Anda di halaman 1dari 13

KONSEP PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL

Di susun Oleh :
1. Ikhwatun muawwanah
2. iswandi
3. Hendrawan
PENGERTIAN PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
 Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dan menurut para ahli ialah:
 Elaine B. Johnson : pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang membantu para
siswa melihat makna didalam materi yang mereka pelajari dengan menghubungkan subjek-subjek
akademik dengan konteks dalam kehidupan sahari-hari.
 Muhammad Muchlis Solichin : pembelajaran kontekstual merupakan konsepsi pembelajaran yang
membantu guru menghubungkan mata mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran
yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari.
 Abdul Majid : pembelajaran kontekstual adalah sebuah pembelajaran dimana seorang guru mengaitkan
materi pelajaran dengan realitas kehidupan peserta didik dan memotivasi siswa untuk mendapatkan
jawaban dari petanyaan-pertanyaan dengan caranya sendiri sehingga pengetahuan yang ia dapatkan
lebih bermakna dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
KOMPONEN PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
Ada tujuh komponen pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu:
• Konstruktivisme: proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa
berdasarkan pengalaman. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan dan memberi makna melalui
pengalaman nyata.
• Menemukan (inquiry) : pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
dari mengingaty seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Inquiry diperoleh melalui
tahap mengamati, bertanya, mengajukan dugaan/pendapat, mengumpulkan data, menganalisis dan
membuat kesimpulan.
• Bertanya (questioning) : kebiassan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan
pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.
• Masyarakat belajar (learning community) : hasil belajar bisa diperoleh dari kerja sama dengan orang
lain. hal ini berarti hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antar teman, antar kelompok, dan antara
yang tahu dengan yang tidak tahu baik didalam maupun diluar kelas.

• Pemodelan (modelling) : proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang
dapat ditiru oleh setiap peserta didik. Guru maupun siswa dapat menjadi model, misalmya memberi
contoh bagaimana cara mengerjakan sesuatu.
• Refleksi (reflection) : cara berpikir tentang apa yang baru saja terjadi atau baru saja dipelajari. Siswa
diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati dan melakukan diskusi
dengan dirinya sendiri.
• Penilaian sebenarnya (authentic assessment) : tahap terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah
melakukan penilaian. Penilaian ini dilakukan secara kontinu salaam proses pembelajaran berlangsung,
oleh karena itu, penilaian difokuskan pada proses, bukan pada hasil belajar.
STRATEGI PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
Dalam strategi pembelajaran kontekstual haruslah dirancang untuk merangsang lima bentuk dasar dari
pembelajaran, yaitu :
 Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) : menemukan masalah lalu mengumpulkan
dan menyatukan segala informasi yang didapat setelah itu mempresentasikan hasilnya.
 Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) : menggunakan kelompok belajar dimana siswa dapat
bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.
 Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) : pendekatan yang melibatkan siswa dalam
memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, untuk mendorong siswa agar bekerja mandiri
membangun pembelajaran, dan pada akhirnya menghasilkan karya ilmiah.
 Pembelajaran pelayanan (service learning) : pendekatan yang menyediakan suatu aplikasi praktis hasil
dari pengembangan pengetahuan dan keterampilan baru untuk kebutuhan masyarakat.
 Pembelajaran berbasis kerja (work based learning) : pendekatan yang memanfaatkan tempat kerja
untuk menstrukturkan pengalaman-pengalaman yang di dapat di tempat kerja lalu di kontribusikan
dengan materi dikelas untuk kepentingan para siswa.

Sesuai dengan asumsi yang mendasarinya, bahwa pengetahuan itu diperoleh anak bukan dari informasi
yang diberikan oleh guru, akan tetapi dari proses menemukan dan menyusunnya sendiri. Guru harus
memandang siswa sebagai subjek belajart dengan segala keunikannya dan guru harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menggali pelajaran itu agar lebih bermakna untuk kehidupannya.
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
Menurut Hamruni, terdapat lima karateristik penting dalam proses pembelajaran kontekstual, yaitu:
 Pengetahuan yang akan diperolleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu
sama lain.
 Pembelajaran dimulai dengan cara mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikannya
secara detail.
 Pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini kemudian
dikaitkan dengan realitas kehidupan sehari-hari.
 Pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus dapat diimplementasikan dalam kehidupan siswa.
 Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini sebagai umpan balik untuk
proses perbaikan dan penyempurnaan startegi.
Selain karakteristik tersebut, Trianto Ibnu Hajar Badar al-Tabany menambahkan bahwa pembelajaran
kontekstual juga memiliki karakteristik yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya, antara lain
ialah :
1. Kerja sama
2. saling menunjang
3. Menyenangkan tidak membosankan
4. Belajar denagn bergairah
5. Pembelajaran dengan terintegrasi
6. Memakai berbagai sumber
7. Siswa aktif
TUJUAN PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
 Untuk memotivasi siswa agar dapat memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
menghubungkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa
memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan
kepermasalahan lainnya.
 Untuk memberikan pemahaman dan pengembangan minat pengalaman kepada peserta didik agar
dalam belajar itu tudak hanya sekedar menghafal tetapi perlu adanya pemahaman yang menyeluruh.
 Untuk melatih peserta didik agar dapat berpikir kritis dan terampil dalam memproses, menemukan, dan
menciptakan pengetahuan secara alamiah sehingga pembelajaran lebih bermakna dan dapat bermanfaat
untuk dirinya maupun orang lain.
LANGKAH-LANGKAH
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak-anak belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri dan menyusun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan untuk memecahkan masalah untuk semua topik yang diajarkan.
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui sebuah pertanyaan-pertanyaan.
4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok diskusi dan tanya jawab.
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Melakukan refleksi diakhir pertemuan dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
7. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara .
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
KELEBIHAN :
1. Dapat mendorong siswa menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan
nyata
2. Mampu mendorong siswa untuk menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Dapat menjadikan siswa belajar bukan dengan menghafal, melainkan proses berpengalaman dalam
kehidupan nyata.
4. Kelas dalam kontekstual adalah tempat untuk menguji data hasil temuannya dilapangan bukan hanya
sekedar memperoleh informasi.
KEKURANGAN :
1. Membutuhkan waktu yang lama bagi peserta didik untuk bisa memahami semua materi.
2. Guru harus lebih intensif dalam membimbing, karena dalam metode ini guru tidak lagi
berperan sebagai pusat informasi.
3. Upaya menghubungkan antara materi dikelas dengan realitas kehiupan siswa rentan
mengalami kesalahan sehingga sulit menemukan hubungan yang tepat, sering siswa
mengalami kegagalan berulang kali

Anda mungkin juga menyukai