Anda di halaman 1dari 25

PENGGUNAAN

APLIKASI GOOGLE CLASSROOM PADA PEMBELAJARAN DARING


DIMASA PANDEMI COVID-19

MAKALAH

disusun guna memenuhi tugas UTS


Mata Kuliah Teori Belajar dan Konsep Mengajar
yang dibina oleh Dr. H. Ibut Priono, M.Pd

oleh:
BADLI
NIM. 200020056

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA


SEKOLAH PASCASARJANA
 PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) TEKNOLOGI PENDIDIKAN  PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) PENDIDIKAN OLAHRAGA

JL. Dukuh Menanggal No.XII, Telp./ Fax. (031) 8273999 Surabaya 60234; Web Site: http://www.pps-unipasby.ac.id.

i
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT., atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
Penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan
salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah, Muhammad Saw. atas
bimbingannya kepada kita semua untuk senantiasa berada pada jalan kebajikan, jalan
islam yang mulia.

Dalam kesempatan ini, Penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dosen Mata Kuliah, teman-teman karena dengan bantuan dan arahannya Penulis
termotivasi dan mendapatkan gambaran yang inspiratif dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini.Teman-teman kelas juga memberikan kontribusi tersendiri dalam
penyelesaian makalah ini, untuk itu Penulis pun hendaknya mengucapkan terima kasih
yang setinggi-tingginya.

Dalam penulisan makalah ini, Penulis mencoba menguraikan berbagai hal yang
berkaitan dengan system belajar jarak jauh dimasa pandemic covid -19 dalam dunia
pendidikan yang mencakup pada pengertian system belajar jarak jauh dan apa itu
Contextual Teaching and Learning (CTL), serta pengertian dan cara pengunaan aplikasi
google classroom

Penulis sangat menyadari akan kerterbatasan dan kekurangan wawasan dan ilmu
pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari rekan-rekan pembaca yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan makalah
ini bahkan penyempurnaan makalah-makalah yang akan disusun selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua demi
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua.Amin.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 3
C. Tujuan......................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 5
A. Pengertian Sistem Belajar Jarak Jauh......................................................... 5
B. Hakekat Pendidikan Sistem Belajar Jarak Jauh.......................................... 5
C. Prinsip Pendidikan Sistem Belajar Jarak jauh............................................ 6
D. Aplikasi Google Classroom .........................................................................8
E. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Jarak Jauh.............................. .11
F. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)................... .12
G. Karakteristik Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL)............. 13
H. Kelebihan & Kekurangan Contextual Teaching And Learning.............. ..18
BAB III PENUTUP......................................................................................... ..20
A. Kesimpulan ............................................................................................. ..20

B. Saran............................................................................................... …..…21

Daftar Pustaka…………………………………..…………………………..…..22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persoalan pendidikan bukanlah lagi masalah yang harus diselesaikan
oleh satu pihak saja namun harus menjadi pola pikir banyak pihak,apalagi
dalam situasi seperti saat ini di mana Indonesia bahkan seluruh dunia sedang
dilanda wabah penyakit yang dikenal dengan sebutan Covid -19. Banyak hal
yang harus diselesaikan dalam tubuh pendidikan itu sendiri, terutama tuntutan
atas peran strategis pendidikan sebagai suatu pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk mewujudkan pencerdasan kehidupan bangsa, telah
mendorong tumbuhnya berbagai inovasi dalam sistem pendidikan.
Dimasa pandemi covid – 19, usaha pembangunan pendidikan dengan
cara-cara yang konvensional seperti membangun gedung-gedung sekolah ,
mengangkat guru baru, pembelajaran dengan tatap muka langsung dengan
siswa ,hal ini tidak lagi dapat dipandang sebagai langkah yang mampu
memecahkan masalah pendidikan.Pembaharuan pendidikan tidak mungkin lagi
dapat dilakukan dengan cara-cara yang lama dengan menggunakan metode
yang lama.
Seiring dengan perkembangan di banyak bidang yang cenderung tidak
menentu, tuntutan akan peningkatan kualitas sumber daya manusia semakin
muncul kepermukaan. Kedudukan strategis, baik disektor umum maupun
swasta, menuntut sumber daya manusia yang memiliki latar belakang
pendidikan yang memadai dan lebih tinggi.Sehingga wajar jika motivasi publik
untuk terus menambah pengetahuannya melalui institusi pendidikan tinggi
semakin meningkat.Namun usaha kearah itu sedikit terkendala dengan
merebaknya wabah virus corona saat ini yang lebih dikenal dengan sebutan
Covid-19.Sejalan dengan merebaknya penyebaran covid -19 pemerintah
,mengambil beberapa Langkah kebijakan salah satunya dengan
memberlakukan Belajar Dari Rumah (BDR) kepada seluruh tingkatan
Lembaga Pendidikan,mulai dari tingkatan Lembaga PAUD sampai dengan
perguruana tinggi,Namun demikian di masa pandemi covid- 19 saat ini

1
tuntutan belajar tidak boleh terabaikan,anak didik tetap harus mendapatkan
haknya untuk mendapatkan pembelajaran dalam kondisi dan situasi apapun

Untuk itu kita harus bisa mengembangkan sistem pendidikan yang lebih
terbuka, lebih luwes, dan dapat diakses oleh siapa saja yang memerlukan tanpa
memandang usia, lokasi, kondisi sosial ekonomi, maupun pengalaman
pendidikan sebelumnya. sistem tersebut juga mampu meningkatkan mutu
pendidikan secara merata. Sistem pendidikan tersebut adalah sistem pendidikan
terbuka atau sistem belajar jarak jauh, yang merupakan bagian dari sistem
pendidikan nasional.Sistem belajar jarak jauh adalah suatu model pembelajaran
yang tidak terikat oleh segala peraturan yang mengikat seperti pada pendidikan
konvensional.

Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilah Contextual


Teaching Learning (CTL).Kata contextual berasal dari kata contex yang berarti
“hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian contextual
diartikan ”yang berhubungan dengan suasana (konteks). Sehingga Contextual
Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang
berhubungan dengan suasana tertentu atau situasi khusus seperti saat ini.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey
(1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa
yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan
atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.

Sejak pandemi corona COVID-19 melanda dan nyaris melumpuhkan


semua negara dan kegiatan sosial serta aktivitas ekonominya, tidak terkecuali
Indonesia. Saat ini negara kita sedang memberlakukan peringatan dan
pelarangan untuk keluar, bekerja maupun bersekolah. Sehingga memunculkan
banyak istilah seperti work from home atau belajar dari rumah.

Tentunya bagi siswa, peraturan ini akan mengganggu proses belajar


mereka terlebih lagi saat ini banyak siswa berada di tahun terakhir sekolah
mereka lebih membutuhkan waktu belajar yang lebih banyak untuk menghadapi
ujian akhir. Tetapi pemerintah Indonesia telah mengeluarkan pengumuman

2
peniadaan ujian nasional untuk tetap meminta masyarakat tetap berada dirumah
dan memutus serta memperpendek rantai penyebaran corona.

Meskipun begitu, siswa juga harus tetap belajar walau melalui cara
online. Para guru dan dosen dituntut menjadi kreatif untuk tetap meraih dan
mengajar siswa- siswa mereka. Cara mengajar yang paling aman untuk saat ini
adalah tentunya melalui aplikasi seperti Google Classroom. Jika Anda seorang
siswa atau seorang guru yang masih mencari platform untuk saling belajar dan
berkomunikasi, mari simak dan mengenal apa itu Google Classroom.
Didalam situasi masa pandemi covid-19 seperti saat ini pembelajaran
jarak jauh dengan sistem daring sangat mutlak harus dilaksankan oleh seorang
guru agar pembelajaran tetap berlangsung dan siswa tetap mendapatkan
pembelajaran yang merupakan haknya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh/daring ada beberapa macam
aplikasi pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alat untuk menyampaikan
pembelajaran kepada siswa salah satunya adalah aplikasi Google Classroom.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, diperoleh beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian sistem pembelajaran jarak jauh, prinsip-prinsip sistem
pembelajaran jarak jauh dan bagaimanakah pengembangan pembelajaran
jarak jauh?
2. Apakah defenisi Contextual Teaching and Learning (CTL), apa komponen-
komponennya dan karakteristiknya, cara penerapannya, kelemahan dan
kelebihannya?
3. Apakah yang maksud dengan aplikasi google classroom dan bagaimana cara
penggunaanya
C. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan akan tercapai, setelah membaca dan
memahami makalah ini, yakni sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian pengertian apa itu pembelajaran jarak jauh
2. Mengetahui prinsip-prinsip pengembangan sistem pembelajaran jarak jauh
jarak jauh.

3
3. Mengetahui bagaimanakah penyelenggaraan pendidikan sistem
pembelajaran
jarak jauh .
4. Dapat mengetahui dan memahami arti dan hakekat pembelajarn Contextual
Teaching and Learnig (CTL)
5. Mampu mencari solusi ketika mengalami kesulitan dalam menerapkan
salah
satu teori belajar dalam pembelajaran jarak jauh dan Contextual Teaching
and Learning (CTL)
6. Dapat mengkombinasikan beberapa teori belajar dalam pembelajaran jarak
jauh dan Contextual Teaching and Learning (CTL)
7. Dapat menggunakan teori belajar yang tepat dalam pembelajaran jarak
jauh
dan Contextual Teaching and Learning (CTL)
8. Dapat menggunakan aplikasi google classroom dalam pembelajaran jarak
jauh (PJJ).

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Belajar Jarak Jauh


Belajar jarak jauh bukanlah suatu hal yang baru dalam dunia pendidikan
mengingat cara belajar ini sudah dikembangkan sejak tahun 1970-an. Bila
dianalisis secara gamblang saja maka dapat dikatakan belajar jarak jauh
merupakan suatu bentuk system pembelajaran yang proses pembelajarannya
jauh dari pusat penyelenggaraan pendidikan dan bersifat mandiri. Pendidikan
jarak jauh adalah suatu model pembelajaran yang membebaskan pebelajar
untuk dapat belajar tanpa terikat oleh ruang dan waktu dengan sedikit mungkin
bantuan dari orang lain.
Komunikasi yang berlangsung pada system pembelajaran ini bersifat
komunikasi tidak langsung, artinya proses pembelajaran dilakukan dengan
perantaraan dalam bentuk media cetak maupun multimedia yang dirancang
khusus. Kalaupun ada kontak langsung, bukanlah suatu proses proses
pembelajaran, namun suatu kegiatan tutorial untuk menyakinkan bahwa materi
pembelajaran yang disampaikan kepada pebelajar melalui media benar-benar
mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana yang telah dirumuskan.
Menurut HarinaYuhettu (2002) ada beberapa manfaat yang dapat
diperoleh dari pendidikan jarak jauh antara lain:
1. Dapat dipercepatnya usaha memenuhi kebutuhan masyarakat dan pasaran
kerja.
2. Dapat menarik minat calon peserta yang banyak.

5
3. Tidak tergangggunya kegiatan kehidupan sehari-hari karena pola jadwal
pembelajaran yang luwes.
4. Harapan akan meningkatnya kerjasama dan dukungan pengguna lulusan
atau keluaran.
B. Hakekat Pendidikan Sistem Belajar Jarak Jauh
Hakekat pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian
dan peningkatan kemampuan melalui berbagai kegiatan pengembangan dan
pembelajaran.

Adapun hakekat pendidikan sistem belajar jarak jauh ini adalah:

1. Pendidikan sepanjang hayat


Salah satu bentuk hak azasi manusia adalah bahwa setiap manusia
mulai dari kandungan hingga lianglahat berhak untuk memperoleh yang
diperlukannya untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sesuai dengan
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
2. Pemberdayaan Pebelajar/ Warga Belajar
Sistem pendidikan ini juga memperhatikan kepentingan pebelajarnya,
kondisi, dan karakteristik mereka. Dengan cara menyelenggarakan berbagai
pola pilihan pembelajaran, sumber belajar dan strategi dan pengelolaannya.
Hal ini sesuai dengan tuntutan dari kebutuhan pendidikan formal, hanya saja
peserta diberi kebebasan untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya,
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Kondisi dan
karakterisik peserta didik adalah keadaan pribadi dan lingkungan yang
menunjukkan kemampuan, hambatan, dan peluang yang berbeda-
beda.Kondisi seperti ini tidak seharusnya dijadikan alasan untuk tidak
memberikan kesempatan belajar bagi pebelajar.
3. Pemberdayaan Lembaga Pendidikan
Pelaksanaan proses pembelajaran, sistem pendidikan ini perlu
diselanggarakan oleh lembaga pendidikan yang khusus dirancang untuk
keperluan itu. Bentuk-bentuk lembaga pendidikan yang dikhususkan saat
ini sudah terdapat Universitas Terbuka,dan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM).

6
Tujuan dari adanya lembaga pendidikan ini adalah untuk memusatkan
kegiatan yang bersangkut paut dengan pelaksanaan pendidikan ini.Hal ini
dinamakan pelayanan operasional yang dilakukan secara memusat,
mencakup registrasi, penyediaan bahan pelajaran, bantuan belajar (tutorial),
dan ujian yang paling sederhana yang dilakukan melalui komunikasi pos.

C. Prinsip Pendidikan Sistem Belajar Jarak jauh

Untuk pembuatan program ini dititikberatkan pada prinsip-prinsip


pendidikan jarak jauh, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Prinsip Kemandirian
Prinsip ini diwujudkan dengan adanya kurikulum yang
memungkinkan dapat dipelajari secara independent learning, pebelajar
dihadapkan pada pilihan yang terbaik bagi dirinya sendiri, dari mulai
pembentukan kelompok belajar, program pendidikan yang digunakan, pola
belajar yang disukai, mengunakan sumber belajar yang tepat sesuai dengan
kebutuhan. Penyelesaian program yang ditentukan sendiri oleh
pebelajar.Bahan-bahan pelajaran yang disediakan berupa paket-paket yang
dapat dipilih oleh pebelajar, yang didukung oleh pembimbing atau tutorial
dan ujian yang dirancang dengan pendekatan belajar tuntas.Pebelajar
belajar dengan mandiri dengan sesedikit mungkin melakukan pertemuan
dengan tutor yang bersangkutan.
2. Prinsip Keluwesan
Prinsip ini diwujudkan dengan dimungkinkannya peserta didik untuk
memulai, mencari sumber belajar, mengatur jadwal dan kegiatan belajar,
mengikuti ujian dan mengakhiri pendidikannya di luar ketentuan waktu
dan tahun ajaran.Dikatakan luwes, pebelajar dimungkinkan untuk
berpindah dari pendidikan formal ke pendidikan non-formal atau
sebaliknya dari pendidikan non-formal ke pendidikan formal.
3. Prinsip Keterkinian
Prinsip ini diwujudkan dengan tersedianya program pembelajaran
yang pada saat ini diperlukan (just-in-time).Hal ini berbeda dengan sistem
pendidikan dan pelatihan konvensional yang program atau kurikulumnya

7
termasuk buku-buku yang tersedia, dirancang untuk mengantisipasi
keperluan masa mendatang (just-in-case).Kecepatan untuk memperoleh
informasi yang baru merupakan suatu peluang untuk dapat bertahan dan
berkembang dalam persaingan bebas.
4. Prinsip Kesesuaian
Prinsip ini terwujud dengan tersedianya sumber belajar yang terkait
langsung dengan kebutuhan pribadi maupun tuntutan lapangan kerja atau
kemajuan masyarakat. Sumber belajar tersebut bobotnya harus setara
dengan kompetensi yang diperlukan, tetapi disajikan dalam bentuk yang
sederhana yang dapat dipelajari sendiri tanpa adanya bantuan dari orang
lain. Prinsip ini disesuaikan dengan kebutuhan dan latar belakang
pebelajar.
5. Prinsip Mobilitas
Prinsip ini diwujudkan dengan adanya kesempatan bagi pebelajar
untuk berpindah lokasi, jenis, jalur dan jenjang pendidikan yang setara
setelah memenuhi kompetensi yang diperlukan.
6. Prinsip Efisiensi
Prinsip ini diwujudkan dengan pendayagunaan berbagai macam
sumber daya dan teknologi yang tersedia seoptimal mungkin.
Pemberdayaan segala sumber disekeliling pebelajarakan membantu
pebelajar untuk dapat menggunakan sumber tersebut sebanyak mungkin,
sehingga pebelajar tidak merasa kerepotan mengenai sumber belajarnya.
D. Aplikasi google classroom.

Mengenal Apa itu Google Classroom

Google Classroom (Ruang Kelas Google) adalah suatu serambi aplikasi


pembelajaran campuran secara online yang dapat digunakan secara gratis.
Pendidik bisa membuat kelas mereka sendiri dan membagikan kode kelas
tersebut atau mengundang para siswanya. Google Classroom ini diperuntukkan
untuk membantu semua ruang lingkup pendidikan yang membantu siswa untuk
menemukan atau mengatasi kesulitan pembelajaran, membagikan pelajaran dan
membuat tugas tanpa harus hadir ke kelas.

8
Tujuan utama Google Classroom adalah untuk merampingkan proses
berbagi file antara guru dan siswa.Google Classroom menggabungkan Google
Drive untuk pembuatan dan distribusi penugasan, Google Docs, Sheets, Slides
untuk penulisan, Gmail untuk komunikasi, dan Google Calendar untuk
penjadwalan. Siswa dapat diundang untuk bergabung dengan kelas melalui kode
pribadi, atau secara otomatis diimpor dari domain sekolah.

Setiap kelas membuat folder terpisah di Drive masing-masing pengguna,


dimana siswa dapat mengirimkan pekerjaan untuk dinilai oleh guru. Aplikasi ini
tersedia bagi pengguna seluler perangkat iOS dan Android yang memungkinkan
pengguna mengambil foto dan melampirkan penugasan, berbagi file dari
aplikasi lain dan mengakses informasi secara offline. Guru dapat memantau
kemajuan untuk setiap siswa, dan setelah dinilai, guru dapat kembali bekerja
bersama dengan komentar.

Fungsi dan keunggulan Google Classroom

Ada beberapa fungsi dan keunggulan yang bisa didapatkan dari Google
Classroom dalam pemanfaatannya sebagai Learning Management
System (LMS), yaitu :

 Proses setting pembuatan kelas yang cepat dan nyaman

Proses pembuatan kelas pada Google Classroom sangat cepat dan


nyaman jika dibandingkan harus menginstall LMS lokal atau mendaftarkan ke
provider LMS. Guru hanya tinggal mengakses aplikasi Google Classroom dan
bisa memulai membagikan tugas-tugas dan bahan ajar. Pengajar dapat
menambahkan daftar siswa atau berbagi kode unik yang memungkinkan akses
ke kelas pada Google Classroom. Interface Google Classroom lebih sederhana
dan mudah untuk digunakan (user friendly), sehingga akan ideal digunakan bagi
setiap pengajar dengan tingkat pengalaman eLearning yang beragam.

 Hemat dan efisiensi waktu

Peserta kelas atau siswa tidak lagi harus mendownload tugas yang
diberikan guru. Guru membuat dan mendistribusikan dokumen untuk peserta

9
didik mereka secara online serta juga dapat menentukan peringkat, memberikan
umpan balik  untuk semua tugas dan melakukan penilaian menggunakan aplikasi
Google Classroom. Dengan demikian, ada potensi untuk penghematan waktu
dari kedua belah pihak baik peserta didik maupun gurunya. Semuanya dilakukan
secara paperless (bebas kertas), sehingga tidak ada waktu yang terbuang untuk
mendistribusikan dokumen fisik dan peserta didik dapat menyelesaikan tugas
mereka dengan tepat secara online, sehingga lebih mudah bagi mereka untuk
memenuhi deadline waktu yang diberikan dan belajar secara online dapat
disesuaikan dengan jadwal sehari-hari mereka.

 Mampu meningkatkan kerjasama dan komunikasi 

Salah satu manfaat paling penting dari menggunakan Google Classroom


adalah kolaborasi online yang efisien. Guru dapat mengirimkan pemberitahuan
ke peserta atau siswa mereka untuk memulai diskusi online atau memberitahu
mereka tentang kegiatan pembelajaran online tertentu. Di sisi lain, peserta didik
memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik kepada rekan-rekan
mereka dengan mengunggah postingan langsung ke dalam diskusi di Google
Classroom.
  Dengan demikian, jika mereka membutuhkan bantuan karena kesulitan
memahami suatu tugas atau ingin mempelajari lebih lanjut tentang topik
tertentu, mereka bisa mendapatkan masukan langsung disaat yang bersamaan
dari teman sekelas virtual mereka. Pada dasarnya, Google Classroom berfungsi
untuk meningkatkan aspek pembelajaran sosial pendidikan online yang
memungkinkan siswa untuk mendapatkan keuntungan dari pengalaman dan
keterampilan rekan belajar mereka. .

 Penyimpanan data yang terpusat

Hanya pada satu tempat yakni Google Classroom, semua pembelajaran


berada dalam satu lokasi terpusat. Siswa dapat melihat semua tugas-tugas
mereka dalam folder tertentu, guru dapat menyimpan bahan eLearning dan
kegiatan untuk tahun ajaran secara cloud dan semua peringkat atau nilai dapat
dilihat dalam aplikasi.  Kedua belah pihak tidak perlu khawatir mengenai

10
dokumen atau penilaian yang hilang, karena semuanya tersimpan dalam LMS
yang gratis ini.

 Berbagi sumber daya yang efisien, praktis dan cepat

Fasilitator atau guru online dan pelatih memiliki kemampuan untuk


berbagi informasi dan sumber daya  online dengan peserta mereka secara
langsung. Dibandingkan harus memperbarui kursus eLearning atau mengirim
email individu untuk setiap siswa, cukup dengan mengakses aplikasi Google
Classroom, guru dapat mendistribusikan link ke sumber daya online dan materi
eLearning tambahan yang dapat menguntungkan siswa mereka. Cara ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh update tepat waktu
yang berhubungan dengan pelajaran saat ini, sehingga mereka dapat lebih
memahami materi dan akses peralatan multimedia yang dapat meningkatkan
pengalaman eLearning mereka.
E. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Jarak Jauh
Jika Kita lihat prinsip-prinsip di atas, penggunaan PJJ (Pembelajaran
Jarak Jauh) dapat sangat efektif, khususnya bagi para peserta yang lebih
dewasa dan memiliki motivasi kuat untuk mengejar sukses dan senang diberi
kepercayaan melakukan proses belajar secara mandiri. Tetapi, kesuksesan
Pembelajaran Jarak Jauh yang meninggalkan ketaatan pada jadwal seperti pada
proses pembelajaran tatap muka, bukanlah merupakan suatu pilihan yang
mudah baik bagi instruktur maupun peserta didik. Maka dari itu PJJ memiliki
keterbatasan sekaligus kelebihan. Berikut kelebihan pembelajaran jarak jauh
(Rusman. 2011:351) :
a. Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik dapat
berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet tanpa dibatasi oleh
jarak, tempat, waktu.
b. Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan di
mana saja kalau diperlukan.
c. Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan
bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara
mudah.

11
d. Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui
internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
e. Peserta didik dapat benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar-
mengajar karena ia senantiasa mengacu kepada pembelajaran mandiri untuk
pengembangan diri pribadi. (OemarHamalik, 1994:52)
Walaupun demikian, pembelajaran jarak jauh juga tidak terlepas dari
berbagai kelemahan dan kekurangan, antara lain (Rusman. 2011:352) :
a. Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan
antarsesama peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa
memperlambat terbentuknya values dalam proses pembelajaran.
b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
c. Masalah ketepatan dan kecepatan pengiriman modul dari puast pengelolaan
pembelajaran jarak jauh kepada para peserta di daerah sering tidak tepat
waktu, dank arenanya dapat menghambat kegiatan pembelajaran.
(OemarHamalik, 1994:53)
d. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung
gagal.
e. Dukungan administratif untuk proses pembelajaran jarak jauh dibutuhkan
untuk melayani jumlah peserta didik yang mungkin sangat banyak.
F. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilah Contextual
Teaching Learning (CTL).Kata contextual berasal dari kata contex yang berarti
“hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian
contextualdiartikan ”yang berhubungan dengan suasana (konteks). Sehingga
Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi suatu
pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey
(1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa
yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan
atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.

12
Pengajaran kontekstual sendiri pertama kali dikembangkan di Amerika
Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington State Consortum for
Contextual oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Antara tahun 1997
sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan
untuk mengembangkan, menguji, serta melihat efektifitas penyelenggaraan
pengajaran matematika secara kontekstual. Proyek tersebut melibatkan 11
perguruan tinggi, dan 18 sekolah dengan mengikutsertakan 85 orang guru dan
profesor serta 75 orang guru yang sudah diberikan pembekalan sebelumnya.
Penyelenggaraan program ini berhasil dengan sangat baik untuk level
perguruan tinggi sehingga hasilnya direkomendasikan untuk segera
disebarluaskan pelaksanaannya. Untuk tingkat sekolah, pelaksanaan dari
program ini memperlihatkan suatu hasil yang signifikan, yakni meningkatkan
ketertarikan siswa untuk belajar, dan meningkatkan partisipasi aktif siswa
secara keseluruhan. Pembelajaran kontekstual berbeda dengan pembelajaran
konvensional, Departemen Pendidikan Nasional (2002:5) mengemukakan
perbedaan antara pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan
pembelajaran konvensional sebagai berikut: CTL Konvensional Pemilihan
informasi kebutuhan individu siswa; Pemilihan informasi ditentukan oleh guru;
Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang (disiplin); Cenderung terfokus
pada satu bidang (disiplin) tertentu; Selalu mengkaitkan informasi dengan
pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa; Memberikan tumpukan informasi
kepada siswa sampai pada saatnya diperlukan; Menerapkan penilaian autentik
melalui melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah; Penilaian hasil
belajar hanya melalui kegiatan akademik berupa ujian/ulang
G. Karakteristik Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL)
Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dari
pembelajaran produktif yaitu :konstruktivisme (Constructivism), bertanya
(Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning
Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang
sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas, 2003:5).
1. Konstruktivisme (Constructivism)

13
Setiap individu dapat membuat struktur kognitif atau mental berdasarkan
pengalaman mereka maka setiap individu dapat membentuk konsep atau ide
baru, ini dikatakan sebagai konstruktivisme (Ateec, 2000).Fungsi guru disini
membantu membentuk konsep tersebut melalui metode penemuan (self-
discovery), inquiri dan lain sebagainya, siswa berpartisipasi secara aktif dalam
membentuk ide baru. Menurut Piaget pendekatan konstruktivisme mengandung
empat kegiatan inti, yaitu :
a. Mengandung pengalaman nyata (Experience);
b. Adanya interaksi sosial (Social interaction);
c. Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (Sense making);
d. Lebih memperhatikan pengetahuan awal (Prior Knowledge).
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan
kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil atau
diingat.Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata. Berdasarkan pada pernyataan tersebut,
pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan
menerima pengetahuan (Depdiknas, 2003:6).
Sejalan dengan pemikiran Piaget mengenai kontruksi pengetahuan dalam
otak.Manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-
kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda.
Setiap kotak itu akan diisi oleh pengalaman yang dimaknai berbeda-beda oleh
setiap individu. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak yang
sudah berisi pengalaman lama sehingga dapat dikembangkan. Struktur
pengetahuan dalam otak manusia dikembangkan melalui dua cara yaitu
asimilasi dan akomodasi.
2. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran
kontekstual.Kegiatan bertanya digunakan oleh guru untuk mendorong,
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sedangkan bagi siswa

14
kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran yang berbasis inquiry.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
a. Menggali informasi, baik administratif maupun akademis;
b. Mengecek pengetahuan awal siswa dan pemahaman siswa;
c. Membangkitkan respon kepada siswa;
d. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;
e. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru;
f. Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;
g. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
3. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari pembelajaran berbasis
CTL.Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri
(Depdiknas, 2003). Menemukan atau inkuiri dapat diartikan juga sebagai
proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses
berpikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui
beberapa langkah, yaitu :
a. Merumuskan masalah ;
b. Mengajukan hipotesis;
c. Mengumpulkan data;
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan;
e. Membuat kesimpulan.
Melalui proses berpikir yang sistematis, diharapkan siswa memiliki sikap
ilmiah, rasional, dan logis untuk pembentukan kreativitas siswa.
4. Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar itu diperoleh dari
sharing antarsiswa, antarkelompok, dan antar yang sudah tahu dengan yang
belum tahu tentang suatu materi.Setiap elemen masyarakat dapat juga berperan
disini dengan berbagi pengalaman (Depdiknas, 2003).
5. Pemodelan (Modeling)

15
Pemodelan dalam pembelajaran kontekstual merupakan sebuah
keterampilan atau pengetahuan tertentu dan menggunakan model yang bisa
ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberi
contoh cara mengerjakan sesuau. Dalam arti guru memberi model tentang
“bagaimana cara belajar”. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukanlah
satu-satunya model.Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku siswa baru dikuasai atau
dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model. Model yang
dapat diamati atau ditiru siswa digolongkan menjadi :
a. Kehidupan yang nyata (real life), misalnya orang tua, guru, atau orang lain.;
b. Simbolik (symbolic), model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau
dalam bentuk gambar ;
c. Representasi (representation), model yang dipresentasikan dengan
menggunakan alat-alat audiovisual, misalnya televisi dan radio.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru. Struktur pengetahun yang baru ini merupakan pengayaan atau revisi dari
pengetahuan sebelumnya.Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,
aktivitas, atau pengetahun yang baru diterima (Depdiknas, 2003).
Pada kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru pada
akhir pembelajaran. Guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat
melakukan refleksi yang realisasinya dapat berupa : Pernyataan langsung
tentang apa-apa yang diperoleh pada pembelajaran yang baru saja dilakukan.;
Catatan atau jurnal di buku siswa; Kesan dan saran mengenai pembelajaran
yang telah dilakukan.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang
bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa agar guru dapat
memastikan apakah siswa telah mengalami proses belajar yang benar.
Penilaian autentik menekankan pada proses pembelajaran sehingga data yang

16
dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada
saat melakukan proses pembelajaran.
Karakteristik authentic assessment menurut Depdiknas (2003) di
antaranya: dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa
digunakan untuk formatif maupun sumatif, yang diukur keterampilan dan sikap
dalam belajar bukan mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan
dapat digunakan sebagai feedback. Authentic assessment biasanya berupa
kegiatan yang dilaporkan, PR, kuis, karya siswa, prestasi atau penampilan
siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis dan karya tulis.
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL)
memiliki tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism),
menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning
Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang
sebenarnya (Authentic). Adapaun penjelasannya sebagai berikut:
a. Konstruktivisme (constructivism). Kontruktivisme merupakan landasan
berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal,
mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar
dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangunpengetahuannya, yang
dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya.
b. Menemukan (Inquiry). Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta
tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry)
merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya
(questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data
gathering), penyimpulan (conclusion).
c. Bertanya (Questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu
dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan
berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk :
1) menggali informasi,
2) menggali pemahaman siswa,
3) membangkitkan respon kepada siswa,

17
4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,
5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa,
6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru,
7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk
menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community).
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh
dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar
teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat
belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang
terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
e. Pemodelan (Modeling).
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan,
mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan
malakukanapa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.
f. Refleksi (Reflection).
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru
dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa
lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar
siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang
diperoleh hari itu.
g. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment).
Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi
gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran
berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar
bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus
penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta
penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
H. Kelebihan & Kekurangan Contextual Teaching And Learning
Kelebihan

18
a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut
untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi
itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan
tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
Kelemahan
a. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL.
Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan
dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang
sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan
demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang
memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka
dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan
dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar.
Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan
yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang
diterapkan semula.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seperti pada pembahasan di atas menerangkan bahwa pembelajaran jarak
jauh merupakan pembelajaran yang berciri khas kemandirian.Pembelajaran jarak
jauh merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi suatu masalah dalam
pembelajaran.Misalnya, memberikan kemudahan bagi siswa yang mengalami
kesulitan untuk mengakses pembelajaran karena jarak yang yang jauh.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran jarak jauh ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan, misalnya interaksi, pengalaman,dll.selain itu juga dalam
pembelajaran jarak jauh terdapat 9 prinsip dan unsur-unsur yang perlu diperhatikan.
Pada pembahasan di atas juga menjabarkan teori belajar mana yang ada dan
sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran jarak jauh, yakni teori behavioristik,
kognitif, dan psikomotor.Teori behaviorisme menjadi rujukan dalam
mengembangkan desain pembelajaran khususnya dalam bentuk pemberian umpan
balik dalam latihan soal dan petunjuk praktis dalam tugas.Teori kognitivisme
menjadi acuan dalam mengembangkan dan mengorganisasi materi serta aktivitas
pembelajaran.Dan Teori konstruktivisme menjadi inspirasi dalam mengembangkan

20
bahan ajar, tugas dan diskusi agar mengandung muatan-muatan yang bersifat
kontekstual dan memberikan pengalaman belajar peserta didik.
Sistem belajar jarak jauh merupakan suatu alternatif untuk memperoleh
kesempatan belajar bagi pebelajar atau warga belajar yang karena berbagai alasan
tidak dapat mengikuti pendidikan pada sistem pendidikan formal atau
konvensional. Pendidikan jarak jauh ini merupakan sistem pendidikan yang bebas
untuk diikuti oleh siapa saja tanpa terikat pada batasan tempat, jarak, waktu, usia,
jender dan batasan non akademik lainnya. Sistem ini memberikan kebebasan
kepada pebelajar atau warga belajar untuk mengikuti kegiatan pembelajaran secara
bebas dan mandiri.Keberhasilan dari program pendidikan jarak jauh ini sangat
tergantung pada pihak-pihak yang saling membantu, baik itu dari pebelajarsendiri,
lembaga pendidikan yang menyelenggara, anggota masyarakat. Selain itu kita juga
harus lebih perduli terhadap perkembangan Sistem belajar jarak jauh ini meski telah
merupakan kegiatan yang sudah sejak lama sudah dilakukan oleh dinas pendidikan.
Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilah Contextual
Teaching Learning (CTL).Kata contextual berasal dari kata contex yang berarti
“hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian contextualdiartikan
”yang berhubungan dengan suasana (konteks). Sehingga Contextual Teaching
Learning (CTL) dapat diartikan sebagi suatu pembelajaran yang berhubungan
dengan suasana tertentu.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey
(1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang
dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau
peristiwa yang terjadi disekelilingnya.
Pengajaran kontekstual sendiri pertama kali dikembangkan di Amerika
Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington State Consortum for
Contextual oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Antara tahun 1997
sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan untuk
mengembangkan, menguji, serta melihat efektifitas penyelenggaraan pengajaran
matematika secara kontekstual. Proyek tersebut melibatkan 11 perguruan tinggi,
dan 18 sekolah dengan mengikutsertakan 85 orang guru dan profesor serta 75 orang
guru yang sudah diberikan pembekalan sebelumnya. Penyelenggaraan program ini

21
berhasil dengan sangat baik untuk level perguruan tinggi sehingga hasilnya
direkomendasikan untuk segera disebarluaskan pelaksanaannya.

B. Saran
Mudah-mudaham makalah kami ini menjadi bahan masukan dan menjadi
referensi bagi teman-teman sekalian khususnya dalam materi Sistem Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ) dengan menggunakan aplikasi google classroom dan Contextual
Teaching and Learning.

DAFTAR PUSTAKA

HamalikOemar. 1994. Sistem Pembelajaran Jarak Jauh dan pembinaan Ketenagaan.


Bandung: Trigenda Karya.

HamzahB.Uno. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

http://portalkuliah.blogspot.com/2009/01/sistem-pembelajaran-jarak-jauh-
berbasis.html. Diakses Pada Hari Senin 27 Mei 2013.

http://blog.tp.ac.id/penerapan-pembelajaran-jarak-jauh-dalam-pembelajaran.
Diakses Pada Hari Senin 27 Mei 2013.

Serba Serbi, Technology. Mengenal Apa Itu Google Classroom : Fitur, Fungsi, Dan
Keunggulannya. https://idcloudhost.com/mengenal-apa-itu-google-classroom-fitur-
fungsi-dan-keunggulannya/ Diakses pada hari Sabtu 9 Januari 2021

22

Anda mungkin juga menyukai