Anda di halaman 1dari 8

Nama : NOVIZA METIARIDA

Nim : 856807829
Semester : 9 ( Sembilan )
Tugas 1 : Tugas Akhir Program
Tutor : Zulkarnain

Soal :
1. Dalam tugas akhir program yang biasanya kita sebut dengan mata kuliah
TAP terdapat latar belakang, tujuan dan sistematika serta langkah-langkah
dalam memahami kasus. Tolong anda jelaskan latar belakang TAP, tujuan
TAP dan sistematika TAP serta langkah-langkah dalam memahami kasus,
dengan menggunakan pemahaman kalian sendiri!
2. KASUS PEMBELAJARAN DI SD
Ibu Wulan ialah seorang guru kelas 4 di sebuah SD yang terletak di
tempat pegunungan. Dalam mata pelajaran matematika materi pokok
pecahan, Ibu Wulan menjelaskan cara menjumlahkan pecahan dengan
membuat pola di papan tulis. Salah satu penjelasannya ialah sebagai
berikut:
IbuWulan:
"Perhatikan anak-anak, kalau kita menjumlahkan pecahan, penyebutnya
harus disamakan terlebih dahulu, kemudian pembilangnya dijumlahkan.
Perhatikan pola berikut: 1/2 + 1/4 = 2/4 + 1/4 = 3/4. Perhatikan lagi pola
ini: 1/2 + 1/3 = 3/6 + 2/6 = 5/6. yang harus dijumlahkan adalah
pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap.
Mengerti anak-anak?"
Anak-anak diam, mungkin mereka bingung.
IbuWulan:
Pasti sudah jelas, kan !! Nah kini coba kerjakan soal-soal ini."
Ibu Wulan menulis 5 soal di papan tulis dan siswa mengeluarkan buku
latihan. Secara berangsur-angsur mereka mulai mengerjakan soal, namun
sebagian besar anak ribut alasannya tidak tahu bagaimana cara
mengerjakannya. Hanya beberapa anak yang tampak mengerjakan soal,
Hanya beberapa anak yang tampak mengerjakan soal, yang lain hanya
menulis soal, dan ada pula yang bertengkar dengan temannya. Selama
siswa mengerjakan soal, Ibu Wulan duduk di depan kelas sambil
membaca.
Setelah selesai, anak-anak diminta saling bertukar hasil pekerjaannya. Ibu
Wulan meminta seorang anak menuliskan jawabannya di papan tulis.
Tetapi alasannya tanggapan itu salah, Ibu Wulan kemudian menuliskan
semua tanggapan di papan tulis. Kemudian siswa diminta melihat
pekerjaan temannya, dan mencocokkan dengan tanggapan di papan tulis.
Alangkah kecewanya Ibu Wulan ketika mengetahui bahwa dari 30 anak,
hanya seorang yang benar semua, sedangkan seorang lagi benar 3 soal,
dan yang lainnya salah semua.
Berdasarkan kasus pembelajaran di atas, Anda diminta :
a. Identifikasi 3 kelemahan pembelajaran yang dilakukan Ibu Wulan
dalam masalah di atas. Berikan alasan mengapa itu anda anggap
sebagai kelemahan.
b.Jika anda yang menjadi Ibu Wulan, jelaskan langkah-langkah
pembelajaran yang akan anda tempuh untuk mengajarkan pecahan dengan
penyebut yang berbeda. Beri alasan mengapa langkah- langkah itu yang
anda tempuh.

JAWAB
1. A. LATAR BELAKANG TAP
Yang melatarbelakangi mahasiswa melakukan matakuliah TAP karena melalui
TAP ini mahasiswa yang telah menjadi guru dilatih dan sekaligus diuji untuk
menginternalisasi dan menghubungkan berbagai konsep yang telah dipelajari
dengan pengalaman dan situasi nyata yang dihadapi, serta memecahkan masalah
dan memperbaiki kualitas pembelajaran yang dilakukan. Muatan TAP tidak
hanya sekedar berkenaan dengan pemahaman konseptual saja, tetapi lebih dari
itu, mahasiswa dituntut untuk mampu menerapkan konsep- konsep yang telah
dipelajarinya dalam konteks pembelajaran nyata. Bahkan, lebih jauh lagi
mahasiswa dituntut untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran yang
secara kreatif memunculkan gagasan- gagasan dan inovasi baru untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
B. TUJUAN TAP
TAP bertujuan untuk mengukur penguasaan kompetensi akhir mahasiswa,
melalui ujian yang menuntut mahasiswa mengaplikasikan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang diperolehnya dari berbagai mata kuliah dalam
memecahkan masalah-masalah pembelajaran secara komprehensif
C. SISTEMATIKA TAP
Sistematika program dalam menyajikan Tugas Akhir Program (TAP) adalah
dengan memberikan modul yang berisikan materi tentang TAP kepada
mahasiswa sebagai panduan dalam mempelajari cara menyelesaikan masalah
atau kasus dalam pembelajaran. Pada modul yang diberikan terdapat 4 bagian
BAB dengan rincian sebagai berikut:
BAB I : Berisikan tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan dan
sistematika.
BAB II : menguraikan konsep TAP yang meliputi pengertian, materi, dan
bentuk TAP serta cara penyelesaian yang berisi definisi kasus serta contoh-
contoh soal dan cara menganalisis kasus.
BAB III : menjelaskan tentang penyelenggaraan TAP yang meliputi persyaratan
peserta TAP, cara pendaftaran TAP, pembimbingan TAP, danpelaksanaan TAP
(lokasi, waktu, dokumen ujian, dan saran menghadapi TAP), kriteria dan tugas
tutor, serta tugas pengelolaan (UPBJJ).
BAB IV: penutup.
D. LANGKAH-LANGKAH DALAM MEMAHAMI KASUS

• Membaca dan mempelajari kasus dengan cermat

• Mengidentifikasi berbagai informasi kunci atau penting yang terdapat di


dalam kasus

• Mengaitkan informasi-informasi tersebut sehingga muncul permasalahan


atau pertanyaan dari kasus tersebut

• Menganalisis penyebab masalah dari kasus itu

• Mengembangkan alternatif pemecahan masalah

• Menganalisis kekuatan dan kelemahan setiap alternatif

• Memilih satu alternatif yang dianggap paling efektif

• Menyusun dan menuliskan jawaban dari masalah/kasus tersebut


2. A. Identifikasi 3 kelemahan pembelajaran yang dilakukan Ibu Wulan dalam
masalah diatas. Berikan alasan mengapa itu Anda anggap sebagai kelemahan.
Kelemahan yang dilakukan Ibu Wulan.
1. Ketika menjelaskan guru tidak menggunakan media/alat peraga dan materi
yang diajarkan tidak disampaikan dengan baik
Pada saat proses penyampaian materi guru tidak menggunakan media/alat
peraga, guru hanya menjelaskan materi dengan memberi pola pecahan
berupa angka dipapan tulis. Peranan Alat Peraga Piaget (dalam Hudoyo,
1998) menyatakan bahwa taraf berpikir anak seusia SD adalah masih konkret
operasional, artinya untuk memahami suatu konsep anak masih harus
diberikan kegiatan yang berhubungan dengan benda nyata atau kejadian
nyata yang dapat diterima akal mereka. Hal serupa juga disampaikan Dienes
(dalam Hudoyo, 1998) yaitu setiap konsep atau prinsip matematika dapat
dimengerti secara sempurna hanya jika pertama-tama disajikan kepada
peserta didik dalam bentuk konkret sehingga dapat dimengerti. Dienes
menekankan betapa pentingnya memanipulasi obyek-obyek dalam
pembelajaran matematika. Pengalaman belajara anak sangat penting dalam
membentuk suatu pemahaman terlebih bila ditunjang dengan alat bantu
belajar yang berfungsi mengkonkretkan materi- materi matematika yang
bersifat abstrak. Siswa Sekolah Dasar (SD) yang berumur antara tujuh
sampai dengan 12 tahun pada dasarnya perkembangan intelektualnya
termasuk dalam tahap operasional kongkret, sebab berfikir logiknya
didasarkan atas manipulasi fisik dari obyek-obyek. Dengan kata lain
penggunaan media (termasuk alat peraga) dalam pembelajaran matematika
di SD memang sangat diperlukan, karena sesuai dengan tahap berpikir anak.
Dengan menggunakan media/alat peraga, siswa lebih menghayati
matematika secara nyata berdasarkan fakta yang jelas dan dapat dilihatnya.
Sehingga penggunaan alat peraga akan berfungsi sangat baik untuk lebih
mudah. Penggunaan media/alat peraga dalam pembelajaran matematika
memberi kontribusi yang sangat besar dalam mempelajari dan menguasai
konsep/prnsip- prinsip matematika yang bersifat abstrak. Konsep-konsep
dalam matematika akan dapat dimengerti dengan baik oleh siswa jika
disajikan dengan bantun benda-benda kongkrit dan melalui kegiatan
kontektual yang tidak asing bagi mereka. Guru bisa menggunakan media/alat
peraga PENCAK (penjumlahan pecahan kertas) dalam pembelajaran
penjumlahan pecahan di kelas IV Sekolah Dasar. Tentu saja media/alat
peraga PENCAK memberi kontribusi yang baik terhadap perkembangan
pemahaman siswa serta kreatifitas siswa dalam materi penjumlahan pecahan.
Alat peraga PENCAK membantu siswa dalam menemukan sendiri konsep-
konsep yang diperlukan dalam menguasai penjumlahan pecahan.
Pengajaran adalah proses menyampaikan atau menanamkan pengetahuan
dan keterampilan. Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu
pengetahuan, maka pengajaran memiliki tujuan yang utama yaitu
penguasaan materi pelajaran. Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur
dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan
guru. Materi pelajaran itu sendiri adalah pengetahuan yang bersumber dari
mata pelajaran yang diberikan di sekolah.
2. Metode pembelajaran yang digunakan tidak dapat meningkatkan keaktifan
dan pemahaman siswa
Metode yang terlihat pada saat proses pembelajaran hanya metode ceramah
dan penugasan. Metode yang guru gunakan tidak efektif dia dilaksanakan ,
guru tidak bisa meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa. Sehingga
interaksi antara guru dan siswa tidak ada, banyak siswa yang bingung dan
diam. Kita ketahui bahwasanya Metode adalah cara atau prosedur yang
ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Tentu saja untuk mencapai tujuan
pembelajaran pemilihan metode yang sesuai harus menjadi pertimbangan
para guru. Pada pembelajaran matematika metode mengajar lebih bervariasi,
tidak semata-mata komunikasi verbal melalui perantara kata-kata oleh guru
harus dilakukan, agar siswa tidak bosan, guru tidak kehabisan tenaga, dan
siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Pada materi matematika
mengenai pecahan guru bisa menggunakan metode diskusi kelompok.
Melalui rangkaian aktivitas tersebut dapat membantu siswa memahami
materi pecahan. Siswa diajak untuk mengeksplorasi kemampuan yang
dimiliki dan terlibat secara langsung dalam memahami konsep perbandingan
senilai. Di mana dalam setiap aktivitasnya siswa dituntut untuk bekerja
sama, mampu mengkomunikasikan gagasan yang dimiliki sehingga siswa
senantiasa dapat berbagi dan bertukar informasi yang mereka miliki. Adapun
manfaat melakukan metode diskusi kelompok yaitu : menumbuhkan sikap
saling menghargai, menanamkan sikap demokrasi, mengembangkan daya
berpikir, mengembangkan pengetahuan dan pengalaman, mewujudkan
proses kreatifitas dan analitis, mengembangkan kebebasan pribadi, melatih
kemampuan berbicara, menambah wawasan siswa, belajar dalam
berpendapat, dan menyelesaikan masalah.
3. Guru tidak mengelola kelas dengan baik pada saat pelaksanaan evaluasi
dilakukan
Terlihat pada hasil evaluasi yang dilakukan dari 30 anak, hanya seorang
yang benar semua, sedangkan seorang lagi benar 3 soal, dan yang lainnya
salah semua. Ketika pelaksanaan evaluasi/pemberian tugas sebagian besar
siswa ribut dengan alasan tidak tau bagaimana cara mengerjakannya, hanya
beberapa anak yang tampak mengerjakan soal, yang lain hanya menulis soal,
dan ada pula yang bertengkar dengan temannya. Selama siswa bekerja guru
duduk di depan kelas sambil membaca. Ini terlihat tidak terkelolanya kelas
dengan baik. Banyak kegaduhan dan keributan yang terjadi, karena guru
tidak memantau aktfitas siswanya. Guru diharapkan mampu menciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif, inovatif dan menyenangkan bagi
siswa.Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan hanya tanpa tujuan.
Karena ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun
kelelahan fisik maupun pikiran dirasakan. Tujuan pengelolan kelas pada
hakekatnya mengandung tujuan pengajaran. Karena pengajaran merupakan
salah satu faktor pendukung berhasil tidaknya proses belajar mengajar dalam
kelas. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas
bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial,
emosional dan intelektual belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial
yang memberikan kepuasan suasana disiplin, perkembangan intelektual,
emosional dan sikap, serta apresiasi pada siswa (Sudirman, 1992:
31).Adapun secara khusus, tujuan pengelolaan kelas adalah mengembangkan
kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan
kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta
membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan (Usman, 1995:
8).Sedangkan menurut Wijaya dan Rusyan (1994: 114) tujuan dari
pengelolaan kelas itu antara lain:
a. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan tujuan
pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
b. Untuk memberi kemudahan dalam memantau kemajuan siswa dalam
pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas guru mudah melihat dan
mengamati setiap kemajuan yang dicapai siswa dalam pelajarannya.
c. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting
untuk dibicarakan di kelas untuk perbaikan pengajaran
padamasamendatang.
B. Jika Anda yang menjadi Ibu Wulan, jelaskan langkah-langkah
pembelajaran yang akan Anda tempuh untuk mengajarkan pecahan dengan
penyebut yang berbeda. Beri alasan mengapa langkah-langkah itu yang Anda
tempuh.
Jika saya menjadi Ibu Wulan langkah-langkah pembelajaran yang akan saya
tempuh untuk mengajarkan pecahan dengan penyebut yang berbeda yaitu
dengan menggunakan media/alat peraga PENCAK (Penjumlahan Pecahan
Kertas) dan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan
penugasan. Sebelum memulai pembelajaran, alat peraga dan perangkat
pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran penjumlahan pecahan
telah dipersiapkan dengan maksimal. Adapun gambaran alat peraga yang
digunakan dalam pembelajaran tersebut adalah botol air mineral dan kertas
pecahan berwarna. Agar lebih memudahkan kertas-kertas berwarna tersebut
dinamakan dengan PENCAK (Penjumlahan Pecahan Kertas) Secara lebih jelas
deskripsi dari PENCAK tersebut adalah potongan-potongan kertas yang
memiliki warna berbeda, di dimana setiap warna tersebut merepresentasikan
nilai pecahan yang berbeda-beda pula. Kertas dengan warna yang sama
memiliki ukuran dan nilai pecahan yang sama. Sebagai contoh: setiap
potongan kertas yang berwarna biru menunjukkan nilai pecahan 1⁄2, potongan
kertas yang berwarna merah menunjukkan nilai peacahan 1/3, potongan kertas
yang berwana hijau menunjukkan nilai pecahan 1⁄4 dan potongan kertas yang
berwarna kuning menunjukkan nilai pecahan 1/6. Hal ini sengaja dibuat agar
siswa dapat dengan mudah membedakan setiap nilai pecahan berdasarkan
warna.
Pembelajaran dengan penerapan realistik pada materi penjumlahan pecahan
diawali dengan memberikan masalah kontekstual kepada siswa. Masalah
kontekstual tersebut langsung dihadirkan di awal pembelajaran. Adapun
masalah tersebut bisa diilustrasikan sebagai berikut :
Guru : ” Ibu Septi mempunyai 1⁄4 air dalam botol, dia sangat haus tapi air itu
tidak cukup untuk meredakan rasa hausnya, kemudian Ibu Rita memberikan
air yang dimilikinya sebanyak 1⁄2 botol kepada buk Septy. Tiba-tiba pak
Badrun datang dan memberikan lagi air sebanyak 3⁄4 botol kepada buk Septy.
Eemm, kirakira berapa banyak air yang dimiliki oleh ibu Septy sekarang?”
Siswa : ” 1 1⁄2 botol” (para siswa menjawab)
Guru : “siapa yang dapat menunjukkan hasil tersebut di depan kelas?”
Siswa : “saya buk! “(jawab beberapa siswa) Dua orang siswa dimintakan maju
ke depan kelas, salah satu menunjukkan jawaban dengan menuangkan air
dalam botol-botol tersebut dan salah seorang yang lain menuliskan proses
tersebut sesuai dengan jumlah air yang ada di dalam botol. Pada tahap ini
siswa dapat dengan mudah menentukan hasil akhir air dalam botol hanya
dengan cara melihat proses menuangkan air ke dalam botol akan tetapi ketika
siswa dituntun untuk melihat proses tersebut dalam bentuk angka yang telah
dituliskan oleh temannya di papan tulis, beberapa dari siswa mulai
menunjukkan kesulitan misalnya bagaiman cara mendapatkan hasil dari 1⁄2 +
1⁄4 = 3/4.
Dengan adanya permasalahan diatas, ini alasan mengapa langkah-langkah itu
saya tempuh agar teratasinya masalah tersebut. Dengan menggunakan media
PENCAK guru berusaha menjelaskan proses tersebut sehingga siswa dapat
memahaminya. Penggunaan media PENCAK selama pembelajaran sangat
membantu siswa dalam memahami konsep kesamaan dua pecahan yang
biasanya diperkenalkan dengan menyamakan penyebut penggunaan media
yang sesuai dalam pembelajaran akan dapat membantu siswa dalam
menemukan sendiri konsep-konsep matematika yang seharusnya mereka
kuasai maupun dalam pembuktian tentang suatu konsep yang telah mereka
kuasai.
Dari segi proses pelaksanaan, pembelajaran ini telah melalui tiga aspek
penting yang diharapkan dari pembelajaran dengan menggunakan PMRI yaitu:
a. Context, lingkungan sekitar, dimana matematika dimulai dengan
permasalahan yang dekat dengan siswa.
b. Number sense, menciptakan kebermaknaan dari bilangan dan konsep, serta
hubungannya.
c. Tahap matematika formal, algoritma, prosedur. Sedangkan dari sisi lain,
misalnya keaktifan siswa, kerjasama dalam kelompok dan keberanian
dalam mengeluarkan pendapat dan memprentasikan hasil kerja di peroleh
adanya peningkatan.

Anda mungkin juga menyukai