2. Prinsip diferensiasi
Artinya segala sesuatu di Bumi ini selalu berubah, tak terkecuali di dunia
pendidikan. Hal itu memicu terbentuknya perbedaan, keseragaman, dan keunikan. Oleh
karena itu, pendidik selalu dituntut untuk dinamis dan harmonis dengan prinsip
diferensiasi.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dan terpenting dari pembelajaran kontekstual.
Dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar, pikiran, perasaan, dan gerak
motorik kita akan secara terpadu dan seimbang dalam merespon sesuatu yang diperoleh
dari belajar melalui proses menemukan. Untuk meningkatkan mutu belajar, guru perlu
memberikan kesempatan kepada siswa melakukan pengamatan, bertanya, mengajukan
dugaan-dugaan, mengumpulkan data, dan menyimpulkan sendiri. Melalui proses
menemukan seperti itu, diharapkan pengetahuan dan pengalaman siswa dipahami sebagai
pengetahuan dan pengalaman yang dari, oleh, dan untuk mereka.
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan salah satu pintu masuk untuk memperoleh pengetahuan.
Bertanya dalam kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bertanya juga merupakan bagian
penting dalam melaksanakan pembelajaran penyelidikan, yaitu menggali informasi
mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek
yang belum diketahui.
Dalam pembelajaran, aktivitas bertanya perlu ditingkatkan. Penyebab siswa
kurang berani bertanya adalah karena: (a) siswa merasa dirinya tidak lebih tahu daripada
guru, akibat dari kebiasaan belajar yang satu arah, (b) adanya ganjalan psikologis karena
guru lebih dewasa dari sisi usia daripada siswa, (c) kurang kreatifnya guru dalam
mengajukan persoalan-persoalan yang menantang siswa untuk bertanya. Alasan-alasan
tersebut merupakan tugas bagi guru untuk mencairkan suasana atau hambatan psikologis
yang menghalangi siswa untuk bertanya, serta memperkaya topik-topik pembelajaran
yang aktual sesuai perkembangan zaman dan kenyataan
5. Pemodelan (Modeling)
Bagian penting lainnya dalam pembelajaran kontekstual adalah pemodelan.
Pemodelan adalah proses belajar dengan memberikan contoh berupa tindakan dan
perilaku yang ditampilkan kepada siswa. Misalnya seorang guru memperagakan cara
menggunakan termometer suhu, dari cara memegang sampai melihat kenaikan/perubahan
suhunya. Dengan begitu guru sebagai modelnya.
Dalam kegiatan pembelajaran, tidak hanya guru yang menjadi model atau
percontohan tetapi model pembelajaran dapat melibatkan siswa atau seorang pakar/ahli.
Misalnya siswa yang pernah mendapat juara lomba menggambar karikatur tingkat
nasional. Siswa tersebut dapat memberikan contoh mulai dari cara menggambar hingga
proses pewarnaan. Maka dapat disimpulkan bahwa, belajar melalui pengamatan model
akan memberikan balikan yang lebih cepat dan dapat ditiru langsung oleh siswa (Usman,
2008:168).
6. Refleksi
Refleksi termasuk salah satu bagian penting dalam pembelajaran kontekstual yang
bermanfaat untuk mengingat kembali tentang sesuatu yang telah dilakukan di waktu-
waktu yang sudah dilakukan sebelumnya. Refleksi adalah cara berpikir kebelakang
(flashback) tentang apa yang sudah dilakukan pada masa lampau. Fungsi berpikir
reflektif adalah untuk mengevaluasi pengetahuan atau pengalaman lama dengan
pengetahuan atau pengalaman yang baru. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menerapkan belajar reflektif agar siswa dapat mengulas dan menghubungkan kembali
pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya telah diterima siswa, antara lain:
Muatan pembelajaran perlu secara langsung dikaitkan dengan realitas
kehidupan, sehingga proses berpikir reflektif pada diri siswa dapat
langsung terkait dengan pengalaman pribadinya.
Sebelum disampikan materi yang baru, perlu adanya pengulangan-
pengulangan pengetahuan sebelumnya agar siswa dapat mengingat adanya
kaitan pengetahuan itu dengan pengetahuan yang baru. Hal ini diharapkan
agar dapat mengurangi dominasi pengetahuan yang dilakukan oleh guru.
SARAN
Pembelajaran dengan menggunakan kontekstual sangat berbeda dengan pembelajaran
tradisional. Pembelajaran kontekstual melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan guru
hanya sebagai fasilitator untuk membimbing siswa mendapatkan jawaban dari suatu masalah.
Sedangkan pembelajaran tradisional, yang berperan aktif adalah guru dalam memberikan
informasi yang sebanyak-banyaknya. Sehingga dengan kata lain, Strategi Pembelajaran
Kontekstual sangat cocok untuk dipakai dengan pembelajaran jangka Panjang, mengingat setiap
peserta didik memiliki kecepatan yang berbeda dalam memahami suatu materi.
Aqib, Z. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif).
Yrama Widya. Bandung
Dihanti, E. 2012. Contextual Teaching and Learning (CTL): sebagai strategi dan Model
Pembelajaran. Widyaiswara LPMP Jawa Barat 07 Februari 2012.
Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiriJika belajar sendiri sering
kali rasa bosan timbul dan rasa kantuk pun datang. Apalagi jika mempelajari
pelajaran yang kurang menarik perhatian atau pelajaran yang sulit. Dengan belajar
bersama, orang punya teman yang memaksa aktif dalam belajar.Demikian pula
ada kesempatan bersenda gurau sesedikit mungkin untuk mengalihkan kebosanan.
Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada saingan. Jika
udah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan ternyata ada teman yang
mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat mengejarnya. Jika sudah berada di
atas, tentu ingin mempertahankan agar tidak akan dikalahkan teman-temannya.
Ada tempat bertanya. Kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya
dan ada orang lain yang dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok.
Kesempatan melakukan resitasi oral. Kerja kekompok, sering anggota kelompok
harus berdiskusi dan menjelaskan suatu teori kepada teman belajar.Inilah saat
yang baik untuk resitasi. Akan dijelaskan suatu teori dengan bahasa sendiri.
Belajar mengekspresikan apa yang diketahui, apa yang ada dalam pikiran ke
dalam bentuk kata-kata yang diucapkan.
Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi dengan
peristiwa lain yang mudah diingat.
Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota.
3. Kelompok mempunyai tujuan yang sama.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama diantara anggota kelompoknya.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Langkah-langkah penerapan strategi pembelajaran kooperatif
SARAN
SARAN
Karena model pembelajaran discovery learning hanya dapat dipakai untuk materi
materi tertentu, maka seorang guru atau seorang calon guru disarankan agar mampu
memilih dan memilah materi mana yang tepat dan cocok yang dapat diterapkan dalam
proses belajar agar tidak menyita waktunya juga tidak hanya melibatkan beberapa siswa
saja, karena model pembelajaran discovery diperlukan keaktifan seluruh siswa.
Selain itu alat – alat bantu mengajar (audio visual, dll) haruslah diusahakan oleh
guru atau calon guru yang hendak menerapkan metode ini, tujuannya untuk memberikan
siswa pengalaman langsung.
Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui
indra pengecapan, pendengaran, pengelihatan, dan indra-indra lainnya. Hingga dewasa
keinginan itu terus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan
yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh
keingintahuan itu.
Tujuan utama dari SPI adalah menolong siswa untuk dapat menembangkan
disiplin intelektual dan ketrampilan berpikir dengan memberkan pertanyaan dan
mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Sasaran utama kegiatan
pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan
belajar, keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran dan
mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses
inkuiri.
Atas dasar faktor-faktor di atas, maka dalam strategi pembelajaran inkuiri terdapat
beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Adapun prinsip-prinsip
tersebut sebagai berikut:
Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan
berpikir. Dengan demikian strategi pembelajaran ini selain berorientasi
kepada hasil belajar juga berorientasi kepada proses belajar. Sehingga
kriteria keberhasilan dari suatu proses pembelajaran inkuiri ditentukan
oleh sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.
Makna dari “sesuatu” tersebut yaitu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu
yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang dikembangkan adalah
gagasan yang dapat ditemukan.
Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi
antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi siswa
dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur
lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan
(directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya
melalui interaksi mereka.
Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi
pembelajaran inkuiri adalah sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa
untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan proses
berpikir. Oleh karenanya berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai
oleh setiap guru, apakah itu hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa,
bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan,
atau bertanya untuk menguji.
Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
suatu proses berpikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan,
baik otak reptil, otak limbik, maupun otak neokortek. Pembelajaran
berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
Misalnya, belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, biasanya
akan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional yang akan membuat
anak dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir
logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya
dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat memengaruhi emosi, yaitu
unsur-unsur estetika melalui proses beajar yang menyenangkan dan
menggairahkan.
Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Oleh sebab
itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan
perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang
bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan
sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah
menyediakan ruang kepada siswa untuk mengembangkan hipotesis dan
secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
Keunggulan SPI
Metode pembelajaran inkuiri merupakan strategi belajar yang banyak dianjurkan
karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini
dianggap lebih bermakna.
Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka.
Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai
dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani
kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa
yang memiliki kemampuan belajar baik tidak akan terhambat oleh siswa
yang lemah dalam belajar.
2. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.
Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan
masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban
yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi
inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh
pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental
melalui proses berfikir. Dengan demikian, teka-teki yang menjadi masalah
dalam berinkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang
harus dicari dan ditemukan. Ini penting dalam pembelajaran inkuiri. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, di antaranya:
Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan
memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam
merumuskan masalah yang hendak dikaji. Dengan demikian, guru
sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru
hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan
bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah
ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.
Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki
yang jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa
dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawabannya sudah
ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara
pasti.
Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu
dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih
dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-
konsep yang ada dalam rumusan masalah. Jangan harapkan siswa
dapat melakukan tahapan inkuiri selanjutnya, manakala ia belum
paham konsep-konsep yang terkandung dalam rumusan masalah.
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
Kemampuan atau potensi individu untuk berfikir pada dasarnya sudah dimiliki
sejak individu itu lahir. Potensi berfikir itu dimulai dari kemampuan setiap
individu untuk menebak atau mengira-ira (berhipotesis) dari suatu
permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan tebakan, maka ia akan
sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh
sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap
individu harus dibina.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan
kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan
kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan
ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan
data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir
rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang
ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan
yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan.
SARAN
Alangkah baiknya, kita yang kelak akan menjadi seorang pendidik handal
mempelajari, lantas memahami lebih dalam lagi tentang strategi pembelajaran inkuiri ini
karena sangat membantu dan dapat diterapkan dalam strategi pengajaran kita nanti.
Hamzah B. Uno, 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Efektif
dan Dinamis. Jakarata: Bumi aksara
Wina, Sanjaya, 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana.
Studi kasus adalah suatu metode yang digunakan dalam penyajian suatu pelajaran
dengan memanfaatkan kasus yang ditemui sebagai bahan pembelajaran kemudian kasus
tersebut dibahas bersama-sama untuk mendapatkan penyelesaian atau jalan keluar.
Metode pembelajaran dengan studi kasus ini memungkinkan siswa untuk bisa
memecahkan dan mengambil keputusan terhadap kasus yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari.
Ada 2 studi kasus yaitu studi kasus lengkap (terbuka) dan studi kasus tidak
lengkap (tertutup). Studi kasus yang lengkap menggambarkan sepenuhnya situasi dan
solusi-solusi atau tindakan yang bisa direkomendasikan dalam kehidupan nyata,
sedangkan, studi kasus tidak lengkap menggambarkan peristiwa yang nyata sampai pada
batasan-batasan tertentu, tetapi tidak termasuk tindakan nyata dari peristiwa yang terjadi.
SARAN
Strategi Pembelajaran Case Method merupakan pembelajaran yang berbasis pada
siswa. Pada strategi ini, siswa mendiskusikan kasus yang berhubungan dengan materi
pembelajaran guna mencari solusi yang dikira cocok untuk memecahkan kasus tersebut.
Namun pada pembelajaran Seni Rupa, strategi ini dianggap kurang memadai karena
umumnya strategi pembelajaran ini digunakan dalam sekolah bisnis atau ekonomi.
Kelemahan
Disamping keunggulan, SPBM juga memiliki kelemahan, diantaranya:
1. Mana kala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman maka mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari.
SARAN
Sebagai seorang calon guru kita sebaiknya mengerti dan memahami cara dan hal-
hal yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik. Sehingga kita perlu mengetahui
dan memahami strategi apa yang bisa dipakai untuk proses pembelajaran, guna untuk
menciptakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
http://journal.unp.ac.id/students/index.php/pmat/article/download/1185/877
Eveline Siregar dkk, Teori Belajar dan Pembalajaran, Ghalia Indonesia: Bogor,
2010.
Strategi belajar deduktif merupakan strategi belajar dengan materi atau bahan
pelajaran diolah dari mulai yang umum, generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat
khusus atau bagian-bagian. Bagian itu dapat berupa sifat, atribut atau ciri-ciri. Strategi.
deduktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun
konsep terdefinisi.
Strategi belajar induktif merupakan strategi belajar dengan materi atau bahan
pelajaran diolah mulai dari yang khusus (sifat, ciri atau atribut) ke yang umum,
generalisasi atau rumusan. Strategi Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep,
baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.
Sebaliknya dengan strategi induktif, pada strategi ini bahan yang dipelajari
dimulai dari hal-hal yang konkrit yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada
materi yang sukar.
Strategi belajar deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-
istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu
pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah
mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya (Suwarna, 2005).
Strategi belajar Induktif meiliki ciri utama dalam pengolahan informasi adalah
menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data
yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus
nyata yang terjadi di lingkungan.
Ciri-ciri pembelajaran induktif:
a. Penekanan pada keterampilan berfikir dan tujuan-tujuan afektif
b. Berstruktur rendah
c. Penggunaan waktu yang kurang efisien
d. Memberi kesempatan yang banyak untuk belajar sewaktu-waktu
SARAN
Sebagai seorang calon guru kita sebaiknya mengerti dan memahami cara dan hal-
hal yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik. Sehingga kita perlu mengetahui
dan memahami strategi apa yang bisa dipakai untuk proses pembelajaran, guna untuk
menciptakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
https://irmafadilah.blogspot.com/2018/09/strategi-pembelajaran-deduktif-dan.html
Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan
maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy Killen (1998)
menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct
insruction). Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan
secara rapih, sistematik dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara
teratur dan tertib. Siswa juga dituntut untuk menguasai bahan yang telah disampaikan tersebut.
SARAN
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi
pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian
materi tanpa tujuan pembelajaran. Justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama
dalam penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru
harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur.
http://nurlaela94.blogspot.com/2013/10/strategi-pembelajaran-kspositori_22.html
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran ; berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta :
Kencana Prenada Media, cet-8, 2011.
Konsep Pembuatan RPP berdasarkan Dick & Carey
Dick and Carey memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap
pembelajaran adalah proses yang sitematis. Menurut Dick and Carey bahwa pendekatan sistem
selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran (Instructional
Systems Development/ISD).
Komponen model pembelajaran dick and carey meliputi; pembelajar, pengajar, materi,
dan lingkungan. Demikian pula dilingkungan pendidikan non formal meliputi; warga belajar
(pembelajar), tutor (pengajar), materi, dan lingkungan pembelajaran. Semua berinteraksi dalam
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komponen dan tahapan
model pembelajaran dick and carey lebih kompleks jika dibandingkan dengan model
pembelajaran yang lain seperti Morrison, Ross, dan Kemp.
Strategi dan desain pembelajaran menurut Dick dan carey adalah komponenkomponen
umum dari suatu bahan pembelajaran dari prosedur-prosedur yang akan digunakan dalam
pembelajaran untuk mengahasilkan hasil belajar tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran
bukan hanya terbatas prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga
pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta
didik.
Model Belajar dick and carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud
dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari
model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Belajar dick and carey menunjukan
hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan yang lainya.
Dengan kata lain, system yang terdapat pada pembelajaran dick and carey sangat ringkas, namun
isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya.
Fungsi dari penerapan desain RPP berdasarkan Dick dan Carey adalah:
1. Pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu
melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran,
2. Adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil
pembelajaran yang dikehendaki
3. Menerangkan langkah–langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan
desain pembelajaran.
SARAN
Desain model pembelajaran berdasarkan Dick dan Carey dapat memudahkan guru pada
awal pembelajaran, dan memudahkannya selama proses pembelajaran. Namun, apabila semua
hal telah ditentukan, kreatifitas guru dalam mengajar di kelasnya akan berkurang karena
kurangnya improvisasi.
https://rudialkautsar.wordpress.com/2016/11/15/rpp-desain-dick-and-carey/
https://journals.ums.ac.id/index.php/KLS/article/viewFile/3631/2307