Anda di halaman 1dari 15

MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Strategi
Belajar dan Pembelajaran yang diampu oleh
Dosen Pengampu : TRI RATNA DEWI, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Lilis Martani (2186232067)


2. Linda Afriyanti (2176232071)
3. Tri Lestari (2186232045)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NURUL HUDA
OKU TIMUR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan Makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh Karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan Makalah ini.

Tanah Merah, Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A.  Latar belakang................................................................................................1
B.  Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Pengertian model pembelajaran kontekstual...................................................2
B. Dasar pemikiran pembelajaran kontekstual.....................................................2
C. Komponen pembelajaran kontekstual..............................................................4
D. Prinsip dasar pembelajaran kontekstual..........................................................6
E. Karakteristik pembelajaran kontekstual...........................................................7
F. Penerapan pembelajaran kontekstual...............................................................7
BAB III PENUTUP.................................................................................................9
A.  Kesimpulan.....................................................................................................9
B. Saran..............................................................................................................10
Daftar Pustaka.......................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar belakang


Manusia dalam memperoleh pengetahuan diantaranya adalah melalui
panca indra. Dengan begitu manusia akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang
sifatnya kongkrit. Walaupun manusia mampu untuk belajar sesuatu yang bersifat
abstrak, namun sekali lagi bahwa ia akan lebih mudah dalam mempelajari sesuatu
yang dapat ia amati secara langsung dalam kehidupannya. CTL didesain dengan
melibatkan siswa mengalami dan menerapkan apa yang diajarkan dengan
mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan
tanggung  jawab mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, warga negara dan
tenaga kerja.
CTL lebih menekankan pada pembelajaran dengan model siswa
mengkonstruk sendiri pengetahuannya tanpa dominasi transfer ilmu dari guru.
Dengan begitu siswa diharapkan akan menjadi terampil dalam memecahkan
sendiri segala persoalan dalam kehidupnya kelak.
Terdapat tujuh komponen dalam pembelajaran kontekstual/ CTL, yaitu a)
konstruktivisme, b) inquiry, c) questioning, d) learning community, e) Modeling,
f) reflection, dan g) authentic assesment. Masing-masing komponen tersebut akan
dibahas lebih jelas dalam makalah ini.

B.     Rumusan Masalah


1. Apa pengertian model pembelajaran kontekstual ?
2. Bagaimana Dasar pemikiran pembelajaran kontekstual
3. Apa saja Komponen pembelajaran kontekstual
4. Bagaimana Prinsip Dasar Pembelajaran Kontekstual
5. Bagaimana Karakteristik pembelajaran kontekstual
6. Bagaimana Penerapan Pembelajaran Kontekstual

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran kontekstual.
2. Untuk mengetahui dasar pemikiran pembelajaran kontekstual.
3. Untuk mengetahui apa saja komponen pembelajaran kontekstual.
4. Untuk mengetahui prinsip dasar pembelajaran kontekstual.
5. Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran kontekstual.
6. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran kontekstual.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual


Model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And Learning /
CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru dalam proses pembelajaran
dengan mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
motivasi siswa yang membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, warga Negara
dan tenaga kerja. Menurut Elaine B. Johnson (Riwayat,2008), CTL juga
merupakan sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang
mewujudkan makna dengan menghubungakan muatan akademis dengan konteks
dari kehidupan sehari-hari siswa.
Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Siswa dapat belajar
dengan baik jika dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat menemukan
kebutuhan real dan minatnya. CTL didesain dengan melibatkan siswa mengalami
dan menerapkan apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah
dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung  jawab mereka sebagai
anggota keluarga, masyarakat, warga negara dan tenaga kerja. Hal ini
memungkinkan siswa mengaitkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan akademik mereka dalam memecahkan masalah-masalah dunia nyata
atau masalah-masalah yang stimulisasi. (Asikin, 2013)
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kontekstual (CTL)
adalah pembelajaran yang memiliki hubungan yang erat dengan pengalaman yang
sesungguhnya. Dan ini merupakan suatu proses kompleks dan banyak fase yang
berlangsung jauh melampaui drill-oriented dan metodologi stimulus-response.

B. Dasar Pemikiran Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran kontekstual/ CTL adalah sebuah sistem belajar yang
didasarkan pada filosofis paham konstruktivisme yang mana siswa ditekankan
mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi

3
akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas
sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan
pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Selain itu pembelajaran kontekstual mendasarkan diri pada
kecenderungan pemikiran tentang belajar, yakni sebagai berikut (Darsono, 2013):
1. Proses belajar
a)      Anak belajar dari pengalaman. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna
dari pengetahuan baru yang diperolehnya, dan bukan begitu saja diberi oleh
guru yang mengajarkannya.
b)      Pengetahuan yang dimiliki sesorang adalah terorganisasi dan mencerminkan
pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan. Hal ini merupakan
pemikiran yang telah disepakati oleh para ahli.
c)      Pengetahuan bukan merupakan fakta-fakta atau proposisi yang dapat dipisah-
pisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
d)     Manusia dalam menyikapi situasi baru mempunyai tingkatan yang berbeda.
e)      Perlunya pembiasaan pada siswa untuk memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
f)       Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan itu berjalan terus
seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan
sesorang.
2. Transfer belajar
a)      Siswa belajar dari apa yang mereka alami sendiri, bukan dari pemberian orang
lain.
b)      Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas
(sedikit demi sedikit)
c)      Penting bagi siswa tahu tujuan  mereka belajar dan bagaimana ia
menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.
3. Siswa sebagai pembelajar
a)      Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu. Dan
seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat dengan
hal-hal baru.

4
b)      Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang
baru. Namun pada hal-hal yang sulit, akan menjadi mudah jika menggunakan
strategi belajar.
c)      Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan
yang sudah diketahui.
d)     Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan
menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
4. Pentingnya lingkungan belajar
a)      Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. 
b)      Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton. Saat siswa akting bekerja
dan berkarya, guru mengarahkan.
c)      Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan
pengetahuan baru mereka.
d)     Pentingnya strategi belajar jika dibandingkan dengan hasilnya.
e)      Pentingnya umpan balik bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang
benar.
f)       Pentingnya menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok. 

C. Komponen Pembelajaran Kontekstual


Penerapan pembelajaran kontekstual ini memiliki 7 (tujuh) komponen
utama pembelajaran efektif. Ketujuh komponen ini adalah sebagai berikut
(Nurhadi, 2012):
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah mengembangkan pemikiran siswa akan belajar
lebih bermakna dengan cara belajar sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Siswa membangun
pemahaman  mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan
awal. Dan pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan
menerima pengetahuan.

5
Terdapat 5 (lima) elemen belajar yang konstruktivistik, yaitu (1)
pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), (2) pemerolehan
pengetahuan baru (acquiring knowledge), (3) pemahaman pengetahuan
(understanding knowledge), (4) mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman
(applying knowledge), dan (5) melakukan refleksi terhadap strategi
pengembangan pengetahuan tersebut (reflecting knowledge).
2. Inquiry
Inquiry (menemukan),  yaitu melaksanakan sejauh mungkin kegiatan
inquiry untuk semua topik. Siswa diminta untuk menangani sendiri permasalahan
yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata. Dalam pembelajaran
ini terdapat proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman serta siswa
belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.
3. Questioning (Bertanya)
Bertanya, yaitu mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan cara
bertanya. Melalui cara ini, siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan
mandiri. Siswa dirangsang untuk mengembangkan idenya dan pengujian baru
yang inovatif, mengembangkan metode dan teknik untuk bertanya, bertukar
pendapat dan berinteraksi. Dengan kegiatan bertanya ini , guru mendorong,
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
4. Learning Community (Masyarakat Belajar)
Masyarakat belajar yaitu menciptakan masyarakat belajar dalam suatu
kelompok. Siswa hidup dalam lingkungan masyarakat dan lingkungan
sekolahnya, sehingga ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya untuk
mengembangkan pembahaman pembelajaran kontekstual. Misalnya dalam
pembelajaran kontekstual siswa diajak ke sawah untuk melihat langsung bagai
mana proses penanaman padi hingga panen dan menjadi beras. Dalam
pembentukan masyarakat belajar  terdapat konsep bahwa bekerjasama dengan
orang lain lebih baik daripada belajar sendiri, tukar pengalaman, dan berbagi ide.
5. Modeling (Pemodelan)
Pemodelan adalah menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
Siswa menjadi mudah dalam belajar dan memahami  jika guru menyajikan

6
baginya sebuah model bukan hanya berbentuk lisan. Siswa akan mampu
mengamati dan mencontoh apa yang ditunjukkan oleh guru.
6. Reflection (Refleksi)
Refleksi, yaitu melakukan refleksi akhir pertemuan pembelajaran.
Refleksi ini merupakan ringkasan dari materi pembelajaran yang telah
disampaikan guru. Siswa mengungkapkan secara tulisan maupun lisan apa yang
telah mereka pelajari. Dalam menyimpulkan siswa dapat melakukannya dalam
bentuk catatan apa yang telah dipelajari atau  membuat jurnal, karya seni, dan
/atau diskusi kelompok
7. Authentic Assesment (Penilaian yang sebenarnya)
Penilaian sebenarnya, yaitu melakukan penilaian yang sebenarnya dengan
berbagai cara. Tujuannya adalah mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
melalui penilaian produk (kinerja) atau tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.

D. Prinsip Dasar Pembelajaran Kontekstual


Prinsip dasar pembelajaran kontekstual adalah siswa dapat
mengembangkan cara belajarnya sendiri dan selalu mengaitkan dengan apa
yang telah diketahui dan apa yang ada di masyarakat, yaitu aplikasi dan konsep
yang dipelajari. Adapun prinsip dasar pembelajaran kontekstual secara
terperinci adalah sebagai berikut (Asra, 2015):
1.      menekankan pada pemecahan masalah;
2.      mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah,
masyarakat dan tempat kerja;
3.      mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga
menjadi pembelajar yang aktif dan terkendali;
4.      menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa;
5.      mendorong siswa belajar dari satu dengan lainnya dan belajar bersama-
sama;
6.      menggunakan penilaian otentik.

7
Pembelajaran kontekstual ini membantu siswa dapat menguasai
tiga hal, yaitu (Asra, 2015) :
1.        pengetahuan, yaitu apa yang ada di pikirannya membentuk konsep,
definisi, teori dan fakta;
2.        kompetensi atau keterampilan, yaitu kemampuan yang dimiliki untuk
bertindak atau sesuatu yang dapat dilakukan;
3.        pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara bagaimana
menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.
  

E. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik sebagai berikut (Asikin,
2013) :
a)      Kerjasama
b)      Saling menunjang
c)      Menyenangkan
d)     Tidak membosankan
e)      Belajar dengan bergairah
f)       Pembelajaran terintegrasi
g)      Menggunakan berbagai sumber
h)      Siswa aktif
i)        Sharing dengan teman
j)        Siswa kritis, guru kreatif
k)      Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta,
gambar, artikel, humor dll
l)        Laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi hasil karya siswa,
laporan hasil praktikum, karangan siswa dll.

F. Penerapan Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan pada materi pelajaran yang
sesuai dengan karakteristiknya. Penerapan pembelajaran kontekstual ini lebih

8
cocok untuk materi-materi pelajaran yang mudah ditemui/ diamati dalam
kehidupan dunia nyata.
Pembelajaran kontekstual dapat juga diterapkan dalam materi Pendidikan
Agama Islam (PAI). Misalkan saja pembelajaran tentang materi Fikih dalam bab
muamalah, maka guru dapat mengajak siswanya untuk pegi ke pasar dan
mengamati bagaimana trasnsaksi jual beli itu berlangsung. Dengan modal
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, siswa akan mengkonstruksi
pengetahuan barunya. Dengan begitu siswa akan lebih memahami bagaimana
penerapan muamalah yang benar sesuai dengan materi yang ia terima dari
gurunya. Pada sesi akhir pembelajaran, guru bersama para siswa melakukan
kesimpulan dari hasil pembelajaran tersebut. (Darsono, 2013)

9
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And Learning /
CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru dalam proses pembelajaran
dengan mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
motivasi siswa yang membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, warga Negara
dan tenaga kerja. Pembelajaran kontekstual/ CTL didasarkan pada filosofis paham
konstruktivisme yang menekankan siswa mampu menyerap pelajaran apabila
mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan
mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa
mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah
mereka miliki sebelumnya.
Pembelajaran kontekstual ini memiliki 7 (tujuh) komponen utama yaitu,
a) konstruktivisme, b) inquiry, c) questioning, d) learning community, e)
Modeling, f) reflection, dan g) authentic assesment.
Prinsip dasar pembelajaran kontekstual adalah : 1) penekanan pada
pemecahan masalah; 2) pengenalan pembelajaran berbagai konteks; 3)
pemantauan dan pengarahan belajar aktif dan terkendali; 4) penekanan
pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa; 5) mendorong siswa belajar
bersama; 6) penilaian otentik. Pembelajaran kontekstual dapat membantu siswa
menguasai tiga hal, yaitu : pengetahuan, kompetensi/ keterampilan, dan
pemahaman kontekstual.
Pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik sebagai berikut : a)
kerjasama, b), saling menunjang, c) menyenangkan, d) tidak membosankan, e)
belajar dengan bergairah, f) pembelajaran terintegrasi, g) menggunakan berbagai
sumber, h) siswa aktif, i) sharing dengan teman, j) siswa kritis, guru kreatif, k)
dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, l) laporan

10
kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
praktikum, karangan siswa dll.
Penerapan pembelajaran kontekstual ini lebih cocok untuk materi-materi
pelajaran yang mudah ditemui/ diamati dalam kehidupan dunia nyata.
Pembelajaran kontekstual dalam materi Pendidikan Agama Islam (PAI), misalkan
saja pembelajaran tentang materi Fikih dalam bab mua>malah, maka guru dapat
mengajak siswanya pegi ke pasar dan mengamati bagaimana trasnsaksi jual beli
itu berlangsung. Dengan begitu siswa akan lebih memahami bagaimana penerapan
muamalah yang benar sesuai dengan materi yang ia terima dari gurunya. Pada sesi
akhir pembelajaran, guru bersama para siswa melakukan kesimpulan dari hasil
pembelajaran tersebut.

B. Saran

Metode dan kreativitas guru perlu ditingkatkan dalam menyajikan materi


pelajaran yang dihubungkan dengan kenyataan dan penerapannya sehari-hari.
Mempersiapkan saran pembelajaran yang memadai sesuai dengan tujuan
pembelajaran dengan tetap memperhatikan relevansinya dengan kenyataan di
lapangan. Guru perlu memberikan motivasi pada siswa sebagai bentuk penguatan,
baik berupa kata-kata maupun sikap. Guru memberikan keleluasaan kepada siswa
untuk mengungkapkan ide-idenya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asikin. 2013. Pembelajaran Matematika Berdasar Pendekatan Kontruktivisme


dan CTL, Makalah dalam Rangka Seminar TOT Guru se Jawa Tengah.
Semarang.
Darsono, M. 2013. Belajar Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Nurhadi. 2012. Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Depdiknas.
Sumiati & Asra. 2015. Metode Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima.

12

Anda mungkin juga menyukai