Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH: A READING REPORT

(MINGGU 3)

INOVASI DAN PENGEMBANGAN METODE DAN TEHNIK PEMBELAJARAN


BAHASA
“CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

KODE MK IKB1. 92. 2031


3 SKS

DOSEN PENGAMPU

Prof. Dr. Atmazaki. M. Pd


Prof. Dr. M. Zaim. M.Hum
Prof. Dr. Hermawati Syarif . M. Hum

ERNA NAWIR
NIM. 20326003

JENJANG STUDI S3
PROGRAM STUDI ILMU KEGURUAN BAHASA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING


(CTL)

A. PENDAHULUAN
Setiap tujuan pembelajaran dari setiap proses pengajaran dan pembelajaran
yang baik adanya kompetensi dan kemampuan yang berkesesuaian dan baik yang
dimiliki pembelajar yang dapat terefleksikan dari hasil belajar yang baik. Dengan
demikian, setiap pengajar harus mampu mengenali, menguasai dan menerapkan
berbagai konsep dan metode dalam pengajaran dan atau pembelajaran yang akan
dilakukan di dalam kelasnya. salah satu metode yang paling popular adalah dengan
adanya pendekatan yang menggunakan metode Contextual Teaching and Learning
dimana di dalam pendekatan ini seorang pengajar harus mampu mengkolaborasikan
berbagai keterampilannya untuk dapat memotivasi dan memberikan inovasi belajar
sehingga pembelajaran dan pengajaran yang dilakukan dapat berlangsung secara baik,
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dalam proses pembelajaran, konsep metode
ini dapat membantu pengajar untuk mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan
situasi dunia nyata dan mendorong pembelajar untuk dapat membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga hasil belajar akan dapat ditingkatkan sesuai dengan yang diinginkan.

B. ISI
1) Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Kata kontekstual berasal dari kata “context” yang berarti hubungan, konteks,
suasana dan keadaan (KUBI, 2002). Sehingga Contextual Teaching and Learning (CTL)
dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana
tertentu dalam proses belajar mengajar. Secara umum contextual mengandung arti:
yang berkenaan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks,
yang membawa maksud, makna dan kepentingan dimana dalam proses belajar,
pembelajar diminta untuk dapat mengeksplorasi segala kemampuannya dalam
bidang atau mata pelajaran yang mereka sukai. Contextual Teaching and Learning
(CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan materi
yang dipelajari dengan situasi dunia nyata pembelajar dan mendorong mereka
membuat hubungan antara pengetahuan yang mereka miliki dengan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari (Nurhadi, 2005).
2) Karateristik Pembelajaran Kontekstual
Menurut Nurhadi (2002) bahwa ada beberapa karateristik pembelajaran
berbasis kontekstual, yaitu:
a. Adanya kerjasama, sharing dengan teman dan saling menunjang.
b. Pembelajar aktif dan kritis, belajar denan bergairah, menhyenangkan dan tidak
membosankan, serta pengajar kreatif.
c. Pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagi sumber.
d. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya pembelajar., misalnya
peta, gambar, diagram, dll.
e. Laporam kepada orangtua bukan sekedar rapor akan tetapi hasil karya
pembelajar, laporan pratikum.
Untuk memahami pembelajaran kontekstual maka ada kunci dalam pembelajaran
kontekstual, yaitu:
1. Real World Learning
Bahwa dalam pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang
mengutamakan pengalaman nyata.
2. Students Centered
Pembelajaran kontekstual berpusat pada pembelajar sehingga mereka menjadi
lebih kritis, aktif dan kreatif dan pengajar hanya sebagai pengarah dan
pembelajar yang melakukan.
3. Meaningful and Contextual
Dalam pembelajaran kontekstual, pengetahuan yang diperoleh memiliki makna
dalam kehidupan, dekat dengan kehidupan nyata, serta adanya perubahan
perilaku dan pembentukan ‘manusia’.
4. Practice
Melalui pembelajaran ini, siswa melakukan praktik bukan menghapal, learning
bukan teaching, pendidikan bukan pengajaran.
5. Problem Solving
Dalam pembelajaran model ini, pembelajar diarahkan untuk selalu dan mampu
berpikir tingkat tinggi dalam memecahkan masalah.
6. Measurement
Dalam pembelajaran ini, hasil belajar pembelajar diukur dengan berbagai cara
bukan hanya melalui satu cara saja, misalnya dengan melakukam suatu tes saja.

3) Komponen Pembelajaran Kontekstual


Menurut Nurhadi (2002) bahwa pendekatan pembelajaran tekstual memiliki
tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu:
Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah
yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses yang
‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran,
pembelajar membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif
dalam proses belajar mengajar. Pembelajar menjadi pusat kegiatan bukan
pengajar atau guru. Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan
pandangan kaum objektivis yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran.
Dalam pandangan konstruktivis ‘strategi memperoleh’ lebih diutamakan
dibandingkan seberapa banyak pembelajar atau siswa memperoleh dan
mengingat pengetahuan. Untuk itu adalah tugas pengajar untuk memfasilitasi
proses tersebut dengan:
1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
2. Memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk menemukan dan
menerapkan idenya sendiri.
3. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh pembelajar bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari emnemukan sendiri.
Pengajar atau guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan
menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Adapun langkah-langkah
menemukan (inquiry) adalah:
1. Merumuskan masalah (dalam subjek pelajaran apapun)
2. Mengamati atau melakukan observasi
3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalm tulisan, gambar, laporan, bagan,
table, dan karya lainnya.
4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru atau audiens lainnya

Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang bermula dari ‘bertanya’. Bertanya atau
questioning adalah strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya
dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru atau pengajar untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuann berpikir siswa. Dalam
sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:
1. Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis.
2. Mengecek pemahamann siswa atau pembelajar
3. Membangkitkan respon kepada pembelajar
4. Mengetahui sejauh mana keingintahuan pembelajar
5. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui pembelajar
6. Memfokuskan perhatian pembelajar pada sesuatu yang dikehendaki
pengajar atau guru.
7. Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari pembelajar
8. Untuk menyegarkan pengetahuan pembelajar

Masyarakat Belajar (Learning Community)


Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama
dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ‘sharing’ antara teman, antar
kelompok, dan antara yang tahu dan yang belum tahu. Di ruang ini dan
dimanapun adalah anggota masyarakat anggota belajar. Praktik masyarakat
belajar dalam pembelajaran terwujud dalam:
- Pembentukan kelompok kecil
- Pembentukan kelompok besar
- Mendatangkan ‘ahli’ ke dalam kelas (tokoh)
- Bekerja dengan kelas sederajat
- Berkelompok dengan kelas di atasnya
- Bekerja dengan masyarakat

Permodelan (Modelling)
Permodelan maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau
pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara
mengoperasikan sesuatu, atau pengajar memberi contoh cara mengerjakan
sesuatu. Dalam pembelajaran CTL pengajar atau guru bukan satu-satunya model.
Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

Refleksi (Reflection)
Refleksi cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari dan berpikir ke belakang
tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Pembelajar mengedepankan
apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang
merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru
diterima. Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan
yang baru. Dengan begitu siswa akan memperoleh sesuatu yang berguna bagi
dirinya tentang apa yang dipelajarinya. Kunci dari itu semua adalah bagaimana
pengetahuan itu mengendap ke dalam benak pembelajar.

Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)


Assessmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar pembelajar. Data yang dikumpulkan melalui
kegiatan penilaian bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa.
Pembelajaran yang benar sudah seharusnya ditekankan pada upaya membantu
siswa agar mampu mempelajari dan bukan ditekankan pada diperolehnya
sebanyak-banyaknya mungkin informasi di akhir pembelajaran. Data yang
dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang diperoleh pembelajar
pada saat melakuka proses pembelajaran. Karateristik penilain yang sebenarnya:
- Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
- Bisa digunakan untuk formatif dan sumatif
- Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta
- Berkesinambungan
- Terintegrasi
- Dapat digunakan sebagai feedback
Selama ini pembelajaran, khususnya di sekolah kurang produktif. Pengajar atau
guru hanya memberi materi ceramah dan pengajar atau guru hanya sebagai
sumber utama pengetahuan, sementara siswa atau pembelajar harus
menghapal. Tetapi dalam kelas kontekstual, pengajar dituntut untuk
menghidupkan kelas dengan cara mengembangkan pemikiran anak agar lebih
bermakna dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
Perbedaan Pola Pemberdayaan Konvensional dan Kontekstual
No Tradisional CTL
1 Pembelajar adalah penerima Pembelajar secara aktif terlibat dalam
informasi secara pasif proses pembelajaran
2 Pembelajar belajar secara individu Pembelajar belajar dari teman melalui
kerja kelompok, diskusi, saling
mengoreksi
3 Pembelajaran sangat abstrak dan Pembelajaran dikaitkan dengan
teoritis kehidupan nyata dan atau masalah
yang disimulasikan
4 Perilaku dibangun atas kebiasaan Perilaku dibangun atas kesadaran
sendiri
5 Keterampilan dikembangkan atas Keterampilan dikembangkan atas
dasar latihan dasar pemahaman
6 Hadiah untuk perilaku baik adalah Hadiah untuk perilaku baik adalah
pujian atau nilai (angka) kepuasan diri
7 Seseorang tidak melakukan yang jelek Seseorang tidak melakukan yang jelek
karena takut hukuman karena dia sadar akan hal itu keliru
dan merugikan
8 Bahasa diajarkan dengan pendekatan Bahasa diajarkan dengan pendekatan
structural: rumus diterangkan sampai komunikatif yaitu siswa diajak
paham, kemudian dilatihkan menggunakan bahasa dalam konteks
nyata
9 Rumus/konsep adalah kebenaran Pemahaman rumus itu relative
absolut (sama untuk semua orang) berbeda anatar pembelajar yang satu
hanya ada 2 kemungkinan yaitu salah dengan yang lain sesuai dengan
dan benar skemata yang sudah ada dalam diri
pembelajar
10 Rumus/konsep itu ada dalam diri Pemahaman konsep/rumus
pembelajar, yang harus diterangkan, dikembangkan atas dasar skemata
diterima, dihafalkan dan dilatihkan yang sudah ada dalam diri siswa
11 Siswa secara pasif menerima rumus Pembelajar menggunakan
atau kaidah (membaca, kemampuan berpikir kritis, terlibat
mendengarkan, menghafal) tanpa penuh dalam mengupayakan
memberikan kontribusi ide dalam terjadinya proses pembelajaran yang
proses pembelajaran efektif, ikut bertanggungjawab atas
terjadinya proses pembelajaran yang
efektif, dan membawa skemata
masing-masing ke dalam proses
pembelajaran
12 Pengetahuan adalah penangkapan Pengetahuan yang dimiliki manusia
serangkaian fakta, konsep atau hukum dikembangkan oleh manusia itu
yang berada di luar diri manusia sendiri, menciptakan atau
membangun pengetahuan dengan
cara memberi arti dan memahami
pengalamannya
13 Kebenaran bersifat absolut dan Pengetahuan itu tidak pernah stabil
pengetahuan bersifat final dan selalu berkembang
14 Guru adalah penentu jalannya proses Siswa diminta bertanggungjawab
pembelajaran memonitor dan mengembangkan
pembelajaran mereka masing-masing
15 Pembelajaran tidak memperhatikan Penghargaan terhadap pengalaman
pengalaman siswa pembelajar sangat diutamakan
16 Hasil belajar diukur hanya dengan tes Hasil belajar diukur dengan berbagai
cara dan proses bekerja seperti hasil
karya, penampilan, rekaman, tes, dan
sebagainya
17 Pembelajaran hanya terjadi dikelas Pembelajaran terjadi di berbagi
tempat, konteks dan setting
18 Sanksi adalah hukuman dari perilaku Penyesalan adalah hukuman dari
yang jelek perilaku jelek
19 Perilaku baik berdasarkan motivasi Perilaku baik berdasrkan motivasi
ekstrinsik intrinsik
20 Seseorang berperilaku baik karena dia Seseorang berperilaku baik karena dia
terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan yakin itulah yang terbaik dan
ini dibangun dengan hadiah yang bermanfaat
menyenangkan

Pada pembelajaran kontekstual pembelajar tidak menghafal fakta-fakta yang


hasilnya tidak tahan lama, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa untuk
mengkonstruksikan pengetahuan mereka melalui keaktifan dalam proses
pembelajaran. Dengan begitu pembelajar belajar dari mengalami sendiri.
Pembelajaran kontekstual mendorong pengajar atau pendidik untuk memilih dan
mendesain lingkungan pembelajaran. Caranya dengan memadukan sebanyak
mungkin pengalaman belajar, seperti lingkungan social, lingkungan budaya, fisik dan
lingkungan psikologis dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

4) Langkah-Langkah Implementasi CTL dalam Kelas


(Peran Pengajar dan Pembelajar dalam CTL)
Konsep belajar aktif sudah dikembangkan oleh Confusius, 2400 tahun yang silam
dengan mengemukakan teori sebagai berikut dibawah ini yang dimana selanjutnya
Mei Silberman dalam bukunya “Active Laerning”, 101 Strategi Pembelajaran Aktif
(2002) mengembangkan pernyataan Confusius Belajar Aktif yaitu:
- Apa yang saya dengar saya lupa
- Apa yang saya lihat saya ingat sedikit
- Apa yang saya dengar, lihat, dan diskusikan saya mulai mengerti
- Apa yang saya lihat, dengar, diskusikan dan kerjakan saya dapat pengetahuan
dan keterampilan
- Apa yang saya ajarkan saya kuasai
Setiap pembelajar mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan
yang dimiliki pembelajar tersebut oleh Bobby Potter (1992) dinamakan sebagai usur
modalitas belajar. Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap pengajar harus
memahami tupe belajar dalam dunia pembelajar, artinya pengajar perlu
menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar pembelajar. Dalam proses
pembelajaran konvensional, hal ini sering terlupakan sehingga proses pembelajaran
tak ubahnya sebagai proses pemaksaan kehendak.
Kaerifan pembelajar tidak hanya dalam menerima informasi tetapi juga dalam
memproses informasi tersebut secara efektif, otak membantu melaksanakan refleksi
baik secara eksternal maupun internal. Belajar secara pasif tidak hidup karena
pembelajar mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa
daya tarik pada hasil, sedangkan secara aktif pembelajar dituntut mencari sesuatu
sehingga dalam pembelajaran seluruh potensi pembelajar akan terlibat secara
optimal.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala
menggunakan pendekatan CTL:
1. Pembelajar dalam pembelajaran dipandang sebagai individu yang sedang
berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipenaruhi oleh tingkat
perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya.
2. Pembelajar memiiki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh
tantangan.
3. Bealajar bagi pembelajar adalah proses mencari keterkaitan antara hal-hal yang
baru dengan hal-hal yang sudah diketahui.
4. Belajar bagi pembelajar dalah proses penyempurnaan skema yang telah ada
(asimilasi) atau proses pembentukan skema induk (akomodasi), dengan demikian
tugas pengajar atau guru adalah memfasilitasi atau mempermudah agar
pembelajar mampu proses asimiliasi dan proses akomodasi.
C. KESIMPULAN
Jadi intinya pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran dimana pembelajar
sebagai pemeran dan focus utama dalamm proses pembelajaran yang menggiring
mereka untuk mampu mengkonstruksi ilmu pengetahuan yang sedang berusaha
diperolehnya melalui proses tersebut dan menghubungkannya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari dan ini adalah salah satu tugas pengajar atau guru
dalam membimbing, mengarahakan dan memfasilitasi pembelajar untuk mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata pembelajar.

REFERENSI
Akbar. (2001). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Grasindo
Samana, A. (1994). Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius
Sagala, S. (2004). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Semiawan. (2004). Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Supriadi. (2004). Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai