikan tantangan kepada para dosen dan guru untuk
mampu menguasainya sehingga dapat memilih dan memanfaatkan ICT secara efektif
dan efisien di dalam proses belajar mengajar yang dikelolanya.
Oleh karena itu, perlu upaya serius dalam menangani hal tersebut. Yaitu upaya
untuk menterjemahkan konsep – konsep abstrak matematika menjadi konkrit,
kontekstual, serta realistis menurut pandangan siswa. Relevan dengan perkembangan
zaman globalisasi, dimana kemajuan teknologi tak dapat dibendung lagi, maka integrasi
Information and Communication (ICT) dalam pembelajaran matematika dinilai tepat
untuk mengatasi ketidaksenangan siswa pada pelajaran matematika. Integrasi ICT
berarti memadukan pembelajaran matematika dengan ICT.
Istilah ICT mengacu pada berbagai bentuk teknologi yang digunakan untuk
mengirim, memproses, menyimpan, membuat, menampilkan, atau membagi informasi
secara elektronik. Menurut UNESCO (2007), termasuk dalam kategori ICT antara lain
radio, televisi, video, komputer, software serta layanan yang berkaitan dengan teknologi
seperti videoconference, email dan blog. Sehan, Tiwari, dan Ocak dalam studinya
terhadap penggunaan kalkulator grafis dan program grafis menemukan bahwa
penggunaan media tersebut mampu meningkatkan kemampuan grafis siswa (Sehan,
2006; Tiwari, 2007; Ocak, 2008). Demikian juga, studi tentang penggunaan e-learning
seperti website, e-exercise dan internet telah mampu meningkatkan kemampuan siswa.
BAB 2
MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Istilah media mula-mula dikenal dengan alat peraga, kemudian dikenal dengan
istilah audio visual aids (alat bantu pandang/dengar). Selanjutnya disebut instructional
materials (materi pembelajaran), dan kini istilah yang lazim digunakan dalam dunia
pendidikan nasional adalah instructional media (media pendidikan atau media
pembelajaran). Dalam perkembangannya, sekarang muncul istilah e-Learning. Huruf
“e” merupakan singkatan dari “elektronik”. Artinya media pembelajaran berupa alat
elektronik, meliputi CD Multimedia, Interaktif sebagai bahan ajar offline, dan Web
sebagai bahan ajar online.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa media memiliki peran
yang sangat penting, yaitu suatu sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara
atau saluran dalam suatu proses komunikasi antara komunikator dan komunikan.
Media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely, memiliki cakupan yang sangat luas
yaitu termasuk manusia, materi atau kajian yang membangun suatu kondisi peserta didik
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Jadi, media pembelajaran
tidak hanya berupa benda mati, tetapi juga benda hidup, seperti manusia. Sebagai benda
hidup, media dapat juga merupakan pesan yang dapat dipelajari.
Menurut Edgar Dale dalam bukunya yang berjudul “Audio Visual Method in
Teaching” media pembelajaran dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang pengalaman
yang diperoleh pembelajar, jenjang pengalaman itu disusun dalam suatu bagan yang
dikenal dengan nama Dale’s Cone of Experiences (Kerucut Pengalaman Dale). Menurut
Thomas dan Sutjiono mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi tiga kelompok,
yakni pengalaman langsung, pengalaman tiruan dan pengalaman verbal (dari kata-kata).
Berdasarkan Penggunaaan
2. Media modern atau kompleks. Misalnya ruang kelas otomatis, sistem proyeksi berganda,
sistem interkomunikasi.
2. Hambatan fisik, seperti sakit, kelelahan, keterbatasan daya indera dan cacat tubuh.
3. Hambatan kultural, seperti perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan
nilai-nilai panutan.
3. Dapat mengumpulkan,
Namun demikian, matematika dipelajari bukan untuk keperluan praktis saja, tetapi
juga untuk perkembangan matematika itu sendiri. Jika matematika tidak diajarkan di
sekolah maka sangat mungkin matematika akan punah. Selain itu, sesuai dengan
karakteristiknya yang bersifat hirarkis, untuk mempelajari matematika lebih lanjut harus
mempelajari matematika level sebelumnya. Seseorang yang ingin menjadi ilmuwan
dalam bidang matematika, maka harus belajar dulu matematika mulai dari yang paling
dasar.
Dapat kita simpulkan bahwa matematika sekolah memiliki peranan yang sangat
penting baik bagi siswa maupun mahasiswa agar mereka memiliki bekal pengetahuan
dan untuk pembentukan sikap serta pola pikirnya, warga negara pada umumnya supaya
dapat hidup layak, untuk kemajuan negaranya, dan untuk matematika itu sendiri dalam
rangka melestarikan, mengembangkannya juga untuk membuat matematika itu lebih
asik dan menyenangkan.
2. Fungsi Fiksatif adalah fungsi yang berkenaan dengan kemampuan suatu media untuk
menangkap, menyimpan, menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian yang sudah
lama terjadi.
3. Fungsi Distribitif adalah penggunaan satu materi, obyek atau kejadian dapat diikuti oleh
peserta didik dalam jumlah besar dan dalam jangkauan yang sangat luas sehingga dapat
meningkatkan efisiensi baik
4. Fungsi Semantik. Semantik berkaitan dengan “meaning” atau arti dari suatu kata, istilah,
tanda atau symbol.
5. Fungsi Psikologis. Fungsi ini memiliki beberapa fungsi seperti fungsi atensi, fungsi
afektif, fungsi kognitif, fungsi imajinatif dan fungsi motivasi.
6. Fungsi Sosio-kultural
Hal ini, berarti bahwa pembelajaran dengan ICT dapat memberikan manfaat yang
sangat besar bagi proses pembelajaran. Secara lebih khusus, manfaat dari penggunaan
ICT di dalam proses pembelajaran adalah pertama, melalui ICT proses pembelajaran
menjadi lebih menarik. Para siswa tidak lagi meminta izin kepada para guru untuk pergi
ke belakang untuk sekedar mencuci muka karena mengantuk pada saat jam pelajaran,
ataupun bosan mendengarkan pelajaran yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan.
Kedua, siswa lebih mudah dalam memahami apa yang disampaikan oleh para guru
mengingat tayangan materi yang diberikan masih terpampang di depan mata. Sehingga
para siswa lebih mudah memahami dan mengerti pelajaran yang diajarkan. Ketiga,
keberadaan ICT menuntut para guru dan siswa untuk tidak gagap teknologi. Keempat,
pembelajaran ICT ini dapat menjadi nilai plus bagi para siswa yang ingin melanjutkan
ke jenjang pendidikan di sekolah- sekolah favorit. Apalagi jika ingin meneruskan ke luar
negeri, tentu saja pembelajaran dengan ICT sudah menjadi pemandangan biasa di
kalangan guru dan siswa.
ICT juga dapat merangsang seluruh kegiatan kelas dan dapat mempengaruhi cara
guru dalam mengajarkan topic tertentu, seperti dalam mengenalkan konsep matematika.
Meskipun menggunakan ICT tetapi peralatan tulis-menulis tetap digunakan. Menurut
hasil penelitian Becta, ditemukan bahwa dampak penggunaan ICT dalam pembelajaran
matematika anak usia dini, sebagai berikut.
Media pembelajaran berbasis ICT adalah alat yang digunakan dalam proses
pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi. Dalam sistem ini interaksi
antara pengajar (guru) dan peserta (murid) ajar tidak harus saling bertatap muka
(bertemu) secara fisik seperti halnya dalam sistem pendidikan konvensional, mereka
bertemu dalam ruang teknologi informasi (internet) dengan memanfaatkan suatu media
yang disebut komputer.
ICT atau dalam bahasa Indonesia sering disebut TIK adalah istilah umum yang
mengacu pada teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan, mengubah, dan
mengambil kembali informasi dalam berbagai bentuk (SER, 1977). Dalam dunia
pendidikan, contoh pengguna teknologi informasi adalah komputer pribadi, namun
istilah multimedia juga sering digunakan. Multimedia dapat diartikan sebagai gabungan
dari informasi yang dikandungnya, seperti video, CD-ROM, disket, internet dan
perangkat lunak yang memungkinkan akses interaktif (Smeets, 1996). Oleh karena itu,
kurikulum pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran di tempat harus dapat memenuhi
kebutuhan pembelajaran yang berbeda. Secara umum pemanfaatan TIK dalam
pengajaran digambarkan sebagai berikut: (1) Teknologi informasi dan komunikasi
sebagai mata pelajaran sebagian besar diselenggarakan sebagai mata kuliah khusus. Apa
yang dipelajari tergantung pada bentuk studi dan tingkat siswa. Pelatihan ini
mempersiapkan siswa untuk penggunaan TIK dalam pendidikan, keterampilan masa
depan dan kehidupan sosial. (2) TIK adalah "alat" yang digunakan sebagai alat untuk
hal-hal seperti menyelesaikan tugas, mengumpulkan informasi dan dokumentasi,
berkomunikasi dan mengelola. riset Secara umum TIK digunakan untuk memecahkan
masalah secara mandiri (3) TIK merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran
dimana guru dapat mengajar dan siswa dapat belajar. Alat bantu proses pembelajaran
hadir dalam berbagai bentuk, seperti latihan (model percakapan bahasa Inggris) dan
latihan praktek, simulasi pendidikan dan jaringan.
Menurut Sahid dari segi kemunculannya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi
dua macam, yakni
1. Sumber belajar yang sengaja dirancang atau dibuat secara khusus untuk
pembelajaran (learning resources by design). Contoh : buku,
ensilkopedi, kamus, materi-materi pembelajaran dalam bentuk multimedia
(film, video, animasi, slide software pembelajaran berbantuan komputer)
2. Sumber belajar yang tidak dirancang atau dibuat secara khusus untuk
pembelajaran namun dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran (learning
ICT memilliki tiga fungsi utama yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
yaitu sebagai berikut.
Dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai
alat bantu untuk menguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini
posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai fasilitator,
motivator, transmitter, dan evaluator. Sebagai bagian dari pembelajaran, ICT memiliki
tiga kedudukan, yaitu sebagai suplemen, komplemen, dan substitusi (Riyana, 2008)
BAB 4
PERANGKAT PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA BERBASIS ICT
Beberapa software tersebut dapat diperoleh secara gratis dengan mengunduh dari
Internet. Kemampuan software gratis terkadang tidak kalah dengan kemampuan
software-software komersial yang harus dibeli, sehingga dapat menjadi alternatif apabila
terdapat kendala biaya pembelian software
1. Siswa lebih mudah dalam belajar karena kebanyakan pelajar lebih suka
praktek dibandingkan teori.
2. Guru lebih mudah mengajar dan mudah menyampaikan materi dengan
membuat presentasi-presentasi.
3. Gambar-gambar dapat lebih mudah digunakan dalam proses mengajar dan
memperbaiki daya ingat dari para murid.
4. Media bisa digunakan untuk waktu yang lama.
5. Guru dapat dengan mudah menjelaskan rumus-rumus yang rumit dan
memastikan pemahaman dari para murid
6. Guru dapat membuat kelas interaktif dan membuat proses belajar mengajar
lebih menyenangkan, yang dapat memperbaiki tingkat kehadiran dan juga
konsentrasi dari para siswa.
7. Optimal, paling tidak pembelajaran menjadi bernilai “lebih” daripada
tanpa menggunakannya. Nilai lebih yang diberikan ICT adalah keluasan
cakupan, kekinian (up to date), kemodernan, dan keterbukaan.
8. Menarik, artinya pembelajaran dikelas akan lebih menarik dan memancing
keingintahuan yang lebih. Pembelajaran yang tidak menarik dan tidak
memancing keingintahuan yang lebih akan berjalan membosankan dan
kontra produktif untuk pembelajaran.
9. Sebagian besar siswa merasa kemampuan pemecahan masalah
matematiknya meningkat.
10. Merangsang daya kreativitas berpikir siswa. Dengan menggunakan ICT
tentu saja diharapkan siswa mampu menumbuhkan kreativitasnya dengan
maksimal yang terdapat didalam diri mereka. Seorang anak yang
mempunyai kreativitas tinggi tentunya berbeda dengan pelajar yang
mempunyai kreativitas rendah. Pelajar yang mempunyai kreativitas tinggi
tentunya akan mampu menyelesaikan permasalahan dengan cepat dan
tanggap terhadap permasalahan yang muncul. Begitu pula sebaliknya
dengan pelajar yang berkreativitas rendah.
Tumangkeng, Y. W., Yusmin, E., & Hartoyo, A. (2018). Meta-analisis pengaruh media
pembelajaran terhadap hasil belajar matematika siswa. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 7(6).
Sulistyawati, A., Wardono, W., & Kartono, K. (2018, February). Pemanfaatan ICT dalam
literasi matematika. In PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika (Vol. 1, pp. 853-
859).
Supinah, R., & Soebagyo, J. (2022). Analisis Bibliometrik Terhadap Tren Penggunaan
ICT Pada Pembelajaran Matematika. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan
Matematika), 6(2), 276-290.