Dosen Pengampuh:
Wahyuni Ahadiyah,S.Pd. I, M. Pd
Disusun Oleh:
1. Niswatin nadhila 012010150
2. Evikhatul arikha 012010124
3. Moh. Masbuhkin 012010154
4. Tri indah permata 012010118
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEKSTUAL (CTL)”.
Dimana makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah STRATEGI
PEMBELAJARAN CONTEKSTUAL (CTL). Tiada harapan sedikitnya dari kami kecuali
makalah ini dapat bermanfaat memberikan pengetahuan kepada segenap pembaca dan
menambah wawasan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui penjelasan pengertian dan karakteristik CTL
2. Untuk mengetahui Macam-Macam pembelajaran kontekstual
3. Untuk mengetahui Langkah-Langkah pelaksanaan strategi dalam pembelajaran CTL
4. Untuk mengetahui Kelebihan dan kekurangan CTL
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti ”hubungan,
konteks, suasana dan keadaan (konteks) ” pengertian CTL menurut Tim Penulis Depdiknas
adalah sebagai berikut: Pembelajaran Konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka seharihari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan
penelitian sebenarnya (authentic assessment).1
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil. Siswa didorong untuk mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan
bagaimana mencapainya. Dengan demikian mereka akan memposisikan dirinya sebagai pihak
yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti.
Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja
diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan tidak hanya sekedar
pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan
guru. Dengan demikian pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan
1
Depdiknas, Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual,(Jakarta: Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah: 2003), hlm.5.
2
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),
hlm. 187.
3
pengalaman atau dunia nyata (real world learning), berfikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa,
siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa bekajar menyenangkan, mengasyikkan,
tidak membosankan (joyfull and quantum learning), dan menggunakan berbagai sumber
belajar.
Menurut Johnson dalam Nurhadi (2002 : 13), ada 8 komponen yang menjadi karakteristik
dalam pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut :
4
8) Menggunakan penilain autentik (using authentic assessment). Siswa menggunakan
pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna.
Misalnya, siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka pelajari
untuk dipublikasikan dalam kehidupan nyata.3
3
Nurhadi, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat PLP, 2002), hlm. 13.
5
7) Cooperative Learning (Pembelajaran kooperatif), yaitu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam rangka memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. 4
1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri,menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
ketrampilan barunya.
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik.
3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Menciptakan masyarakat belajar.
5) Menghadirkan model sebagia contoh belajar.
6) Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
7) Melakukan penialain yang sebenarnya dengan berbagai cara
Menurut E. Mulyasa, sedikitnya ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam
pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:
4
Saliman, PembelajaranKontekstual Contextual Teaching & Learning (CTL) - Presentation Transcript.
http://www.slideshare.net/abeyow/ pembelajar ankontekstualcontextual-teaching-learning-ctl. diakses pada
tanggal 14 Mei 2013.
5
Mulyasa, H.E., Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
hlm. 114.
6
Pada pelaksanaan proses belajar mengajar pendidik harus menyiapkan dan
memperhitungkan alat bantu/media apa saja yang dapat dipakai dari berbagai kegiatan
pembelajaran yang mungkin dilakukanya sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Dalam
menerapkan media pembelajaran PAI harus dilakukan dengan cara yang tepat dan praktis
sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sehingga dalam proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan efektif dan efisien.
Demikian juga halnya dengan penyesuaian antara media pembelajaran yang dipakai
dengan kebutuhan peserta didik yang banyak dan bermacam-macam, namun secara garis
besarnya pemilihan media pembelajaran tersebut harus sesuai dengan kebutuhan kebanyakan
peserta didik.
6
Chabib Thoha, dkk., Metologi pembelajaran agama (Yogyakarta: Puataka Pelajar, 1999), h. 133-134
7
media yang sering digunakan adalah media bahan cetakan seperti buku bacaan, koran,
majalah, dan sebagainya. Kemudian media suara atau aplikasi nya dapat menggunakan
melalaui aplikasi video . misalnya untuk memehami jenis dan bentuk transaksi ekonomi
tertentu biasa digunakan media video yang menceritakan berbagai macam transaksi
ekonomi. Bahkan bisa digunakan media yang bersumber dari lingkungan, misalnya
bank, pegadaian, pasar modal dan sebagainya
Menurut Sitiatava (2013, hlm. 259) penerapan pendekatan CTL memiliki beberapa
kelebihan sebagai berikut.
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil (nyata). Siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata,
sehingga materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa dan lebih
sulit untuk dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada
siswa karena CTL menganut aliran kontruktivisme. Siswa dituntut untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis kontruktivisme, siswa diharapkan
belajar melalui “ mengalami” dan bukan dari “menghafal”.
3. Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara
penuh, baik fisik maupun mental.
4. Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh
informasi, tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan di lapangan.
5. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa bukan hasil pemberian guru.
6. Penerapan pembelajaran kontekstual bisa menciptakan suasana pembelajaran yang
bermakna.
7
Chabib Thoha, dkk., Metodologi, h. 222-223
8
Sedangkan kekurangan CTL yang disampaikan oleh Sitiatava (2013, hlm. 259) adalah
sebagai berikut:
1) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontekstual berlangsung.
2) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas, maka bisa menciptakan situasi kelas yang
kurang kondusif.
3) Guru lebih intensif dalam membimbing, karena dalam CTL guru tidak lagi berperan
sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru.
4) Guru memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-
ide serta mengajak siswa menggunakan strateginya sendiri dalam belajar. Namun,
tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar
tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diterapkan semula.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri,menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
ketrampilan barunya.
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik.
3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
10
4) Menciptakan masyarakat belajar.
5) Menghadirkan model sebagia contoh belajar.
6) Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
7) Melakukan penialain yang sebenarnya dengan berbagai cara
Didalam pembelajaran CTL ada beberapa kelebihanya salah satunya yaitu Pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan riil (nyata). Sedangkan kekurangannya yaitu Diperlukan waktu
yang cukup lama saat proses pembelajaran kontekstual berlangsung
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari masih dapat banyak kekuranagan dan
kesalahan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh sebab itu,
penulis meminta kritikan dan saran dari para pembaca. Dan kami berharap semoga makalah ini
memberikan sedikit manfaat bagi kami.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sitiatava Rizema Putra, 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta:
Diva Press.
12