Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TUTORIAL 1

Nama : Yenti agustin


NIM : 856807875
Semester : 9 (Sembilan)
Kode/Mata Kuliah : IDIK4500/Tugas Akhir Program (TAP)
Tutor Pengampu : Zulkarnain, M.Mat

1. Dalam tugas akhir program yang biasanya kita sebut dengan mata kuliah TAP terdapat latar
belakang, tujuan dan sistematika serta langkah-langkah dalam memahami kasus. Tolong
Anda jelaskan latar belakang TAP, tujuan TAP dan sistematika TAP serta langkah-langkah
dalam memahami kasus, dengan menggunakan pemahaman kalian sendiri!
2. KASUS PEMBELAJARAN DI SD
Ibu Wulan ialah seorang guru kelas 4 di sebuah SD yang terletak di tempat pegunungan.
Dalam mata pelajaran matematika materi pokok pecahan, Ibu Wulan menjelaskan cara
menjumlahkan pecahan dengan membuat pola di papan tulis. Salah satu penjelasannya
ialah sebagai berikut:
Ibu Wulan:
"Perhatikan anak-anak, kalau kita menjumlahkan pecahan, penyebutnya harus disamakan
terlebih dahulu, kemudian pembilangnya dijumlahkan.
Perhatikan pola berikut: 1/2 + 1/4 = 2/4 + 1/4 = 3/4. Perhatikan lagi pola ini: 1/2 + 1/3 =
3/6 + 2/6 = 5/6. yang harus dijumlahkan adalah pembilangnya, sedangkan penyebutnya
tetap. Mengerti anak-anak?" Anak-anak diam, mungkin mereka bingung.
Ibu Wulan:
Pasti sudah jelas, kan !! Nah kini coba kerjakan soal-soal ini."
Ibu Wulan menulis 5 soal di papan tulis dan siswa mengeluarkan buku latihan. Secara
berangsur-angsur mereka mulai mengerjakan soal, namun sebagian besar anak ribut
alasannya tidak tahu bagaimana cara mengerjakannya. Hanya beberapa anak yang tampak
mengerjakan soal, Hanya beberapa anak yang tampak mengerjakan soal, yang lain hanya
menulis soal, dan ada pula yang bertengkar dengan temannya. Selama siswa mengerjakan
soal, Ibu Wulan duduk di depan kelas sambil membaca.
Setelah selesai, anak-anak diminta saling bertukar hasil pekerjaannya. Ibu Wulan meminta
seorang anak menuliskan jawabannya di papan tulis. Tetapi alasannya tanggapan itu salah,
Ibu Wulan kemudian menuliskan semua tanggapan di papan tulis. Kemudian siswa diminta
melihat pekerjaan temannya, dan mencocokkan dengan tanggapan di papan tulis. Alangkah
kecewanya Ibu Wulan ketika mengetahui bahwa dari 30 anak, hanya seorang yang benar
semua, sedangkan seorang lagi benar 3 soal, dan yang lainnya salah semua. Berdasarkan
kasus pembelajaran di atas, Anda diminta :
a. Identifikasi 3 kelemahan pembelajaran yang dilakukan Ibu Wulan dalam masalah di
atas. Berikan alasan mengapa itu Anda anggap sebagai kelemahan.
b. Jika Anda yang menjadi Ibu Wulan, jelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan
Anda tempuh untuk mengajarkan pecahan dengan penyebut yang berbeda. Beri alasan
mengapa langkah-langkah itu yang Anda tempuh.

JAWABAN
1. TAP
a. Latar belakang TAP
Tugas Akhir Program (TAP) adalah tugas yang harus dikerjakan mahasiswa
program sarjana (S1) yang sudah memenuhi persyaratan baik administrasi maupun
akademik. TAP merupakan serangkaian tugas berbentuk permasalahan, kasus-kasus,
atau pertanyaan yang diangkat dari masalah nyata pembelajaran bidang studi/bidang
pengembangan yang harus dipecahkan oleh guru. Tugas-tugas tersebut dimaksudkan
untuk melatih, sekaligus menguji mahasiswa agar dapat berpikir komprehensif
berdasarkan teori dan praktek yang telah diikuti selama menempuh program S1
Pendidikan Bahasa Inggris (PING), Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PINA),
Pendidikan Matematika (PMAT), Pendidikan Kimia (PKIM), Pendidikan Biologi
(PBIO), Pendidikan Fisika (PFIS), Pendidikan Ekonomi (PEKO), Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan(PPKn), dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), dan
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD).
Pada akhirnya melalui pengerjaan tugas akhir program, mahasiswa dapat
menunjukkan profesionalismenya dalam memecahkan permasalahan dan memperbaiki
pembelajaran bidang studi/kegiatan pengembangan di kelasnya.

b. Tujuan TAP
TAP bertujuan untuk mengukur penguasaan kompetensi akhir mahasiswa, melalui
ujian yang menuntut mahasiswa mengaplikasikan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diperolehnya dari berbagai mata kuliah dalam memecahkan
masalah-masalah pembelajaran secara komprehensif

c. Sistematika TAP
Panduan ini disajikan dengan tata urutan sebagai berikut :
Bab I berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan dan sistematika.
Bab II menguraikan konsep TAP yang meliputi pengertian, materi dan bentuk TAP
serta cara penyelesaian yang berisi definisi kasus serta contoh-contoh soal dan cara
menganalisis kasus.
Bab III menjelaskan tentang penyelenggaraan TAP yang meliputi persyaratan peserta
TAP, cara pendaftaran TAP, pembimbingan TAP dan pelaksanaan TAP (Lokasi,
waktu, dokumen ujian dan saran mengadapi TAP)
Bab IV penutup.

d. Langkah-langkah Dalam Memahami Kasus


❖ Membaca dan mempelajari kasus dengan cermat.
❖ Mengidentifikasi berbagai informasi kunci atau penting yang terdapat di dalam
kasus.
❖ Mengaitkan informasi-informasi tersebut sehingga muncul permasalahan atau
pertanyaan dari kasus tersebut.
❖ Menganalisis penyebab masalah dari kasus itu. Mengembangkan alternatif
pemecahan masalah.
❖ Menganalisis kekuatan dan kelemahan setiap alternatif.
❖ Memilih satu alternatif yang dianggap paling efektif. Menyusun dan menuliskan
jawaban dari masalah/kasus tersebut.

2. KASUS PEMBELAJARAN DI SD
A. Identifikasi 3 kelemahan pembelajaran yang dilakukan Ibu Wulan dalam masalah di
atas. Berikan alasan mengapa itu Anda anggap sebagai kelemahan.
Kelemahan yang dilakukan Ibu Wulan
1) Ketika menjelaskan guru tidak menggunakan media/alat peraga dan materi yang
diajarkan tidak disampaikan dengan baik.
Alasannya : Pada saat proses penyampaian materi guru tidak menggunakan
media/alat peraga, guru hanya menjelaskan materi dengan memberi pola pecahan
berupa angka di papan tulis. Peranan Alat Peraga Piaget (dalam Hudoyo, 1998)
menyatakan bahwa taraf berpikir anak seusia SD adalah masih konkret operasional,
artinya untuk memahami suatu konsep anak masih harus diberikan kegiatan yang
berhubungan dengan benda nyata atau kejadian nyata yang dapat diterima akal
mereka. Hal serupa juga disampaikan Dienes (dalam Hudoyo,1998) yaitu setiap
konsep atau prinsip matematika dapat dimengerti secara sempurna hanya jika
pertama-tama disajikan kepada peserta didik dalam bentuk konkret sehingga dapat
dimengerti. Dienes menekankan betapa pentingnya memanipulasi obyek-obyek
dalam pembelajaran matematika. Pengalaman belajar anak sangat penting dalam
membentuk suatu pemahaman terlebih bila ditunjang dengan alat bantu belajar yang
berfungsi mengkonkretkan materi-materi matematika yang bersifat abstrak. Siswa
Sekolah Dasar (SD) yang berumur antara tujuh sampai dengan 12 tahun pada
dasarnya perkembangan intelektualnya termasuk dalam tahap operasional kongkret,
sebab berpikir logikanya didasarkan atas manipulasi fisik dari objek-objek. Dengan
kata lain penggunaan media (termasuk alat peraga) dalam pembelajaran matematika
di SD memang sangat diperlukan, karena sesuai dengan tahap berpikir anak.
Dengan menggunakan media/alat peraga, siswa lebih menghayati matematika
secara nyata berdasarkan fakta yang jelas dan dapat dilihatnya. Sehingga
penggunaan alat peraga akan berfungsi sangat baik untuk lebih mudah. Penggunaan
media/alat peraga dalam pembelajaran matematika memberi kontribusi yang sangat
besar dalam mempelajari dan menguasai konsep/prinsip-prinsip matematika yang
bersifat abstrak. Konsep-konsep dalam matematika akan dapat dimengerti dengan
baik oleh siswa jika disajikan dengan bantun benda-benda kongkrit dan melalui
kegiatan kontekstual yang tidak asing bagi mereka. Guru bisa menggunakan
media/alat peraga PENCAK (penjumlahan pecahan kertas) dalam pembelajaran
penjumlahan pecahan di kelas IV Sekolah Dasar. Tentu saja media/alat peraga
PENCAK memberi kontribusi yang baik terhadap perkembangan pemahaman
siswa serta kreatifitas siswa dalam materi penjumlahan pecahan. Alat peraga
PENCAK membantu siswa dalam menemukan sendiri konsep-konsep yang
diperlukan dalam menguasai penjumlahan pecahan. Pengajaran adalah proses
menyampaikan atau menanamkan pengetahuan dan keterampilan. Sebagai proses
menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan, maka pengajaran memiliki
tujuan yang utama yaitu penguasaan materi pelajaran. Keberhasilan suatu proses
pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang
disampaikan guru. Materi pelajaran itu sendiri adalah pengetahuan yang bersumber
dari mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Sedangkan mata pelajaran itu sendiri
adalah pengalaman-pengalaman manusia masa lalu yang disusun secara sistematis
dan logis kemudian diuraikan dalam buku-buku pelajaran dan selanjutnya isi buku
itu yang harus dikuasai siswa (Sanjaya, 2005: 75). Ketika menjelaskan materi
pembelajaran hendaknya guru lebih mengusai materi, sehingga materi yang
disampaikan bisa tersalurkan 100% kepada siswa. Ketika seorang guru menguasai
materi dengan baik, tentu saja teknik penyampaian materi akan bervariasi sehingga
mudah dipahami siswa. Dalam pembelajaran matematika, materi yang
disampaikan harus jelas, tepat dan akurat agar siswa tidak bingung menelaah dan
memahami apa yang sudah guru sampaikan.

2) Metode pembelajaran yang digunakan tidak dapat meningkatkan keaktifan dan


pemahaman siswa
Alasannya :Metode yang terlihat pada saat proses pembelajaran hanya metode
ceramah dan penugasan. Metode yang guru gunakan tidak efektif dia dilaksanakan
, guru tidak bisa meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa. Sehingga interaksi
antara guru dan siswa tidak ada, banyak siswa yang bingung dan diam. Kita ketahui
bahwasanya Metode adalah cara atau prosedur yang ditempuh untuk mencapai
tujuan tertentu. Tentu saja untuk mencapai tujuan pembelajaran pemilihan metode
yang sesuai harus menjadi pertimbangan para guru. Pada pembelajaran matematika
metode mengajar lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
perantara kata-kata oleh guru harus dilakukan, agar siswa tidak bosan, guru tidak
kehabisan tenaga, dan siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Pada materi matematika mengenai
pecahan guru bisa menggunakan metode diskusi kelompok. Melalui rangkaian
aktivitas tersebut dapat membantu siswa memahami materi pecahan. Siswa diajak
untuk mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki dan terlibat secara langsung dalam
memahami konsep perbandingan senilai. Di mana dalam setiap aktivitasnya siswa
dituntut untuk bekerja sama, mampu mengkomunikasikan gagasan yang dimiliki
sehingga siswa senantiasa dapat berbagi dan bertukar informasi yang mereka miliki.
Adapun manfaat melakukan metode diskusi kelompok yaitu : menumbuhkan sikap
saling menghargai, menanamkan sikap demokrasi, mengembangkan daya berpikir,
mengembangkan pengetahuan dan pengalaman, mewujudkan proses kreatifitas dan
analitis, mengembangkan kebebasan pribadi, melatih kemampuan berbicara,
menambah wawasan siswa, belajar dalam berpendapat, dan menyelesaikan
masalah.

3) Guru tidak mengelola kelas dengan baik pada saat pelaksanaan evaluasi dilakukan
Alasannya :Terlihat pada hasil evaluasi yang dilakukan dari 30 anak, hanya
seorang yang benar semua, sedangkan seorang lagi benar 3 soal, dan yang lainnya
salah semua. Ketika pelaksanaan evaluasi/pemberian tugas sebagian besar siswa
ribut dengan alasan tidak tau bagaimana cara mengerjakannya, hanya beberapa
anak yang tampak mengerjakan soal, yang lain hanya menulis soal, dan ada pula
yang bertengkar dengan temannya. Selama siswa bekerja guru duduk di depan kelas
sambil membaca. Ini terlihat tidak terkelolanya kelas dengan baik. Banyak
kegaduhan dan keributan yang terjadi, karena guru tidak memantau aktfitas
siswanya. Guru diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif, inovatif dan menyenangkan bagi siswa.Pengelolaan kelas yang dilakukan
guru bukan hanya tanpa tujuan. Karena ada tujuan itulah guru selalu berusaha
mengelola kelas, walaupun kelelahan fisik maupun pikiran dirasakan. Tujuan
pengelolan kelas pada hakekatnya mengandung tujuan pengajaran. Karena
pengajaran merupakan salah satu faktor pendukung berhasil tidaknya proses belajar
mengajar dalam kelas. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan
fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial,
emosional dan intelektual belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang
memberikan kepuasan suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan
sikap, serta apresiasi pada siswa (Sudirman, 1992: 31).Adapun secara khusus,
tujuan pengelolaan kelas adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam
menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang
diharapkan (Usman, 1995: 8).Sedangkan menurut Wijaya dan Rusyan (1994: 114)
tujuan dari pengelolaan kelas itu antara lain:

a) Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan pengajaran


dapat dicapai secara efektif dan efisien.
b) Untuk memberi kemudahan dalam memantau kemajuan siswa dalam
pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas guru mudah melihat dan mengamati
setiap kemajuan yang dicapai siswa dalam pelajarannya.
c) Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk
dibicarakan di kelas untuk perbaikan pengajaran pada masa mendatang.

B. Jika Anda yang menjadi Ibu Wulan, jelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan
Anda tempuh untuk mengajarkan pecahan dengan penyebut yang berbeda. Beri alasan
mengapa langkah-langkah itu yang Anda tempuh.
Jawaban :
Jika saya menjadi Ibu Wulan langkah-langkah pembelajaran yang akan saya tempuh
untuk mengajarkan pecahan dengan penyebut yang berbeda yaitu dengan menggunakan
media/alat peraga PENCAK (Penjumlahan Pecahan Kertas) dan menggunakan metode
ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan. Sebelum memulai pembelajaran, alat
peraga dan perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran
penjumlahan pecahan telah dipersiapkan dengan maksimal. Adapun gambaran alat
peraga yang digunakan dalam pembelajaran tersebut adalah botol air mineral dan kertas
pecahan berwarna. Agar lebih memudahkan kertas-kertas berwarna tersebut dinamakan
dengan PENCAK (Penjumlahan Pecahan Kertas) Secara lebih jelas deskripsi dari
PENCAK tersebut adalah potongan-potongan kertas yang memiliki warna berbeda, di
mana setiap warna tersebut merepresentasikan nilai pecahan yang berbeda-beda pula.
Kertas dengan warna yang sama memiliki ukuran dan nilai pecahan yang sama. Sebagai
1
contoh: setiap potongan kertas yang berwarna biru menunjukkan nilai pecahan 2,
1
potongan kertas yang berwarna merah menunjukkan nilai peacahan 3, potongan kertas
1
yang berwana hijau menunjukkan nilai pecahan 4
dan potongan kertas yang berwarna
1
kuning menunjukkan nilai pecahan 6. Hal ini sengaja dibuat agar siswa dapat dengan
mudah membedakan setiap nilai pecahan berdasarkan warna. Pembelajaran dengan
penerapan realistik pada materi penjumlahan pecahan diawali dengan memberikan
masalah kontekstual kepada siswa. Masalah kontekstual tersebut langsung dihadirkan
di awal pembelajaran. Adapun masalah tersebut bisa diilustrasikan sebagai berikut :
1
Guru : ” Ibu Ani mempunyai 4 air dalam botol, dia sangat haus tapi air itu tidak cukup
untuk meredakan rasa hausnya, kemudian Ibu Fitri memberikan air yang dimilikinya
1
sebanyak 2 botol kepada buk Ani. Tiba-tiba pak Agung datang dan memberikan lagi air
3
sebanyak 4
botol kepada buk Ani. Kira-kira berapa banyak air yang dimiliki oleh ibu
Ani sekarang? ”
1
Siswa : ” 1 2 botol” (para siswa menjawab)
Guru : “siapa yang dapat menunjukkan hasil tersebut di depan kelas?”
Siswa : “saya buk! “(jawab beberapa siswa) Dua orang siswa dimintakan maju kedepan
kelas, salah satu menunjukkan jawaban dengan menuangkan air dalam botol-botol
tersebut dan salah seorang yang lain menuliskan proses tersebut sesuai dengan jumlah
air yang ada di dalam botol.
Pada tahap ini siswa dapat dengan mudah menentukan hasil akhir air dalam botol hanya
dengan cara melihat proses menuangkan air ke dalam botol akan tetapi ketika siswa
dituntun untuk melihat proses tersebut dalam bentuk angka yang telah dituliskan oleh
temannya di papan tulis, beberapa dari siswa mulai menunjukkan kesulitan misalnya
1 1 3
bagaimana cara mendapatkan hasil dari 2+ 4 = 4. Dengan adanya permasalahan di atas,
ini alasan mengapa langkah-langkah itu saya tempuh agar teratasinya masalah tersebut.
Dengan menggunakan media PENCAK guru berusaha menjelaskan proses tersebut
sehingga siswa dapat memahaminya. Penggunaan media PENCAK selama
pembelajaran sangat membantu siswa dalam memahami konsep kesamaan dua pecahan
yang biasanya diperkenalkan dengan menyamakan penyebut penggunaan media yang
sesuai dalam pembelajaran akan dapat membantu siswa dalam menemukan sendiri
konsep-konsep matematika yang seharusnya mereka kuasai maupun dalam pembuktian
tentang suatu konsep yang telah mereka kuasai. Dari segi proses pelaksanaan,
pembelajaran ini telah melalui tiga aspek penting yang diharapkan dari pembelajaran
dengan menggunakan PMRI yaitu:
1) Context, lingkungan sekitar, di mana matematika dimulai dengan permasalahan
yang dekat dengan siswa.
2) Numbersense, menciptakan kebermaknaan dari bilangan dan konsep, serta
hubungannya.
3) Tahap matematika formal, algoritma, prosedur. Sedangkan dari sisi lain, misalnya
keaktifan siswa, kerjasama dalam kelompok dan keberanian dalam mengeluarkan
pendapat dan memprentasikan hasil kerja di peroleh adanya peningkatan.

Anda mungkin juga menyukai