Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEKSTUAL (CTL)

Dosen Pengampuh:

Wahyuni Ahadiyah,S.Pd. I, M. Pd

Disusun Oleh:
1. Niswatin nadhila 012010150
2. Evikhatul arikha 012010124
3. Moh. Masbuhkin 012010154
4. Tri indah permata 012010118

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAM ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEKSTUAL (CTL)”.

Dimana makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah STRATEGI
PEMBELAJARAN CONTEKSTUAL (CTL). Tiada harapan sedikitnya dari kami kecuali
makalah ini dapat bermanfaat memberikan pengetahuan kepada segenap pembaca dan
menambah wawasan.

Penulis mengucapkn terimakasih kepada ibu Wahyuni Ahadiyah,SPd. I, M. Pd selaku


dosen mata kuliah METODE DAN STRATEGI PEMBELAJARAN PAI. Ucapan terimakasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Lamongan, 15 november 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………………1


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………………..1
1.3 Tujuan Masalah …………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………….3

2.1 Pengertian dan karakteristik CTL …………………………………………………………3

2.2 Macam-Macam pembelajaran kontekstual ………………………………………………..5

2.3 Langkah-Langkah pelaksanaan strategi dalam pembelajaran CTL ………………………6

2.4 Kelebihan dan kekurangan CTL …………………………………………………………..8

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………...10

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………10

3.2 Saran ……………………………………………………………………………………..11

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………....12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengembangan model-model pembelajaran merupakan suatu keniscayaan yang harus
dipersiapkan dan dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupakan ujung
tombak keberhasilan kegiatan pembelajaran di sekolah/madrasah yang terlibat langsung
dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kualitas pembelajaran
yang dilakukan sangat bergantung pada perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran
guru. Tugas guru bukan semata-mata mengajar (teacher centered), akan tetapi lebih kepada
membelajarkan siswa (student centered).
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di
sekitar individu siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada
tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman belajar yang dirancang dan
dipersiapkan oleh guru. Belajar juga dapat dipandang sebagai proses melihat, mengamati,
dan memahami sesuatu yang ada di sekitas siswa. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh
guru dan siswa. Perilaku guru adalah membelajarkan dan perilaku siswa adalah belajar.
Perilaku pembelajaran tersebut terkait dengan mendesain dan menerapkan model-model
pembelajaran.
Model pembelajaran kontekstual (contekstual teaching and learning) adalah
merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk
memahami makna materi ajar dan mengaitkannya dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/
keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa penjelasan pengertian dan karakteristik CTL ?
2. Apa saja Macam-Macam pembelajaran kontekstual ?
3. Bagaimana Langkah-Langkah pelaksanaan strategi dalam pembelajaran CTL?
4. Apa saja Kelebihan dan kekurangan CTL ?

1
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui penjelasan pengertian dan karakteristik CTL
2. Untuk mengetahui Macam-Macam pembelajaran kontekstual
3. Untuk mengetahui Langkah-Langkah pelaksanaan strategi dalam pembelajaran CTL
4. Untuk mengetahui Kelebihan dan kekurangan CTL

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan karakteristik CTL

Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti ”hubungan,
konteks, suasana dan keadaan (konteks) ” pengertian CTL menurut Tim Penulis Depdiknas
adalah sebagai berikut: Pembelajaran Konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka seharihari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan
penelitian sebenarnya (authentic assessment).1

Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil. Siswa didorong untuk mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan
bagaimana mencapainya. Dengan demikian mereka akan memposisikan dirinya sebagai pihak
yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti.

Elaine B. Johnson (Riwayat, 2008) mengatakan pembelajaran kontekstual adalah


sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna.
Lebih lanjut, Elaine mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem
pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan
muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.2

Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja
diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan tidak hanya sekedar
pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan
guru. Dengan demikian pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan

1
Depdiknas, Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual,(Jakarta: Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah: 2003), hlm.5.
2
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),
hlm. 187.

3
pengalaman atau dunia nyata (real world learning), berfikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa,
siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa bekajar menyenangkan, mengasyikkan,
tidak membosankan (joyfull and quantum learning), dan menggunakan berbagai sumber
belajar.

Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Menurut Johnson dalam Nurhadi (2002 : 13), ada 8 komponen yang menjadi karakteristik
dalam pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut :

1) Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningfull connection). Siswa dapat


mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan
minatnya secara individual, orang yang dapatbekerja sendiri atau bekerja dalam
kelompok, dan orang yang dapatbelajar sambil berbuat (learning by doing).
2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work). Siswa membuat
hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan
nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masayarakat.
3) Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning). Siswa melakukan kegiatan yang
signifikan : ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan
penentuan pilihan, dan ada produknya atau hasilnya yang sifatnya nyata.
4) Bekerja sama (collaborating). Siswa dapat bekerja sama. Guru dan siswa bekerja secara
efektif dalam kelompok, guru membantu siswa memahami bagaimana mereka saling
mempengaruhi dan salingberkomunikasi.
5) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Siswa dapat menggunakan
tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif : dapat menganalisis,
membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan
logika dan bukti-bukti.
6) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual). Siswa memelihara
pribadinya : mengetahui, memberi perhatian, memberi harapan-harapan yang tinggi,
memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan
orang dewasa.
7) Mencapai standar yang tinggi (reaching high standard). Siswa mengenal dan mencapai
standar yang tinggi : mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk
mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut
“excellence”.

4
8) Menggunakan penilain autentik (using authentic assessment). Siswa menggunakan
pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna.
Misalnya, siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka pelajari
untuk dipublikasikan dalam kehidupan nyata.3

2.2 Macam-Macam pembelajaran kontekstual

Menurut saliman ada beberapa macan-macam CTL, yakni sebagai berikut:

1) Problem-Based Learning (Pembelajaran berbasis masalah), yaitu suatu pendekatan


pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
siswa untuk belajar melalui berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah dalam
rangka memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
2) Authentic Instruction (Intruksi otentik), yaitu pendekatan pengajaran yang
menperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna melalui pengembangan
keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting di dalam konteks
kehidupan nyata.
3) Inquiry-Based Learning (Pembelajaran berbasis inkuiri), yaitu pendekatan
pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan memberi kesempatan untuk
pembelajaran bermakna.
4) Project-Based Learning (Pembelajaran berbasis proyek), yaitu pendekatan
pembelajaran yang memperkenankan siswa untuk bekerja mandiri dalam
mengkonstruk pembelajarannya (pengetahuan dan keterampilan baru), dan
mengkulminasikannya dalam produk nyata.
5) Work-Based Learning (Pembelajaran berbasis pekerjaan), yaitu pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk
mempelajari materi ajar dan menggunakannya kembali di tempat kerja.
6) Service Learning (Pembelajaran layanan), yaitu pendekatan pembelajaran yang
menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru dan berbagai keterampilan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan
lainnya.

3
Nurhadi, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat PLP, 2002), hlm. 13.

5
7) Cooperative Learning (Pembelajaran kooperatif), yaitu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam rangka memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. 4

2.3 Langkah-Langkah pelaksanaan strategi dalam pembelajaran CTL

Menurut E. Mulyasa, Langkah-langkah pembelajaran CTL antara lain :

1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri,menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
ketrampilan barunya.
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik.
3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Menciptakan masyarakat belajar.
5) Menghadirkan model sebagia contoh belajar.
6) Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
7) Melakukan penialain yang sebenarnya dengan berbagai cara

Menurut E. Mulyasa, sedikitnya ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam
pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:

1. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta


didik.
2. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara
khusus (dari umum ke khusus).
3. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: menyusun konsep
sementara, melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang
lain, dan merevisi dan mengembangkan konsep.
4. Pembelajaran ditekankan pada upaya nmempraktikkan secara langsung apa-apa yang
dipelajari.
5. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang
dipelajari. 5

4
Saliman, PembelajaranKontekstual Contextual Teaching & Learning (CTL) - Presentation Transcript.
http://www.slideshare.net/abeyow/ pembelajar ankontekstualcontextual-teaching-learning-ctl. diakses pada
tanggal 14 Mei 2013.
5
Mulyasa, H.E., Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
hlm. 114.

6
Pada pelaksanaan proses belajar mengajar pendidik harus menyiapkan dan
memperhitungkan alat bantu/media apa saja yang dapat dipakai dari berbagai kegiatan
pembelajaran yang mungkin dilakukanya sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Dalam
menerapkan media pembelajaran PAI harus dilakukan dengan cara yang tepat dan praktis
sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sehingga dalam proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan efektif dan efisien.

Demikian juga halnya dengan penyesuaian antara media pembelajaran yang dipakai
dengan kebutuhan peserta didik yang banyak dan bermacam-macam, namun secara garis
besarnya pemilihan media pembelajaran tersebut harus sesuai dengan kebutuhan kebanyakan
peserta didik.

Berikut adalah penerapan media pembelajaran sesuai mata pelajaran PAI:

1. Aplikasi pembelajaran al-Qur’an dan hadis


pembelajaran al-Qur’an dan hadis menekankan pada kemampuan baca tulis
yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta
mengamalkan kandunganya dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi yang dapat
digunakan dalam pembelajaran al-Qur’an dan hadis misalnya dengan menggunakan
tape recorder, peserta didik dapat mendengarkan yang berisi ayat-ayat al-Qur’an atau
hadis-hadis Nabi, sehingga peserta didik dapat mengetahui, menulis, melafalkan
bacaan-bacaan yang didengarnya.
2. Aplikasi pembelajaran Akhlak

Media pembelajaran Akhlak mencakup nilai suatu perbuatan, sifat-sifat terpuji


dan tercela menurut ajaran agama islam, membicarakan berbagai hal yang langsung
ikut mempengaruhi pembentukan sifat-sifat pada diri seseorang, maka ada bebrapa
media pembelajaran yang dapat membantu pencapaian pembelajaran Akhlak, Aplikasi
yang dapat digunakan dalam pembelajaran Akhlak yaitu: Melalui bahan bacaan atau
cetak, Melalui alat-alat audio visual (AVA) contoh nya : tv, internet dan lain-lain. 6

3. Aplikasi pembelajaran Fiqih

Media pembelajaran sebagai alat bantu penghubung (media komunikasi) dalam


proses interaksi belajar mengajar untuk meningkatkan efektifitas hasil belajar harus
disesuaikan dengan orientasi dan tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran fiqih,

6
Chabib Thoha, dkk., Metologi pembelajaran agama (Yogyakarta: Puataka Pelajar, 1999), h. 133-134

7
media yang sering digunakan adalah media bahan cetakan seperti buku bacaan, koran,
majalah, dan sebagainya. Kemudian media suara atau aplikasi nya dapat menggunakan
melalaui aplikasi video . misalnya untuk memehami jenis dan bentuk transaksi ekonomi
tertentu biasa digunakan media video yang menceritakan berbagai macam transaksi
ekonomi. Bahkan bisa digunakan media yang bersumber dari lingkungan, misalnya
bank, pegadaian, pasar modal dan sebagainya

4. Aplikasi pembelajaran SKI

Hendaknya pendidik menyiapkan bermacam- macam alat peraga dan beberapa


aplikasi yang dapat digunakan sebagai pemahaman anak didik dalam menguraikan
peristiwa hijrah nabi misalnya pendidik dapat menggunakan slide atau film yang
tersedia , memperdengarkan rekaman tentang drama yang sering diputar dari pemancar
radio pada hari - hari besar seperti Maulid, hijrah Nabi atau isra' mi'raj. 7

2.4 Kelebihan dan Kekurangan CTL

Menurut Sitiatava (2013, hlm. 259) penerapan pendekatan CTL memiliki beberapa
kelebihan sebagai berikut.

1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil (nyata). Siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata,
sehingga materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa dan lebih
sulit untuk dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada
siswa karena CTL menganut aliran kontruktivisme. Siswa dituntut untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis kontruktivisme, siswa diharapkan
belajar melalui “ mengalami” dan bukan dari “menghafal”.
3. Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara
penuh, baik fisik maupun mental.
4. Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh
informasi, tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan di lapangan.
5. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa bukan hasil pemberian guru.
6. Penerapan pembelajaran kontekstual bisa menciptakan suasana pembelajaran yang
bermakna.

7
Chabib Thoha, dkk., Metodologi, h. 222-223

8
Sedangkan kekurangan CTL yang disampaikan oleh Sitiatava (2013, hlm. 259) adalah
sebagai berikut:

1) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontekstual berlangsung.
2) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas, maka bisa menciptakan situasi kelas yang
kurang kondusif.
3) Guru lebih intensif dalam membimbing, karena dalam CTL guru tidak lagi berperan
sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru.
4) Guru memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-
ide serta mengajak siswa menggunakan strateginya sendiri dalam belajar. Namun,
tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar
tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diterapkan semula.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembelajaran Konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan


antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka seharihari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan
penelitian sebenarnya (authentic assessment).

Dan Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ada 8

1) Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningfull connection).


2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work).
3) Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning).
4) Bekerja sama (collaborating).
5) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking).
6) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual).
7) Mencapai standar yang tinggi (reaching high standard).
8) Menggunakan penilain autentik (using authentic assessment).

Macam-Macam pembelajaran kontekstual yaitu: Problem-Based Learning (Pembelajaran


berbasis masalah), Authentic Instruction (Intruksi otentik), Inquiry-Based Learning
(Pembelajaran berbasis inkuiri), Project-Based Learning (Pembelajaran berbasis proyek),
Work-Based Learning (Pembelajaran berbasis pekerjaan), Service Learning (Pembelajaran
layanan).

Adapun Langkah-langkah pembelajaran CTL:

1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri,menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
ketrampilan barunya.
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik.
3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

10
4) Menciptakan masyarakat belajar.
5) Menghadirkan model sebagia contoh belajar.
6) Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
7) Melakukan penialain yang sebenarnya dengan berbagai cara

Didalam pembelajaran CTL ada beberapa kelebihanya salah satunya yaitu Pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan riil (nyata). Sedangkan kekurangannya yaitu Diperlukan waktu
yang cukup lama saat proses pembelajaran kontekstual berlangsung

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari masih dapat banyak kekuranagan dan
kesalahan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh sebab itu,
penulis meminta kritikan dan saran dari para pembaca. Dan kami berharap semoga makalah ini
memberikan sedikit manfaat bagi kami.

11
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, 2003. Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta: Direktorat Sekolah


Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Mulyasa, H.E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Direktorat PLP.

Rusman, 2011. Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:


Rajawali Pers.

Saliman, 2013. Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching & Learning (CTL) –


Presentation Transcript. pembelajar ankontekstualcontextual-teaching-learning-ctl.

Sitiatava Rizema Putra, 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta:
Diva Press.

12

Anda mungkin juga menyukai