Anda di halaman 1dari 4

Tugas 1.

1 Memberikan Tanggapan terhadap Kasus di Ruang Kelas

Nama Anggota : 1. Bunga Nur Hilaliah


2. Hairu Nisa
3. Litasari Ananda Saputri
4. Maisya Zuraida
Bidang : Matematika
Mata Kuliah : Pemahaman Tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya
Dosen Pengampu : Dr. Noor Fajriah, M.Si./Kamaliyah, M.Pd.

Kasus 1

Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda hendak
menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai rata-rata (mean). Untuk
memudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran, Anda mencoba untuk membuat
urutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat mencari nilai
rata-rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada peserta didik untuk mengerjakan soal yang
Anda berikan. Hasilnya, peserta didik mampu mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah
yang telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda meminta kepada peserta didik untuk
mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan pengerjaan soal, dan peserta didik mampu
mengerjakannya dengan benar.

● Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik pada
percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?
Jawab:
Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami, peserta didik tersebut mampu mengerjakan soal
dengan baik pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)
dikarenakan peserta didik sudah menemukan konsep pengerjaan mencari nilai rata-rata
(mean). Dimana hal tersebut terjadi dikarenakan sebelum memberikan latihan soal, guru
terlebih dahulu menjelaskan materi secara singkat dan mencoba untuk mengkonstruksi
pemahaman peserta didik mengenai mencari nilai rata-rata (mean) dengan memberikan
beberapa contoh soal terlebih dahulu sesuai dengan langkah-langkah yang diberikan agar
peserta didik memiliki gambaran setiap langkah pengerjaan soal. Guru juga menekankan
untuk memberikan pemahaman kepada setiap peserta didik bukan hanya menghafal tetapi
lebih mengingat. Karena dari segi hafal, peserta didik akan mudah lupa. Jadi, dari kasus 1
sejalan dengan Teori Konstruktivisme.
● Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas dapat
diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.
Jawab:
Untuk metode pembelajaran yang diterapkan di kasus 1 adalah PBL/PJBL. Berdasarkan hal
tersebut maka pembelajaran menurut konstruktivisme mendorong peserta didik dalam
menggunakan pengalaman dan pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya. Selanjutnya, peserta didik juga dapat membangun pengetahuannya sendiri
sebagai hasil dari pemahamannya terhadap masalah yang sedang dihadapinya.

Kasus 2

Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisa berhitung
dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantu setiap peserta didik
menyelesaikan tantang belajarnya.

● Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya sesuai
dengan tahapan perkembangan usia?
Jawab:
Menurut kelompok kami pada studi kasus di atas anak kelas 1 SD masuk ke dalam tahap
Praoperasional (2-7 tahun). Hal yang dapat dilakukan oleh Rina adalah menggunakan media
pembelajaran sederhana yang ada di sekitar, misalnya saja ketika pembelajaran berlangsung
Rina dapat menggunakan media pembelajaran berupa permen, pensil, ataupun benda-benda
yang ada di dalam kelas. Kemudian Rina juga menyiapkan kartu angka dan mengajak
peserta didik untuk menghitung dan menunjukkan pula dengan kartu angka. Dengan hal itu
peserta didik lebih mudah untuk memahami konsep berhitung sederhana. Tentunya Rina
juga bisa memodifikasi pembelajaran di kelas menggunakan permainan agar pembelajaran
di kelas lebih menyenangkan.

● Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan
teori yang berkaitan.
Jawab:
Menurut kami perkembangan siswa kelas 1 SD tersebut masuk ke dalam tahap
Praoperasional (2-7 tahun) yang dimana anak sudah menunjukkan aktivitas kognitif dalam
menghadapi berbagai hal di luar dirinya, akan tetapi anak masih membutuhkan penggunaan
benda dan hal-hal yang konkrit. Hal ini sejalan dengan Menurut Piaget (Suyanto S, 2005)
mengatakan bahwasanya pembelajaran untuk anak usia dini tidak bisa diajarkan secara
langsung. Anak-anak harus dilatih terlebih dahulu mengkonstruksi pemahaman dengan
bahasa simbolik yang disebut sebagai abstraksi sederhana. Kemudian anak dilatih berpikir
simbolik lebih jauh, yang disebut abstraksi reflektif. Setelah itu, guru dapat mengajari anak
untuk menghubungkan materi bilangan dengan simbol bilangan. Selain itu, Pendekatan
Humanis akan lebih jika diterapkan dalam pembelajaran, karena dapat menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik.

Kasus 3

Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah Bali. Ia
mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan materi teks deskripsi pada
peserta didiknya. Pada buku cetak yang menjadi panduannya saat mengajar, terdapat beberapa
contoh teks deskripsi menceritakan tentang bangunan-bangunan pencakar langit yang ada di Ibu
Kota. Dengan memperhatikan latar belakang setiap peserta didiknya, Made pun mencoba untuk
memberikan contoh berbeda. Ia memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan makanan
khas di Bali.

● Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai? Mengapa
demikian?
Jawab :
Berdasarkan hasil diskusi kami, keputusan yang diambil Made sudah sesuai. Pada kasus 3,
Made memanfaatkan potensi pantai dan makanan khas Bali dalam pembelajaran teks
deskripsi. Pembelajaran ini disebut pembelajaran berbasis local wisdom dimana
pembelajaran tersebut menjadikan kearifan lokal sebagai bagian dari pembelajaran sehingga
peserta didik dapat mengaitkan materi yang dipelajari di dalam kelas dengan kehidupan
sehari-hari. Dengan pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan rasa kepedulian peserta
didik terhadap lingkungannya. Saat ini, banyak peserta didik yang kehilangan rasa
kepedulian mereka terhadap lingkungan sekitar karena kegiatan belajar mengajar di sekolah
masih belum kontekstual. Sehingga pembelajaran ini menjadi solusi tepat mengatasi
masalah tersebut.

● Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan
dengan menyertakan teori yang berkaitan.
Jawab :
Pembelajaran yang digunakan hendaknya memiliki sifat lentur dan fleksibel. Dalam
pelaksanaan suatu kurikulum memungkinkan terjadinya penyesuaian berdasarkan kondisi
daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang. (Setiyadi et al, 2020). Berdasarkan
prinsip tersebut suatu pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan segala aspek yang terkait
dengan pendidik dan peserta didik. Misalnya dengan memperhatikan kondisi alam,
lingkungan tempat tinggal, serta kebudayaan di daerah tersebut agar peserta didik lebih
mudah memahami pembelajaran. Berdasarkan hasil diskusi kami pada kasus 3 prinsip yang
digunakan oleh Made adalah prinsip fleksibilitas, karena menyesuaikan dengan lingkungan
sekitar peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai