Anda di halaman 1dari 22

ETIKA PROFESI GURU

Dosen: Nadya Putri Saylendra, S.Pd., M.Pd.

TUGAS KELOMPOK

PERMASALAHAN DALAM TRANSFORMASI DI DUNIA


PENDIDIKAN SEBELUM, SEDANG DAN SESUDAH
PANDEMI COVID-19

Kelompok 4:

1. Ade Wahyudi_21416287205054
2. Ahmad Musthofa_21416287205017
3. Maulinda Kusnadi_21416287205019
4. Nitha Purnamasari_21416287205058
5. Rizki Hermawan_21416287205052

UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PPKN

2021
2

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., atas segala
nikmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan suatu makalah tentang
PERMASALAHAN DALAM TRANSFORMASI DI DUNIA PENDIDIKAN
SEBELUM, SEDANG DAN SESUDAH PANDEMI COVID-19 dengan sebaik-
baiknya.

Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan artikel maupun jurnal


mengenai PERMASALAHAN DALAM TRANSFORMASI DI DUNIA
PENDIDIKAN SEBELUM, SEDANG DAN SESUDAH PANDEMI COVID-19.

Kami menyadari masih banyak sekali kekuarangan dari isi makalah ini.
Karena itu, kami mengharapkan masukkannya untuk melengkapi kekurangan di
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Nadya Putri Saylendra, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pengampu mata
kuliah Etika Profesi Guru yang telah mencurahkan waktu dan tenaganya
untuk membaca dan mengoreksi makalah ini.
2. Kedua orang tua dari tim penyusun.
3. Teman-teman dari program studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarnegaraan

Karawang, 30 November 2021

Tim Penyusun
3

DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................................................................

Kata Pengantar..........................................................................................................................................................

Daftar Isi.....................................................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................................................

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan

BAB 2 LANDASAN TEORI...................................................................................................................................

BAB 3 PEMBAHASAN...........................................................................................................................................

1. Sebelum Pandemi
2. Awal Mula COVID-19 Masuk
3. Transformasi Pendidikan dari Luring ke Daring
4. Melanjutkan Transformasi Pendidikan dan Kemajuan Kebudayaan
5. Strategi Pendidikan dalam Transisi Menuju Era Pasca Pandemi

BAB 4 PENUTUP......................................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................................
4

BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pandemi Covid-19 berdampak besar pada berbagai sektor, salah satunya
pendidikan. Dunia pendidikan juga ikut merasakan dampaknya.Pendidik
harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun
peserta didik berada di rumah. Solusinya, pendidik dituntut mendesain
media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring
(online).Ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan
Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus
Disease (Covid-19).Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat
personal computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi
jaringan internet. Pendidik dapat melakukan pembelajaran bersama di
waktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp
(WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai
media pembelajaran.Dengan demikian, pendidik dapat memastikan peserta
didik mengikuti pembelajaran dalam waktu bersamaan, meskipun di
tempat yang berbeda. Pendidik pun dapat memberi tugas terukur sesuai
dengan tujuan materi yang disampaikan kepada peserta didikKondisi
pandemi Covid-19 ini mengakibatkan perubahan yang luar biasa,
termasukbidang pendidikan. Seolah seluruh jenjang pendidikan 'dipaksa'
bertransformasi untuk beradaptasi secara tiba-tiba drastis untuk melakukan
pembelajaran dari rumah melalui media daring (online). Ini tentu
bukanlah hal yang mudah, karena belum sepenuhnya siap. Problematika
dunia pendidikan yaitu belum seragamnya proses pembelajaran, baik
standar maupun kualitas capaian pembelajaran yang diinginkan. Berbagai
aplikasi media pembelajaran pun sudah tersedia, baik pemerintah maupun
swasta. Pemerintah mengeluarkan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 9/2018 tentang Pemanfaatan Rumah Belajar. Pihak
swasta pun menyuguhkan bimbingan belajar online seperti ruang guru,
Zenius, Klassku, Kahoot, dan lainnya. Akses-akses tersebut dapat
5

dimanfaatkan untuk mengembangkan pengetahuan danwawasan. Sangat


diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Keberhasilan pembangunan negara salah satu tolak ukurnya adalah
keberhasilan pendidikan. Melalui pendidikan, akan melahirkan generasi
penerus yang cerdas intelektual maupun emosional, terampil, dan mandiri
untuk mencapai pembangunan bangsa ini.Namun muncul polemik
masyarakat pada metamorfosa di masa pandemi Covid-19.Hal ini tentu
dirasa berat oleh pendidik dan peserta didik. Terutama bagi pendidik,
dituntut kreatif dalam penyampaian materi melalui media pembelajaran
daring. Ini perlu disesuaikan juga dengan jenjang pendidikan dalam
kebutuhannya. Dampaknya akan menimbulkan tekanan fisik maupun
psikis (mental).Pola pikir yang positif dapat membantu menerapkan media
pembelajaran daring, sehingga menghasilkan capaian pembelajaran yang
tetap berkualitas. Belajar di rumah dengan menggunakan media daring
mengharapkan orangtua sebagai role model dalam pendampingan belajar
anak, dihadapi perubahan sikap.Masa pandemi Covid-19 ini bisa dikatakan
sebagai sebuah peluang dalam dunia pendidikan, baik pemanfaatan
teknologi seiring dengan industri 4.0, maupun orangtua sebagai mentor.
Harapannya, pasca-pandemi Covid-19, kita menjadi terbiasa dengan
sistem saat ini sebagai budaya pembelajaran dalam pendidikan.

2. Rumusan Masalah

3. Tujuan
6

BAB 2

LANDASAN TEORI

Teori Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan adalah kajian dan praktik untuk membantu proses belajar
dan meningkatkan kinerja dengan membuat, menggunakan, dan mengelola proses
dan sumber teknologi yang memadai. Istilah teknologi pendidikan sering
dihubungkan dengan teori belajar dan pembelajaran. Bila teori belajar dan
pembelajaran mencakup proses dan sistem dalam belajar dan pembelajaran,
teknologi pendidikan mencakup sistem lain yang digunakan dalam proses
mengembangkan kemampuan manusia.

Berdasarkan definisi tersebut maka pada prinsip dasarnya pendidikan dan


teknologi pendidikan memiliki keterkaitan atau hubungan yang sangat erat karena
teknologi pendidikan merupakan bagian dari sistem pendidikan yang dijalankan.
Hal tersebut diketahui bahwa teknologi pendidikan memiliki tujuan yang sama
dengan tujuan pendidikan nasional.

Teknologi pendidikan adalah Penelitian dan aplikasi terhadap ilmu perilaku dan
teori pembelajaran, dan penggunaan pendekatan sistem untuk menganalisis,
mendesain, mengembangkan, menerapkan, mengevaluasi, dan mengatur
penggunaan teknologi untuk membantu menyelesaikan masalah pembelajaran.
Istilah teknologi instruksional lebih menekankan pada pendekatan ilmiah dan
sistematis terhadap penyelesaian masalah instruksional, dan teknologi pendidikan
fokus kepada penggunaan dan pendayagunaan seni dan teknologi untuk
mendukung pembelajaran.

Teknologi dalam pendidikan adalah semua alat atau fasilitas yang digunakan
dalam proses pendidikan yang dilakukan. Teknologi dalam pendidikan diartikan
sebagai mekanisme untuk mendistribusikan pesan, termasuk sistem pos, siaran
radio dan televisi, telepon, satelit dan jaringan komputer.
7

BAB 3

PEMBAHASAN

1. Sebelum Pandemi
Sebelum Pandemi kemajuan teknologi menuntut manusia untuk secara
cepat beradaptasi mengikuti perubahan jaman, yang secara implisit juga
menuntut tersedianya sumber daya manusia yang mampu memenuhi
kebutuhan pasar kerja yang terus berkembang mengikuti kemajuan
teknologi tersebut. Dalam hal ini diperlukan mutu pendidikan yang
mampumencetak manusia agar dapat bersaing untuk mendapatkan
pekerjaan yang layak. Adanya ketidakcocokan antara pendidikan dan
lapangan kerja menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah
pengangguran di Indonesia. Tentunya hal ini menjadi fenomena sosial
yang harus segera diselesaikan pemerintah dan instansi pendidikan.
Harapannya nantinya ada relasi antara pendidikan dan kebutuhan nyata
sesuai perkembangan cepat zaman. Permasalahan mutu pendidikan juga
harus diukur melalui kompetensi tenaga pengajar. Dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, disebutkan bahwa standar
kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi
utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Sekalipun
secara formal telah memiliki sertifikat pendidik, banyak guru
yangkompetensi pedagogik dan profesionalnya tidak memadai. Hasil uji
kompetensi guru secara nasional rata-rata hanya mencapai

53,02. Angka tersebut masih belum mencapai angka standar kompetensi


minimal yang ditetapkan, yakni 55,0 (Kompas, 15/9/2018).Sejumlah
langkah sudah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional, antara lain mengalokasikan dana untuk sektor
pendidikan minimal 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Bantuan Operasional Sekolah dan Kartu Indonesia Pintar
menjadi bagian kebijakan pemerintah agar pendidikan merata untuk
8

semua. Pemerintah juga memberikan Tunjangan profesi guru dengan


harapan agar kesejahteraan mereka meningkat sehingga turut
meningkatkan mutu pendidikan yang disampaikan kepada peserta didik.
Sehingga langkah selanjutnya adalah bagaimana sinergi antara pemerintah,
masyarakat dan instansi terkait untuk mendukung kebijakan dan regulasi
yang telah dijalankan sehingga sistem pendidikan Indonesia mampu
menjadi penggerak kemajuan bangsa.

2. Awal Mula COVID-19 Masuk


Pandemi covid 19 menyebar sejak akhir tahun 2019 hingga kini di
beberapa wilayah dengan masa berbeda, terhitung 193 negara telah
berjuang melawan serangan Covid yang tidak pandang bulu. Wuhan
adalah salah satu kota di China sebagai tempat domisili penderita covid
yang pertama kali ditemukan sebelum virus ini berstatus pandemi. Berita
dan informasi pergerakan penyebaran virus tersebut telah mewarnai
berbagai laman media karena jalur sebarannya kian hari semakin massif.
Setiap negara yang telah lebih dulu diserang covid 19 menjadi model bagi
negara lain dalam melakukan tindakan preventif penyebaran covid 19,
meskipun terdapat perbedaan tatanan politik, sosial, budaya, ekonomi dan
pendidikan pada setiap negara tersebut. Pemerintah Indonesia telah banyak
mengeluarkan kebijakan terkait pencegahan penyebaran Covid 19 yang
berdampak pada kondisi internal dan eksternal wilayah pemerintahan
Indoneisa. Salah satu keputusan pemerintah yang memberi dampak luas
adalah kebijakan pada segmen pendidikan, baik pada komponen praktisi
maupun pada komponen regulative dan lingkungan. Kebijakan dari hulu
ke hilir tersebut bersinergi dengan kebutuhan dan kepentingan pencegahan
penyebaran Covid 19. Dampak ini saling bersinggungan antar segmen
dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara.Kajian ini
secara khusus mendeskripsikan dinamika pembelajaran sebagai bagian
dari segmen pendidikan selama masa pandemi Covid-19 yang berlangsung
di Indonesia dengan mengacuh pada fenomena yang dirangkum melalui
pengamatan, wawancara dan studi dokumen terkait pelaksanaan
pembelajaran berbasis daring pada jenjang pra sekolah hingga pendidikan
9

tinggi. Penyelenggaraan sistem pendidikan mengalami transformasi dalam


berbagai lini kegiatan, termasuk kegiatan pembelajaran yang seluruhnya
terpaksa berlangsung secara online. Kajian ini menegaskan bahwa setiap
unsur yang terlibat dalam aktivitas pembelajaran mengalami ketidaksiapan
terhadap perubahan spontan di masa pandemi Covid-19. Pelaksaan sistem
pembelajaran pada satuan pendidikan mengalami perubahan bentuk
operasional yang digeneralisasi melalui kebijakan pembelajaran dan
mengikut pada kebijakan sosial, yaitu instruksi social distancing hingga
berujung pada himbauan lockdown. Respon masyarakat terhadap
kebijakan tersebut sangat variatif, pada awalnya terbatas pada kondisi
sensitisasi, menurut Hebb kondisi ini dapat membuat setiap individu akan
lebih responsif terhadap aspek tertentu pada lingkungan. Aspek tersebut
adalah perubahan yang dilahirkan oleh pembatasan sosial tersebut. Menilik
teori generalisasi dan diskriminasi maka respon tersebut terpetakan secara
alami.Gerakan massif pembatasan sosial terjadi pada komunitas terkecil
(keluarga) hingga pada komunitas terbesar (masyarakat). Setiap individu
dituntut untuk menyadari eksistensi peran bagi individu lainnyatetap
berjalan dengan rel mandiri yang berpegang pada jargon “mulai dari diri
untuk keselamatan bersama”. Jargon ini dapat ditemukan di berbagai
informasi, baik yang disampaikan melalui lisan maupun tertulis.
Penyampaian lisan biasanya pada komunitas kecil dan penyampaian
tertulis lebih akrab dikomsumsi oleh komunitas besar melalui media
sosial, seperti status pada facebook dan Whatsapp, hastag pada Instagram
dan kalimat bijak pada spanduk himbauan. Jargon tersebut beririsan
dengan himbauan bekerja dari rumah yang popular dengan istilah Work
from Home (WFH) dan dimaknai sebagai representasi gaya bekerja yang
aman pada masa pencegahan penyebaran Covid 19.Social distancing
memberi pembatasan ruang dan waktu terhadap segenap kegiatan rutin
dalam sistem pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan, mulai pra
sekolah, sekolah dasar dan menengah hingga pendidikan tinggi. Banyak
hal yang terlihat jelas setelah menyimak perubahan sistem pembelajaran
pada setiap jenjang tersebut. Pembelajaran lasimnya berlangsung di ruang
10

kelas dengan jadwal tertentu berubah menjadi pembelajaran di ruang


masing-masing dengan waktu yang tidak praktis sesuai jadwal
pembelajaran. Inilah yang lahir sebagai dampak dari himbauan
pembatasan sosial, selanjutnya menciptakan pembatasan operasional
pendidikan. Kondisi ini lebih popular dengan istilah pembelajaran
“daring” (pembelajaran dalam jaringan) yang sebelumnya juga sudah
sangat familiar dan sering dilakukan, namun sebagai alternatif di antara
beberapa bentuk pembelajaran yang lebih efektif.Pembelajaran “daring”
sebagai pilihan tunggal dalam kondisi pencegahan penyebaran covid
19memberi warna khusus pada masa perjuangan melawan virus ini.
Bahkan bentuk pembelajaran ini juga dapat dimaknai pembatasan akses
pendidikan. Pendidikan yang lumrah berlangsung dengan interaksi
langsung antar unsur (pendidik dan tenaga kependidikan dan peserta didik)
beralih menjadi pembelajaran interaksi tidak langsung. Pembatasan
interaksi langsung dalam pendidikan terkadang terjadi pada situasi tertentu
namun tidak dalam rangka pembatasan sosial seperti yang masyarakat
jalani sebagai upaya pencegahan penyebaran virus. Pembatasan ini
membawa dampak potitif dan negatif dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Pembatasan sosial memberi dampak pada kebijakan
penyelenggaraan pendidikan, pembelajaran harus diupayakan tetap
berlangsung dengan berbagai konsekuensi yang ditimbulkan. Hal ini
sangat berpengaruh pada masa adaptasi akibat perubahan mekanisme dan
sistem pembelajaran tersebut.Pertama; dampak positif dapat dimaknai dari
kondisi praktisi pendidikan melaksanakan kegiatan akademik dengan
bekerja dari rumah(work from home). WFH membuat setiap individu yang
melakukan aktivitasnya menjadi lebih mandiri dalam memaksimalkan
pemanfaatan teknologi dan informasi. Sebelumnya, tidak semua individu
memiliki kebiasaan bekerja berbasis IT, namun kondisi ini membuat
mereka bisa lebih terbiasa dan terampil menyelesaikan pekerjaan dengan
IT. Betapa tidak, praktisi pendidikan dibenturkan pada kondisi yang
memaksa dan mengharuskan mereka menjadi mahir secara instan.
Beberapa pengakuan legah praktisi tersebut menunjukkan moment social
11

distancing ini membuahkan hasil peningkatan kreativitas dan kompetensi


dalam pelaksanaan tugas masing-masing.Tenaga pendidik dari semua
jenjang usia bisa melebur diri untuk mengenal kemudahan dalam mengajar
berbasis IT. Tenaga kependidikan menuntaskan dan merapikan urusan
administrasi dengan bantuan IT. Para peserta didik yang pada umumnya
adalah generasi milineal semakin bersenyawa dengan kemahiran mereka
menyelesaikan kegiatan dan tugas belajar berbasis IT. Hikmah ini menjadi
langkah tidak terencana dan di luar dugaan sebagai upaya pengembangan
keterampilan dan pengetahuan setiap unsur praktisi pendidikan relevan
dengan zaman. Selain dampak positif tersebut, terlihat pula dampak
negatif pada keterbatasan praktisi pendidikan dalam tanggap kondisi,
kesiapan personal membutuhkan pendampingan bahkan pedoman khusus
untuk memahami IT sebagai jalur pilihan dalam bekerja. Celakanya,
kemampuan dasar sangat beragam sehingga melahirkan respon yang tidak
seragam dan potensial menciptakan kesenjangan pencapaian tujuan atau
target pembelajaran. Respon pro-kontra terhadap bentuk pembelajaran
“daring” ditemukan dalam varian komentar beberapa unsur, yaitu; siswa-
mahasiswa, para orang tua dan guru-dosen pada ruang obrolan di berbagai
media sosial (facebook Whatsapp dan Instagram). Komentar setiap unsur
tersebut memiliki pesan kuat yang mewakili pendapat mereka dalam
menyikapi aktivitas belajar berbasis sistem pembelajaran daring selama
masa pandemi. Siswa (jenjang pra sekolah hingga jenjang menengah)
berekspresi pada tatanan teknis pelaksanaan kegiatan belajar dan
penyelesaian tugas pembelajaran beralih seluruhnya terasa menjadi
Pekerjaan Rumah (PR) karena seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran
yang berlangsung lebih lama dan bahkan bisa lebih intens berinteraksi
dengan komunitas kecil (keluarga) dalam situasi belajar lebih bermakna.
Selain itu, terungkap pula ekspresi perasaan kejenuhan dan kebosanan
yang ditengarai oleh keinginan untuk berinteraksi dengan komunitas
belajar di sekolah, di antaranya dituangkan dalam bentuk nyanyian, puisi
dan video berdurasi pendek untuk menyampaikan perasaan kerinduan
mereka untuk bersua di sekolah kembali.Mahasiswa sebagai komunitas
12

belajar yang jauh lebih mandiri mengekspresikan pendapat, sikap dan


perilaku mereka lebih produktif. Mereka menjalani aktivitas akademik
dengan menunjukkan keragaman adaptasi sesuai beberapa faktor yang
mempengaruhi ruang belajar dan pembelajaran yang dijalani. Rangkaian
perkuliahan dimediasi melalui berbagai aplikasi berbasis digital,
kompetensi mahasiswa secara otomatis mengalami peningkatan dalam
kompetensi IT yang lebih mapan karena tuntutan rangkaian aktivitas yang
didominasi dengan media digital. Bahkan keterampilan dalam
memproduksi dan mentransfer pengetahuan yang dimiliki dalam bentuk
karya ilmiah berbasis digital. Bentuk karya tersebut sangat beragam, di
antaranya berupa; video pembelajaran berbasis keprodian yang
dipublikasikan pada media sosial dengan akun pribadi maupun akun
kolektif (komunitas belajar). Gambaran lain menunjukkan bahwa mereka
dapat tetap produktif dalam karya tertulis (artikel-sripsi-tesis) meskipun
pembimbingan dalam bentuk konsultasi online dengan memanfaatkan
berbagai macam media elektronik dan jalur akses komunikasi yang
representatif pada masa pandemi.Kolom obrolan orang tua (siswa dan
mahasiswa) juga memberi pesan khusus terkait dinamika dan probelmatika
yang dihadapi dalam melakukan pendampingan kegiatan belajar putra-
putri mereka di masa Covid 19 ini, terhitung sejak semester genap lalu,
seluruh aktivitas pembelajaran mengalami transformasi digital yang pada
kenyataannya tidak semua orang tua adalah individu yang familiar dengan
IT secara maksimal, sehingga kerapkali komentar orang tua terkait teknis
berbasis digital menjadi perbincangan yang kesimpulannya menjadi
kendala dalam mewujudkan kelancaran kegiatan belajar dan pembelajaran
untuk mencapai kemahiran tertentu bagi putra-putri mereka.

3. Transformasi Pendidikan dari Luring ke Daring


Di balik terbatasnya metode belajar tatap muka akibat pandemi Covid-19,
ada proses transformasi yang dilakukan pada sistem pendidikan. Salah
satunya adalah mengubah lansekap baru sistem pendidikan di perguruan
tinggi.Rektor Universitas Padjadjaran Prof. Rina Indiastuti mengatakan,
hikmah pengubahan sistem pembelajaran dari tatap muka menjadi daring
13

(remote) hingga kemudian menjadi kombinasi luring dan daring (hibrida)


adalah mempercepat tranformasi pendidikan di Unpad. Saat
menyampaikan paparan kunci pada seminar daring “Reorientasi Mutu
Kurikulum Berbasis Outcome”, Sabtu (14/11), Rektor menjelaskan,
metode pembelajaran hibrida selama pandemi Covid-19 dapat mendukung
kebijakan pendidikan berbasis capaian pembelajaran (outcome-based
education/OBE) yang didorong pemerintah selama ini.“Dengan
prinisp fleksibel, seamless, dan personal pada metode blended
learning akan mempercepat outcome base education,” kata Rektor.Rektor
menilai, OBE penting dilakukan oleh perguruan tinggi untuk menjamin
pendidikan yang diberikan itu berkualitas dan relevan. Tuntutan
pemenuhan SDM unggul yang adaptif, kreatif, serta memiliki pengetahuan
dan keterampilan saat ini menjadi tugas perguruan tinggi.Karena itu,
lulusan perguruan tinggi harus disiapkan agar mampu adaptif dan
memenuhi kebutuhan tersebut.Faktor selanjutnya adalah OBE dapat
mendukung pemenuhan dari tuntutan relevansi pendidikan saat ini dan
masa depan. Mahasiswa maupun alumni wajib memiliki higher order
thinking skills (HOTS), yaitu berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif,
dan kreatif.“IPK tinggi saja tidak cukup,” imbunya.Selain itu, pendidikan
tinggi Indonesia juga dituntut untuk berstandar internasional. OBE
menjadi standar bagi pendidikan tinggi untuk memperoleh rekognisi
internasional. Dengan demikian, reorientasi kurikulum dan peningkatan
standar mutu wajib dilakukan oleh pendidikan tinggi. Perancang
kurikulum wajib merumuskan pengetahuan dan keterampilan apa yang
harus dimiliki oleh lulusan. Rumusan ini kemudian diimplementasikan
melalui kurikulum, strategi, dan material pembelajaran. “Standar mutu
harus relevan. Karena kalau lulusan tidak cocok dengan kebutuhan,
kasihan mereka,” kata Rektor.

4. Melanjutkan Transformasi Pendidikan dan Kemajuan Kebudayaan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar


taklimat media capaian tahun 2020 dan sasaran tahun 2021. “Tahun 2020
14

adalah tahun yang penuh tantangan. Namun tim di Kemendikbud selalu


bekerja keras agar lebih banyak lagi masyarakat yang menerima manfaat
dari transformasi yang sedang kita kerjakan,” ujar Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim, di Jakarta,padaSelasa
(05/01/2021).
Pada tahun 2020 Kemendikbud bekerja untuk memastikan peningkatan
kualitas pembelajaran tetap berjalan sekaligus memastikan bahwa segala
kebutuhan di masa krisis pandemi Covid-19 tetap terpenuhi. “Prinsip dasar
semua terobosan Merdeka Belajar adalah apa yang terbaik bagi para murid
dan guru,” jelas Mendikbud.Sepanjang tahun 2020 Kemendikbud
menghadirkan terobosan Merdeka Belajar episode pertama hingga episode
keenam. Pada Merdeka Belajar episode pertama, Kemendikbud
menetapkan empat program pokok kebijakan pendidikan di antaranya
menghapus Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), mengganti Ujian
Nasional (UN), penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), dan mengatur kembali Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB).“Empat program pokok kebijakan pendidikan tersebut akan
menjadi arah pembelajaran kedepan yang fokus pada arahan Bapak
Presiden dan Wakil Presiden dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia,” kata Mendikbud.
Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Pakem, Jawa Tengah, Tri
Worosetyaningsih mengatakan bahwa sebelum adanya penyederhanaan
RPP dan penggantian UN, guru terbelenggu oleh banyaknya administrasi
pembelajaran sehingga guru hanya fokus kepada pengetahuan kognitifnya,
dan juga siswa dalam proses pembelajaran kurang mendapatperhatian.
“Dampak positif setelah adanya penyederhanaan RPP dan penghapusan
atau penggantian UN, bapak ibu guru tidak terbebani dengan administrasi
yang begitu banyak, bisa menuangkan ide-ide kreatif dan inovatifnya
dalam pembelajaran. Kemudian, siswa belajar menjadi lebih
menyenangkan, mereka lebih merdeka belajar,”ujarTriWorosetyaningsih.
Selanjutnya, pada Merdeka Belajar Episode Kedua yaitu Kampus
Merdeka, Kemendikbud melakukan penyesuaian di lingkup pendidikan
15

tinggi, di antaranya pembukaan program studi baru, sistem akreditasi


perguruan tinggi, Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum, dan hak belajar
tiga semester di luar program studi.
Sementara itu, pada Merdeka Belajar Episode Ketiga, Kemendikbud
mengubah mekanisme dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk
tahun anggaran 2020. Mendikbud mengatakan, salah satu prinsip
penggunaan dana BOS pada tahun 2020 adalah fleksibilitas. Peningkatan
fleksibilitas dan otonomi penggunaan dana BOS bertujuan untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah, terutama untuk peningkatan
kesejahteraan guru honorer.
Kepala SMP Negeri 1 Banda, Maluku Tengah merasaan manfaat dari
kebijakan ini. “Proses transfer yang dilakukan langsung ke rekening
membuat dana BOS diterima tepat waktu dan tepat sasaran. Dana BOS
juga dapat digunakan untuk membayar guru honorer,”jelasnya.
Selanjutnya pada Merdeka Belajar Episode Keempat yaitu Program
Organisasi Penggerak (POP). Paket kebijakan ini bertujuan untuk semakin
memberdayakan organisasi masyarakat dalam membangun Sekolah
Penggerak. Mendikbud berharap POP menjadi elemen penting terciptanya
Sekolah Penggerak, tempat menuangkan seluruh konsep Merdeka Belajar.
Kemendikbud berkomitmen akan menciptakan Sekolah Penggerak dengan
berbagai macam metode yang sesuai dengan kondisi masyarakat namun
tetap menjunjung toleransi atas keberagaman.
Pada 3 Juli 2020, Kemendikbud meluncurkan Merdeka Belajar Episode
Kelima: Guru Penggerak. Arah program Guru Penggerak berfokus pada
pedagogi, serta berpusat pada murid dan pengembangan holistik, pelatihan
yang menekankan pada kepemimpinan instruksionalmelaluion-the-
jobcoaching.
“Guru Penggerak sebagai pendorong transformasi pendidikan Indonesia,
diharapkan dapat mendukung tumbuh kembang murid secara holistik
sehingga menjadi Pelajar Pancasila, menjadi pelatih atau mentor bagi guru
lainnya untuk pembelajaran yang berpusat pada murid, serta menjadi
teladan dan agen transformasi bagi ekosistem
16

pendidikan,”tuturMendikbud.
Selanjutnya, pada 3 November 2020, Kemendikbud meluncurkan Merdeka
Belajar Episode Keenam: Transformasi Dana Pemerintah untuk
Pendidikan Tinggi yang diresmikan Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo. Kebijakan ini diluncurkan dalam rangka mendukung visi
Presiden Joko Widodo dalam mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM)
unggul, salah satunya melalui transformasi pendidikan tinggi agar mampu
mencetak lebih banyak lagi talenta-talenta yang mampu bersaing di tingkat
dunia.Mendikbud mengatakan Merdeka Belajar Episode Keenam lahir
dengan fokus pada pembangunnan SDM unggul di jenjang pendidikan
tinggi. “Perguruan tinggi di Indonesia baik negeri maupun swasta harus
bergerak lebih cepat agar dapat bersaing di tingkat dunia,” terangnya.
Menutup taklimat media, Mendikbud mengingatkan pentingnya mengingat
cita-cita bersama.  “Tujuan Merdeka Belajar adalah pendidikan berkualitas
bagi seluruh rakyat Indonesia,” pungkasnya.

5. Strategi Pendidikan dalam Transisi Menuju Era Pasca Pandemi

Pandemi Covid-19 memaksa setiap orang beradaptasi dengan kebiasaan


baru, termasuk dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Ketidakmampuan beradaptasi dan bertransformasi akan menambah
persoalan dan memperlambat upaya pencapaian tujuan pendidikan. Oleh
karena itu, dibutuhkan upaya dan strategi pendidikan dalam transisi
menuju era pasca pandemi. “Kita semua membutuhkan strategi dalam
transisi menuju era pasca pandemi,” kata Direktur Sekolah Dasar,
Kemendikbudriatek, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd., dalam Webinar
Nasional HIMA PGSD Kampus 1 FIP Universitas Negeri Yogyakarta,
Sabtu, 22 Mei 2021. Sri Wahyuningsih menjelaskan, ada tiga langkah
yang dilakukan Direktorat Sekolah Dasar dalam beradaptasi dengan
pandemi Covid-19 untuk mencapai tujuan pendidikan Indonesia yang
lebih baik. Pertama, melalui kebijakan yang dikeluarkan pemerintah di
tengah pandemi, seperti relokasi anggaran, SKB 4 Menteri tentang
17

Pembelajaran Tatap Muka, koordinasi dengan pemerintah daerah dan


sekolah.

“Kemendikbudristek melakukan upaya peningkatan kesehatan sekolah,


memberikan fasilitas belajar daring melalui TVRI, Rumah Belajar dan
banyak lagi. Pemerintah juga mengeluarkan peraturan baru dana
BOS yang diberikan langsung kepada rekening sekolah dan boleh
digunakan untuk kebutuhan sekolah selama pandemi. Dan melakukan
monitoring serta evaluasi pembelajaran jarak jauh (PJJ),” papar Sri
Wahyuningsih. Kedua adalah transisi masa pandemi, dimana pemerintah
telah melakukan vaksinasi terhadap guru dan tenaga kependidikan.
Pemerintah juga melakukan penyiapan infrastruktur termasuk digitalisasi
dan telekomunikasi untuk pemenuhan pembelajaran di masa pandemi.

Selain itu, melakukan survey pembelajaran tatap muka, persiapan


pembelajaran tatap muka terbatas, remedial, penyiapan digitalisasi
sekolah, penyiapan program Sekolah Penggerak dan melakukan upaya
pembinaan UKS untuk mendukung kebiasaan hidup di era new normal,
dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. “Upaya ketiga yang
dilakukan oleh Direktorat Sekolah Dasar adalah strategi di masa pasca
pandemi. Kami melakukan penguatan dan perluasan digitalisasi sekolah
termasuk di wilayah 3T. Memberikan optimalisasi PHBS, scale up
pengimbasan sekolah penggerak serta penguatan Profil Pelajar Pancasila
melalui berbagai moda pembelajaran (daring, luring, dan project based
learning),” imbuh Sri Wahyuningsih.

Direktur Sekolah Dasar berharap dengan upaya dan strategi yang sudah
dilakukan akan melahirkan perubahan perilaku di pasca pandemi nanti.
Seperti terlahirnya penguatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
pemanfaatan teknologi dalam mendukung pembelajaran (pengelolaan,
asesmen, dan sumber belajar) menjadi menyeluruh, sehingga
menimbulkan kecakapan dalam pemanfaatan teknologi seperti kecermatan,
ketelitian, disiplin dan kehati-hatian. Selain itu diharapkan dapat
18

menguatkan kemitraan antara pemerintah, orang tua dan masyarakat.


“Pandemi Covid-19 telah memporak-porandakan semua lini kehidupan,
termasuk pendidikan. Hanya saja, jika semua bisa melewati situasi sulit ini
dengan baik, maka kita akan menjadi lebih tangguh,” tutupnya.

Angelia Iyeng, Teacher Upskilling Lead Zenius Education untuk Guru


menyampaikan, guna mencapai target mempertahankan visi misi sekolah
dan mempersiapkan siswa agar hidup sehat di era pasca pandemi, ada
berbagai aspek yang harus dipertahankan dan ditingkatkan.”Pertama, para
guru harus terlibat dan perlu memiliki skill atvrdmin dan marketing. Oleh
karena itu sekolah perlu memfasilitasi tenaga kependidikannya dengan
perkembangan teknologi,” papar Angelia.Lalu yang kedua, orang tua di
era saat ini, apalagi pasca pandemi, harus dirangkul. Para orang tua harus
kritis terhadap kondisi sekolah, tapi di sisi lain harus mendukung
kebijakan sekolah.“Aspek selanjutnya yang harus dipertahankan oleh
sekolah adalah hubungan sekolah dengan pemerintah dan pihak-pihak
terkait. Selain itu, sekolah harus bisa memberikan informasi yang akurat
terkait apapun yang terjadi di lapangan kepada pihak pemerintah agar
dapat segera dicarikan solusinya,” ujar Angelia.

Aspek yang ketiga adalah perpustakaan dan aplikasi belajar yang harus
tetap dijaga dan dipelihara. Apalagi di tengah pandemi ini sekolah harus
memiliki aplikasi belajar yang bisa diberikan untuk anak. 

“Melalui perpustakaan dan aplikasi belajar, anak didik kita tidak hanya
mendapatkan referensi belajar dari ibu gurunya, melainkan dari berbagai
akses media,” imbuhnya. Usman Djabbar, M.Pd., Ketua Komunitas Guru
Belajar Nusantara mengatakan, ada tiga warisan pandemi yang tidak boleh
dihilangkan di satuan pendidikan. Pertama, guru harus belajar dan berbagi.
Kedua, budaya inovasi seperti melakukan pembelajaran melalui project
based learning. “Dan yang terakhir, warisan teknologi pendidikan yaitu
memahami konsep verifikasi perbandingan sistensi uji coba produksi,
pengetahuan, kesempatan berkolaborasi dengan ekosistem yang berbeda
dengan menggunakan teknologi. Ketiganya ini adalah warisan pandemi
19

yang jangan sampai hilang begitu saja ketika belajar tatap muka sudah
kembali,” katanya. (Hendriyanto)
20

BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
“Pembelajaran daring menjadi tantangan bagi dunia pendidikan dengan situasi
Indonesia yang memiliki ribuan pulau. Bagaimana teknologi dapat digunakan,
bagaimana penyediaan akses internet pada daerah-daerah terpencil dimana barang
elektronik tanpa akses internet pun masih menjadi suatu kemewahan. Ini
merupakan tantangan bagi semua pihak, saat ini kita harus bekerja keras bersama
bagaimana membawa teknologi menjawab permasalahan nyata yang terjadi pada
mahasiswa dan pelajar yang kurang beruntung dalam hal ekonomi maupun
teknologi yang berada di daerah-daerah terpencil,” lanjutnya.
Dari sejumlah contoh kasus di atas menunjukkan telah tumbuhnya kreativitas dan
inovasi pembelajaran oleh para guru sebagai respon terhadap pandemi.  Pada
inovasi tersebut dapat ditemukan sejumlah perubahan penting yang bukan sekedar
perubahan teknologi tapi juga perubahan nilai, antara lain; 

1) pembelajaran asynchronous telah mengubah pola jam belajar di sekolah yang


semula terbatas menjadi jam belajar yang tidak terbatas, 2) peran guru mengalami
perubahan bukan hanya terbatas sebagai pengajar di kelas, namun menjadi
fasilitator, motivator, bahkan kreator pembelajaran, 3) sebagai konsekuensi dari
point 1 dan 2 tersebut, tugas layanan guru menjadi tidak terbatas dengan jam
mengajar, tapi menjadi guru sebagai penyedia layanan belajar 24 jam, 4)
kerjasama antara guru dengan orang tua murid menjadi sangat jelas diperlukan, di
mana orang tua murid harus kembali memegang peran utama dalam pendidikan
anak, sedangkan guru sebagai peran pendukung atau fasilitator saja. Secara umum
para guru megembangkan inovasi pembelajaran di era pandemi dengan tetap
memperhatikan kaidah ilmiah dengan langkah-langkah sistematis sebagai berikut;
1) Melakukan analisis permasalahan, 2) Mengidentifikasi solusi (penyelesaian)
masalah, 3) Menyusun rancangan pembelajaran, 3) Menyiapkan bahan dan
sumberdaya, 4) Melaksanakan aktivitas pembelajaran, 5) Melakukan evaluasi dan
revisi. Dari sejumlah kasus yang telah disebutkan di atas, kita dapat memahami,
21

pembelajaran adalah seni. Seni para guru mengolah dan menata semua komponen
pembelajaran sehingga terjadi harmoni sesuai dengan ritme dan gaya belajar
siswa, pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan. Terdapat beberapa
kemiripan permasalahan yang dihadapi, antara lain; tidak meratanya
kepemilikan gadget, terbatasnya ketersediaan kuota internet, serta motivasi
belajar  siswa yang menurun. Menghadapi kondisi yang bervariasi tersebut,  para
guru telah melakukan pembelajaran secara bervariasi sesuai dengan kondisi siswa.
Artinya, guru telah memperhatikan kebutuhan belajar siswa secara individual. Hal
ini sejalan dengan rekomendasi Unicef,  kita tidak bisa menerapkan satu solusi
untuk semua.
22

DAFTAR PUSTAKA

Isak Riwu Rohi


(https://www.scholae.co/web/read/2695/landasan.teknologi.pendidikan.dan.pembe
lajaran)

SMAN 2 Pangkalan Kerinci

( https://www.sman2pklkerinci.sch.id/hello-world/ )

Kemdikbud Karbar

( https://dikti.kemdikbud.go.id/kabar-dikti/kabar/tantangan-dunia-pendidikan-di-
masa-pandemi/ )

Ian Kendari

(https://iainkendari.ac.id/index.php/content/detail/dinamika_pembelajaran_daring
_pada_masa_pandemi_covid)

Bbc

( https://www.bbc.com/indonesia/dunia-57590872 )

Unpad

( https://www.unpad.ac.id/2020/11/pandemi-covid-19-percepat-transformasi-
pendidikan-di-perguruan-tinggi/ )

KEMENDIKBUD

( https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/01/kemendikbud-sampaikan-
capaian-tahun-2020-dan-sasaran-tahun-2021 )

( http://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/strategi-pendidikan-menuju-era-
pasca-pandemi )

Anda mungkin juga menyukai