NIM : 856807829 SEMESTER :7 TUGAS 3 : MATERI DAN PEMBELAJARAN IPS SD
1. Jelaskan hakikat pendekatan kontekstual
Jawab Hakikat Pendekatan Kontekstual
Para pendidik yang menyetujui pandangan ilmu pengetahuan bahwa alam
semesta itu hidup, tidak diam, dan bahwa alam semesta ditopang oleh tiga prinsip kesaling bergantungan, diferensiasi, dan organisasi diri, harus menerapkan pandangan dan cara berfikir baru mengenai pembelajaran dan pengajaran. Menurut Johnson 2004 ada tiga pilar dalam sistem pendekatan kontekstual, yakni : 1 Kontekstual mencerminkan prinsip kesaling bergantungan, kesaling bergantungan mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal ini tampak jelas ketika subyek yang berbeda dihubungkan, dan ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas. 2 Kontekstual mencerminkan prinsip diferensiasi menjadi nyata ketika kontekstual, hal ini menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing, saling menghormati perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan dan commit to user lii hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan. 3 Kontekstual mencerminkan prinsip pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilaian otentik, mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatan- kegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hari mereka bernyanyi. Landasan filosofi kontekstual adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta, atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatis yang digagas oleh John Dewey pada abad ke- 20, yaitu sebuah filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. Anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari bukan hanya mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti hanya berhasil dalam kompetensi”mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam jangka panjang. Dengan pendekatan kontekstual proses pembelajaran diharapkan berpegang alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajarn dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks itu siswa perlu mengetahui apa arti belajar, apa manfaatnya, mereka dalam status apa dan bagaimana mencapainya. Dengan demikian mereka memposisikan dirinya yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Dalam hal ini mereka commit to user liii membutuhkan seorang guru sebagai pengarah dan pembimbing. Untuk menciptakan kondisi tersebut diperlukan strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa, sebuah strategi yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Melalui strategi Kontekstual ini siswa diharapkan belajar mengalami bukan menghafal.
2. Uraikan perbedaan antara pendekatan CTL dengan pendekatan
konvensional! Jawab a. Model Pembelajaran Kontekstual menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa perperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
b. Dalam pembelajaran kontekstual siswa belajar melalui
kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima, dan memberi. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa lebih bnayak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.
c. Dalam pembelajaran kontekstual, pembelajaran dikaitkan
dengan kehidupan nyata secara riil; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran bersifat teoretis dan abstrak.
d. Dalam model Pembelajaran Kontekstual, kemampuan
didasarkan atas pengalaman, sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan. e. Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui model Pembelajaran Kontekstual adalah kepuasan diri; sedangkan dalam pembelajaran konvensional tujuan akhir adalah nilai dan angka. f. Dalam model Pembelajaran Kontekstual, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia menyadari bahwa perilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat; sedangkan dalam pembelajaran konvensional tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman, atau sakadar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru.
g. Dalam model Pembelajaran Kontekstual, pengetahuan yang
dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap siswa bisa terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pembelajaran konvensional, hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolut dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain. h. Dalam pembelajaran model Pembelajaran Kontekstual, siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing; sedangkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
i. Dalam pembelajaran model Pembelajaran Kontekstual,
pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas. j. Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek perkembangan siswa, maka dalam model Pembelajaran Kontekstual keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain sebagainya; sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes.
3. Analisislah manfaat salah satu model interaktif dalam
pembelajaran IPS SD, yaitu model pembelajaran berbasis masalah Jawab • Siswa memilki kemampuan berpikir kritis-analitis • Siswa memilki kemampuan berpikir asosiatif-koneksitas • Siswa memilki kemampuan berpikir asosiatif-kontekstual (apabila permasalahan berupa isu masyarakat) • Siswa memilki kemampuan berpikir aplikatif( apabila permasalahan berasal dari kehidupan kesehariannya) • Siswa memiliki kemampuan berpikir sebab-akibat • Siswa memiliki kemampuan berpikir deduktifmembuat generalisasi dan kesimpulan )
4. Mengapa sumber belajar itu penting dalam pembelajaran IPS
SD? Jawab Tentu kita tahu bahwa lingkungan sekitar lah yang akan memberikan dampak positif untuk hasil belajar siswa terutama di tingkat Sekolah Dasar. lingkungan sekitar sebagai sumber belajar sangat menguntungkan bagi proses kegiatan belajar mengajar khususnya di pelajaran IPS. hal ini disebabkan karena sumber belajar dekat dengan siswa, sehingga siswa lebih mudah dalam proses memahami sumber belajar. pendidikan IPS disekolah dasar bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia seutuhnya yang mampu berkiprah dalam kehidupan masyarakat modern. sasaran umum Pendidikan IPS adalah menciptakan warga negara yang mampu mengerti masyarakatnya dan mampu berbartisipasi aktif dalam proses perubahan dan perkembangan masyarakat. Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar berarti siswa mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang ada dilingkungan sekitar, baik dilingkungan rumah, lingkungan sekolah, maupun lingkungan sekitar, selain itu dapat pula melihat benda-benda yang tidak mungkin dikunjungi secara langsung dengan melihat benda tiruannya. dalam pendidikan IPS, nilai sosial dan budaya yang berkembang dilingkungan masyarakat atau siswa belum dijadikan sebagai sumber belajar, sehingga siswa tidak merespon kejadian- kejadian yang ada disekitarnya. Nilai sosial budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat lingkungan siswa tidak dijadikan sebagai sumber belajar IPS. Kalaupun dilakukan, itu sangat terbatas dan hanya dijadikan bahan pelengkap saja bukan merupakan inti dari bahasan untuk melatih kemampuan penalaran nilai. Dampaknya pendidikan IPS tidak mendekatkan dan mengakrabkan peserta didik dengan sosial budayanya. Akibatnya Pendidikan IPS belum mampu berperan sebagai media bagi pengembangan kemampuan penalaran nilai bagi siswa.
Proses belajar mengajar ilmu-ilmu sosial akan tangguh apabila
melakukan banyak kegiatan aktif seperti : 1. belajar mengajar aktif harus disertai dengan berfikir reflektif dan pengambilan keputusan selama kegiatan berlangsung dengan cepat dan peristiwa dapat perkembang dengan tiba- tiba. 2. proses belajar aktif membangun kebermaknaan pembelajaran yang diperlukan agar peserta didik dapat mengembangkan pemahaman sosialnya. 3. proses belajar mengajar ilmu-ilmu sosial yang tangguh menekankan proses pembelajaran dengan kegiatan aktif dilapangan untuk mempelajari kehidupan nyata dengan menggunakan bahan dan keterampilan yang ada dilapangan.\ 4. pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dalam proses belajar IPS sangat penting, karena lingkungan (fisik, sosial atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan ajar siswa. lingkungan sangat berperan sebagai media belajar, dan sebagai objek kajian.
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita