Anda di halaman 1dari 17

MODEL PEMBELAJARAN JARAK JAUH

Makalah

Dibuat Dengan Tujuan Memenuhi Tugas Model Pembelajaran


Program Studi Pendidikan Agama Islam
Pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam As’adiyah

Oleh :

FAJRIN
17310039

DOSEN PENGAMPU
Drs. Baharuddin Jabir, M.Ag

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AS’ADIYAH SENGKANG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT., atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
Penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah,
Muhammad Saw. atas bimbingannya kepada kita semua untuk senantiasa berada
pada jalan kebajikan, jalan islam yang mulia.
Dalam kesempatan ini, Penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dosen Mata Kuliah, teman-teman karena dengan bantuan dan arahannya
Penulis termotivasi dan mendapatkan gambaran yang inspiratif dalam
menyelesaikan penulisan makalah ini. Teman-teman kelas juga memberikan
kontribusi tersendiri dalam penyelesaian makalah ini, untuk itu Penulis pun
hendaknya mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya.
Dalam penulisan makalah ini, Penulis mencoba menguraikan berbagai hal
yang berkaitan dengan system belajar jarak jauh dalam dunia pendidikan yang
mencakup pada pengertian system belajar jarak jauh dan apa itu Contextual
Teaching and Learning (CTL).
Penulis sangat menyadari akanterterbatasan dan kekurangan wawasan dan
ilmu pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena demikian, Penulis sangat
mengharapkan kontribusi kritik dan saran dari rekan-rekan pembaca yang bersifat
konstruktif demi penyempurnaan makalah ini bahkan penyempurnaan makalah-
makalah yang akan disusun selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua demi
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua.Amin.,,

Sengkang, Juni 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan.............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 4
A. Pengertian Sistem Belajar Jarak Jauh.............................................. 4
B. Hakekat Pendidikan Sistem Belajar Jarak Jauh............................... 5
C. Prinsip Pendidikan Sistem Belajar Jarak jauh.................................. 6
D. Perkembangan Pendidikan Sistem Belajar Jarak Jauh..................... 7
E. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Jarak Jauh....................... 8
F. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)........... 10
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 12
A. Kesimpulan ..................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persoalan pendidikan bukanlah lagi masalah yang harus diselesaikan
oleh satu pihak saja namun harus menjadi pola pikir banyak pihak, tetapi
bukan berarti semua pihak juga ikut memutuskan masalah pendidikan
ini.Karena jika semua ikut memutuskan maka “centangprenanglah” dunia
pendidikan Indonesia. Banyak hal yang harus diselesaikan dalam tubuh
pendidikan itu sendiri, terutama tuntutan atas peran strategis pendidikan
sebagai suatu pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk mewujudkan
pencerdasan kehidupan bangsa, telah mendorong tumbuhnya berbagai inovasi
dalam sistem pendidikan.
Usaha pembangunan pendidikan dengan cara-cara yang konvensional
seperti membangun gedung-gedung sekolah dan mengangkat guru baru, hal
ini tidak lagi dapat dipandang sebagai langkah yang mampu memecahkan
masalah pendidikan. Pembaharuan pendidikan tidak mungkin lagi dapat
dilakukan dengan cara-cara yang lama dengan menggunakan metode yang
lama.
Seiring dengan perkembangan di banyak bidang yang cenderung tidak
menentu, tuntutan akan peningkatan kualitas sumber daya manusia semakin
muncul kepermukaan. Kedudukan strategis, baik disektor umum maupun
swasta, menuntut sumber daya manusia yang memiliki latar belakang
pendidikan yang lebih tinggi.Sehingga wajar jika motivasi publik untuk terus
menambah pengetahuannya melalui institusi pendidikan tinggi semakin
meningkat. Namun karena intensitas pekerjaan semakin bertambah, banyak
kelompok masyarakat yang ingin menempuh pendidikan sambil tetap bekerja.
Untuk itu kita harus bisa mengembangkan sistem pendidikan yang lebih
terbuka, lebih luwes, dan dapat diakses oleh siapa saja yang memerlukan tanpa
memandang usia, jender, lokasi, kondisi sosial ekonomi, maupun pengalaman
pendidikan sebelumnya. sistem tersebut juga mampu meningkatkan mutu
pendidikan secara merata. Sistem pendidikan tersebut adalah sistem

1
pendidikan terbuka atau sistem belajar jarak jauh, yang merupakan bagian dari
sistem pendidikan nasional.Sistem belajar jarak jauh adalah suatu model
pembelajaran yang tidak terikat oleh segala peraturan yang mengikat seperti
pada pendidikan konvensional.
Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilah Contextual
Teaching Learning (CTL).Kata contextual berasal dari kata contex yang
berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian
contextualdiartikan ”yang berhubungan dengan suasana (konteks). Sehingga
Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi suatu
pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey
(1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa
yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan
atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.
Pengajaran kontekstual sendiri pertama kali dikembangkan di Amerika
Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington State Consortum for
Contextual oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Antara tahun 1997
sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan
untuk mengembangkan, menguji, serta melihat efektifitas penyelenggaraan
pengajaran matematika secara kontekstual. Proyek tersebut melibatkan 11
perguruan tinggi, dan 18 sekolah dengan mengikutsertakan 85 orang guru dan
profesor serta 75 orang guru yang sudah diberikan pembekalan sebelumnya.
Penyelenggaraan program ini berhasil dengan sangat baik untuk level
perguruan tinggi sehingga hasilnya direkomendasikan untuk segera
disebarluaskan pelaksanaannya. Untuk tingkat sekolah, pelaksanaan dari
program ini memperlihatkan suatu hasil yang signifikan, yakni meningkatkan
ketertarikan siswa untuk belajar, dan meningkatkan partisipasi aktif siswa
secara keseluruhan.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, diperoleh beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian sisitempembelajran jarak jauh, prinsip-prinsip sistem
pembelajran jarak jauh dan bagaimanakah pengembangan pembelajaran
jarak jauh.
2. Apakah defenisi Contextual Teaching and Learning (CTL), apa
komponen-komponennya dan karakteristiknya, cara penerapannya,
kelemahan dan kelebihannya?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan akan tercapai, setelah membaca dan
memahami makalah ini, yakni sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian pengertian apa itu pembelajaran jarak jauh.
2. Mengetahui prinsip-prinsip pengembangan sistem pembelajaran jarak jauh
jarak jauh.
3. Mengetahui bagaimanakah penyelenggaraan pendidikan sistem
pembelajaran jarak jauh.
4. Dapat mengetahui dan memahami arti dan hakekat pembelajarn
Contextual Teaching and Learnig (CTL).
5. Mampu mencari solusi ketika mengalami kesulitan dalam menerapkan
salah satu teori belajar dalam pembelajaran jarak jauh dan Contextual
Teaching and Learning (CTL).
6. Dapat mengkombinasikan beberapa teori belajar dalam pembelajaran jarak
jauh dan Contextual Teaching and Learning (CTL).
7. Dapat menggunakan teori belajar yang tepat dalam pembelajaran jarak
jauh dan Contextual Teaching and Learning (CTL).

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Belajar Jarak Jauh


Belajar jarak jauh bukanlah suatu hal yang baru dalam dunia pendidikan
mengingat cara belajar ini sudah dikembangkan sejak tahun 1970-an. Bila
dianalisis secara gamblang saja maka dapat dikatakan belajar jarak jauh
merupakan suatu bentuk system pembelajaran yang proses pembelajarannya
jauh dari pusat penyelenggaraan pendidikan dan bersifat mandiri. Pendidikan
jarak jauh adalah suatu model pembelajaran yang membebaskan pebelajar
untuk dapat belajar tanpa terikat oleh ruang dan waktu dengan sedikit
mungkin bantuan dari orang lain.
Komunikasi yang berlangsung pada system pembelajaran ini bersifat
komunikasi tidak langsung, artinya proses pembelajaran dilakukan dengan
perantaraan dalam bentuk media cetak maupun multimedia yang dirancang
khusus. Kalaupun ada kontak langsung, bukanlah suatu proses proses
pembelajaran, namun suatu kegiatan tutorial untuk menyakinkan bahwa materi
pembelajaran yang disampaikan kepada pebelajar melalui media benar-benar
mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana yang telah dirumuskan.
Menurut HarinaYuhettu (2002) ada beberapa manfaat yang dapat
diperoleh dari pendidikan jarak jauh antara lain:
1. Dapat dipercepatnya usaha memenuhi kebutuhan masyarakat dan pasaran
kerja.
2. Dapat menarik minat calon peserta yang banyak.
3. Tidak tergangggunya kegiatan kehidupan sehari-hari karena pola jadwal
pembelajaran yang luwes.
4. Harapan akan meningkatnya kerjasama dan dukungan pengguna lulusan
atau keluaran.

4
B. Hakekat Pendidikan Sistem Belajar Jarak Jauh
Hakekat pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian
dan peningkatan kemampuan melalui berbagai kegiatan pengembangan dan
pembelajaran. Adapun hakekat pendidikan sistem belajar jarak jauh ini adalah:
1. Pendidikan sepanjang hayat
Salah satu bentuk hak azasi manusia adalah bahwa setiap manusia
mulai dari kandungan hingga lianglahat berhak untuk memperoleh yang
diperlukannya untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sesuai
dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
2. Pemberdayaan Pebelajar/Warga Belajar
Sistem pendidikan ini juga memperhatikan kepentingan
pebelajarnya, kondisi, dan karakteristik mereka. Dengan cara
menyelenggarakan berbagai pola pilihan pembelajaran, sumber belajar dan
strategi dan pengelolaannya. Hal ini sesuai dengan tuntutan dari kebutuhan
pendidikan formal, hanya saja peserta diberi kebebasan untuk menentukan
yang terbaik bagi dirinya, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan lancar. Kondisi dan karakterisik peserta didik adalah keadaan
pribadi dan lingkungan yang menunjukkan kemampuan, hambatan, dan
peluang yang berbeda-beda.Kondisi seperti ini tidak seharusnya dijadikan
alasan untuk tidak memberikan kesempatan belajar bagi pebelajar.
3. Pemberdayaan Lembaga Pendidikan
Pelaksanaan proses pembelajaran, sistem pendidikan ini perlu
diselanggarakan oleh lembaga pendidikan yang khusus dirancang untuk
keperluan itu. Bentuk-bentuk lembaga pendidikan yang dikhususkan saat
ini sudah terdapat Universitas Terbuka, Sekolah Dasar PAMONG, dan
SLTP terbuka. Tujuan dari adanya lembaga pendidikan ini adalah untuk
memusatkan kegiatan yang bersangkut paut dengan pelaksanaan
pendidikan ini.Hal ini dinamakan pelayanan operasional yang dilakukan
secara memusat, mencakup registrasi, penyediaan bahan pelajaran,
bantuan belajar (tutorial), dan ujian yang paling sederhana yang dilakukan
melalui komunikasi pos.

5
C. Prinsip Pendidikan Sistem Belajar Jarak jauh
Untuk pembuatan program ini dititikberatkan pada prinsip-prinsip
pendidikan jarak jauh, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Kemandirian
Prinsip ini diwujudkan dengan adanya kurikulum yang
memungkinkan dapat dipelajari secara independent learning, pebelajar
dihadapkan pada pilihan yang terbaik bagi dirinya sendiri, dari mulai
pembentukan kelompok belajar, program pendidikan yang digunakan, pola
belajar yang disukai, mengunakan sumber belajar yang tepat sesuai dengan
kebutuhan. Penyelesaian program yang ditentukan sendiri oleh
pebelajar.Bahan-bahan pelajaran yang disediakan berupa paket-paket yang
dapat dipilih oleh pebelajar, yang didukung oleh pembimbing atau tutorial
dan ujian yang dirancang dengan pendekatan belajar tuntas.Pebelajar
belajar dengan mandiri dengan sesedikit mungkin melakukan pertemuan
dengan tutor yang bersangkutan.
2. Prinsip Keluwesan
Prinsip ini diwujudkan dengan dimungkinkannya peserta didik untuk
memulai, mencari sumber belajar, mengatur jadwal dan kegiatan belajar,
mengikuti ujian dan mengakhiri pendidikannya di luar ketentuan waktu
dan tahun ajaran. Dikatakan luwes, pebelajar dimungkinkan untuk
berpindah dari pendidikan formal ke pendidikan non-formal atau
sebaliknya dari pendidikan non-formal ke pendidikan formal.
3. Prinsip Keterkinian
Prinsip ini diwujudkan dengan tersedianya program pembelajaran
yang pada saat ini diperlukan (just-in-time).Hal ini berbeda dengan sistem
pendidikan dan pelatihan konvensional yang program atau kurikulumnya
termasuk buku-buku yang tersedia, dirancang untuk mengantisipasi
keperluan masa mendatang (just-in-case).Kecepatan untuk memperoleh
informasi yang baru merupakan suatu peluang untuk dapat bertahan dan
berkembang dalam persaingan bebas.

6
4. Prinsip Kesesuaian
Prinsip ini terwujud dengan tersedianya sumber belajar yang terkait
langsung dengan kebutuhan pribadi maupun tuntutan lapangan kerja atau
kemajuan masyarakat. Sumber belajar tersebut bobotnya harus setara
dengan kompetensi yang diperlukan, tetapi disajikan dalam bentuk yang
sederhana yang dapat dipelajari sendiri tanpa adanya bantuan dari orang
lain. Prinsip ini disesuaikan dengan kebutuhan dan latar belakang
pebelajar.
5. Prinsip Mobilitas
Prinsip ini diwujudkan dengan adanya kesempatan bagi pebelajar
untuk berpindah lokasi, jenis, jalur dan jenjang pendidikan yang setara
setelah memenuhi kompetensi yang diperlukan.
6. Prinsip Efisiensi
Prinsip ini diwujudkan dengan pendayagunaan berbagai macam
sumber daya dan teknologi yang tersedia seoptimal mungkin.
Pemberdayaan segala sumber disekeliling pebelajarakan membantu
pebelajar untuk dapat menggunakan sumber tersebut sebanyak mungkin,
sehingga pebelajar tidak merasa kerepotan mengenai sumber belajarnya.

D. Perkembangan Pendidikan Sistem Belajar Jarak Jauh


Sistem pendidikan jarak jauh ini awalnya ikut berkembang ke dalam
masyarakat Indonesia yang dimaksudkan sebagai salah satu pemecahan
terhadap menjulangnya anak putus sekolah dan anak yang belum sempat
merasakan kehidupan pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan jarak jauh di
Indonesia sebenarnya telah berlangsung sejak lama. Menurut HARTilaar,
penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebenarnya sudah lama diterapkan di
Indonesia, yaitu sejak masuknya kolonial ke Indonesia. Namun
perkembangannya terhenti tanpa diketahui sebabnya.
Pada tahun 50-an muncul kembali pendidikan jarak jauh dalam bentuk
penataran guru tertulis. Tujuan dari penataran ini adalah meningkatkan
kualifikasi guru yang mengajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Bahan belajar pada penataran ini terbatas hanya pada media cetak, yaitu

7
modul. Untuk umpan balik terhadap peserta, bahan ajar dikirim melalui jasa
pos.
Pada awal tahun 70-an muncul prakarsa baru dalam penyelenggaraan
pendidikan jarak jauh yaitu munculnya penataran guru dengan berbasis siaran
radio. Media utama dalam penataran ini adalah siaran radio yang dilengkapi
dengan bahan penyerta cetak yang dikirim kepada peserta.
Perkembangan selanjutnya dalam rangka memajukan pendidikan jarak
jauh ini maka dibentuklah pendidikan yang dinamai PAMONG (Pendidikan
Anak oleh Masyarakat Orang Tua dan Guru). Kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dengan prinsip; belajar mandiri dengan menggunakan modul,
belajar dengan kelompok sebaya, kompetisi untuk berprestasi, fungsi guru
sebagai pengelola kegiatan belajar yang membantu pebelajar dalam
memecahkan masalah yang tidak dapat dipecahkannya, menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar, dan meningkatkan partisipasi masyarakat
dengan melibatkan masyarakat sebagai narasumber.
Dengan dibukanya SLTP Terbuka semakin menambah semaraknya
perkembangan pendidikan jarak jauh ini pada tahun 1979. Pada tahun 1984,
lembaga pendidikan tinggi mulai membuka diri untuk melayani kebutuhan
terhadap pendidikan dengan dibukanya Universitas Terbuka. Agak berbeda
dengan pendidikan terbuka lainnya, pada SLTP Terbuka dan Universitas
Terbuka media pembelajarannya yang digunakan lebih beragam.Mulai dari
modul, siaran radio, kaset audio video dan siaran televisi.
Mulai saat itu berbagai inisiatif dilakukan untuk menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan jarak jauh yang diselenggarakan berbagai lembaga
pendidikan.lembaga-lembaga tersebut memanfaatkan sistem belajar jarak jauh
untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berada dilingkungan mereka
masing-masing. Namun karena sumber-sumber yang diperlukan untuk
pengembangan program belajar jarak jauh yang baik amat terbatas dan itu pun
berserakan diberbagai tempat, inisiatif itu tidak tumbuh dengan sehat.
Namun demikian, sejak berlakunya ujian akhir nasional yang standar
pencapaiannya menjulang tinggi, timbul kembali fenomena baru dalam dunia
pendidikan. Bagi anak-anak yang dinyatakan tidak lulus dalam UAS ataupun

8
UAN maka mereka dapat mengikuti ujian penyetaraan melaui sekolah teruka.
Mirisnya sekolah terbuka atau kejar paket ini dijadikan seolah-olah
pelarian.Tentunya ini mempengaruhi pamor sekolah terbuka, yang menambah
beban seolah-olah ini adalah sekolah pelarian? Namun yang lebih mirisnya
lagi masih ada juga perguruan tinggi yang “ragu-ragu” menerima surat tanda
tamat belajar dari sekolah terbuka, seolah-olah tidak percaya pada kelegalan
surat tersebut.
Namun perkembangan pendidikan yang beragam, seperi adanya
“homeschooling” menambah maraknya ragam system belajar jarak jauh yaitu
dengan melibatkan internet. Seandainya sekolah system belajar jarak jauh
dapat dimaksimalkan fungsinya dan adanya “sharing” pada lembaga-lembaga
yang ada, maka dapatlah dibalikkan judul dalam artikel ini bahwa system
belajar jarak jauh tetap menjadi pilihan!

E. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Jarak Jauh


Jika Kita lihat prinsip-prinsip di atas, penggunaan PJJ (Pembelajaran
Jarak Jauh) dapat sangat efektif, khususnya bagi para peserta yang lebih
dewasa dan memiliki motivasi kuat untuk mengejar sukses dan senang diberi
kepercayaan melakukan proses belajar secara mandiri. Tetapi, kesuksesan
Pembelajaran Jarak Jauh yang meninggalkan ketaatan pada jadwal seperti
pada proses pembelajaran tatap muka, bukanlah merupakan suatu pilihan yang
mudah baik bagi instruktur maupun peserta didik. Maka dari itu PJJ memiliki
keterbatasan sekaligus kelebihan. Berikut kelebihan pembelajaran jarak jauh
(Rusman. 2011:351) :
1. Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik
dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet tanpa dibatasi
oleh jarak, tempat, waktu.
2. Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan
di mana saja kalau diperlukan.
3. Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan
bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara
mudah.

9
4. Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui
internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
5. Peserta didik dapat benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar-
mengajar karena ia senantiasa mengacu kepada pembelajaran mandiri
untuk pengembangan diri pribadi. (OemarHamalik, 1994:52)
Walaupun demikian, pembelajaran jarak jauh juga tidak terlepas dari
berbagai kelemahan dan kekurangan, antara lain (Rusman. 2011:352) :
1. Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan
antarsesama peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa
memperlambat terbentuknya values dalam proses pembelajaran.
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3. Masalah ketepatan dan kecepatan pengiriman modul dari puast
pengelolaan pembelajaran jarak jauh kepada para peserta di daerah sering
tidak tepat waktu, dank arenanya dapat menghambat kegiatan
pembelajaran. (OemarHamalik, 1994:53).
4. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi
cenderung gagal.
5. Dukungan administratif untuk proses pembelajaran jarak jauh dibutuhkan
untuk melayani jumlah peserta didik yang mungkin sangat banyak.

F. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)


Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilah Contextual
Teaching Learning (CTL). Kata contextual berasal dari kata contex yang
berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian
contextualdiartikan ”yang berhubungan dengan suasana (konteks). Sehingga
Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi suatu
pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey
(1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa

10
yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan
atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.
Pengajaran kontekstual sendiri pertama kali dikembangkan di Amerika
Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington State Consortum for
Contextual oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Antara tahun 1997
sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan
untuk mengembangkan, menguji, serta melihat efektifitas penyelenggaraan
pengajaran matematika secara kontekstual. Proyek tersebut melibatkan 11
perguruan tinggi, dan 18 sekolah dengan mengikutsertakan 85 orang guru dan
profesor serta 75 orang guru yang sudah diberikan pembekalan sebelumnya.
Penyelenggaraan program ini berhasil dengan sangat baik untuk level
perguruan tinggi sehingga hasilnya direkomendasikan untuk segera
disebarluaskan pelaksanaannya. Untuk tingkat sekolah, pelaksanaan dari
program ini memperlihatkan suatu hasil yang signifikan, yakni meningkatkan
ketertarikan siswa untuk belajar, dan meningkatkan partisipasi aktif siswa
secara keseluruhan.
Pembelajaran kontekstual berbeda dengan pembelajaran konvensional,
Departemen Pendidikan Nasional (2002:5) mengemukakan perbedaan antara
pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan pembelajaran
konvensional sebagai berikut:

CTL Konvensional
Pemilihan informasi kebutuhan Pemilihan informasi ditentukan oleh
individu siswa; guru;
Cenderung mengintegrasikan Cenderung terfokus pada satu bidang
beberapa bidang (disiplin); (disiplin) tertentu;
Selalu mengkaitkan informasi Memberikan tumpukan informasi
dengan pengetahuan awal yang telah kepada siswa sampai pada saatnya
dimiliki siswa; diperlukan;
Menerapkan penilaian autentik Penilaian hasil belajar hanya melalui
melalui melalui penerapan praktis kegiatan akademik berupa
dalam pemecahan masalah; ujian/ulang

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seperti pada pembahasan di atas menerangkan bahwa pembelajaran
jarak jauh merupakan pembelajaran yang berciri khas kemandirian.
Pembelajaran jarak jauh merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi suatu
masalah dalam pembelajaran. Misalnya, memberikan kemudahan bagi siswa
yang mengalami kesulitan untuk mengakses pembelajaran karena jarak yang
yang jauh. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran jarak jauh ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan, misalnya interaksi, pengalaman,dll.selain itu
juga dalam pembelajaran jarak jauh terdapat 9 prinsip dan unsur-unsur yang
perlu diperhatikan. Pada pembahasan di atas juga menjabarkan teori belajar
mana yang ada dan sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaranjarak jauh,
yakni teori behavioristik, kognitif, dan psikomotor. Teori behaviorisme
menjadi rujukan dalam mengembangkan desain pembelajaran khususnya
dalam bentuk pemberian umpan balik dalam latihan soal dan petunjuk praktis
dalam tugas.Teori kognitivisme menjadi acuan dalam mengembangkan dan
mengorganisasi materi serta aktivitas pembelajaran. Dan Teori
konstruktivisme menjadi inspirasi dalam mengembangkan bahan ajar, tugas
dan diskusi agar mengandung muatan-muatan yang bersifat kontekstual dan
memberikan pengalaman belajar peserta didik. Sistem belajar jarak jauh
merupakan suatu alternatif untuk memperoleh kesempatan belajar bagi
pebelajar atau warga belajar yang karena berbagai alasan tidak dapat
mengikuti pendidikan pada sistem pendidikan formal atau konvensional.
Pendidikan jarak jauh ini merupakan sistem pendidikan yang bebas untuk
diikuti oleh siapa saja tanpa terikat pada batasan tempat, jarak, waktu, usia,
jender dan batasan non akademik lainnya. Sistem ini memberikan kebebasan
kepada pebelajar atau warga belajar untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
secara bebas dan mandiri. Keberhasilan dari program pendidikan jarak jauh ini
sangat tergantung pada pihak-pihak yang saling membantu, baik itu dari
pebelajarsendiri, lembaga pendidikan yang menyelenggara, anggota

12
masyarakat. Selain itu kita juga harus lebih perduli terhadap perkembangan
Sistem belajar jarak jauh ini meski telah merupakan kegiatan yang sudah sejak
lama sudah dilakukan oleh dinas pendidikan. Pembelajaran kontekstual adalah
terjemahan dari istilah Contextual Teaching Learning (CTL).Kata contextual
berasal dari kata contex yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau
keadaan”. Dengan demikian contextualdiartikan ”yang berhubungan dengan
suasana (konteks). Sehingga Contextual Teaching Learning (CTL) dapat
diartikan sebagi suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana
tertentu. Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John
Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika
apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan
kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya. Pengajaran kontekstual
sendiri pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat yang diawali dengan
dibentuknya Washington State Consortum for Contextual oleh Departemen
Pendidikan Amerika Serikat. Antara tahun 1997 sampai tahun 2001 sudah
diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan untuk mengembangkan,
menguji, serta melihat efektifitas penyelenggaraan pengajaran matematika
secara kontekstual. Proyek tersebut melibatkan 11 perguruan tinggi, dan 18
sekolah dengan mengikutsertakan 85 orang guru dan profesor serta 75 orang
guru yang sudah diberikan pembekalan sebelumnya. Penyelenggaraan
program ini berhasil dengan sangat baik untuk level perguruan tinggi sehingga
hasilnya direkomendasikan untuk segera disebarluaskan pelaksanaannya.

B. Saran
Mudah-mudaham makalah kami ini menjadi bahan masukan dan
menjadi referensi bagi teman-teman sekalian khususnya dalam materi Sistem
Pembelajaran Jarak Jauh dan Contextual Teaching and Learning.

13
DAFTAR PUSTAKA

Buletin SLTP Terbuka. (2000). Padang, Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu
SLTP Propinsi Sumatera Barat. edisi 3 tahun 2000.

Hamalik Oemar. 1994. Sistem Pembelajaran Jarak Jauh dan pembinaan


Ketenagaan. Bandung: Trigenda Karya.

HamzahB.Uno. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

http://portalkuliah.blogspot.com/2009/01/sistem-pembelajaran-jarak-jauh-
berbasis.html. Diakses Pada Hari Senin 27 Mei 2013.

http://blog.tp.ac.id/penerapan-pembelajaran-jarak-jauh-dalam-pembelajaran.
Diakses Pada Hari Senin 27 Mei 2013.

14

Anda mungkin juga menyukai