(MINGGU 3)
DOSEN PENGAMPU
ERNA NAWIR
NIM. 20326003
JENJANG STUDI S3
PROGRAM STUDI ILMU KEGURUAN BAHASA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM
A. PENDAHULUAN
Setiap tujuan pembelajaran dari setiap proses pengajaran dan pembelajaran
yang baik adanya kompetensi dan kemampuan yang berkesesuaian dan baik yang
dimiliki pembelajar yang dapat terefleksikan dari hasil belajar yang baik. Dengan
demikian, setiap pengajar harus mampu mengenali, menguasai dan menerapkan
berbagai konsep dan metode dalam pengajaran dan atau pembelajaran yang akan
dilakukan di dalam kelasnya. salah satu metode yang paling popular adalah dengan
adanya pendekatan yang menggunakan metode Contextual Teaching and Learning
dimana di dalam pendekatan ini seorang pengajar harus mampu mengkolaborasikan
berbagai keterampilannya untuk dapat memotivasi dan memberikan inovasi belajar
sehingga pembelajaran dan pengajaran yang dilakukan dapat berlangsung secara baik,
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dalam proses pembelajaran, konsep metode
ini dapat membantu pengajar untuk mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan
situasi dunia nyata dan mendorong pembelajar untuk dapat membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga hasil belajar akan dapat ditingkatkan sesuai dengan yang diinginkan.
B. ISI
1) Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Kata kontekstual berasal dari kata “context” yang berarti hubungan, konteks,
suasana dan keadaan (KUBI, 2002). Sehingga Contextual Teaching and Learning (CTL)
dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana
tertentu dalam proses belajar mengajar. Secara umum contextual mengandung arti:
yang berkenaan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks,
yang membawa maksud, makna dan kepentingan dimana dalam proses belajar,
pembelajar diminta untuk dapat mengeksplorasi segala kemampuannya dalam
bidang atau mata pelajaran yang mereka sukai. Contextual Teaching and Learning
(CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan materi
yang dipelajari dengan situasi dunia nyata pembelajar dan mendorong mereka
membuat hubungan antara pengetahuan yang mereka miliki dengan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari (Nurhadi, 2005).
2) Karateristik Pembelajaran Kontekstual
Menurut Nurhadi (2002) bahwa ada beberapa karateristik pembelajaran
berbasis kontekstual, yaitu:
a. Adanya kerjasama, sharing dengan teman dan saling menunjang.
b. Pembelajar aktif dan kritis, belajar denan bergairah, menhyenangkan dan tidak
membosankan, serta pengajar kreatif.
c. Pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagi sumber.
d. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya pembelajar., misalnya
peta, gambar, diagram, dll.
e. Laporam kepada orangtua bukan sekedar rapor akan tetapi hasil karya
pembelajar, laporan pratikum.
Untuk memahami pembelajaran kontekstual maka ada kunci dalam pembelajaran
kontekstual, yaitu:
1. Real World Learning
Bahwa dalam pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang
mengutamakan pengalaman nyata.
2. Students Centered
Pembelajaran kontekstual berpusat pada pembelajar sehingga mereka menjadi
lebih kritis, aktif dan kreatif dan pengajar hanya sebagai pengarah dan
pembelajar yang melakukan.
3. Meaningful and Contextual
Dalam pembelajaran kontekstual, pengetahuan yang diperoleh memiliki makna
dalam kehidupan, dekat dengan kehidupan nyata, serta adanya perubahan
perilaku dan pembentukan ‘manusia’.
4. Practice
Melalui pembelajaran ini, siswa melakukan praktik bukan menghapal, learning
bukan teaching, pendidikan bukan pengajaran.
5. Problem Solving
Dalam pembelajaran model ini, pembelajar diarahkan untuk selalu dan mampu
berpikir tingkat tinggi dalam memecahkan masalah.
6. Measurement
Dalam pembelajaran ini, hasil belajar pembelajar diukur dengan berbagai cara
bukan hanya melalui satu cara saja, misalnya dengan melakukam suatu tes saja.
Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh pembelajar bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari emnemukan sendiri.
Pengajar atau guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan
menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Adapun langkah-langkah
menemukan (inquiry) adalah:
1. Merumuskan masalah (dalam subjek pelajaran apapun)
2. Mengamati atau melakukan observasi
3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalm tulisan, gambar, laporan, bagan,
table, dan karya lainnya.
4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru atau audiens lainnya
Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang bermula dari ‘bertanya’. Bertanya atau
questioning adalah strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya
dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru atau pengajar untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuann berpikir siswa. Dalam
sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:
1. Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis.
2. Mengecek pemahamann siswa atau pembelajar
3. Membangkitkan respon kepada pembelajar
4. Mengetahui sejauh mana keingintahuan pembelajar
5. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui pembelajar
6. Memfokuskan perhatian pembelajar pada sesuatu yang dikehendaki
pengajar atau guru.
7. Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari pembelajar
8. Untuk menyegarkan pengetahuan pembelajar
Permodelan (Modelling)
Permodelan maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau
pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara
mengoperasikan sesuatu, atau pengajar memberi contoh cara mengerjakan
sesuatu. Dalam pembelajaran CTL pengajar atau guru bukan satu-satunya model.
Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Refleksi (Reflection)
Refleksi cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari dan berpikir ke belakang
tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Pembelajar mengedepankan
apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang
merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru
diterima. Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan
yang baru. Dengan begitu siswa akan memperoleh sesuatu yang berguna bagi
dirinya tentang apa yang dipelajarinya. Kunci dari itu semua adalah bagaimana
pengetahuan itu mengendap ke dalam benak pembelajar.
REFERENSI
Akbar. (2001). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Grasindo
Samana, A. (1994). Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius
Sagala, S. (2004). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Semiawan. (2004). Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Supriadi. (2004). Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta.