Anda di halaman 1dari 200

Cetakan 1

Cetakan 1
Mata Kuliah Pilihan
Pengantar Pendidikan untuk
Anak Berkebutuhan Khusus

Pendidikan Profesi Guru


Prajabatan Tahun 2022

Cetakan 1

Penulis :
Muhammad Nurul Ashar, M.Pd.

Penelaah :
Dr. Indra Jaya, M. Pd (UNJ)
Dr. Pujaningsih
Maryam Mursadi, S.Sos., M.Pd.

Desain Grafis & Ilustrasi :


Tim Desain Grafis

Copyright © 2022
Direktorat Pendidikan Profesi Guru
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi
Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru Dan Tenaga
Kependidikan

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan merupakan program pendidikan yang


menyiapkan guru sebagai sumber daya manusia berkualitas untuk memenuhi
kondisi ideal guru di Indonesia yang meliputi aspek kuantitas, distribusi, kualifikasi,
dan kompetensi. PPG Prajabatan dijalankan oleh Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK). PPG Prajabatan bertujuan menghasilkan guru
profesional pemula yang mengamalkan nilai-nilai Pancasila, semangat gotong
royong, dan mampu menggunakan teknologi digital, serta melahirkan hal-hal yang
inovatif dan kreatif. Selain itu, PPG Prajabatan menekankan pada konsep Merdeka
Belajar, yang berpusat kepada peserta didik dan pembelajarannya, berkomitmen
menjadi teladan dan pembelajar sepanjang hayat serta memiliki dasar-dasar
kepemimpinan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, PPG Prajabatan mengedepankan penguatan


kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional melalui clinical practice atau program praktik lapangan
yang diintegrasikan dalam perkuliahan. Sebagai calon Guru pemula, mahasiswa
perlu dibekali pengalaman pembelajaran yang bermakna yang nantinya akan
bermanfaat ketika mereka mengajar di kelas. Hal ini dilaksanakan dengan
perkuliahan berbasis kegiatan dan refleksi yang dikombinasikan dengan praktik
lapangan, termasuk di sekolah tempat Guru pemula akan ditugaskan.
Pelaksanaan PPG Prajabatan melibatkan pengajar dari unsur akademisi, praktisi
pendidikan, dan Guru Penggerak. Keterlibatan pengajar dari berbagai unsur ini
bertujuan untuk menjembatani teori dan praktik di lapangan.

Paket-paket modul digunakan dalam perkuliahan yang dilaksanakan selama dua


semester melalui tiga kelompok matakuliah, yaitu: Mata Kuliah Inti, Mata Kuliah
Pilihan Selektif, dan Mata Kuliah Pilihan Elektif. Setiap modul perkuliahan
mencakup komponen Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) dan asesmen,
perangkat pembelajaran, dan isi modul. Asesmen ketercapaian CPMK
dilaksanakan di antaranya melalui projek, studi kasus, portofolio, dan tes.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | i


Perangkat pembelajaran meliputi Lembar Kerja (LK), media, dan sumber belajar
yang dilengkapi dengan pranala ke sumber belajar lainnya sebagai pengayaan.

Isi modul disusun berdasarkan alur MERDEKA, yaitu: Mulai dari diri (M),
Eksplorasi konsep (E), Ruang kolaborasi (R), Demonstrasi kontekstual (D),
Elaborasi pemahaman (E), Koneksi antar materi (K), dan Aksi nyata (A). Modul
dengan alur MERDEKA diharapkan dapat membantu mahasiswa mempersiapkan
diri dalam mencapai tuntutan profesi sebagai agen yang mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mampu mencetak generasi yang membawa perubahan ke hal yang
lebih baik.

Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada tim
penyusun dan berbagai pihak yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif
mewujudkan penyelesaian modul ini serta membantu terlaksananya PPG
Prajabatan. Semoga Allah Yang Mahakuasa senantiasa memberkati upaya yang
kita lakukan demi pendidikan Indonesia. Amin.

Jakarta, September 2022

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,

Dr. Iwan Syahril, Ph.D

ii | PPG Pra Jabatan 2022


Kata Pengantar Direktur Pendidikan Profesi Guru

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi telah mengambil


kebijakan untuk secara bertahap mengganti guru-guru yang memasuki masa
pensiun/purna tugas melalui pengangkatan guru baru yang telah lulus Pendidikan
Profesi Guru Prajabatan (PPG Prajabatan).

Kebijakan tersebut menuntut kesiapan Lembaga Pendidikan Tenaga


Kependidikan (LPTK) menyelenggarakan PPG Prajabatan dengan jumlah peserta
PPG Prajabatan sesuai dengan kebutuhan dan kualitas lulusan untuk menjawab
tantangan kebutuhan pendidikan di sekolah.

Menanggapi tuntutan tersebut, Direktorat Pendidikan Profesi Guru (Direktorat


PPG) mengkoordinasikan proses peningkatan kapasitas LPTK dalam
menyelenggarakan PPG Prajabatan dalam hal jumlah dan mutu pendidikan. Untuk
menanggapi tuntutan kualitas penyelenggaraan PPG Prajabatan, salah satu
aktivitas yang telah dilakukan oleh Direktorat PPG, di bawah arahan Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, telah mengembangkan Modul PPG
Prajabatan. Hasil pengembangan tersebut dimuat di dalam dokumen ini.

Modul PPG Prajabatan memuat materi, alur, aktivitas, dan penugasan mahasiswa
PPG Prajabatan. Kami berharap dengan adanya Modul PPG Prajabatan ini
penyelenggaraan PPG Prajabatan di seluruh LPTK dapat terselenggara secara
terstandar agar dihasilkan guru yang memiliki profil dan kompetensi sesuai
kebutuhan perkembangan dunia pendidikan secara global.

Kami berterimakasih kepada LPTK penyelenggara PPG Prajabatan atas


dukungan dan kerjasama dalam menyelenggarakan amanat Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Jakarta, September 2022


Plt. Direktur Pendidikan Profesi Guru,

Temu Ismail

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | iii


Kata Pengantar Penyusun Mata Kuliah

Salam! Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga modul “Pengantar
Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus” dapat terselesaikan dengan baik.

Pendidikan merupakan hak bagi seluruh warga negara termasuk anak


berkebutuhan khusus. Sebagaimana tercantum dalam UU No. 8 Tahun 2016
tentang Penyandang Disabilitas Pasal 10 disebutkan bahwa penyandang
disabilitas termasuk anak berkebutuhan khusus mempunyai kesempatan
yang sama untuk mendapatkan pendidikan bermutu pada satuan pendidikan
di semua jenis, jalur, dan jenjang. Hal ini berimplikasi pada perlunya
pemahaman dan keterampilan seluruh guru di setiap jenjang mengenai
layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu perlu
bagi calon guru di Indonesia untuk mempelajari mata kuliah “Pengantar
Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus”.

Mata Kuliah ini akan membekali mahasiswa mengenai pemahaman dan


keterampilan mengajar kelas yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
Melalui mata kuliah ini mahasiswa juga diharapkan dapat mem iliki sikap
penerimaan terhadap keberagaman anak/peserta didik dan semangat untuk
berinovasi dalam mendukung pembelajaran yang inklusif. Mata kuliah ini
memiliki bobot 2 SKS selama 16 pertemuan yang dipandu melalui modul yang
terbagi dalam 6 topik yakni :

1. Keberagaman Anak Berkebutuhan Khusus


2. Bentuk-Bentuk Layanan Pendidikan untuk ABK
3. Konsep Pendidikan Inklusif
4. Sistem Dukungan untuk Layanan Pendidkan ABK
5. Identifikasi dan Asesmen ABK
6. Rancangan Pembelajaran untuk ABK

Setiap topik pada modul ini mengikuti alur pembelajaran MERDEKA yang
meliputi: Mulai Dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi
Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antarmateri dan Aksi Nyata
Pada setiap topik telah disediakan keterangan pertemuan dan durasi pada

iv | PPG Pra Jabatan 2022


masing-masing aktivitas pembelajaran. Secara holistik ketercapaian
mahasiswa di aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap akan dinilai melalui
berbagai bentuk penilaian. Penilaian akan dilakukan di masing-masing topik,
sekaligus penilaian melalui UTS dan UAS. Modul sudah menyediakan
instruksi yang mendetail pada masing-masing penilaian dan rubrik penilaian
yang dapat dijadikan patokan dalam memberikan nilai.

Modul ini diharapkan dapat menjadi panduan untuk mahasiswa dan dosen dalam
mempelajari mata kuliah “Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan
Khusus”. Meskipun penggunaan referensi pendamping dan sumber belajar lain
yang relevan untuk mendukung tercapainya Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
sangat direkomendasikan. Lebih lanjut, dalam praktiknya layanan pendidikan
untuk anak berkebutuhan khusus juga perlu memperhatikan kondisi lokal,
sehingga kebijaksanaan dan keterampilan berpikir kritis sangat diperlukan ketika
mempelajari modul ini.

Tersusunnya modul ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak seperti: Tim
Pengembang Bimtek Pemenuhan GPK yang mana sebagian materi di modul ini
adalah adaptasi dari materi yang sudah sebelumnya dikembangkan oleh Tim, Tim
Satuan Disabilitas dan Unit Layanan Anak Berkebutuhan Khusus UNNES,
Sekolah Galuh Handayani Surabaya dan SLB Tunas Kasih Surabaya untuk video
profil sekolah dan seluruh penulis laman berita dan pengunggah video YouTube
yang menjadi sumber referensi ini. Akhir kata, modul ini tentu masih jauh dari
sempurna, sehingga masukan yang membangun masih kami perlukan.

Terima kasih dan selamat belajar!

Salam Hangat,

Penulis

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | v


Daftar Isi

Hlm.

Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan ............... i

Kata Pengantar Direktur Pendidikan Profesi Guru ......................................... iii

Kata Pengantar Penyusun Mata Kuliah ........................................................... iv

Daftar Isi ............................................................................................................ vi

Daftar Gambar .................................................................................................... x

CPMK dan Asesmen ......................................................................................... xi

Alur Isi Modul .................................................................................................. xiii

Topik 1 : Keberagaman Anak Berkebutuhan Khusus ..................................... 1

A. Mulai dari Diri (20 menit) .......................................................................... 1

B. Eksplorasi Konsep (80 menit) ................................................................... 3

1. Klasifikasi ABK ................................................................................... 3

2. Kebutuhan Belajar ABK .................................................................... 13

Lembar Kerja I .................................................................................................. 20

C. Ruang Kolaborasi (120 menit) ................................................................ 21

D. Demonstrasi Kontekstual (100 menit) ..................................................... 22

E. Elaborasi Pemahaman (180 menit) ........................................................ 23

F. Koneksi Antar Materi (100 menit) ........................................................... 23

G. Aksi Nyata (240 menit) ........................................................................... 24

Topik 2 : Bentuk - Bentuk Layanan Pendidikan untuk ABK........................ 27

A. Mulai dari Diri (20 menit) ........................................................................ 27

B. Eksplorasi Konsep (80 menit) ................................................................. 29

1. Bentuk – bentuk layanan pendidikan untuk ABK (segregasi dan


inklusif) ............................................................................................. 30

2. Kurikulum untuk layanan pendidikan ABK ........................................ 35

vi | PPG Pra Jabatan 2022


Lembar Kerja II ................................................................................................. 39

C. Ruang Kolaborasi (120 menit) ................................................................ 40

D. Demonstrasi Kontekstual (80 menit) ....................................................... 41

E. Elaborasi Pemahaman (20 menit) .......................................................... 41

F. Koneksi Antar Materi (120 menit) ........................................................... 42

G. Aksi Nyata (240 menit) ........................................................................... 43

Topik 3 : Konsep Pendidikan Inklusif ............................................................. 45

A. Mulai dari Diri (20 menit) ........................................................................ 45

B. Eksplorasi Konsep (80 menit) ................................................................. 46

1. Pengertian Pendidikan Inklusif .......................................................... 47

2. Landasan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif............................... 49

3. Pengelolaan kelas ............................................................................ 51

4. Penerapan UDL dalam Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif .......... 62

Lembar Kerja III ................................................................................................ 65

C. Ruang Kolaborasi (120 menit) ................................................................ 66

D. Demonstrasi Kontekstual (80 menit) ....................................................... 67

E. Elaborasi Pemahaman (20 menit) .......................................................... 67

F. Koneksi Antar Materi (120 menit) ........................................................... 68

G. Aksi Nyata (240 menit) ........................................................................... 69

Topik 4 : Sistem Dukungan untuk Layanan Pendidikan ABK ....................... 70

A. Mulai dari Diri (20 menit) ........................................................................ 70

B. Eksplorasi Konsep (80 menit) ................................................................. 72

1. Sistem Dukungan dalam Pemberian Layanan ABK .......................... 72

2. Pihak-Pihak yang Mendukung Layanan Pendidikan untuk ABK........ 78

Lembar Kerja IV ............................................................................................... 80

C. Ruang Kolaborasi (120 menit) ................................................................ 81

D. Demonstrasi Kontekstual (50 menit) ....................................................... 82

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | vii


E. Elaborasi Pemahaman (50 menit) .......................................................... 82

F. Koneksi Antar Materi (120 menit) ........................................................... 83

G. Aksi Nyata (240 menit) ........................................................................... 83

Ujian Tengah Semester ................................................................................... 85

Topik 5 : Identifikasi & Asesmen ABK............................................................ 87

A. Mulai dari Diri (20 menit) ........................................................................ 87

B. Eksplorasi Konsep (80 menit) ................................................................. 89

1. Konsep Identifikasi dan Asesmen ..................................................... 89

Instrumen Identifikasi 1 Anak Berkebutuhan Khusus ................................... 95

Instrumen Identifikasi 2 Anak Berkebutuhan Khusus ................................ 108

Instrumen Asesmen....................................................................................... 119

Lembar Kerja V .............................................................................................. 126

C. Ruang Kolaborasi (360 menit) .............................................................. 127

D. Demonstrasi Kontekstual (100 menit) ................................................... 127

E. Elaborasi Pemahaman (180 menit) ...................................................... 129

F. Koneksi Antar Materi (100 menit) ......................................................... 133

G. Aksi Nyata (180 menit) ......................................................................... 134

Topik 6 : Rancangan Pembelajaran untuk ABK ........................................... 135

A. Mulai dari Diri (20 menit) ...................................................................... 135

B. Eksplorasi Konsep (80 menit) ............................................................... 137

1. Planning Matrix ............................................................................... 137

2. Modifikasi Kurikulum ....................................................................... 140

3. Penyusunan Program Pembelajaran Individual .............................. 142

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang Akomodatif ....... 146

5. Kompetensi Dasar(KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi(IPK)


156

6. Kemampuan awal ABK ................................................................... 156

viii | PPG Pra Jabatan 2022


7. Tujuan Pembelajaran...................................................................... 157

8. Kegiatan Pembelajaran .................................................................. 157

9. Media dan Bahan Pembelajaran..................................................... 158

10. Penilaian Hasil Belajar .................................................................... 159

Lembar Kerja VI ............................................................................................. 160

C. Ruang Kolaborasi (360 menit) .............................................................. 161

D. Demonstrasi Kontekstual (100 menit) ................................................... 162

E. Elaborasi Pemahaman (180 menit) ...................................................... 162

F. Koneksi Antar Materi (100 menit) ......................................................... 163

G. Aksi Nyata (180 menit) ......................................................................... 163

Ujian Akhir Semester ..................................................................................... 165

Penutup .......................................................................................................... 167

Daftar Pustaka ............................................................................................... 168

Lampiran ........................................................................................................ 171

A. Rubrik Tugas Kelompok (menilai produk kerja kelompok dan presentasi)


171

B. Rubrik Tugas Mandiri ........................................................................... 173

C. Rubrik Partisipasi ................................................................................. 175

Biodata Penyusun Modul .............................................................................. 177

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | ix


Daftar Gambar

Gambar 1. Penyandang disabilitas tak bisa kembali sekolah ............................... 1

Gambar 2. Video 1 ............................................................................................. 28

Gambar 3. Video 2 ............................................................................................. 28

Gambar 4. Buku Panduan Inklusif...................................................................... 64

Gambar 5. Artikel Pendidikan Inklusif ................................................................ 71

Gambar 6. Bentuk-bentuk Sistem Dukungan ..................................................... 72

Gambar 7........................................................................................................... 88

Gambar 8. Alur Layanan Pendidikan untuk ABK ................................................ 89

Gambar 9. Proses Identifikasi dan Asesmen ABK ............................................. 90

Gambar 10. Acuan Pengembangan Instrumen Akademik ................................ 115

Gambar 11....................................................................................................... 136

Gambar 12. Alur Perencanaan Pembelajaran bagi ABK .................................. 137

Gambar 13. Prosedur Penilaian ABK Aspek Pengetahuan dan Keterampilan . 154

Gambar 14. Prosedur Penilaian ABK Aspek Sikap .......................................... 154

x | PPG Pra Jabatan 2022


CPMK dan Asesmen

1. Mahasiswa mampu menjelaskan keberagaman anak berkebutuhan


khusus (ABK) dan implikasinya dalam proses pengajaran dan
pembelajaran (P2, KK1)

2. Mahasiswa mampu menganalisis bentuk-bentuk layanan pendidikan


untuk (ABK) (KU2)

3. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep Pendidikan Inklusif (S1, KU7,


KU8, KK2)

4. Mahasiswa mampu menganalisis sistem dukungan dalam pemberian


layanan ABK (KU2, KU3, KU6)

5. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi dan asesmen ABK (KU1, KK3)

6. Mahasiswa mampu membuat rancangan pembelajaran bagi ABK (P3,


P4, KU1, KK3)

Jenis Bobot
No CPMK Catatan
Tugas (%)

Kelompok saat Ruang Kolaborasi, dan


Proyek
1 25 1-7 Demonstrasi Kontekstual di semua topik
kelompok
yang ada di modul

Tugas Asesmen individual saat Koneksi Antar


2 25 1-7
Individu Materi di semua topik yang ada di modul

Diasesmen saat Mulai dari Diri dan


3 Partisipasi 10 1-7
Eksplorasi Konsep

4 UTS 20 1-4 Minggu 9

5 UAS 20 5-6 Minggu 16

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | xi


Alur Isi Modul

Nama Mata Kuliah : Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus


Jumlah Topik :6

Jumlah Pertemuan Alur Kebutuhan


Judul Topik Rincian Kegiatan
Pertemuan Ke Merdeka Perkuliahan

Refleksi pemahaman dan pengalaman mengenai anak


M Artikel berita
berkebutuhan khusus

1 E Eksplorasi konsep keberagaman anak berkebutuhan khusus Lembar kerja

Tugas kelompok menyusun kebutuhan belajar sesuai


R
mata pelajaran
Keberagaman Anak
Berkebutuhan 2 D Presentasi hasil kerja kelompok dan diskusi
Khusus
Diskusi dengan dosen, rekan sejawat, praktisi atau
E
instruktur tamu
2
K Identifikasi penyesuaian pembelajaran

Tugas mandiri: membuat rencana kampanye pemahaman


A
keberagaman ABK

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | xiii


Jumlah Pertemuan Alur Kebutuhan
Judul Topik Rincian Kegiatan
Pertemuan Ke Merdeka Perkuliahan

Video kondisi
Refleksi pengalaman dan pemahaman mengenai layanan
M SLB dan
pendidikan untuk ABK di Indonesia
Sekolah Inklusif
3
Eksplorasi konsep bentuk layanan pendidikan untuk ABK
E Lembar kerja
dan kurikulum untuk ABK

Bentuk-Bentuk R Kerja kelompok: analisis kasus


Layanan Pendidikan 2
D Presentasi hasil kerja kelompok dan diskusi
untuk ABK
Diskusi dengan dosen, rekan sejawat, praktisi atau
E
instruktur tamu
4
K Identifikasi penempatan untuk ABK

Tugas mandiri : Identifikasi sekolah luar biasa dan sekolah


A
inklusif di daerah

xiv | PPG Pra Jabatan 2022


Jumlah Pertemuan Alur Kebutuhan
Judul Topik Rincian Kegiatan
Pertemuan Ke Merdeka Perkuliahan

Refleksi pemahaman dan pengalaman mengenai


M pendidikan inklusif, pengelolaan kelas dan Universal Design
for Learning
5
Eksplorasi konsep pendidikan inklusif, pengelolaan kelas
E Lembar kerja
dan Universal Design for Learning

Konsep Pendidikan R Tugas kelompok Proyek UDL


2
Inklusif
D Presentasi hasil kerja kelompok dan diskusi

Diskusi dengan dosen, rekan sejawat, praktisi atau


E
6 instruktur tamu

K Identifikasi pengelolaan kelas

A Tugas mandiri: analisis potensi sekolah

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | xv


Jumlah Pertemuan Alur Kebutuhan
Judul Topik Rincian Kegiatan
Pertemuan Ke Merdeka Perkuliahan

Refleksi pengalaman dan pemahaman mengenai sistem


M Artikel berita
dukungan untuk layanan pendidikan ABK

Eksplorasi konsep sistem dukungan untuk layanan


7 E pendidikan ABK dan pihak-pihak yang mendukung layanan Lembar kerja
pendidikan ABK

Kerja kelompok: analisis ketersediaan sistem dukungan


Sistem Dukungan R
di daerah
untuk Layanan 2
Pendidkan ABK D Presentasi hasil kerja kelompok dan diskusi

Diskusi dengan dosen, rekan sejawat, praktisi atau


E
instruktur tamu
8
Analisis sistem dukungan untuk sekolah yang berkualitas
K
dan layanan pendidikan

A Tugas mandiri : Analisis saran untuk sistem dukungan

9 UTS

xvi | PPG Pra Jabatan 2022


Jumlah Pertemuan Alur Kebutuhan
Judul Topik Rincian Kegiatan
Pertemuan Ke Merdeka Perkuliahan

Refleksi pengalaman dan pemahaman mengenai identifikasi


M Artikel berita
dan asesmen ABK
10
E Eksplorasi konsep identifikasi dan asesmen ABK Lembar kerja

R Kerja kelompok : Identifikasi dan Asesmen ABK Video

11 D Presentasi hasil kerja kelompok dan diskusi


Identifikasi dan
3
Asesmen ABK Diskusi dengan dosen, rekan sejawat, praktisi atau
E
instruktur tamu

Analisis rekomendasi layanan pendidikan, sistem dukungan


12 K
dan asesmen sesuai kasus

Tugas mandiri : Analisis hambatan dan praktik Identifikasi


A
dan Asesmen ABK

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | xvii


Jumlah Pertemuan Alur Kebutuhan
Judul Topik Rincian Kegiatan
Pertemuan Ke Merdeka Perkuliahan

Refleksi pengalaman dan pemahaman mengenai


M Artikel berita
perencanaan pembelajaran untuk ABK
13
E Eksplorasi konsep perencanaan pembelajaran untuk ABK Lembar kerja

R Kerja kelompok : Menyusun RPP


Rancangan
Presentasi hasil kerja kelompok dan diskusi, praktik kegiatan
Pembelajaran untuk 3 D
inti di RPP
ABK 14
Diskusi dengan dosen, rekan sejawat, praktisi atau
E
instruktur tamu

K Tugas individual menyusun RPP


15
A Analisis media ajar

16 UAS

xviii | PPG Pra Jabatan 2022


Topik 1 : Keberagaman Anak Berkebutuhan Khusus

Durasi 2 pertemuan

Mahasiswa mampu menjelaskan keberagaman ABK


Capaian Pembelajaran dan implikasinya dalam proses pengajaran dan
pembelajaran

Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat:

1. Memahami klasifikasi ABK


2. Memahami karakteristik ABK

A. Mulai dari Diri (20 menit)

Mahasiswa PPG Prajabatan yang berbahagia,

Selamat datang di topik pertama yaitu Keberagaman Anak Berkebutuhan Khusus


(ABK). Untuk mengenal karakteristik dan kebutuhan belajar ABK, maka perlu
memahami keberagaman ABK. Untuk memulai pembelajaran silahkan membaca
artikel berikut kemudian jawab beberapa pertanyaan yang tersedia:

Gambar 1. Penyandang disabilitas tak bisa kembali sekolah


Sumber : https://www.idntimes.com/news/indonesia/yogama-wisnu/orang-
tua-cemas-anak-penyandang-disabilitas-tak-bisa-kembali-sekolah

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 1


Setelah membaca artikel, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini!

1. Apakah Anda pernah berinteraksi dengan individu penyandang


disabilitas/individu berkebutuhan khusus? Apabila iya, ceritakan bagaimana
perasaan Anda saat itu? Apabila belum, apa yang mungkin muncul di benak
Anda apabila Anda bertemu dengan mereka?

2. Berdasarkan pengalaman dan pemahaman Anda, kemukakan jenis-jenis


disabilitas yang dialami oleh individu!

3. Menurut Anda apakah anak yang mengalami disabilitas atau berkebutuhan


khusus dan anak yang tidak mengalami kebutuhan khusus memiliki kebutuhan
belajar yang berbeda?

Anda telah memiliki gambaran mengenai keberagaman ABK, sebagai calon guru
Anda harus mampu untuk menguasai materi keberagaman ABK dan juga
aplikasinya dalam proses pengajaran maupun pembelajaran. Oleh karena itu di
topik ini Anda akan belajar mengenai:

1. Klasifikasi ABK
2. Karakteristik ABK
3. Kebutuhan Belajar ABK

2 | PPG Pra Jabatan 2022


B. Eksplorasi Konsep (80 menit)

Pada tahapan ini Anda akan mempelajari klasifikasi ABK, karakteristik ABK dan
kebutuhan belajar ABK. Untuk mengecek pemahaman Anda, silahkan
mengerjakan Lembar Kerja yang disediakan, setelah Anda membaca materi.

1. Klasifikasi ABK

Anak memiliki banyak keberagaman. Keberagaman tersebut merupakan hal yang


pasti ada. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada
pasal 31, ayat 1 yang berbunyi; “setiap warga Negara berhak mendapatkan
pendidikan”, dan ayat 2; “Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya”. Hal tersebut berarti bahwa anak dengan
latar belakang keluarga, fisik, gender, kemampuan, kelebihan, perbedaan
keyakinan memiliki hak untuk belajar.

Dalam keberagaman anak salah satu fokusnya adalah kebutuhan belajar.


Kebutuhan belajar salah satunya muncul dari kondisi yang dialami anak, salah
satunya adalah ABK. Berdasarkan Undang-Undang no 8 Tahun 2016
disabilitas dimaknai sebagai “setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik,
intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami disabilitas dan kesulitan
untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya
berdasarkan kesamaan hak”.

ABK sendiri dapat diklasifikan kembali menjadi dua kondisi, yaitu ABK permanen
dan ABK temporer. ABK dalam kedua kelompok tersebut memiliki hak yang sama
dengan anak lainnya yaitu memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas.
Anak yang ada dalam kelompok tersebut disebut juga dengan peserta didik
berkebutuhan khusus (PDBK) sebagaimana istilah tersebut dipergunakan di
Permendikbud Nomor 157 Tahun 2014 tentang Kurikulum Pendidikan Khusus.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 3


a. Klasifikasi ABK (Permanen dan Temporer)

1) ABK permanen

ABK permanen merupakan anak yang sejak lahir memiliki disabilitas


belajar dan perkembangan akibat langsung dari kondisi disabilitas atau
berasal dari faktor internal. Anak dengan kondisi ini memerlukan layanan
pendidikan secara khusus ataupun intervensi yang sesuai dengan
kebutuhan mereka. Pemberian layanan pendidikan khusus ini memiliki
tujuan yaitu agar mereka dapat berkembang secara optimal. Contoh dari
anak dengan klasifikasi ini adalah anak dengan disabilitas penglihatan,
anak dengan disabilitas pendengaran, anak dengan disabilitas intelektual,
anak dengan disabilitas fisik, ADHD, dan lain sebagainya.

2) ABK temporer

ABK temporer merupakan anak yang mengalami disabilitas belajar dan


perkembangan yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Anak dalam
klasifikasi ini tidak memiliki disabilitas pada diri mereka, namun mereka
memiliki masalah dari kesempatan memperoleh pendidikan. Dalam
klasifikasi ini contohnya adalah anak yang mengalami kemiskinan atau
tekanan ekonomi, anak yang tinggal di daerah 3T (terdepan, terpencil,
tertinggal) , anak sebagai korban kekerasan seksual, korban bencana
alam, suku terasing, korban bencana alam,sosial, anak terlantar, anak
jalanan, anak terbuang, korban kekerasan rumah tangga (KDRT), anak
yang terlibat dalam hukum, anak di daerah konflik senjata / perang, dan
lain sebagainya.

b. Karakteristik ABK

Pada karakteristik ABK permanen, klasifikasi anak dibagi menjadi beberapa


klasifikasi. Pembagian ini diklasifikasikan pada ABK dengan disabilitas sensori,
disabilitas fisik, disabilitas intelektual, disabilitas emosi sosial, serta cerdas
istimewa dan berbakat istimewa (CIBI).

4 | PPG Pra Jabatan 2022


Pada ABK dengan disabilitas sensori, diantaranya adalah anak dengan
disabilitas penglihatan, disabilitas pendengaran. ABK dengan disabilitas
intelektual diantaranya adalah disabilitas intelektual/tuna grahita, lamban
belajar, kesulitan belajar spesifik. Sedangkan untuk ABK dengan disabilitas
fisik dan motorik diantaranya adalah tuna daksa dan cerebral palsy. ABK
dengan disabilitas emosi sosial diantaranya adalah ADHD, ADD maupun anak
dengan spektrum autis.sedangkan anak CIBI yaitu anak dengan cerdas
istimewa dan bakat istimewa. Adapun karakteristik masing-masing ABK
tersebut dari berbagai sumber adalah sebagai berikut (Gargiulo, 2012; Garnida
dkk., 2020)

1) ABK Dengan Disabilitas Sensori

a) Disabilitas penglihatan

ABK dengan disabilitas penglihatan merupakan anak yang memiliki


disabilitas daya penglihatan sehingga membutuhkan layanan secara
khusus dalam kehidupan sehari-hari maupun pendidikannya. Anak dengan
disabilitas penglihatan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok low vision dan totally blind. Pada kelompok low vision, anak
masih mampu melihat dengan ketajaman penglihatan 20/70 atau melihat
dari jarak 6 meter (penglihatan orang normal dapat melihat dari jarak 21
meter). Sedangkan pada kelompok totally blind, mereka sudah tidak bisa
memfungsikan penglihatan, kemampuan visual, ataupun tidak bisa
merasakan adanya sinar / sumber cahaya.

b) Disabilitas pendengaran

ABK dengan disabilitas pendengaran merupakan anak yang tidak dapat


medengar atau kurang mendengar dikarenakan terganggunya fungsi
indera pendengaran baik bagi mereka yang menggunakan alat bantu
dengar atau tidak. Disabilitas fungsi pendengaran berdasarkan tingkat
beratnya disabilitas, dikelompokkan menjadi beberapa jenis.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 5


Diantaranya adalah jenis ringan dengan tingkat disabilitas 27-40 dB, jenis
sedang pada 41-55 dB, jenis agak berat pada 56-70 dB, jenis berat pada
71-90 dB, serta jenis berat sekali pada 91 dB.

2) ABK Dengan Disabilitas Intelektual

a) Disabilitas intelektual

ABK dengan disabilitas intelektual adalah mereka yang mempunyai


kemampuan intelektual di bawah rata-rata dengan menunjukkan disabilitas
fungsi kecerdasan secara umum berasa di bawah usia kronologisnya,
sehingga membuat mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus.
Disabilitas intelektual dapat dikelompokkan berdasarkan berat-ringannya
ketunaan yang mereka alami. Pada disabilitas intelektual ringan, IQ rata-
rata mereka adalah kisaran 50 s/d 70 yang dalam hal ini mereka masih
termasuk kelompok yang mampu didik. Selanjutnya ada disabilitas
intelektual sedang dengan IQ 30 s/d 50. Kemudian yang terakhir adalah
disabilitas intelektual berat dengan IQ rata-rata 30 ke bawah yang dalam
kegiatan sehari-harinya membutuhkan bantuan orang lain atau bisa
dikatakan sebagai anak mampu rawat.

b) Lamban belajar

Lamban belajar atau disebut juga dengan slow learner adalah suatu kondisi
disabilitas intelektual yang ditunjukkan dengan hasil tes IQ berkisar antara
80-90. Kondisi ini berdampak pada proses pemerolehan informasi dan
pengolahan informasi saat belajar yang secara umum lebih lambat
dibandingkan anak dengan IQ rata-rata (>90). Adapun kondisi lamban
belajar memiliki karakteristik sebagai berikut:

• Pencapaian akademik di bawah rekan-rekan seumurannya.

• Rentang konsentrasi yang pendek

• Kemampuan berimajinasi dan berpikir kreatif yang terbatas

• Lambat dalam memberikan respon

6 | PPG Pra Jabatan 2022


• Kemampuan mengingat yang terbatas

• Kemampuan untuk berpikir abstrak, melakukan evaluasi dan


menentukan konsekuensi terbatas

• Kemampuan pengelolaan diri, dan adaptasi lingkungan terbatas

• Kemampuan untuk menyampaikan gagasan, menyampaikan kondisi


yang abstrak mengalami kesulitan (Parveen, Reba & Khan, 2014).

c) Kesulitan belajar spesifik

ABK dengan kesulitan belajar ditandai oleh ketidakmampuan dalam


mengikuti pelajaran serta berdampak pada hasil akademiknya dengan
kesalahan dalam hal membaca (diseleksia), menulis (disgrafia), dan
berhitung (diskalkulia). Kesalahan-kesalahan tersebut akan selalu terus
menerus ada selama seumur hidup.

ABK dengan kesulitan belajar memiliki beberapa karakteristik pada setiap


jenisnya. Pada ABK yang mengalami kesulitan membaca (disleksia),
mereka memiliki karakteristik antara lain : perkembangan kemampuan
membaca yang terlambat; kemampuan memahao isi bacaan yang rendah;
serta sering melakukan banyak kesalahan saat membaca.

Selanjutnya pada ABK yang mengalami kesulitan belajar menulis


(disgrafia), mereka memiliki karakteristik di antara lain : saat menyalin
tulisan, ia sering terlambat selesai; sering salah dalam menulis huruf b
dengan d, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dsb.; hasil
tulisannya jelek dan tidak terbaca; tulisannya banyak
salah/terbalik/hurufnya hilang; serta sulit menulis dengan lurus pada kertas
tak bergaris.

Yang terakhir, pada ABK yang mengalami kesulitan belajar berhitung


(diskalkulia) memiliki karakteristik antara lain : sering salah dalam menulis
angka 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya; bingung atau rancu
dengan simbol-simbol matematis seperti tanda +, -, x, :, .

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 7


3) ABK Dengan Disabilitas Fisik Dan Motorik

Anak berkebutuhan khusus dengan disabilitas fisik adalah mereka yang


mengalami kesulitan yang berat atau tidak dapat melakukan gerak dasar
dalam kehidupan sehari-hari seperti berjalan dan lain sebagainya.
Sedangkan pada disabilitas motorik dapat kelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu kelainan pada sistem serebal (cerebal palsy) dan kelainan
pada sistem otot serta rangka (musculus skeletal system).

4) ABK Dengan Disabilitas Emosi Dan Sosial

a) Disabilitas emosi sosial

Anak berkebutuhan khusus dengan disabilitas emosi sosial adalah mereka


yang memiliki perilaku menyimpang baik pada taraf sedang, berat maupun
sangat berat yang terjadi pada usia anak maupun remaja. Perilaku ini
dikarenakan terganggunya perkembangan emosi dan sosial anak yang
dapat merugikan dirinya sendiri maupun lingkungannya. Beberapa ciri ABK
dengan disabilitas emosi sosial diantaranya adalah : cenderung
membangkang; mudah terangsang emosinya; sering melakukan tindakan
agresif, merusak, emngganggu; sering bertindak melanggar norma
sosial/norma susila/hukum; serta cenderung memiliki prestasi belajar dan
motivasi yang rendah atau jarang masuk sekolah dikarenakan sedang
membolos.

b) Spektrum autis

Autis dalam perkembangannya sebelum tahun 2013 merupakan bagian


dari disabilitas perkembangan pervasif bersama disabilitas asperger dan
PDD-NOS berdasarkan DSM-IV Revisi. Lebih lanjut sejalan dengan
dirilisnya DSM-V TR pada tahun 2022, disabilitas perkembangan pervasif
berubah menjadi spektrum autis, sehingga istilah autis, disabilitas
asperger, dan PDD-NOS tidak lagi digunakan melainkan menggunakan
istilah spektrum autis/autis.

8 | PPG Pra Jabatan 2022


Karakteristik anak dengan spektrum autis berdasarkan DSM-V TR
(American Phsyciatric Association, 2022) secara umum terbagi atas dua
hambatan yakni: komunikasi sosial, dan perilaku, dengan penjelasan
mendetail sebagai berikut:

• Kurangnya komunikasi dan interaksi sosial yang bersifat menetap pada


berbagai konteks.

− Kekurangan dalam kemampuan komunikasi sosial dan emosi.


Contohnya kemampuan sosial yang tidak normal dan kesulitan
melakukan komunikasi dua arah.

− Terganggunya perilaku komunikasi non-verbal yang digunakan


untuk interaksi sosial. Integrasi komunikasi verbal dan non-verbal
yang sangat parah, hilangnya kontak mata, bahasa tubuh dan
ekspresi wajah.

− Kekurangan dalam mengembangkan, mempertahankan


hubungan. Contohnya kesulitan menyesuaikan perilaku pada
berbagai konteks sosial, kesulitan dalam bermain imajinatif atau
berteman, tidak adanya ketertarikan melakukan interaksi sosial
dengan teman sebaya.

• Perilaku, pola perilaku, ketertarikan, dan aktivitas yang terbatas serta


repetitif yang termanifestasi minimal dua dari perilaku berikut:

− Pergerakan motor, berbicara, dan penggunaan objek – objek yang


repetitif dan stereotip. Misalnya: perilaku stereotip yang sederhana,
menata mainan-mainan atau membalikkan objek.

− Perhatian yang berlebihan pada kesamaan, rutinitas yang kaku


atau pola perilaku verbal atau non-verbal yang diritualkan,
contohnya stress ekstrim pada suatu perubahan yang kecil,
adanya kesulitan pada proses perubahan.

− Kelekatan dan pembatasan diri yang tinggi pada suatu ketertarikan


yang abnormal. Contoh: kelekatan yang kuat atau preokupasi pada

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 9


objek-objek yang tidak biasa, pembatasan yang berlebihan atau
perseverative interest.

− Hiperaktivitas/hipoaktivitas pada input sensori atau ketertarikan


yang tidak biasa pada aspek sensori pada lingkungan. Contoh:
sikap tidak peduli pada rasa sakit, respon berlebihan terhadap
suara, serta kekaguman visual pada cahaya.

Sebelum tahun 2013, berdasarkan DSM-IV TR, klasifikasi autis terdiri atas:
autis, asperger, dan PDD- NOS. Perkembangan terbaru pada DSM-V TR
autis merupakan kondisi spektrum dimana, setiap individunya memiliki
perbedaan tingkat disabilitas di masing-masing aspek perkembangannya.

c) ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)/ Gangguan


Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

ADHD berdasarkan DSM V TR (2022) ditandai dengan dua hambatan


umum yakni:

• Kurang perhatian dengan ciri spesifik sebagai berikut:

− Sering gagal untuk memberikan perhatian yang cermat terhadap


detail atau membuat kesalahan ceroboh dalam tugas sekolah atau
di aktivitas lain

− Sering mengalami kesulitan memusatkan perhatian pada tugas


atau aktivitas bermain.

− Seringkali tampak tidak mendengarkan ketika diajak bicara secara


langsung.

− Seringkali tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas


sekolah

− Sering mengalami kesulitan mengatur tugas dan aktivitas.

− Sering menghindari, tidak menyukai, atau enggan melakukan


tugas yang membutuhkan usaha mental dalam jangka waktu yang
lama (seperti tugas sekolah atau pekerjaan rumah).

10 | PPG Pra Jabatan 2022


− Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas dan
aktivitas (misalnya peralatan sekolah, pensil, buku, peralatan,
dompet, kunci, dokumen, kacamata, telepon genggam).

− Sering mudah terganggu

− Sering pelupa dalam aktivitas sehari-hari.

• Hiperaktif dan Impulsif dengan ciri-ciri sebagai berikut:

− Sering gelisah dengan atau mengetuk tangan atau kaki, atau


menggeliat di kursi.

− Sulit untuk tetap duduk diam.

− Sering melakukan kegiatan ekstrim seperti berlari atau memanjat


dalam situasi yang tidak sesuai.

− Seringkali tidak dapat bermain atau mengambil bagian dalam


kegiatan waktu luang dengan tenang.

− Sering "di perjalanan" bertindak seolah-olah "digerakkan oleh


motor".

− Berbicara secara berlebihan

− Sering melontarkan jawaban sebelum pertanyaan selesai.

− Kesulitan menunggu giliran.

− Sering menyela atau mengganggu orang lain (misalnya, menyela


pembicaraan atau permainan)

Lebih lanjut berdasarkan jenis gejalanya, ADHD dikelompokkan


menjadi 3 yakni:

• Gabungan: jika terdapat cukup gejala dari kedua disabilitas yaitu


kurang perhatian dan hiperaktivitas-impulsif.

• Hambatan Perhatian: jika gejala kurang perhatian cukup, tetapi tidak


hiperaktivitas-impulsif.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 11


• Hambatan Hiperaktif-Impulsif : jika gejala hiperaktif-impulsif cukup,
tetapi tidak kurang perhatian

5) Cerdas istimewa berbakat istimewa

Anak dengan cerdas istimewa berbakat istimewa merupakan anak yang


memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab
tugas (task commitment) di atas kemampuan anak-anak seusianya (anak
normal), sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus
untuk mengoptimalkan potensinya. Anak dengan cerdas istimewa memiliki
beberapa karakteristik dengan domain penting, diantaranya adalah domain
intelektual-kognitif, domain persepsi-emosi, domain motivasi dan nilai-nilai
hidup, domain aktifitas dan domain relasi sosial.

Dalam hal tersebut, tidak semua anak dengan cerdas istimewa memiliki
karakteristik intelektual-kognitif dengan ciri sebagai berikut : Memiliki ide-
ide yang orisinal / kreatif/ gagasan yang tidak lazim/ imaginasi yang tinggi;
mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi
suatu konsep yang utuh; menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat
tinggi; mampu menggeneralisasikan suatu masalah yang rumit menjadi
suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami; memiliki kecepatan yang
sangat tinggi dalam memecahkan masalah; kaya dengan perbendaraan
kosa kata dan dapat mengartikulasikannya dengan baik; dalam
berkomunikasi secara lisan, mereka senang bermain atau merangkai kata-
kata; sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang
diberikan; memiliki daya ingat jangka panjang yang kuat; mampu
menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains;
memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat; memiliki banyak
gagasan dan mampu menginspirasi orang lain; serta dapat memikirkan
sesuatu secara kompleks, abstrak dan dalam.

12 | PPG Pra Jabatan 2022


2. Kebutuhan Belajar ABK

ABK memerlukan kebutuhan belajar yang harus dipenuhi guna menunjang


pembelajaran yang mereka dapatkan. Kebutuhan belajar ini antara lain
disesuaikan dengan masing-masing klasifikasi kebutuhan untuk anak. Adapun
beberapa kebutuhan belajar berdasarkan Permendikbud Nomor 157 Tahun 2014
dan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam
Rangka Pemulihan Kurikulum dan berbagai sumber adalah sebagai berikut
(Gargiulo, 2012; Garnida dkk., 2020).

c. Kebutuhan Belajar ABK Dengan Disabilitas Sensori

1) Disabilitas penglihatan

Anak dengan disabilitas penglihatan diarahkan untuk belajar membaca dan


menulis braille serta memahami orientasi mobilitas (OM) agar mereka
dalam menjalankan aktifitas sehari-hari mereka dengan mandiri. Dalam
melaksaakan pembelajaran, ABK dengan disabilitas penglihatan
membutuhkan alat khusus, material khusus, latihan khusus, maupun
bantuan lain secara khusus. Contoh sarana dan prasarana pedukung atau
aksesibilitas yang dibutuhkan oleh anak dengan disabilitas penglihatan
adalah tongkat lipat dengan tongkat yang terbuat dari aluminium serta
ujung tongkat terbuat dari plastik, jalur pemandu (guiding block), jalur
peringatan (warning block), pegangan rambat (handrail) pada tangga, serta
tangga landai (ram).

2) Disabilitas pendengaran

Bagi anak dengan disabilitas pendengaran yang tidak dapat menerima


informasi melalui suara, mereka diarahkan untuk belajar bahasa bibir (oral)
ataupun bahasa isyarat. Beberapa diantara mereka dapat berbicara
(mengeluarkan suaranya), namun biasanya sulit dipahami karena mereka
mengalami kesulitan dalam membedakan artikulasi, kualitas suara, dan

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 13


tekanan suara. Salah satu contoh sarana pendukung yang dibutuhkan oleh
anak dengan disabilitas penglihatan adalah alat bantu dengar (hearing aid).

Dalam pelaksanaan pembelajaran, ABK dengan disabilitas


pendengaran memerlukan kondisi sebagaii berikut :

• Tidak mengajak anak untuk berbicara dengan cara membelakanginya.

• Anak hendaknya didudukkan paling depan, sehingga memiliki peluang


untuk mudah membaca bibir guru.

• Perhatikan postur anak yang sering memiringkan kepala untuk


mendengarkan.

• Dorong anak untuk selalu memperhatikan wajah guru, bicaralah


dengan anak dengan posisi berhadapan dan bila memungkinkan
kepala guru sejajar dengan kepala anak. Guru bicara dengan volume
biasa tetapi dengan gerakan bibirnya yang harus jelas.

d. Kebutuhan Belajar ABK Dengan Disabilitas Intelektual

1) Disabilitas intelektual

Pendidikan bagi anak yang mengalami Disabilitas intelektual seharusnya


ditujukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak secara
optimal, agar mereka dapat hidup mandiri dan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan di mana mereka berada.

2) Lamban belajar

Secara umum anak lamban belajar dapat mengikuti pembelajaran di kelas,


adapun beberapa penyesuaian dan kebutuhan belajar masih perlu untuk
dipenuhi sehingga anak lamban belajar dapat belajar secara optimal.
Beberapa kebutuhan dan penyesuaian belajar yang dapat dipenuhi adalah
sebagai berikut:

14 | PPG Pra Jabatan 2022


• Membangun kepercayaan diri anak untuk belajar.

• Memahami kelemahan utama dalam belajar yang dialami oleh anak


seperti kemampuan konsentrasi, kemampuan mengungkapkan
informasi dll.

• Memberikan waktu tambahan belajar untuk anak.

• Menyediakan sumber belajar tambahan untuk anak, seperti lembar


kerja khusus, infografis, materi yang tersedia secara daring dll.

• Melakukan pengulangan terhadap materi yang diajarkan.

• Membangun hubungan yang baik dengan anak.

• Memvariasikan metode pengajaran (Parveen, Reba & Khan, 2014)

3) Kesulitan belajar spesifik

Berikut hal-hal yang harus dilakukan guru dalam menangani di dalam


kelas;

• Perkenalkan alfabet secara bertahap dan berurut.

• Alfabet diperkenalkan menggunakan huruf-huruf tiga dimensi seperti


berbahan kayu atau plastik, sehingga anak dapat melihat huruf,
mengambilnya, merasakannya dengan mata terbuka atau tertutup dan
mengucapkan bunyinya.

• ABK perlu tahu bahwa huruf /i/ muncul sebelum /k/, Alfabet dapat dibagi
ke dalam beberapa kelompok, yang membuat mudah anak mengingat
di kelompok mana huruf tersebut berada.

• Mengajarkan untuk menyortir dan mencocokkan huruf kapital, huruf


kecil, bentuk cetak, dan tulisan tangan huruf; melatih keterampilan
sequencing dengan huruf dan bentuk-bentuk terpotong; dan melatih
menempatkan tiap huruf dalam alfabet dalam hubungannya dengan
huruf lain.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 15


e. Kebutuhan Belajar ABK Dengan Disabilitas Fisik Dan Motorik

Contoh sarana dan prasarana atau aksesibilitas untuk anak dengan


disabilitas fisik dan motorik adalah kursi roda, tongkat kruk (crutch), tangga
landai (ram), serta pegangan rambat (handrail) untuk di tempat-tempat
penting seperti kamar mandi. Lebih lanjut sekurang-kurangnya tujuh aspek
yang perlu dikembangkan pada diri masing-masing anak tunadaksa
melalui pendidikan, yaitu:

• Pengembangan intelektual dan akademik

• Membantu perkembangan fisik

• Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak

• Mematangkan aspek sosial

• Mematangkan moral dan spiritual

• Meningkatkan ekspresi diri

• Mempersiapkan masa depan anak

f. Kebutuhan Belajar ABK Dengan Disabilitas Emosi Dan Sosial

1) Disabilitas emosi sosial

Kebutuhan pembelajaran bagi anak disabilitas perilaku dan emosi yang


harus diperhatikan oleh guru antara lain adalah:

• Mengetahui strategi pencegahan dan intervensi bagi individu yang


beresiko mengalami disabilitas emosi dan perilaku.

• Menggunakan variasi teknik yang tidak kaku dan keras untuk


mengontrol tingkah laku target dan menjaga atensi dalam
pembelajaran.

• Menjaga rutinitas pembelajaran dengan konsisten, dan terampil dalam


problem solving dan mengatasi konflik.

16 | PPG Pra Jabatan 2022


• Merencanakan dan mengimplementasikan reinforcement secara
individual dan modifikasi lingkungan dengan level yang sesuai dengan
tingkat perilaku.

• Mengintegrasikan proses belajar mengajar (akademik), pendidikan


afektif, dan manajemen perilaku baik secara individual maupun
kelompok.

• Melakukan asesmen atas tingkah laku sosial yang sesuai dan


problematik pada ABK secara individual.

• Perlu adanya penataan lingkungan yang kondusif (menyenangkan)


bagi setiap anak.

• Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan disabilitas dan masalah


yang dihadapi oleh setiap anak.

• Adanya kegiatan yang bersifat kompensatoris sesuai dengan bakat dan


minat anak.

• Perlu adanya pengembangan akhlak atau mental melalui kegiatan


sehari-hari, dan contoh dari lingkungan.

2) Spektrum autis

Kebutuhan belajar ABK dengan spektrum autis adalah :

• Diperlukan adanya pengembangan strategi untuk belajar dalam seting


kelompok.

• Perlu menggunakan beberapa teknik di dalam menghilangkan perilaku-


perilaku negatif yang muncul dan mengganggu kelangsungan proses
belajar secara keseluruhan (stereotip).

• Guru perlu mengembangkan ekspresi dirinya secara verbal dengan


berbagai bantuan.

• Guru terampil mengubah lingkungan belajar yang nyaman dan


menyenangkan bagi anak, sehingga tingkah laku anak dapat
dikendalikan pada hal yang diharapkan.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 17


3) ADHD

Kebutuhan pembelajaran bagi PDBK ADHD/GPPH adalah sebagai berikut:

• Membuat aturan di kelas yang jelas dan konsisten.

• Mengurangi distraksi di kelas seperti suara bising, hiasan yang


belebihan dll.

• Menyediakan feedback secara berkala ketika PDBK menunjukkan


perilaku hiperaktif.

• Membagi tugas kompleks menjadi tugas sederhana yang tidak


memerlukan waktu panjang.

• Berikan pujian setiap kali PDBK dapat menyelesaikan tugasnya.

• Perlu perhatian ekstra ketika terjadi perubahan jadwal/rutinitas

g. Kebutuhan Belajar ABK Cerdas Istimewa Berbakat


Istimewa (CIBI)

Kebutuhan pembelajaran bagi anak CIBI adalah sebagai berikut. Program


pengayaan horisontal, meliputi :

• Pengembangan kemampuan eksplorasi.


• Pengembangan pengayaan dalam arti memperdalam dan memperluas
hal-hal yang ada di luar kurikulum biasa.
• Eksekutif intensif dalam arti memberikan kesempatan untuk mengikuti
program intensif bidang tertentu yang diminati secara tuntas dan
mendalam dalam waktu tertentu.

Program pengayaan vertikal, yaitu:

• Acceleration, percepatan/maju berkelanjutan dalam mengikuti program


yang sesuai dengan kemampuannya, dan jangan dibatasi oleh jumlah
waktu, atau tingkatan kelas.

18 | PPG Pra Jabatan 2022


• Independent study, memberikan seluas-luasnya kepada anak untuk
belajar dan menjelajahi sendiri bidang yang diminati.

• Mentorship, memadukan antara yang diminati anak gifted dan tallented


dengan para ahli yang ada di masyarakat.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 19


Lembar Kerja I

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!

1. Jelaskan pembeda utama antara ABK permanen dengan ABK temporer!

2. Jelaskan perbedaan karakteristik disabilitas intelektual/tunagrahita, dengan


peserta didik lamban belajar dan kesulitan belajar!

3. Jelaskan perbedaan karakteristik peserta didik ADHD, dengan peserta didik


spektrum autis!

4. Kemukakan media pembelajaran apa saja yang diperlukan apabila terdapat


peserta didik disabilitas penglihatan dan disabilitas pendengaran di kelas!

20 | PPG Pra Jabatan 2022


C. Ruang Kolaborasi (120 menit)

Setelah mempelajari konsep Keberagaman ABK, silahkan membentuk kelompok


yang terdiri atas 4-5 orang. Kemudian lakukan Tugas Kelompok Analisis
Kebutuhan Belajar sebagai berikut:

Tugas Kelompok Analisis Kebutuhan Belajar

Petunjuk

1. Bentuklah kelompok yang terdiri atas 4-5 orang!

2. Pilihlah salah satu mata pelajaran sebagai berikut:


a. Bahasa Indonesia
b. Matematika
c. IPA
d. IPS
e. Pendidikan Jasmai
f. Kesenian

3. Susunlah presentasi yang menjelaskan kebutuhan belajar masing-masing


jenis ABK permanen berdasarkan mata pelajaran yang Anda pilih! Gunakan
template berikut!

Kebutuhan Belajar Mata


No Jenis ABK
Pelajaran …

1 Disabilitas penglihatan

2 Disabilitas pendengaran

3 Disabilitas intelektual

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 21


4 Lamban belajar

5 Kesulitan belajar spesifik

6 Disabilitas fisik dan motorik

7 Disabilitas emosi sosial

8 Spektrum Autis

9 ADHD

10 Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa

Presentasi dapat menggunakan canva, power point dan lain-lain.

D. Demonstrasi Kontekstual (100 menit)

Setelah menyelesaikan tugas Analisis Kebutuhan Belajar secara berkelompok


lakukan presentasi hasil kerja kelompok. Berikan masukan terhadap hasil kerja
kelompok lain.

Selama presentasi perhatikan hal-hal berikut!

1. Penguasaan materi
2. Kecocokan antara isi yang dipresentasikan dengan isi makalah

22 | PPG Pra Jabatan 2022


3. Tampilan slide (gambar, diagram, foto, video, alur materi) mendukung
presentasi
4. Kemampuan mempertahankan argumen
5. Kualitas suara (volume, artikulasi suara. intonasi)
6. Pembawaan (cara pandang, gerak tubuh yang efektif, ketenangan)
7. Berpakaian sopan dan rapi
8. Penggunaan bahasa yang benar
9. Tanggap dan siap menerima terhadap masukkan

Bapak Ibu dosen bisa melakukan penilaian presentasi dengan rubrik yang ada di
lampiran.

E. Elaborasi Pemahaman (180 menit)

Anda sudah memahami materi karakteristik ABK. Untuk lebih memahami


karakteristik dan kebutuhan ABK, buatlah pertanyaan-pertanyaan mengenai
keberagaman ABK yang masih Anda belum pahami. Pertanyaan ini akan
didiskusikan dengan rekan, dosen atau instruktur tamu (Guru SLB, Guru
Pembimbing Khusus, Psikolog/Dokter).

Bapak/Ibu dosen silahkan melakukan pengecekan pemahaman mahasiswa


dengan bertanya mengenai hal berikut!

1. Klasifikasi ABK
2. Karakteristik ABK
3. Kebutuhan Belajar ABK

F. Koneksi Antar Materi (100 menit)

Pada mata kuliah lain Anda sudah mempelajari mengenai kebutuhan belajar ABK,
prinsip pembelajaran dan seterusnya. Untuk membuat Koneksi Antar Materi,
identifikasikanlah penyesuaian-penyesuaian dalam pembelajaran apa saja yang
diperlukan ABK, dengan mengisi tabel berikut:

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 23


No Jenis ABK Penyesuaian

1 Disabilitas penglihatan

Disabilitas
2
pendengaran

3 Disabilitas intelektual

4 Lamban belajar

Kesulitan belajar
5
spesifik

Disabilitas fisik dan


6
motorik

7 Disabilitas emosi sosial

8 Spektrum Autis

9 ADHD

Cerdas Istimewa
10
Berbakat Istimewa

G. Aksi Nyata (240 menit)

Anda sudah mempelajari konsep keberagaman ABK. Berikutnya, untuk


meningkatkan pemahaman mengenai keberagaman ABK susunlah rencana Anda
untuk melakukan program kampanye melalui menjawab pertayaan berikut!

24 | PPG Pra Jabatan 2022


1. Bagaimana Anda akan mempromosikan isu keberagaman ABK pada orang di
sekitar Anda?

2. Media apa yang akan Anda gunakan untuk mempromosikan hal tersebut!
Jelaskan!

3. Siapa sajakah yang menjadi target dari promosi Anda?

4. Pihak mana sajakah yang dapat membantu untuk mempromosikan


keberagaman ABK? Jelaskan!

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 25


26 | PPG Pra Jabatan 2022
Topik 2 : Bentuk - Bentuk Layanan
Pendidikan untuk ABK

Durasi 2 pertemuan

Capaian Pembelajaran Mahasiswa mampu menjelaskan keberagaman ABK

Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat:

1. Memahami bentuk – bentuk layanan pendidikan untuk ABK (Segregasi


dan Inklusif)
2. Memahami kurikulum di sekolah luar biasa dan inklusif

A. Mulai dari Diri (20 menit)

Mahasiswa PPG Prajabatan yang berbahagia,

Selamat datang di topik kedua yaitu Bentuk-Bentuk Layanan Pendidikan untuk


ABK. Anda tentu mengetahui bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga
negara, termasuk ABK. Untuk memulai topik ini silahkan menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut:

1. Menurut Anda dimana sajakah ABK dapat mengakses pendidikan? Jelaskan!

2. Apakah Anda pernah mengunjungi sekolah luar biasa/sekolah khusus di


sekitar domisili Anda? Apabila iya jelaskan kondisinya, apabila tidak menurut
Anda akan seperti apakah sekolah luar biasa/sekolah khusus itu?

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 27


3. Apakah Anda pernah mengunjungi sekolah inklusif di sekitar domisili Anda?
Apabila iya jelaskan kondisinya, apabila tidak menurut Anda akan seperti
apakah inklusif itu?

Selanjutnya, silahkan simak kedua video berikut dan berikan tanggapan Anda
dengan mengisi tabel yang tersedia!

Gambar 2. Video 1
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=eirika33LsI

Gambar 3. Video 2
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=AmpguKY0o2I

28 | PPG Pra Jabatan 2022


Setelah menonton video tersebut, maka sebutkan karakteristik sekolah di video A
dan di video B pada tabel berikut

Karakteristik Sekolah
No.
Sekolah di video A Sekolah di video B

1.

2.

3.

Sebagai calon guru Anda harus mengetahui bentuk – bentuk layanan pendidikan
khusus serta kurikulum untuk ABK. Oleh karena itu di topik ini Anda akan belajar
mengenai:

1. Bentuk – bentuk layanan pendidikan untuk ABK (Segregasi dan Inklusif)


2. Memahami kurikulum di sekolah luar biasa dan inklusif

B. Eksplorasi Konsep (80 menit)

Pada tahapan ini Anda akan mempelajari bentuk-bentuk dan kurikulum untuk
layanan pendidikan ABK. Untuk mengecek pemahaman Anda, silahkan
mengerjakan Lembar Kerja yang disediakan setelah Anda membaca materi!

Layanan pendidikan untuk ABK di Indonesia sesuai dengan UU No 8 Tahun 2016


tentang Penyandang Disabilitas Pasal 10 dapat diakses melalui sekolah
khusus/sekolah luar biasa yang menjadi bagian dari layanan pendidikan segregasi
yang dijelaskan dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional serta melalui sekolah inklusif yang menjadi
bagian dari layanan pendidikan inklusif sebagaimana diamanatkan pada Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif
Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan
dan/atau Bakat Istimewa mengeniyaitu pendidikan inklusi bertujuan memberikan
pendidikan kepada semua ABK bagi yang memiliki hambatan ataupun potensi
sesuai dengan kebutuhan ABK. Adapun penjelasan masing-masing layanan
adalah sebagai berikut (Garnida dkk., 2020):

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 29


1. Bentuk – bentuk layanan pendidikan untuk ABK (segregasi
dan inklusif)

a. Sekolah segresi

Sekolah segregasi merupakan sistem layanan yang terpisah dari pendidikan


umum dan dilaksanakan secara khusus. Sekolah Luar Biasa (SLB)/Sekolah
Khusus merupakan lembaga pendidikan khusus yang memberikan layanan
pada ABK. Dalam satu unit sekolah terdapat satu kepala sekolah dan
diselenggarakan mulai dari tingkat persiapan hingga tingkat lanjutan. Layanan
segregasi yang diberikan oleh sekolah dikategorikan sebagai berikut:

1) Sekolah Luar Biasa (SLB)/Sekolah Khusus

Sistem pada sekolah khusus lebih mengarah ke pendidikan individualisasi.


Setiap SLB memiliki tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut.
Pada awalnya SLB disesuaikan dengan satu disabilitas saja pada ABK,
sehingga SLB untuk tunanetra (SLB-A), SLB untuk tunarungu (SLB-B),
SLB untuk tunagrahita (SLB-C), SLB untuk tunadaksa (SLB-D), dan SLB
untuk tunalaras (SLB-E).

Seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 2014 mengalami perubahan


yaitu pada Kurikulum 2013 tidak terdapat bahasan SLB – E meskipun SLB-
E saat ini masih ada. Dalam sistem pendidikan khusus, terdapat
penambahan jenis SLB yaitu bagi Autism Spectrum Disorder (ASD)
menjadi SLB Autis. Selain SLB dengan disabilitas spesifik, terdapat lebih
dari 1 disabilitas yaitu SLB - BC untuk anak tunarungu dan tunagrahita dan
untuk tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa yaitu SLB - ABCD.
Adanya SLB dengan disabilitas lebih dari 1 dikarenakan jumlah anak di
sekolah tersebut sedikit serta fasilitas sekolah yang terbatas.

Menurut UU RI Nomor 2 Tahun 1989 dan PP No.72 Tahun 1991. dalam


pasal 4 PP No. 72 Tahun 1991 dijelaskan bahwa satuan pendidikan luar
biasa terdiri dari :

30 | PPG Pra Jabatan 2022


• Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dengan lama pendidikan minimal
enam tahun.

• Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB) minimal tiga


tahun

• Sekolah Menengah Luar Biasa (SMALB) minimal tiga tahun.

Dalam pasal 6 PP No.72 Tahun 1991 dijelaskan bahwa penyelanggaraan


Taman Kanak – Kanak Luar Biasa (TKLB) dengan lama pendidikan satu
sampai tiga tahun.

2) SLB Berasrama

SLB Berasrama merupakan SLB dengan fasilitas penginapan bagi ABK.


Penginapan dikelola oleh sekolah sehingga SLB tersebut memiliki
tingkatan yaitu tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut. Layanan
pendidikan yang diberikan sama dengan SLB. Pada SLB berasrama
terdapat keterkaitan dengan layanan pendidikan yang diberikan di sekolah
sehingga anak akan diberikan bimbingan setelah sekolah. ABK yang
memiliki keterbatasan dalam akses ke sekolah dapat memilih SLB
berasrama, khususnya yang berasal dari luar daerah.

3) SLB Kelas Jauh

Tuntas belajar serta pemerataan kesempatan belajar bagi ABK,


pemerintah memberikan kebijaksanaan pada ABK. SLB dengan kelas jauh
diperuntukkan bagi ABK yang memiliki tempat tinggal jauh dari SLB.
Terbatasnya SLB sedangkan ABK memiliki persebaran di seluruh
indonesia,SLB terdekat bertanggung jawab terhadap kelas jauh tersebut.
SLB terdekat sebagai sekolah induk memberikan tugas kepada tenaga
guru untuk melakukan kelas jauh.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 31


4) SLB dengan Guru Kunjung

SLB dengan guru kunjung merupakan suatu layanan pendidikan khusus


bagi ABK yang memiliki hambatan untuk mengikuti proses pembelajaran di
SLB terdekat. Guru kunjung( intinerant teacher) datang ke rumah PDBK
dan memberikan pembelajaran. Administrasi tetap dilakukan di SLB
terdekat yang merupakan naungan dari guru kunjung.

Sekolah segregasi memiliki kelebihan yaitu (1) adanya sifat rendah diri
diharapkan mampu dihilangkan karena memiliki teman dengan
kemampuan yang hampir sama, (2) kemampuan yang sama menjadikan
anak mudah beradaptasi, (3) lebih mudahnya bersosiasilasi menjadikan
anak tanpa dibayangi rasa takut dan dapat bersaing secara sehat dengan
temannya. Adapun kekurangannya yaitu (1) kemampuan berkomunikasi
anak terhambat dibanding anak anak lainnya, (2) adanya rasa terbatasi
dalam pergaulan, (3) adanya rasa ketidakadilan dalam kehidupan sekolah
yang terbatas bagi mereka.

b. Sekolah Inklusif

Sekolah Inklusif merupakan layanan pendidikan yang dilaksanakan dalam


sekolah reguler/umum yang terdapat peserta didik dengan beragam
kemampuan. Sekolah inklusif memiliki prinsip keberagaman dimana
mereka bersama dalam seluruh ataupun sebagian kegiatan dengan
memahami perbedaan. Semua peserta didik dapat berpatisipasi dalam
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kemampuan masing masing
individu. Sekolah inklusi dilaksanakan menggunakan kurikulum yang
berlaku di sekolah dan guru dapat merubah dengan kondisi ABK.
Perbedaan kemampuan individu, memungkinkan guru untuk memodifikasi
dan mengadaptasi kurikulum sesuai dengan kemampuan individu.
Kurikulum ini disebut juga sebagai kurikulum akomodati atau juga
kurikulum yang fleksibel. Guru kelas memegang tanggung jawab penuh
terhadap pembelajaran di kelas dan dibantu oleh Guru Pembimbing
Khusus (GPK) untuk merancang program pembelajaran.

32 | PPG Pra Jabatan 2022


Sekolah inklusif juga merupakan layanan pendidikan dengan suasana
terpadu antara ABK dan anak anak pada umumnya. Pada setiap kelas
memiliki ABK yang sedikit agar tidak memberatkan guru kelas. Guru kelas
tidak perlu memberikan pembelajaran pada berbagai macam jenis ABK.

Sekolah inklusif menyediakan GPK agar mampu membantu kesulitan


dalam memberikan pelayanan pendidikan khusus. GPK dapat menjadi
sarana konsultasi bagi guru kelas, kepala sekolah ataupun ABK itu sendiri.
GPK memberikan program pembelajaran pada ABK yang bertempat di
ruang bimbingan khusus atau bagi guru kelas pada kelas khusus .

Beberapa bentuk layanan pendidikan bagi ABK di sekolah inklusif dapat


dibagi menjadi :

1) Kelas Biasa

Pada kelas biasa, ABK melakukan kegiatan pembelajaran bersama


peserta didik pada umumnya dan menggunakan kurikulum yang berlaku
pada sekolah tersebut. GPK hanya memiliki fungsi sebagai sarana
konsultan bagi ABK, orangtua ABK, kepala sekolah ataupun guru kelas.
GPK sebagai sarana konsultan dapat memberikan saran dalam layanan
pendidikan yang diberikan seperti kurikulum pada ABK, maupun
pengajaran pada ABK. Pendekatan, metode dan cara penilaian
menggunakan kurikulum umum dan jika terdapat kasus ringan atau sangat
memungkinkan dilakukan oleh guru kelas. Seperti contohnya pada mata
pelajaran kesenian dan bahasa bagi anak tunarungu penilaian yang
diberikan disesuaikan dengan kemampuan wicara pada anak .
Keterpaduan antara kurikulum umum dan ABK disebut sebagai
keterpaduan penuh.

2) Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus.

Pada kelas ini, ABK menggunakan kurikulum umun dan mendapatkan


pelayanan pendidikan khusus sesuai dengan kemampuan ABK. GPK

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 33


memberikan pelayanan pendidikan khusus dan dilaksanakan di ruang
bimbingan khusus. Pelayanan pendidikan khusus menggunakan
pendekatan individual dengan menyesuaikan metode sesuai dengan
karakteristik ABK. Ruang bimbingan khusus dilengkapi dengan media
pembelajaran sesuai dengan layanan pendidikan khusus. Seperti
contohnya menyediakan alat tulis braille bagi anak tunanetra . Penggunaan
kurikulum umum dan adanya program layanan khusus disebut sebagai
keterpaduan sebagian.

3) Kelas Khusus

Pelaksanaan pendidikan khusus mengikuti kurikulum SLB dan


dilaksanakan pada ruang bimbingan khusus. Keterpaduan pada kelas ini
merupakan keterpaduan lokal/bangunan atau keterpaduan yang bersifat
sosialisasi. GPK melaksanakan program pada ruang bimbingan khusus
dengan menggunakan pendekatan, metode dan cara penilaian sama
seperti kurikulum yang berlaku di SLB. Keterpaduan pada tingkat ini hanya
bersifat fisik dan sosial, Keterpaduan ABK dan peserta didik reguler hanya
dilakukan pada kegiatan non akademik seperti pada saat pembelajaran
olahraga, kesenian, dan diarahkan agar bersosialisasi pada jam istirahat.
Perbedaan kemampuan ABK di kelas khusus maka diberikan
pembelajaran individual (individualizes instruction) sesuai dengan
kemampuan setiap individu. Pembentukan kelas khusus bertujuan agar
membantu ABK tidak tertinggal jauh ataupun drop out.

Sekolah inklusif memiliki kelebihan yaitu (1) dapat meningkatkan


pertumbuhan sikap pada ABK dikarenakan dapat bermain dengan peserta
didik reguler pada umumnya, (2) Pada sekolah reguler memiliki lebih
banyak peserta didik dibanding SLB sehingga menciptakan suasana positif
, (3) ABK mendapatkan kurikulum seperti peserta didik reguler sehingga
memiliki peningkatan dalam kemampuan akademik dibanding di SLB, (4)
pemberian program khusus dapat meningkatkan potensi anak karena
menggunakan pendekatan individual.

34 | PPG Pra Jabatan 2022


Adapun kekurangan dari sekolah inklusif adalah (1) peserta didik reguler
kebanyakan masih memberikan stigma negatif pada ABK sehingga
berpengaruh pada psikologis ABK, (2) beberapa ABK memiliki sedikit
keinginan untuk bersosialisasi selain dengan ABK, (3) sebagian orangtua
tidak menerima jika di cap ataupun digolongkan dengan ABK, (4) ABK
harus menyesuaikan dengan kurikulum yang ada karena kurikulum bisa
jadi tidak sesuai dengan ABK di bawah rata – rata.

2. Kurikulum untuk layanan pendidikan ABK

Kurikulum untuk ABK secara khusus diatur dalam Permendikbud Nomor 157
Tahun 2014 tentang Kurikulum Pendidikan Khusus. Lebih spesifik pada Pasal 6
dijelaskan bahwa kurikulum bagi ABK dapat berbentuk kurikulum pendidikan
khusus atau mengikuti kurikulum reguler. Kurikulum reguler yang dimaksud adalah
kurikulum yang menjadi acuan pendidikan kelas reguler yaitu Kurikulum 2013.
Lebih lanjut, program pendidikan khusus juga bisa ditambahkan pada kurikulum
reguler. Sedangkan kurikulum pendidikan khusus yang dimaksud pada pasal 6
adalah Kurikulum 2013 yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus setiap ABK.
Kurikulum pendidikan khusus yang dimaksud dijelaskan pada Pasal 8 Ayat 4 yaitu
program umum, program kebutuhan khusus, program kemandirian.

Muatan kurikulum pendidikan khusus dibagi sesuai dengan kebutuhan khusus


masing masing ABK seperti di sampaikan pada Pasal 9 yaitu:

a. Muatan kurikulum pendidikan khusus bagi peserta didik tunanetra dan


tunadaksa ringan kelas I SDLB/MILB sampai dengan kelas XII SMALB/MALB
atau SMKLB/MAKLB disetarakan dengan muatan kurikulum pendidikan
reguler Pendidikan Anak Usia Dini sampai dengan kelas VIII SMP/MTs
ditambah program kebutuhan khusus dan program pilihan kemandirian.

b. Muatan kurikulum pendidikan khusus bagi peserta didik tunarungu kelas I


SDLB/MILB sampai dengan kelas XII SMALB/MALB atau SMKLB/MAKLB
disetarakan dengan muatan kurikulum pendidikan reguler Pendidikan Anak
Usia Dini sampai dengan kelas VI SD/MI ditambah program kebutuhan khusus
dan program pilihan kemandirian.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 35


c. Muatan kurikulum pendidikan khusus bagi peserta didik tunagrahita ringan,
tunadaksa sedang, dan autis kelas I SDLB/MILB sampai dengan kelas XII
SMALB/MALB atau SMKLB/MAKLB disetarakan dengan muatan kurikulum
pendidikan reguler Pendidikan Anak Usia Dini sampai dengan kelas IV SD/MI
ditambah program kebutuhan khusus dan program pilihan kemandirian.

d. Muatan kurikulum pendidikan khusus bagi peserta didik tunagrahita sedang


kelas I SDLB/MILB sampai dengan kelas XII SMALB/MALB atau
SMKLB/MAKLB disetarakan dengan muatan kurikulum pendidikan reguler
Pendidikan Anak Usia Dini sampai dengan kelas II SD/MI ditambah program
kebutuhan khusus dan program pilihan kemandirian.

Program kebutuhan khusus bertujuan untuk meningkatkan kemampuan


pengembangan diri dan meminimalkan adanya hambatan pada ABK dengan
alokasi waktu yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ABK. Program yang
mencakup program kebutuhan khusus yang dimaksud dijelaskan pada pasal 10
yaitu:

a. Pengembangan orientasi dan mobilitas, terutama bagi peserta didik tunanetra

b. pengembangan komunikasi, persepsi, bunyi, dan irama, terutama bagi peserta


didik tunarungu

c. pengembangan binadiri, terutama bagi peserta didik tunagrahita

d. pengembangan binadiri dan binagerak, terutama bagi peserta didik tunadaksa

e. pengembangan pribadi dan perilaku sosial, terutama bagi peserta didik


tunalaras

f. pengembangan interaksi, komunikasi, dan perilaku, terutama bagi peserta


didik autis

Program pilihan kemandirian yang dimaksud pada Pasal 8 Ayat 4 dijelaskan pada
Pasal 11 yaitu Program pilihan kemandirian diberikan agar ABK tidak bergantung
pada orang lain, menjadi bekal hidup, dan mempersiapkan ABK agar mampu
bekerja. Program pilihan yang dimaksud mencakup :

a. Teknologi Informasi Komputer


b. Akupressur

36 | PPG Pra Jabatan 2022


c. Elektronika
d. Otomatif
e. Pariwisata
f. Tata Kecantikan
g. Tata Boga
h. Tata Busana
i. Komunikasi
j. Jurnalistik
k. Seni pertunjukan
l. Seni rupa dan kriya

Pembelajaran ABK dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan


masing – masing yang didapat dari hasil asesmen (materi ini akan kalian pelajari
di Topik 5 Identifikasi dan Asesmen ABK). Penilaian hasil belajar ABK mengacu
pada penilaian hasil belajar reguler yang disesuaikan dengan kemampuan masing
– masing ABK. Bagi ABK yang memiliki potensi kecerdasan ataupun bakat
istimewa, pembelajaran dapat dilaksanakan pada satuan pendidikan reguler
seperti ditulis pada Pasal 15 Ayat 3 yaitu :

a. Kelas biasa/reguler dengan program pengayaan; dan/atau


b. Kelas khusus dengan program percepatan

Program percepatan disesuaikan dengan kebutuhan khusus tiap anak sesuai


dengan potensi kecerdasan masing – masing. Persyaratan program percepatan
sebagaimana Pasal 15 Ayat 4 yaitu :

a. Anak memiliki potensi kecerdasan yang telah diukur melalui tes psikologi;
dan/atau

b. Anak memiliki potensi akademik tinggi dan/atau bakat istimewa di bidang seni
dan/atau olahraga.

Lebih lanjut berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan


Teknologi Republik Indonesia Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan
Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Kurikulum menjelaskan bahwa struktur

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 37


kurikulum SLB mengacu kepada struktur kurikulum SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/MA yang disesuaikan untuk ABK dengan hambatan intelektual. Untuk ABK
yang tidak mengalami hambatan intelektual dapat menggunakan kurikulum
pendidikan reguler yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Kemudian ABK
yang tidak memiliki hambatan intelektual di SLB atau Satuan Pendidikan
Penyelenggara Pendidikan Inklusif dapat menggunakan struktur kurikulum dan
capaian pembelajaran pendidikan reguler sesuai jenjangnya dengan menerapkan
prinsip-prinsip modifikasi kurikulum.

Untuk pemahaman lebih lanjut mengenai kurikulum untuk ABK di sekolah silahkan
membaca Permendikbud Nomor 157 Tahun 2014 tentang Kurikulum Pendidikan
Khusus di tautan berikut:

https://gurubagi.com/permendikbud-nomor-157-tahun-2014-kurikulum-
pendidikan-khusus/

dan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik


Indonesia Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam
Rangka Pemulihan Kurikulum di tautan berikut:

https://jdih.kemdikbud.go.id/sjdih/siperpu/dokumen/salinan/salinan_202202
15_093900_Salinan%20Kepmendikbudristek%20No.56%20ttg%20Pedoman
%20Penerapan%20Kurikulum.pdf

38 | PPG Pra Jabatan 2022


Lembar Kerja II

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!

1. Jelaskan pembeda utama layanan pendidikan segregatif dan layanan


pendidikan inklusif!

2. Jelaskan jenis-jenis layanan pendidikan segregatif!

3. Jelaskan karakteristik utama layanan pendidikan inklusif!

4. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari sekolah khusus!

5. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari sekolah inklusif!

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 39


C. Ruang Kolaborasi (120 menit)

Setelah mempelajari bentuk – bentuk layanan pendidikan dan penempatan


layanan pendidikan untuk ABK, kerjakan tugas Analisis Kasus berikut

Tugas Analisis Kasus

Petunjuk :

1. Buatlah kelompok berisikan 2-3 orang


2. Analisislah kasus di bawah ini dan diskusikan soalnya!
3. Buatlah bahan presentasi untuk hasil kerja Anda!

Lalita merupakan anak berusia 7 tahun yang belum bersekolah. Lalita belum mampu
mengucap kata dan artikulasi masih belum jelas. Dari hasil wawancara dengan orang
tua Lalita, Lalita cukup mandiri dan mampu mengikuti instruksi verbal sederhana.
Kemampuan kognitif Lalita sedikit tertinggal dibanding teman sebayanya. Lalita sering
mengusili orang sekitar dan tidak malu dengan orang baru. Orangtua ingin
mendaftarkan anak agar mampu mendapatkan layanan yang tepat.

Dari kasus tersebut maka tentukan :

1. Apakah disabilitas yang kemungkinan dialami Lalita?

2. Apakah layanan pendidikan yang tepat bagi Lalita?

3. Mengapa layanan tersebut menurut kalian tepat bagi Lalita?

40 | PPG Pra Jabatan 2022


D. Demonstrasi Kontekstual (80 menit)

Setelah menganilisis kasus tersebut, presentasikan hasil Analisis Kasus tersebut


di kelas. Berikan masukan pada kelompok penyaji sesuai dengan apa yang telah
kalian diskusikan.

Selama presentasi perhatikan hal-hal berikut!

1. Penguasaan materi
2. Kecocokan antara isi yang dipresentasikan dengan isi makalah
3. Tampilan slide (gambar, diagram, foto, video, alur materi) mendukung
presentasi
4. Kemampuan mempertahankan argumen
5. Kualitas suara (volume, artikulasi suara. intonasi)
6. Pembawaan (cara pandang, gerak tubuh yang efektif, ketenangan)
7. Berpakaian sopan dan rapi
8. Penggunaan bahasa yang benar
9. Tanggap dan siap menerima terhadap masukkan

Bapak Ibu dosen bisa melakukan penilaian presentasi dengan rubrik yang ada di
lampiran.

E. Elaborasi Pemahaman (20 menit)

Anda sudah memahami bentuk – bentuk layanan pendidikan untuk ABK. buatlah
pertanyaan-pertanyaan mengenai layanan pendidikan untuk ABK yang masih
Anda belum pahami. Pertanyaan ini akan didiskusikan dengan rekan, dosen atau
instruktur tamu (Guru SLB dan GPK).

Bapak/Ibu dosen silahkan melakukan pengecekan pemahaman mahasiswa


dengan bertanya mengenai hal berikut:

1. Bentuk – bentuk layanan pendidikan untuk ABK (Segregasi dan Inklusif)


2. Kurikulum untuk layanan pendidikan ABK.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 41


F. Koneksi Antar Materi (120 menit)

Pada topik sebelumnya Anda sudah mempelajari karakteristik ABK. Untuk


membuat Koneksi Antar Materi, buatlah peta konsep penempatan ABK
berdasarkan karakteristik kebutuhan belajar di Topik 1.

Contoh :

1. Peserta didik gangguan intelektual Hambatan Intelektual Penempatan yang


disarankan: Layanan segregasi dan inklusif.

Alasan….

2. dst lanjutkan dengan 9 hambatan lainnya

Kerjakan sesuai contoh diatas untuk PDBK lainnya

42 | PPG Pra Jabatan 2022


G. Aksi Nyata (240 menit)

Anda sudah mempelajari bentuk – bentuk layanan pendidikan untuk PDBK.


Selanjutnya, lakukan pendataan pada:

1. Sekolah luar biasa/khusus di daerah Anda, sebutkan nama sekolah, dan


jelaskan layanan yang diberikan!

2. Sekolah inklusif di daerah Anda, sebutkan nama sekolah, dan jelaskan


layanan yang diberikan!

Anda dapat memperoleh informasi dari informan ataupun sumber lain seperti
website dan sosial media.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 43


44 | PPG Pra Jabatan 2022
Topik 3 : Konsep Pendidikan Inklusif

Durasi 2 pertemuan

Mahasiswa mampu memahami konsep


Capaian Pembelajaran
pendidikan inklusif

Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat:

1. Memahami pengertian pendidikan inklusif


2. Memahami landasan penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia
3. Memahami pengelolaan kelas di sekolah inklusif
4. Memahami konsep penerapan UDL dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah inklusif

A. Mulai dari Diri (20 menit)

Mahasiswa PPG Prajabatan yang berbahagia,

Selamat datang di topik ketiga yaitu Konsep Pendidikan Inklusif. Untuk memulai
topik ini, kemukakan kembali berdasarkan pemahaman di materi sebelumnya dan
pengalaman Anda, apa saja karakteristik dari sekolah inklusif ?

1. …….
2. …….
3. …….
4. …….
5. …….
6. …….

Di sekolah inklusif, guru harus melaksanakan pengelolaan kelas, kemukakan apa


yang Anda pahami mengenai pengelolaan kelas!

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 45


Menurut anda mengapa penting untuk mengelola kelas yang terdiri atas beragam
siswa?

Apakah anda pernah mendengar Universal Design Learning? Kemukakan apa


yang Anda ketahui!

Sebagai guru yang siap untuk mengajar di kelas heterogen Anda perlu memahami
Konsep Pendidikan Inklusif. Untuk memahami konsep tersebut, di topik ini Anda
akan belajar mengenai:

1. Pengertian pendidikan inklusif.


2. Landasan penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia.
3. Pengelolaan kelas di sekolah inklusif
4. Penerapan UDL dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah inklusif.

B. Eksplorasi Konsep (80 menit)

Pada tahapan ini Anda akan mempelajari pengertian pendidikan inklusif, landasan
penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia, pengelolaan kelas di sekolah
inklusif, dan penerapan UDL dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah
inklusif. Untuk mengecek pemahaman Anda kerjakan lembar kerja setelah
membaca materi !

46 | PPG Pra Jabatan 2022


1. Pengertian Pendidikan Inklusif

Pendidikan inklusif memiliki konsep yang bermacam-macam di berbagai negara.


Di Indonesia, pengertian pendidikan inklusif dikemukakan dalam Permendiknas
No. 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki
Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa yang
menjelaskan bahwa pendidikan inklusif didefinisikan sebagai sistem
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua
peserta didik berkelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

Pendidikan inklusif dalam makna sempit merupakan bentuk sistem pendidikan


yang menghimpun anak berkebutuhan khusus untuk belajar di sekolah-sekolah
terdekat dengan setting kelas umum bersama teman-teman sebayanya. Adapun
dalam makna luas pendidikan inklusif dimaknai sebagai penyelenggaraan
pendidikan berkualitas untuk seluruh peserta didik dengan lingkungan belajar yang
ramah (Spandagou dkk., 2020). Adanya penyelenggaraan pendidikan inklusif ini
menjadi suatu bentuk jawaban atas permasalahan keberagaman siswa dengan
meningkatkan partisipasi pembelajaran, budaya, dan masyarakat, serta
diharapkan mampu meminimalisir diskriminasi dalam pendidikan. Dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusif tentunya ada perubahan dan modifikasi baik
dalam ini, pendekatan, struktur, serta strategi dengan tujuan dapat mewadahi
semua kebutuhan anak.

Penyelenggaraan pendidikan inklusif memiliki prinsip bahwa semua siswa tanpa


terkecuali dapat mengikuti kegiatan belajar. belajar dapat dimaknai sebagai jalinan
kerjasama antara tenaga pendidik, orang tua dan masyarakat. Oleh karena, itu
dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan inklusif memerlukan adanya
perubahan cara berpikir, kebijakan budaya pengaturan kelas, dan diberlakukannya
prinsip adaptasi.

Secara filosofi pendidikan inklusif disimpulkan sebagai pendidikan dan sosial


dimana dalam pendidikan ini semua anak terlepas dari kemampuan maupun
ketidakmampuan mereka, jenis kelamin, status sosial-ekonomi, suku, latar
belakang budaya atau bahasa dan agama. Lebih lanjut, pendidikan inklusif

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 47


merupakan cara berpikir dan bertindak yang memungkinkan setiap individu
merasa diterima dan dihargai. Pendidikan inklusif berprinsip untuk mendorong
berbagai unsur yang terlibat dalam proses pembelaran mengusahakan lingkungan
sekolah yang ramah terhadap pembelajaran dan semua siswa dapat belajar
secara efektif sehingga tidak ada siswa yang ditolak oleh sekolah karena
ketidakmampuan dalam memenuhi standar akademis yang ditetapkan.

Adapun penyelenggaraan pendidikan inklusif juga memiliki beberapa prinsip


inklusif yang harus diperhatikan sebagaimana dijelaskan dalam Panduan
Pelaksanaan Pendidikan Inklusif (Arriani dkk., 2021) yakni:

a. Keragaman di kelas memperkaya dan memperkuat pendidikan

Setiap anak tentunya memiliki perbedaan dan perbedaan ini merupakan


tantangan baik pada guru, siswa, maupun orang tua. tetapi perbedaan ini
menjadi peluang untuk membentuk hubungan yang lebih baik dalam
pengembangan pribadi sosial dan akademis titik dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusif guru harus dapat memahami perbedaan yang ada di kelas
serta mampu memanfaatkan perbedaan pengetahuan dan pengalaman siswa
agar mereka dapat mengatasi tantangan yang terjadi.

b. Kurikulum berbasis kekuatan dan individualisasi

Prinsip utama dalam pendidikan inklusif salah satunya adalah pendekatan


berbasis kekuatan karena setiap anak tentunya memiliki kekuatan dan bakat
yang berbeda serta melekat pada masing-masing anak. Oleh karena itu,
kekuatan dan kebutuhan ini perlu dilibatkan dalam perencanaan dan
implementasi kurikulum khususnya dalam kegiatan pembelajaran. hal ini
diupayakan agar kurikulum berbasis kekuatan dan Individualisasi dapat
meningkatkan kontribusi, motivasi dan prestasi siswa.

c. Keterlibatan peserta didik dan organisasi siswa

Peserta didik memiliki peran yang penting untuk membantu keberhasilan


penyelenggaraan pendidikan inklusif Untuk meningkatkan kontribusi siswa

48 | PPG Pra Jabatan 2022


dalam kelas, guru perlu mencari sudut pandang peserta didik dengan
memanfaatkan organisasi siswa yang ada di sekolah.

d. Terlibat dengan keterlibatan semua pemangku kepentingan

Tidak hanya sekolah yang mengetahui perkembangan siswa tetapi orang tua
dan peserta didik mendapatkan akses informasi tentang perkembangan
kemampuan belajar anak dari penilaian formatif dan sumatif secara
berkelanjutan.

e. Guru pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif membutuhkan


komitmen, pengetahuan dan keterampilan praktis

Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif guru harus memahami serta bisa


melaksanakan pembelajaran dengan 3H: Heart atau komitmen head atau
pengetahuan kritis, dan hand strategi praktis. Maka, guru harus bisa
berkomitmen dalam mengajar anak, memiliki pengetahuan dan keterampilan
sehingga dapat menggunakan strategi yang efektif serta menarik dalam kelas
untuk melancarkan kegiatan belajar pada siswa yang berbeda dalam
kemampuan dan gaya belajarnya.

2. Landasan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif

Pelaksanaan pendidikan inklusif di Indonesia memiliki 4 landasan sebagai berikut


(Budiyanto dkk., 2009):

a. Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan bentuk cara bepikir melingkupi filosofi Bhineka


Tunggal Ika, agama, pandangan universal, dan filosofi inklusi.

1) Filosofi Bhineka Tungga Ika didasarkan dari arti semboyan berbeda-beda


tapi tetap satu dimana dalam semboyan ini Indonesa mengakui perbedaan
adat istiadat, etnik, dialek, keyakinan, tradisi dan budaya.
2) Pandangan agama didasarkan dari dalam hal yang ditegaskan bahwa: (1)
manusia dilahirkan dalam keadaan suci, (2) kemuliaan seseorang di

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 49


hadapan Tuhan bukan karena fisik tetapi ketaqwaannya, (3) manusia
diciptakan berbeda-beda
3) Pandangan universal didasarkan bahwa setiap manusia mempunyai hak
untuk hidup, pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan yang layak.
4) Pendidikan inklusif didasarkan dari dorongan untuk merangkul semua
kalangan dalam pendidikan sehingga membantu peseta didik mengerti,
menerima, serta menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya, nilai,
kepribadian, dan keberfungsian fisik maupun psikologis.

b. Landasan Yuridis

Landasan yuridis merupakan landasan yang didasarkan kepada ketentuan


undang-undang yang ada dan telah disahkan. Landasan yuridis meliputi:

1) UUD 1945 (Amandemen) Pasal 31.

2) UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal 5.

3) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 48.

4) UU No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat.

5) Surat edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas No 380/C.C6/MNB/2003


tanggal 20 Januari 2003.

6) Deklarasi Bandung “Indonesia Menuju Pendidikan Inklusif” tanggal 8-14


Agustus 2004.

7) Deklarasi Bukittinggi tahun 2005.

8) Permendiknas No. 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta


Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau
Bakat Istimewa.

9) Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan


Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 127.

10) Permendikbud No. 157 tahun 2014 tentang Kurikulum Pendidikan Khusus.

11) UU No. 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

12) PP No. 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta
Didik Penyandang Disabilitas.

50 | PPG Pra Jabatan 2022


c. Ladasan Pedagogis

Landasan pedagogis merupakan cerminan dari pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional dimana peserta didik berkebutuhan
khusus dibentuk menjadi warganegara yang demokratis dan
bertanggungjawab, yakni menjadi warga negara yang bisa menghargai
perbedaan dan berpartisipasi dalam masyarakat.

d. Landasan Empiris

Secara empiris kajian pustaka dari Hehir dkk (2016) terhadap 280 penelitian
dari 25 negara mengidentifikasi 89 penelitian yang relevan menemukan bahwa
secara keseluruhan ada peningkatan manfaat bagi siswa berkebutuhan
khusus yang dididik dalam setting sekolah inklusif dan bahwa manfaat ini tidak
hanya di bidang akademik. Selain itu, manfaat netral atau positif dirasakan
siswa lainnya. Lebih lanjut, meta-analisis oleh Szumski, Smogorzewska dan
Marwowski, (2017) yang meneliti dampak kehadiran siswa berkebutuhan
khusus di kelas pada siswa tanpa kebutuhan pe khusus menganalisis 47 studi
dengan total sampel hampir 4.800.000 siswa. Ditemukan bahwa ada efek
positif dalam memiliki siswa berkebutuhan khusus di kelas.

3. Pengelolaan kelas

Pengelolaan kelas berasal dari kata pengelolaan dan kelas. Kebahasaan


pengelolaan berarti, “Rangkaian usaha untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan memanfaatkan orang lain” (Karwati & Priansa, 2014)
sedangkan kelas dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang melakukan
kegiatan belajar bersama sesuai tujuan dengan guru menjadi manajer utama
(Karwati & Priansa, 2014).

Menurut Sunhaji (2014) menjelaskan pengelolaan kelas merupakan bagian dari


tujuan dalam keterampilan dasar mengajar yakni untuk membentuk dan menjaga
kondisi pembelajaran yang optimal, yang berhubungan dengan kemampuan guru
menciptakan kondisi yang menguntungkan, menyenangkan peserta didik, dan
menciptakan disiplin belajar yang sehat. Pengelolaan kelas dapat diartikan sebgai

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 51


usaha untuk membentuk dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga
proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien, misalnya
memberi penguatan, mengembangkan hubungan guru-peserta didik, serta
membuat aturan kegiatan kelompok yang produktif.

Pengelolaan kelas memiliki tujuan sebagaimana dijelaskan oleh Santrock (2015)


sebagai berikut:

a. Membantu Peserta didik Menggunakan Waktu dengan Optimal

Tujuan ini dapat membuat peserta didik mampu menghabiskan waktu lebih
banyak untuk belajar daripada menghabiskan waktu dengan aktivitas yang
tidak sesuai dengan tujuan belajar.

b. Mencegah Peserta didik Mengalami Masalah Akademik dan


Emosional

Dengan pengelolaan kelas yang baik, peserta didik akan sibuk dengan tugas
menantang yang diberikan, termotivasi untuk belajar, dan mampu memahami
aturan dan regulasi yang harus dipatuhi. Sehingga meminimalisir peserta didik
mengalami masalah akademik dan emosi.

Pengelolaan kelas merupakan hal yang penting untuk dilakukan untuk mendukung
pembelajaran secara optimal terkhusus bagi peserta didik dengan spektrum
autism yang ditujukan untuk meminimalisir munculnya perilaku yang tidak
diinginkan.

Secara umum, dalam penerapan pengelolaan kelas terdapat dua aspek yakni:
pengaturan peserta didik, dan pengaturan kondisi fisik kelas. Dalam aspek
pengaturan peserta didik, aspek-aspek yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

a. Menciptakan lingkungan positif untuk pembelajaran

Salah satu upaya untuk menciptakan lingkungan yang positif selama


pembelajaran di langsung dapat dilakukan dengan pendekatan dan gaya
pengelolaan kelas. Adapun pendekatan dan gaya pengelolaan kelas

52 | PPG Pra Jabatan 2022


disesuaikan Berdasarkan pengamatan terhadap kondisi kelas. ada beberapa
pendekatan pengelolaan kelas sebagaimana diungkapkan oleh Karwati dan
Priansa (2014) sebagai berikut:

1) Pendekatan Kekuasaan

Pengelolaan kelas merupakan proses pengendalian perilaku siswa. Peran


guru dalam pendekatan ini adalah untuk menciptakan dan memelihara
situasi kelas yang disiplin.

2) Pende1katan Ancaman

Melalui pendekatan ini, pengelolaan kelas juga diartikan sebagai proses


pengendalian perilaku siswa, tetapi melalui ancaman, seperti: larangan,
sindiran, dan paksaan.

3) Pendekatan Kebebasan

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses yang memberikan


kebebasan kepada siswa untuk melakukan sesuatu tanpa mengenal waktu
dan tempat. Peran guru dalam pendekatan ini adalah berusaha
memaksimalkan kebebasan siswa.

4) Pendekatan Resep (Cookbook)

Pendekatan ini dilakukan dengan memberikan daftar yang jelas tentang


apa yang harus dan tidak boleh dilakukan guru dalam menanggapi
masalah atau situasi yang muncul di kelas. Daftar yang menjelaskan
langkah-langkah yang harus diambil

5) Pendekatan Pengajaran

Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa pengajaran yang baik


dapat mencegah masalah pada siswa dan dapat mengungkap masalah
Pendekatan ini mendorong perilaku guru dalam mengajar untuk mencegah

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 53


atau menghentikan perilaku buruk siswa.Peran guru adalah merencanakan
dan melaksanakan pengajaran yang baik.

6) Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku (Behavior Modification)

Pengelolaan kelas dapat didefinisikan sebagai proses memodifikasi


perilaku siswa. Peran guru adalah untuk mengembangkan perilaku yang
baik pada siswa dan mencegah perilaku buruk.

7) Pendekatan Sosial-Emosional

Menurut pendekatan ini, pengelolaan kelas optimal ketika hubungan


interpersonal berkembang dengan baik di dalam kelas. Oleh karena itu,
peran guru adalah menciptakan hubungan positif yang baik antara guru
dan siswa atau antara siswa dan siswa.

8) Pendekatan Proses Kelompok

Pengelolaan kelas didefinisikan sebagai pembentukan kelompok belajar di


dalam kelas. Peran guru adalah menciptakan kelompok belajar yang
produktif dan efektif.

9) Pendekatan Eklektik atau Pluralistik

Pengelolaan kelas menekankan pada potensi, kreativitas dan inisiatif guru.


bagi saya, saya memilih pendekatan yang berbeda tergantung pada situasi
kelas, pendekatan ini juga memungkinkan guru untuk menggabungkan
pendekatan yang berbeda.

10) Pendekatan Teknologi dan Informasi

Pengelolaan kelas berkaitan dengan penggunaan teknologi dan informasi


untuk membuat pembelajaran modern, di mana pembelajaran tidak
terbatas pada kuliah atau memberikan pengetahuan.

54 | PPG Pra Jabatan 2022


Sedangkan gaya pengelolaan kelas sebagaimana dijelaskan Santrock (2015),
sebagai berikut:

1) Gaya Pengelolaan Kelas Otoritatif

Guru melibatkan peserta didik dalam kerja sama dengan menunjukan


perhatian kepada peserta didik sehingga peserta didik menjadi mandiri,
tidak cepat puas, mau bekerja sama, dan memiliki penghargaan diri tinggi.

2) Gaya Pengelolaan Kelas Otoritarian

Guru berfokus untuk menjaga ketertiban kelas melalui mengekang dan


mengontrol peserta didik serta tidak banyak melakukan percakapan
dengan peserta didik. Peserta didik cenderung pasif, tidak memiliki inisiatif,
dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.

3) Gaya Pengelolaan Kelas Permisif

Guru memberi banyak kebebasan pada peserta didik tetapi tidak


mendukung pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan
perilaku peserta didik. Peserta didik cenderung memiliki keahlian akademik
yang kurang memadai dan kontrol diri yang rendah.

b. Menerapkan aturan dan prosedur pembelajaran di kelas

Penerapan aturan dan prosedur pembelajaran di dalam kelas menjadi salah


satu upaya dalam pengelolaan tingkah laku. Penerapan aturan dan prosedur
ini diberikan agar pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Peraturan
dan prosedur yang dibuat harus bersifat jelas. Pembuatan aturan dan prosedur
ini dapat dilakukan dengan bekerja sama bersama peserta didik atau juga
dapat ditentukan sendiri oleh guru selama aturan dan prosedur tidak
bertentangan dengan aturan dan prosedur di sekolah. Biasanya aturan dalam
kelas berkaitan dengan aturan piket, aturan berdiskusi dan lainnya. Sedangkan
prosedur berkaitan tentang prosedur memasuki kelas, prosedur memulai
pembelajaran, prosedur mengumpulkan pekerjaan rumah, prosedur
mengakhiri pelajaran, serta prosedur lain yang terkait dengan pembelajaran.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 55


c. Interaksi guru dengan peserta didik, serta

Dalam pelaksanaan pengelolaan kelas Guru harus memiliki Interaksi yang baik
dengan peserta didik karena interaksi dengan peserta didik merupakan salah
satu aspek untuk mengatur tingkah laku, kedisiplinan, minat, gairah belajar,
dan dinamika kelompok. Terdapat beberapa aspek yang menjadi perhatian
dalam cara berinteraksi guru dengan peserta didik. Adapun secara detail
masing-masing aspek sebagai berikut:

d. Menjadi komunikator yang baik.

Pelaksanaan pengelolaan kelas perlu dibersamai dengan adanya guru


sebagai komunikator yang baik dalam kelas. Oleh karenanya, guru perlu untuk
menguasai empat keterampilan, diantaranya:

1) Keterampilan Berbicara

Dalam berbicara guru hendaknya menerapkan prinsip penting agar


komunikasi dengan peserta didik dapat berjalan dengan baik dan sesuai.
Beberapa prinsip menurut pendapat menurut pendapat Florez (dalam
Santrock, 2015) serta Karwati dan Priansa (2014) meliputi:

a) Menggunakan tata bahasa dengan benar.


b) Menggunakan kosakata yang mudah dipahami dan sesuai usia
peserta didik.
c) Menempatkan bahasa sesuai dengan situasi yang dihadapi peserta
didik.
d) Menyesuaikan kondisi budaya peserta didik.
e) Menerapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam memahami penjelasan guru.
f) Berbicara dengan tempo yang sesuai.
g) Tidak menyampaikan hal yang masih belum terlalu jelas.
h) Menggunakan perencanaan dan pemikiran logis sebelum berbicara.
i) Menerapkan gaya asertif (tegas) dalam menghadapi konflik.

56 | PPG Pra Jabatan 2022


2) Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis yang dimaksud berkaitan dengan penyampaian


pesan penting dan kompleks (Karwati & Priansa, 2015). Maknanya pesan
lebih baik disampaikan secara tertulis ketimbang lisan. Adapun pesan
tertulis yang dimaksud dapat berupa pemberitahuan, maupun teguran
pada peserta didik. Prinsip yang harus diperhatikan guru dalam
keterampilan menulis dalam hal kebahasaan sama dengan prinsip
keterampilan berbicara, sedangkan dalam hal tulisan hendaknya mudah
dibaca dan jelas.

3) Keterampilan Mendengarkan

Selain keterampilan berbicara keterampilan mendengarkan juga penting


dikuasai oleh guru ketika mengelola kelas. Sama halnya dengan
keterampilan berbicara, beberapa prinsip menurut Santrock (2015) di
bawah ini perlu untuk menjadi perhatian guru:

a) Memberikan perhatian cermat pada peserta didik yang berbicara.


b) Menerapkan parafrasa.
c) Mensintesiskan tema dan pola.
d) Memberikan umpan balik dan tanggapan secara kompeten.

1) Komunikasi Non-Verbal

Selain dengan berbicara dan mendengarkan, untuk menjadi komunikator


yang baik, maka guru juga perlu untuk menguasai keterampilan komunikasi
nonverbal yang diungkapkan oleh Santrock (2015) serta Karwati dan
Priansa (2015) sebagai berikut :

a) Menerapkan ekspresi wajah dan komunikasi mata yang sesuai.


b) Menerapkan sentuhan (gandeng tangan, berjabat tangan, saling
merangkul, menepuk bahu, adu tinju, adu telapak tangan sesuai
dengan situasi.
c) Menerapkan konsep ruang privasi pada peserta didik.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 57


d) Mempergunakan komunikasi diam dengan tepat.
e) Pengaturan postur tubuh.

e. Menghadapi Perilaku Bermasalah

Dalam pembelajaran kelas perilaku bermaslah merupakan hal umum yang


terjadi. Bentuk perilaku bermasalah yang sering muncul pada peserta didik
meliputi: perkelahian, bullying, pembangkangan atau permusuhan terhadap
guru, maupun perilaku mengganggu akibat kondisi tertentu yang dialami
peserta didik.

Perilaku bermasalah dapat diatasi guru melalui: mediasi dengan teman


sebaya, diskusi dengan orang tua, meminta bantuan kepala sekolah atau
konselor, maupun menggunakan mentor (Santrock, 2015). Namun secara
lebih spesifik upaya mengatasi permasalahan peserta didik dapat dilakukan
melalui pemikiran Evertson, dkk. (dalam Santrock, 2015) yang meliputi:
intervensi minor, dan intervensi moderat dengan penjelasan sebagai berikut:

Intervensi Minor

Intervensi ini diterapkan saat munculnya perilaku yang mengganggu


aktivitas kelas selama pembelajaran. Semisal: peserta didik ribut sendiri,
peserta didik bercanda berlebihan, maupun makan di kelas. Strategi
intervensi minor meliputi :

a) Menggunakan isyarat nonverbal.


b) Tetap meneruskan aktivitas belajar.
c) Mendekati peserta didik yang bermasalah.
d) Mengarahkan perilaku peserta didik.
e) Memberi instruksi yang dibutuhkan.
f) Menyuruh murid berhenti dengan nada tegas dan langsung.
g) Memberikan murid pilihan.

58 | PPG Pra Jabatan 2022


Intervensi Moderat

Intervensi ini diterapkan untuk perilaku yang lebih bermasalah semisal


mengganggu peserta didik lain maupun mengganggu aktivitas
pembelajaran di kelas. Strategi intervensi moderat meliputi :

a) Tidak memberikan hal ataupun aktivitas yang diinginkan peserta didik.


b) Membuat perjanjian behavioral.
c) Memisahkan atau mengeluarkan murid dari kelas.
d) Mengenakan hukuman atau sanksi.

f. Penerapan kebijakan penghargaan dan hukuman

Sedangkan dalam aspek pengaturan kondisi fisik kelas, aspek yang perlu
diperhatikan, diantaranya:

Sarana dan prasarana

Pengaturan standar minimal sarana dan prasarana diatur dalam


Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007, dengan ringkasan sebagai berikut:

a) Ruang kelas minimal berukuran 9 meter x 7 meter, dengan lebar


teras atau selasar 1,8 – 2 meter, sedangkan kapasitas maksimum
ruang kelas adalah 32 peserta didik.

b) Ruang kelas memiliki pintu dan pencahayaan yang memadai.

c) Sarana minimal yang tersedia di kelas meliputi: kursi dan meja peserta
didik, kursi dan meja guru, lemari, papan pajang (ukuran minima 60 cm
x 120 cm), papan tulis (ukuran minimal 90 cm x 200 cm), media
pendidikan, perlengkapan lain (tempat sampah, tempat cuci tangan,
jam dinding, dan soket listrik) (Karwati dan Priansa, 2014).

g. Visibilitas

Visibilitas atau keleluasaan pandang terkait dengan penempatan maupun


penataan kelas sehingga tidak mengganggu pandangan peserta didik
(Karwati dan Priansa). Adapun visibilitas terkait dengan gaya penataan

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 59


kelas. Renne (dalam Santrock, 2015) mengungkapkan beberapa gaya
penataan kelas sebagai berikut :

Gaya auditorium

Siswa duduk menghadap guru, dalam penataan ini membatasi interaksi


tatap muka antar peserta didik dan guru bebas bergerak ke mana saja.

Gaya tatap muka

Peserta didik saling menghadap. Gangguan dari peserta didik lain akan
lebih besar pada gaya penataan ini dibandingkan gaya penataan
auditorium.

Gaya off-set

Sejumlah peserta didik (biasanya tiga atau empat anak) duduk di bangku
tetapi jangan duduk berhadapan satu sama lain. Gaya ini memiliki
gangguan yang lebih sedikit daripada gaya tatap muka dan efektif untuk
kegiatan pembelajaran kolaboratif.

Gaya seminar

Sebagian besar siswa (10 atau lebih) duduk dalam lingkaran, persegi, atau
bentuk U. Ini efektif ketika guru ingin siswa berbicara satu sama lain, atau
ketika siswa ingin mengobrol, berbicara dengan guru.

Gaya klaster

Beberapa siswa (biasanya empat sampai delapan siswa) bekerja dalam


kelompok kecil, yang sangat efektif untuk kegiatan pembelajaran
kooperatif.

60 | PPG Pra Jabatan 2022


h. Aksesibilitas

Aksesibilitas atau ketercapaian mencakup beberapa hal sebagai berikut


(Karwati & Priansa, 2014):

1) Peserta didik mudah mengambil barang yang dibutuhkan selama


pembelajaran berlangsung.
2) Peserta didik dapat bergerak dengan leluasa.
3) Pergerakan peserta didik tidak mengganggu peserta didik lain.

i. Fleksibilitas

Fleksibilitas atau keluwesan mencakup beberapa hal sebagai berikut (Karwati


& Priansa, 2014):

1) Barang – barang di kelas mudah untuk ditata dan dipindahkan.


2) Penataan tempat duduk peserta didik juga mudah untuk diatur.

j. Kenyamanan

Kenyamanan meliputi: pencahayaan, penghawaan/suhu udara, akustik, serta


kepadatan kelas dengan penjelasan sebagai berikut (Karwati & Priansa, 2014):

Pencahayaan

Pencahayaan dapat mempengaruhi keadaan fisik, psikologis, dan


keindahan ruang. Pencahayaan haruslah tepat melalui mekanisme
penggunaan jendela dan ventilasi. Pencahayaan kurang menyebabkan
kelelahan mata dan sakit kepala. Sedangkan pencahayaan berlebihan juga
akan mengganggu penglihatan.

Penghawaan/Suhu Udara

Suhu udara dapat mempengaruhi konsentrasi peserta didik. Sirkulasi


udara melalui jendela dan ventilasi penting untuk diatur dengan baik,
sehingga peserta didik dapat berkonsetrasi dan terhindar dari
ketidaknyamanan fisik.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 61


Akustik

Akustik terkait dengan lingkungan belajar yang tenang. Ruang kelas yang
bising menyebabkan peserta didik mudah lelah dan sulit untuk
berkonsentrasi.

Kepadatan Kelas

Kepadatan kelas berkaitan dengan jumlah peserta didik dalam kelas.


Jumlah peserta didik yang melebihi kapasitas dapat membuat kelas
menjadi padat dan berdampak pada performa peserta didik maupun guru.

k. Keindahan.

Keindahan berkenaan dengan upaya yang dilakukan guru dalam menata kelas
(Karwati & Priansa, 2014). Kelas yang ditata dengan indah dan menyenangkan
berpengaruh positif pada sikap dan tingkah laku peserta didik. Peserta didik
juga dapat belajar secara optimal dengan kondisi kelas yang indah.

4. Penerapan UDL dalam Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif

Universal design for learning atau desain universal pembelajaran (UDL)


merupakan rancangan pembelajaran yang dapat meningkatkan akses secara
bermakna dan mengurangi hambatan belajar bagi siswa dengan kebutuhan
belajar yang beragam, terutama mereka yang berkebutuhan khusus. UDL dapat
dijadikan sebagai kerangka kerja untuk guru dalam menyusun rencana
pembelajaran di sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif (Garcia-
Campos dkk., 2020; Griful-Freixenet, 2021).

UDL dikembangkan berdasarkan pada kajian dalam ilmu neurologi, psikologi


perkembangan, dan keberagaman cara belajar (Rose & Gravel, 2010). Penelitian
telah mengkonfirmasi keberadaan tiga jaringan otak terlibat dalam pembelajaran
yaitu jaringan affective, recognition, dan strategic (Rose & Meyer, 2002).

Terdapat tiga prinsip UDL yang dijelaskan oleh Center off Applied Special
Technology (CAST) (Gordon dkk., 2014) diantaranya:

62 | PPG Pra Jabatan 2022


a. Multiple means of Engagement

Menyediakan berbagai cara untuk mendukung pembelajaran yang efektif


dengan melihat bagaimana melibatkan siswa untuk meningkatkan minat dan
motivasi mereka dalam belajar melalui kegiatan pembelajaran kooperatif,
permainan, dan simulasi, baik nyata maupun virtual.

b. Multiple means of Representation

Menyediakan berbagai media yang representasi untuk membantu menjadikan


pembelajaran bermakna. Fasilitas dapat berupa penyampaian konten dalam
berbagai cara seperti diskusi, membaca, menulis digital, dan presentasi
multimedia.

c. Multiple means of Action and Expression

Menyediakan berbagai cara berupa tindakan dan ekspresi dalam mendukung


kegiatan belajar dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menunjukkan pemahaman mereka baik dalam tes seni, presentasi multimedia,
dan rekaman digital.

Pengembangan pembelajaran berbasis UDL dilakukan dengan mengacu


tahapan yang dikemukakan oleh Nelson dan Posey (2014), yaitu:

a. Refleksi hambatan belajar yang mungkin dialami oleh siswa,

b. Identifikasi prinsip UDL yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan


belajar siswa,

c. Investigasi dan merancang strategi baru,

d. Mengajarkan pembelajaran dengan metode atau strategi baru,

e. Melakukan asesmen dampak penerapan metode atau strategi baru pada


pengetahuan dan ketrampilan siswa,

f. Merefleksikan bagaimana metode atau strategi baru meningkatkan


capaian belajar siswa.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 63


Dalam merancang pembelajaran, pengimplementasian prinsip UDL perlu
memperhatikan beberapa hal, diantaranya:

a. Mengenali keberagaman peserta didik

b. Mengidentifikasi faktor-faktor penghambat pembelajaran

c. Menganalisis potensi sekolah

d. Menentukan tujuan pembelajaran dengan jelas

e. Membuat lingkungan yang meningkatkan motivasi, fleksibel dan


melibatkan semua peserta didik dan komponen lain

f. Memanfaatkan potensi sekolah dalam penyediaan variasi representasi


sumber belajar untuk akomodasi keberagaman peserta didik

g. Memberikan kesempatan yang beragam bagi peserta didik dalam proses


penilaian dengan cara mengekspresikan setiap hal yang didapat dalam
pembelajaran

h. Membantu peserta didik untuk menjadi pembelajar yang mahir

Untuk pemahaman lebih lanjut mengenai materi Pendidikan Inklusif silahkan


mempelajari materi di Buku Panduan berikut :

Gambar 4. Buku Panduan Inklusif


Sumber : https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/unduhan/Panduan_Inklusif.pdf

Untuk pemahaman lebih lanjut mengenai UDL silahkan menelusuri website berikut :

https://www.cast.org/impact/universal-design-for-learning-udl

64 | PPG Pra Jabatan 2022


Lembar Kerja III

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!

1. Jelaskan makna pendidikan yang inklusif!

2. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip pendidikan inklusif!

3. Sebutkan dan jelaskan aspek – aspek dalam pengelolaan kelas!

4. Sebutkan dan jelaskan tujuan pengelolaan kelas pada sekolah inklusif!

5. Jelaskan 3 komponen utama dalam pembelajaran yang menerapkan UDL!

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 65


C. Ruang Kolaborasi (120 menit)

Setelah mempelajari konsep pendidikan inklusif dan UDL, silahkan membentuk


kelompok yang terdiri atas 4-5 orang. Kemudian lakukan tugas berikut:

Tugas UDL

Petunjuk

1. Perhatikan masing-masing indikator.


2. Buatlah perencanaan pembelajaran berdasarkan prinsip UDL!
3. Buatlah bahan presentasi untuk hasil kerja Anda!

Soal

1. Indikator : Menyusun iklan produk makanan

Multiple means of Multiple means of Multiple means of


Engagement Representation Action and Expression

2. Indikator : Menyampaikan teks pidato persuasif tentang cinta tanah air

Multiple means of Multiple means of Multiple means of


Engagement Representation Action and Expression

3. Indikator : Menulis puisi tentang alam

Multiple means of Multiple means of Multiple means of


Engagement Representation Action and Expression

66 | PPG Pra Jabatan 2022


D. Demonstrasi Kontekstual (80 menit)

Setelah menyelesaikan Tugas UDL secara berkelompok lakukan presentasi


Proyek Anda. Berikan masukan terhadap presentasi kelompok lain

Selama presentasi perhatikan hal – hal berikut :

1. Penguasaan materi
2. Kecocokan antara isi yang dipresentasikan dengan isi makalah
3. Tampilan slide (gambar, diagram, foto, video, alur materi) mendukung
presentasi
4. Kemampuan mempertahankan argumen
5. Kualitas suara (volume, artikulasi suara. intonasi)
6. Pembawaan (cara pandang, gerak tubuh yang efektif, ketenangan)
7. Berpakaian sopan dan rapi
8. Penggunaan bahasa yang benar
9. Tanggap dan siap menerima terhadap masukkan

E. Elaborasi Pemahaman (20 menit)

Bapak Ibu dosen bisa melakukan penilaian presentasi menggunakan rubrik yang
terdapat di lampiran.

Anda sudah memahami konsep pendidikan inklusif dan melaksanakan proyek.


Untuk lebih memahami pengertian pendidikan inklusif, landasan penyelenggaraan
pendidikan inklusif di Indonesia, pengelolaan kelas di sekolah inklusif, dan
penerapan UDL dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah inklusif, buatlah
pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep pendidikan inklusif yang masih Anda
belum pahami. Pertanyaan ini akan didiskusikan dengan rekan, dosen atau
instruktur tamu (GPK).

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 67


Bapak Ibu dosen silahkan melakukan pengecekan pemahaman mahasiswa
dengan bertanya mengenai hal berikut :

1. Pengertian pendidikan inklusif


2. Landasan penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia
3. Pengelolaan kelas di sekolah inklusif
4. Penerapan UDL dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah inklusif

F. Koneksi Antar Materi (120 menit)

Pada topik sebelumnya Anda sudah mempelajari mengenai Bentuk-bentuk


Layanan pendidikan untuk ABK. Unutuk membuat Koneksi Antar Materi, tentukan
rekomendasi pengelolaan kelas sesuai yang bisa diterapkan sesuai kasus berikut.

Karakteristik peserta didik Pengelolaan Kelas

Si A adalah peserta didik yang mampu


mengerjakan tugas lebih cepat dari teman-
temannya meskipun mudah terdistraksi

Si B adalah peserta didik yang membutuhkan


waktu lama untuk menerima instruksi, respon
yang diberikan terbatas pada respon tertulis,
sedangkan kemampuan komunikasi verbal
masih terbatas. Kemampuan akademik Si B
sedikit dibawah teman-teman sekelasnya

Si C adalah peserta didik yang mampu duduk


tenang dan bisa menerima instruksi meskipun
harus diulang-ulang, secara umum dia mampu
mengerjakan tugas dari guru dengan baik

Si D adalah peserta didik yang masih suka


berjalan-jalan keliling kelas ketika
pembelajaran berlangsung, dia masih sulit
duduk tenang. Kemampuan komunikasi
reseptif D masih terbatas, dan kemampuan
akademiknya masih belum diketahui.

68 | PPG Pra Jabatan 2022


G. Aksi Nyata (240 menit)

Anda sudah mempelajari pengertian dan landasan penyelenggaraan pengertian


pendidikan inklusif, landasan penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia,
pengelolaan kelas di sekolah inklusif, dan penerapan UDL dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah inklusif. Berikutnya, refleksikan
pembelajaran ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Anda sudah mengetahui konsep sekolah inklusif dengan melihat kondisi salah
satu sekolah umum terdekat dari domisili Anda. Lakukan analisis potensi
sekolah tersebut menjadi sekolah inklusif!

2. Kemukakan tantangan-tantangan apa saja yang mungkin muncul apabila


sekolah tersebut akan menjadi sekolah inklusif!

3. Kemukakan rekomendasi langkah-langkah apa yang bisa sekolah tersebut


tempuh agar dapat menjadi sekolah inklusif baik untuk sumber daya fisik dan
sumber daya manusia!

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 69


Topik 4 : Sistem Dukungan untuk Layanan
Pendidikan ABK

Durasi 2 pertemuan

Mahasiswa mampu memahami sistem dukungan untuk


Capaian Pembelajaran
layanan pendidikan ABK.

Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat:

1. Memahami sistem dukungan dalam pemberian layanan pendidikan ABK


2. Memahami pihak-pihak yang mendukung layanan pendidikan untuk ABK

A. Mulai dari Diri (20 menit)

Mahasiswa PPG Prajabatan yang berbahagia,

Selamat datang di topik empat yaitu sistem dukungan untuk layanan pendidikan
ABK. Sebelum memulai topik ini, tentu Anda memahami bahwa untuk
menyelenggarakan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus, perlu adanya
sistem dukungan bagi ABK. Kemukakan pihak-pihak yang menurut Anda dapat
mendukung penyelenggaraan pendidikan ABK!

1.

2.

3.

70 | PPG Pra Jabatan 2022


4.

5.

Kemudian bacalah artikel berikut dan jawab beberapa pertanyaan yang tersedia :

Gambar 5. Artikel Pendidikan Inklusif


Sumber: https://tirto.id/yang-luput-dari-pendidikan-inklusif-di-indonesia-selama-ini-gj5u

Setelah membaca artikel tersebut kemukakan 3 fenomena kesulitan layanan bagi ABK

1.

2.

3.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 71


Anda telah mengetahui pentingnya sistem dukungan bagi ABK, sebagai calon guru
Anda harus mampu untuk memahami sistem dukungan dalam pemberian layanan
pendidikan ABK. Oleh karena itu di topik ini Anda akan belajar mengenai:

1. Sistem dukungan dalam pemberian layanan pendidikan ABK


2. Pihak-pihak yang mendukung layanan pendidikan untuk ABK

B. Eksplorasi Konsep (80 menit)

Pada tahapan ini Anda akan mempelajari sistem dukungan untuk layanan
pendidikan ABK. Untuk mengecek pemahaman Anda silahkan mengerjakan
Lembar Kerja IV setelah membaca materi.

1. Sistem Dukungan dalam Pemberian Layanan ABK

Dalam penyelenggaraan pendidikan bagi ABK, guru memerlukan berbagai


dukungan dari pihak yang kemudian disebut dengan sistem dukungan yang
ditunjukkan oleh gambar 4.1. Sistem dukungan meliputi: Unit layanan disabilitas,
pusat sumber, sekolah khusus/luar biasa (untuk dukungan di sekolah inklusif),
dunia usaha dan dunia industri, organisasi masyrakat sipil, serta program transisi
(Garnida dkk., 2020)

Gambar 6. Bentuk-bentuk Sistem Dukungan

72 | PPG Pra Jabatan 2022


a. Unit Layanan Disabilitas

Unit layanan disabilitas adalah lembaga yang dibentuk pemerintah dengan


dasar undang-undang nomor 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas.
Dalam undang-undang ini menyebutkan bahwa unit layanan disabilitas
menjadi unit yang harus menyediakan layanan dan fasilitas bagi penyandang
disabilitas. Unit layanan disabilitas ini melingkupi bidang pendidikan,
ketenagakerjaan serta perguruan tinggi. Pada bidang pendidikan,
pembentukan ULD ini dibentuk guna memberi dukungan dalam
penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah. Di beberapa daerah unit
layanan disabilitas sudah diwajibkan ada pada perguruan tinggi dan bisa
mendapatkan sanksi apabila tidak memiliki unit layanan disabilitas.

Unit layanan disabilitas ini bertujuan untuk mewujudkan kesamaan hak dan
kesempatan bagi penyandang disabilitas menuju kehidupan yang sejahtera,
mandiri dan tanpa diskriminasi.

Unit layanan disabilitas memiliki beberapa fungsi diantaranya:

1) Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah


reguler dan menangani ABK.

2) Menyediakan pendampingan kepada ABK untuk mendukung kelancaran


proses pembelajaran

3) Pengembangan terkait program kompensatorik

4) Penyediaan bahan pembelajaran dan alat bantu yang diperlukan ABK.

5) Melakukan deteksi dini dan intervensi Dini bagi ABK dan calon peserta
didik berkebutuhan khusus.

6) Menyediakan data dan informasi tentang disabilitas

7) Menyediakan layanan konsultasi

8) Mengembangkan kerjasama dengan pihak atau lembaga lain dalam upaya


meningkatkan kualitas pendidikan ABK.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 73


Unit layanan Disabilitas juga memiliki kewenangan untuk melakukan pelatihan,
workshop lokakarya, seminar dan lain sebagainya. Unit layanan disabilitas
memiliki tugas utama yakni melakukan pendampingan kepada ABK. Dalam
unit layanan ABK juga harus memiliki data anak di setiap wilayah tugasnya
meliputi jumlah dan jenis disabilitas. Adapun fungsi lain dari unit layanan ABK
adalah menyediakan bahan pembelajaran yang berkaitan bertujuan untuk
memudahkan anak untuk berkembang dan memiliki kemampuan dalam bidang
akademik contohnya alat peraga dan alat bantu yang berkaitan dengan
penyediaan sarana atau alat mobilitas yang diperlukan ABK.

Fungsi lain yang dimiliki unit layanan disabilitas yakni sebagai penyedia
layanan konsultasi yang ditujukan pada semua pihak yang berkaitan dengan
layanan pendidikan bagi ABK. Layanan ini dapat berupa pengembangan anak,
deteksi dan intervensi, Identifikasi dan asesmen.

b. Pusat Sumber (Resource Center)

Pusat sumber dalam pendidikan khusus dan pendidikan inklusif berperan


sebagai suatu lembaga khusus yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai pusat
untuk mengembangkan pendidikan khusus dan pendidikan inklusif guna
mengoptimalkan penanganan dan pendidikan. Pusat sumber menjadi sumber
bagi orangtua, keluarga, sekolah biasa atau sekolah luar biasa, masyarakat
dan pemerintah serta pihak lain yang memiliki kepentingan dalam pendidikan
khusus dan pendidikan inklusif.

Adapun beberapa fungsi pusat sumber diantaranya:

1) Sebagai inisiator disabilitas dimana pusat sumber berfungsi dalam


pelaksanaan pengembangan layanan pendidikan di sekolah inklusif
maupun khusus bagi ABK.

2) Sebagai sumber dukungan. Pusat sumber berfungsi sebagai pengembang


proses pembelajaran di sekolah inklusif maupun khusus bagi ABK.

3) Sebagai pusat informasi, pusat sumber bisa menjadi tempat bagi orang
tua, keluarga, sekolah khusus dan sekolah inklusif, serta masyarakat lain
di sekitarnya mendapatkan informasi

74 | PPG Pra Jabatan 2022


4) Sebagai home base guru pembimbing khusus. Pusat sumber berfungsi
sebagai tempat berkumpulnya guru-guru SLB dan atau Guru Pembimbing
Khusus baik di SLB atau sekolah khusus.

5) Sebagai koordinatoriat layanan pendidikan bagi ABK, terutama melayani


anak di sekolah inklusif sepeti saat pelaksanaan terapi, pemberian
intervensi, layanan konsultansi, dan atau asesmen.

6) Sebagai mediator kerja sama antara sekolah dengan mitra-mitra kerja yang
lain.

Ada peran pusat sumber, diantaranya:

1) Memberikan informasi kepada sekolah-sekolah terkait pendidikan inklusif


dan khusus.

2) Penyediaan layanan terapi, pemberian intervensi, asesmen, layanan dan


bimbingan ke pendidikan bagi ABK.

3) Memberikan terobosan di bidang pendidikan khusus atau pendidikan


inklusif

4) Membuat rencana pelatihan guru baik pada sekolah inklusif maupun


khusus serta pihak lain yang memerlukan pelatihan terkait pendidikan
inklusif maupun khusus.

5) Penyedia bantuan kepada berbagai pihak untuk meningkatkan layanan


kepada anak atau ABK.

6) Menjadi fasilitator dan mediator bagi semua pihak dalam implementasi


pendidikan inklusif

Contoh dari pusat sumber ini adalah UPTD ABK Sidoarjo yang dapat diakses
informasinya di http://uptabksidoarjo.blogspot.com dan beberapa UATD ABK
lainnya seperti di Padang, Sumatra Barat.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 75


c. Sekolah Khusus/Sekolah Luar Biasa

Kebutuhan utama dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif dengan


adanya ketersediaan guru pembimbing khusus. Tetapi pada kenyataannya hal
ini sulit terwujud karena jumlah guru di SLB masih kurang.

Adanya kesulitan kerjasama ini khususnya dalam hal penyediaan guru


pembimbing khusus karena kurangnya komunikasi yang terjalin antara sekolah
inklusif dengan sekolah khusus.

Selain itu adanya kebijakan untuk membebaskan biaya kan sekolah khususnya
pada jenjang pendidikan dasar menyebabkan adanya kekhawatiran pihak
sekolah inklusif dalam hal penyediaan anggaran akomodasi guru pembimbjng
khusus.

d. Dunia Usaha dan Dunia Industri

Peran dunia usaha dan dunia industri terlihat lebih nyata dibandingkan dengan
sekolah inklusif atau sekolah khusus karena peran bidang ini berkaitan dengan
pengembangan pendidikan vokasional. Pada sekolah menengah kejuruan
sudah banyak terwujudnya pengembangan terkait dunia usaha dan dunia
industri ini. Hal ini kemungkinan dikarenakan adanya peningkatan kesadaran
masyarakat terkait layanan pendidikan bagi penyandang disabilitas terkait
dunia usaha dan dunia industri.

Dunia usaha terhubung dengan usaha yang melibatkan fungsi sosial dan
ekonomi diantaranya usaha perdagangan, perbankan dan berbagai usaha
perkantoran lainnya. Penyertaan penyandang disabilitas dalam kegiatan
usaha tentunya menyesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki. Contoh pada
tunanetra memungkinkan untuk bekerja di bidang jasa misalnya menerima
telepon atau operator jasa telekomunikasi.

Bidang dunia industri merupakan jenis aktivitas pekerjaan yang berkaitan


dengan produk bahan atau benda. Pelibatan kerja juga sama seperti dunia
usaha di mana pekerjaan yang diberikan sesuai dengan potensi keputusan
mereka.

76 | PPG Pra Jabatan 2022


Selian itu, terdapat juga program transisi yang merupakan pemberiam program
pada ABK sebelum pendidikan di satuan pendidikan selesai. Program ini
direncanakan dan diberikan agar anak dapat beradaptasi dengan
lingkungannya dan terbiasa berada dalam lingkungan yang natural.

e. Organisasi Masyarakat Sipil

Sistem dukungan yang diberikan oleh Peran pusat sumber ada juga peran
serta masyarakat dalam pengelolaan penyelenggaraan sekolah inklusif
sekolah dapat melibatkan masyarakat untuk membantu pengelolaan baik
akademik maupun non akademik. Akan tetapi bentuk kerjasama dengan
melibatkan masyarakat perlu dinyatakan secara jelas dalam teks kerjasama.
Hal ini masih menjadi masalah mendasar dimana hampir semua
penyelenggaraan sekolah inklusif tidak melakukan kerjasama secara jelas
dengan masyarakat.

f. Program Transisi

Program transisi menjadi program yang digunakan pada masa perpindahan


ABK saat masa pendidikan di satuan pendidikan akan berakhir. Program ini
bertujuan agar peserta didik dapat lebih cepat beradaptasi dengan
lingkungannya. Program ini dirancang oleh sekolah dengan melibatkan pihak
lain sepeti, orang tua, terapis, dokter, perwakilan dunia usaha dan dunia kerja
(industri) dan lain sebagainya. Implementasi program transisi sekolah dapat
diwujudkan sebagai berikut :

1) Program kemandirian: merupakan keterampilan yang perlu dikuasi oleh


siswa dalam mengurus diri sendiri secara bertahap hingga kemandiriannya
berkembang dan tumbuh sesuai dengan umurnya.

2) Program vokasional skill: merupakan keterampilan yang berhubungan


dengan pekerjaan baik produk maupun jasa. Pelaksanaan program
vokasional dilakukan bertahap dan menyesuaikan perkembangan dan
pertumbuhan peserta didik sehingga memiliki keterampilan vokasional
untuk melanjutkan jenjang sekolah yang lebih tinggi atau terjun ke
masyarakat.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 77


3) Program soft skill: merupakan keterampilan pribadi terkait peningkatan
interaksi individu, kinerja dan prospek karir.

4) Program kewirausahaan: merupakan keterampilan yang berkaitan dengan


kegiatan menciptakan atau melaksanakan usaha sebelum ua pasar
terbentuk secara jelas, atau komponen fungsi produksinya belum
diketahui.

2. Pihak-Pihak yang Mendukung Layanan Pendidikan untuk ABK

Dalam penyelenggaraannya, pemberian layanan pendidikan ABK haruslah saling


bekerja sama satu antar lainnya. Pihak-pihak yang terlibat antara lain sebagai
berikut (Arriani dkk., 2021):

a. Guru sekolah reguler seperti guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru BK.
Guru memiliki peran penting untuk pendidikan bagi anak berkebutuhan khusu.
Hal ini dikarenakan guru memiliki banyak infromasi yang dapat dibagikan
terkait dengan kurikulum umum di kelas reguler berupa bantuan, layanan, atau
perubahan pada program pendidikan yang bisa membantu anak belajar dan
berprestasi maupun strategi untuk membantu anak berperilaku apabila anak
tersebut memiliki masalah pada perilakunya.

b. Guru pembimbing khusus (GPK) dapat memberikan informasi berupa :

1) Cara memodifikasi kurikulum umum untuk membantu belajar ABK

2) Bentuk bantuan dan pelayanan lain yang mungkin diperlukan anak agar
anak dapat ditempatkan di kelas reguler dan di tempat lain

3) Bentuk modifikasi penilaian sehingga anak dapat menunjukkan apa yang


telah dipelajari

4) Aspek lain dari intruksi individualisasi agar terpenuhi kebutuhan khusus


anak.

c. Kepala sekolah sebagai perwakilan sekolah dan anggota tim berperan


menetapkan kebijakan sekolah yang akan dilaksanakan.

78 | PPG Pra Jabatan 2022


d. Tenaga ahli meliputi: dokter (dokter anak atau dokter ahli lainnya seperti mata,
THT, dll), terapis okupasi atau fisik, penyedia jasmani adaptif, psikolog, atau
ahli patologi wicara-bahasa.

Setiap anggota tim memiliki kepentingan dalam penyelenggaraan layanan


pendidikan bagi ABK. Semua anggota bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
sama.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 79


Lembar Kerja IV

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!

1. Jelaskan fungsi dari Unit Layanan Disabilitas!

2. Jelaskan peran dari Dunia Usaha dan Dunia Industri untuk mendukung
pelaksanaan pembelajaran bagi ABK!

3. Sebutkan dan jelaskan layanan program transisi yang tersedia untuk ABK!\

4. Sebutkan dan jelaskan pihak-pihak yang mendukung layanan untuk ABK!

80 | PPG Pra Jabatan 2022


C. Ruang Kolaborasi (120 menit)

Setelah mempelajari konsep sistem dukungan dalam pemberian layanan dan


pihak – pihak yang mendukung layanan untuk ABK, silahkan membentuk
kelompok yang terdiri atas 4-5 orang, lakukan analisis ketersediaan sistem
dukungan di Indonesia!

Tugas Analisis Analisis Ketersediaan Sistem Dukungan di Indonesia

Petunjuk

1. Lengkapilah tabel berikut!


2. Buatlah bahan presentasi untuk hasil kerja Anda!

Sistem
Ketersediaan Deskripsi Sumber
Dukungan

Unit Layanan
Disabilitas

Pusat Sumber

Sekolah
Khusus /Luar
Biasa

Dunia Usaha
dan Dunia
Industri

Organisasi
Masyarakat
Sipil

Program
Transisi

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 81


D. Demonstrasi Kontekstual (50 menit)

Setelah menyelesaikan Tugas sistem dukungan di Indonesia, secara berkelompok


lakukan presentasi hasil analisis Anda. Berikan masukan terhadap hasil diskusi
kelompok tersebut.

Selama presentasi perhatikan hal – hal berikut ini :

1. Penguasaan materi
2. Kecocokan antara isi yang dipresentasikan dengan isi makalah
3. Tampilan slide (gambar, diagram, foto, video, alur materi) mendukung
presentasi
4. Kemampuan mempertahankan argumen
5. Kualitas suara (volume, artikulasi suara. intonasi)
6. Pembawaan (cara pandang, gerak tubuh yang efektif, ketenangan)
7. Berpakaian sopan dan rapi
8. Penggunaan bahasa yang benar
9. Tanggap dan siap menerima terhadap masukkan

Bapak Ibu dosen bisa melakukan penilaian presentasi dengan menggunakan


rubrik yang terdapat di lampiran.

E. Elaborasi Pemahaman (50 menit)

Anda sudah memahami konsep sistem dukungan dalam pemberian layanan dan
pihak – pihak yang mendukung layanan untuk ABK. Untuk lebih memahami
konsep konsep sistem dukungan dalam pemberian layanan dan pihak – pihak
yang mendukung layanan untuk ABK, buatlah pertanyaan-pertanyaan mengenai
konsep sistem dukungan dalam pemberian layanan dan pihak – pihak yang
mendukung layanan untuk ABK yang masih Anda belum pahami. Pertanyaan ini
akan didiskusikan dengan rekan, dosen atau instruktur tamu (Guru SLB, GPK,
kepala sekolah, kepala unit layanan disabilitas, tenaga dari pusat sumber,
perwakilan dari dunia usaha yang menyediakan pekerja).

82 | PPG Pra Jabatan 2022


Bapak Ibu dosen silahkan melakukan pengecekan pemahaman mahasiswa
dengan bertanya mengenai hal berikut :

1. Sistem dukungan dalam pemberian layanan pendidikan ABK


2. Pihak-pihak yang mendukung layanan pendidikan untuk ABK

F. Koneksi Antar Materi (120 menit)

Pada topik sebelumnya Anda sudah mempelajari mengenai konsep pendidikan


inklusif Uutuk membuat Koneksi Antar Materi, jawablah pertanyaan berikut:

1. Analisislah sistem dukungan yang harus dilbatkan untuk mengembangkan


sekolah yang berkualitas untuk ABK!

2. Analisislah sistem dukungan yang harus dilbatkan untuk membantu


menentukan layanan pendidikan yang tepat untuk ABK!

G. Aksi Nyata (240 menit)

Anda sudah mempelajari konsep sistem dukungan dalam pemberian layanan dan
pihak – pihak yang mendukung layanan pendidika untuk ABK. Berikutnya,
refleksikan pembelajaran ini dengan :

Temukan sistem dukungan yang tersedia di daerah Anda sesuai konsep sistem
dukungan, saran apa yg anda berikan untuk daerah anda!

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 83


Unit Layanan Disabilitas :

Pusat Sumber :

Sekolah khusus / Sekolah Luar Biasa :

Dunia usaha dan dunia industri :

Organisasi Masyarakat Sipil :

Program Transisi :

84 | PPG Pra Jabatan 2022


Ujian Tengah Semester

Ujian tengah semester bertujuan untuk mengukur capaian pembelajaran


mahasiswa pada topik: Keberagaman Anak Berkebutuhan Khusus, Bentuk-Bentuk
Layanan Pendidikan untuk ABK, Konsep Pendidikan Inklusif dan Sistem
Dukungan untuk Layanan Pendidkan ABK. UTS dapat berupa analisis kasus
sebagai berikut. Bapak/Ibu dosen dapat mengganti dengan kasus lain apabila
diperlukan.

Bacalah dengan seksama kasus berikut!

Nila adalah seorang anak berusia 6 tahun. Nila sudah dapat berbicara meskipun
kosa katanya masih terbatas. Nila sudah mampu untuk membaca huruf meskipun
masih terbata-bata ketika membaca kata. Nila mampu untuk menulis dengan rapi
dan berhitung penjumlahan sederhana. Di usia 6 tahun Nila sudah mampu
mengendarai sepeda roda dua dan makan sendiri. Nila sering mengalami kesulitan
tidur dan sering tidak fokus ketika diberikan instruksi oleh orang tuanya. Nila
mudah bosan ketika diberikan pekerjaan oleh gurunya di PAUD ataupun orang
tuanya di rumah. Nila lebih suka untuk berkeliling kelas dan memanjat meja. Saat
bermain dengan menggunakan mainan seperti puzzle Nila juga sering sulit
bermain dengan tenang. Guru Nila juga mengeluhkan Nila yang sering tidak bisa
duduk tenang. Nila juga sering mengganggu teman-temannya di kelas.

Berdasarkan kasus tersebut, jawablah pertanyaan berikut!

1. Kemukakan karakteristik yang menunjukan keberbutuhan khusus yang dialami


oleh Nila! (skor maksimal 15)

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 85


2. Kemukakan kebutuhan belajar Nila yang harus dipenuhi oleh guru! (skor
maksimal 15)

3. Menurut Anda apa dampaknya ketika Nila bersekolah di SLB atau di sekolah
inklusif! (skor maksimal 25)

4. Apakah Nila perlu menggunakan kurikulum SLB? Kemukakan alasan Anda!


(skor maksimal 25)

5. Untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif untuk Nila, kemukakan sistem


dukungan yang perlu dilibatkan dan kemukakan alasannya! (skor maksimal 20)

86 | PPG Pra Jabatan 2022


Topik 5 : Identifikasi & Asesmen ABK

Durasi 3 pertemuan

Mahasiswa mampu melaksanakan identifikasi dan


Capaian Pembelajaran
asesmen ABK

Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat:

1. Memahami konsep identifikasi dan asesmen ABK


2. Memahami tata laksana identifikasi dan asesmen ABK
3. Mempraktikan identifikasi dan asesmen ABK

A. Mulai dari Diri (20 menit)

Mahasiswa PPG Prajabatan yang berbahagia,

Selamat datang di topik kelima yaitu Identifikasi dan asesmen ABK. Untuk memulai
topik ini silahkan menjawab beberapa pertanyaan berikut:

1. Menurut pengalaman dan pemahaman anda langkah awal apa yang harus
ditempuh untuk menangani ABK

2. Menurut pengalaman dan pemahaman anda bagaimana cara kita mengetahui


kondisi keberkebutuhan khusus pada individu termasuk anak ?

3. Menurut pengalaman dan pemahaman anda apa fungsi asesmen untuk ABK ?

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 87


Untuk menentukan peserta didik mengalami disabilitas khusus tersebut maka
perlu untuk dilakukan Identifikasi dan asesmen. Silahkan membaca artikel berikut
kemudian jawab beberapa pertanyaan yang tersedia:

Gambar 7.
Sumber : https://kumparan.com/kumparanmom/kunci-
membesarkan-dan-melindungi-anak-dengan-autisme-1xnsXAxeZ53/full

Setelah membaca artikel tersebut kemukakan 3 alasan mengapa kita perlu


mengidentifikasi ABK sejak dini.

1.

2.

3.

Berdasarkan artikel yang anda baca, apakah kita perlu melakukan asesmen pada
kasus tersebut?

Anda telah mengetahui pentingnya melaksanakan Identifikasi dan asesmen ABK,


Sebagai calon guru Anda harus mampu untuk menguasai keterampilan untuk
melaksanakan identifikasi dan asesmen. Oleh karena itu di topik ini Anda akan
belajar mengenai:

1. Konsep Identifikasi dan asesmen ABK


2. Tata Laksana Identifikasi dan asesmen ABK
3. Praktik Identifikasi dan asesmen ABK

88 | PPG Pra Jabatan 2022


B. Eksplorasi Konsep (80 menit)

Pada tahapan ini Anda akan mempelajari konsep Identifikasi dan asesmen, dan
tata laksana Identifikasi dan asesmen. Untuk mengecek pemahaman Anda,
kerjakan lembar kerja setelah Anda menyelesaikan materi ini.

1. Konsep Identifikasi dan Asesmen

Sebelum kita mempelalajari konsep Identifikasi dan Asesmen ABK. Dalam


memberikan pelayanan untuk ABK di sekolah alur kegiatan secara umum yang
disarankan adalah Identifikasi dan Asesmen ABK, kemudian perencanaan
program, pelaksanaan program dan evaluasi (Garnida dkk., 2021; Yuwono dkk.,
2021, Spanda gou dkk., 2021) sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 5.1.

Gambar 8. Alur Layanan Pendidikan untuk ABK

Identifikasi dan asesmen ABK merupakan kegiatan awal yang penting dilakukan
bagi guru ataupun pendidik untuk menemukenali karakteristik dan kemampuan
pada ABK untuk menyusun rencana pembelajaran yang sesuai Lebih lanjut
Identifikasi dan asesmen ABK merupakan satu tahapan rangkaian kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan dan merupakan suatu kesatuan yang saling mendukung.
Alur pelaksanaan dan hubungan Identifikasi dan Asesmen ABK dijelaskan di
Gambar 5.2 (Budiyanto dkk., 2009; Garnida dkk., 2020).

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 89


Gambar 9. Proses Identifikasi dan Asesmen ABK

a. Pengertian Identifikasi dan Asesmen ABK

Pengertian Identifikasi ABK

Identifikasi secara umum dapat diartikan juga sebagai aktivits menemukenali.


Identifikasi pada ABK didefinisikan sebagai aktivitas untuk menemukenali
kondisi disabilitas yang kemungkinan dialami oleh anak baik dalam aspek
sensorik, fisik, intelektual, mental, dan emosi perilaku. Identifikasi ABK secara
umum dapat dilakukan dengan mengamati atau menemukan gejala – gejala
yang dapat dilihat secara langsung dan gejala tidak dapat terlihat langsung.
Gejala-gejala tersebut seperti: (1) gejala fisik, seperti adanya gangguan
penglihatan, pendengaran, wicara, kekurangan gizi, atapun menyangkut
disabilitas fisik. (2) gejala perilaku, perilaku sosial yang menyalahi norma
umum. (3) Gejala hasil belajar, dapat berupa data nilai pada tes, riwayat
kenaikan kelas, ataupun dikeluarkan dari sekolah, segala sesuatu yang
berhubungan dengan bidang akademis.

90 | PPG Pra Jabatan 2022


Metode pelaksanan identifikasi dapat dilakukan dengan cara observasi,
wawancara dengan guru atau orang tua, tes informal, dan pemeriksaan
dokumen disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan (Hannel, 2019).
Kemudian, jika pada saat identifikasi anak ditemukan memilki hambatam maka
Tim Sekolah dapat merekomendasikan untuk melakukan rujukan untuk
diagnosis asesmen ABK pada anak tersebut (Yuwono dkk., 2021).

Pengertian Asesmen ABK

Asesmen ABK merupakan suatu proses pengumpulan informasi secara


menyeluruh pada aspek yang spesifik sebagai acuan penyusunan program
untuk ABK. Asesmen meliputi berbagai teknik pengumpulan data seperti tes,
wawancara, observasi maupun dokumentasi (Benner & Grim, 2013). Asesmen
dapat terbagi menjadi 2 jenis yaitu :

a) Asesmen akademik

Asesmen akademik merupakan suatu proses pengumpulan informasi


untuk mengetahui kemampuan ABK dalam bidang akademik. Asesmen
akademik pada jenjang PAUD untuk menemukenali kemampuan pra-
akademik, kemudian pada jenjang pendidikan dasar dan jenjang
selanjutnya berfokus pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung,
dan semua pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

b) Asesmen non-akademik (perkembangan dan kekhususan)

Asesmen non-akademik berfokus pada aspek perkembangan dan


kekhususan. Aspek perkembangan meliputi perkembangan fisik dan
motorik, perkembangan komunikasi, perkembangan emosi dan sosial,
perkembangan perilaku dan aspek perkembangan lain yang relevan.
Sedangkan aspek kekhususan berfokus pada hambatan khusus dan
implikasinya yang dialami pada masing-masing disabilitas. Sebagai contoh
pada disabilitas penglihatan berfokus pada kemampuan orientasi dan
mobilitas.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 91


b. Tujuan dan Fungsi Identifikasi dan Asesmen ABK

Tujuan dan Fungsi Identifikasi ABK

Identifikasi ABK bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai kondisi


anak agar dapat menentukan kondisi disabilitas yang mungkin dialami. Lebih
lanjut di sekolah inklusif, identifikasi berfungsi sebagai kegiatan untuk
menemukan hambatan yang dialami, menentukan jenis hambatan pada ABK
sehingga tidak terjadi salah penafsiran tentang kemampuan anak. Hasil
identifikasi bukanlah diagnosis formal, melainkan hanya kemungkinan
hambatan yang perlu untuk didiagnosis oleh ahli seperti dokter, psikolog dan
psikiater.

Tujuan dan Fungsi Asesmen

Asesmen ABK bertujuan untuk memperoleh informasi holistik dan


komprehensif terkait dengan kemampuan akademik dan kemampuan non
akademik ABK. Sedangkan fungsi asesmen adalah untuk membantu guru
kelas, guru bidang studi dan GPK dalam menentukan perencanaan program
pembelajaran dan program layanan khusus. Asesmen dapat diartikan juga
sebagai mengetahui baseline (kemampuan awal) sebelum diberikan layanan
baik dalam pembelajaran di kelas umum maupun program layanan khusus.

c. Sasaran Identifikasi dan Asesmen

Sasaran Identifikasi

Sasaran dari pelaksanaan identifikasi adalah seluruh peserta didik yang telah
mendaftar melalui proses PPDB di sekolah inklusif yang diduga memiliki gejala
– gejala seperti gejala fisik, gejala perilaku, dan gejala hasil belajar.

92 | PPG Pra Jabatan 2022


Sasaran Asesmen

Sasaran asesmen adalah semua anak yang telah teridentifikasi memiliki


hambatan pada fase identifikasi ataupun yang sudah memperoleh diagnosa
formal mengenai kondisi hambatan/disabilitasnya.

d. Tata Laksana Identifikasi dan Asesmen ABK

Tata Laksana Identifikasi ABK

Identifikasi dapat dilaksanakan oleh semua guru. Identifikasi dilakukan dengan


menggunakan instrumen (akan dibahas di sub bab selanjutnya). Adapun
langkah pelaksanaan Identifikasi ABK adalah sebagai berikut (Garnida dkk.,
2020):

a) Menandai anak yang diduga menunjukkan gejala hambatan/disabilitas.

b) Melakukan identifikasi menggunakan instrumen sesuai dengan


hambatan/disabilitas anak.

c) Menganalisis data dan mengklasifikasikan dalam jenis


hambatan/disabilitas.

d) Melakukan case conference terhadap temuan dan hasil analisis tersebut,


untuk menetapkan jenis hambatan/disabilitas dan tindakan lanjut yang
akan dilakukan pada anak tersebut.

e) Mengkomunikasikan hasil identifikasi kepada orang tua murid tentang jenis


dan tindak lanjut yang akan dilakukan bersama.

1) Tata Laksana Asesmen

Asesmen dapat dilaksanakan oleh guru kelas, guru mata pelajaran, ataupun
GPK. Khususnya pada asesmen akademik, guru kelas dan guru mata
pelajaran dapat melaksanakannya dibantu oleh GPK. Adapun asesmen non
akademik, GPK dapat berperan aktif untuk melaksanakan asesmen tersebut,
dengan dibantu oleh pihak lain yang relevan. Langkah-langkah umum dalam
melakukan asesmen adalah (Garnida dkk., 2020):

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 93


a) Menetapkan jenis asesmen yang akan dilakukan sesuai dengan jenis
– jenis asesmen (akademik atau non-akademik/).

b) Memilih/mengembangkan instrumen asesmen (instrumen baku/formal


atau instrument non formal/hasil pengembangan sendiri).

c) Melakukan asesmen sesuai dengan panduan sesuai instrumen


asesmen.

d) Melakukan tabulasi, klasifikasi dan analisis hasil asesmen.

e) Melakukan case conference (pertemuan tim yang minimal terdiri atas


kepala sekolah, guru, dan orang tua) terhadap temuan dan hasil
analisis tersebut, untuk menentukan baseline dan penetapan
perencanaan pembelajaran / program pengembangan/ intervensi ang
dilakukan.

f) Mendokumentasikan semua data hasil asesmen dan kesepakatan hasil


case conference.

e. Instrumen Identifikasi dan Asesmen ABK

Instrumen Identifikasi

Terdapat banyak instrumen identifikasi ABK yang tersedia khususnya untuk di


gunakan di sekolah dan mudah digunakan oleh guru. Pada dasarnya
instrumen ini dalam format check list yang dapat diisi berdasarkan hasil
pengumpulan data oleh guru. Hasil kemudian dihitung dan dibandingkan
dengan skor standar untuk mengetahui kecenderungan hambatan yang
dialami anak. Berikut adalah dua contoh instrumen identifikasi ABK identifikasi
yang dapat digunakan. Instrumen satu merupakan adaptasi dari Budiyanto
dkk., (2009) yang direkomendasikan digunakan untuk anak di sekolah dasar
dan jenjang setelah sekolah dasar. Instrumen dua merupakan instrumen hasil
pengembangan Divisi Disabilitas dan Unit Layanan Anak Berkebutuhan
Khusus Universitas Negeri Surabaya pada tahun 2022 yang direkomendasikan
digunakan pada anak usia dini. Adapun instrumen dua ini tidak mencakup
kondisi cerdas istimewa berbakat istimewa karena difokuskan pada kondisi
keterlambatan perkembangan.

94 | PPG Pra Jabatan 2022


Instrumen Identifikasi 1 Anak Berkebutuhan Khusus

Nama Anak Tanggal Pemeriksaan

Tanggal Lahir Pemeriksa

Nama Siswa yang Diamati (Berdasarkan Nomor Urut)


No Gejala yang Diamati
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 dst

Tunanetra/Anak yang Mengalami Disabilitas Penglihatan

Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter

Kerusakan nyata pada kedua bola mata

Sering meraba dan tersandung waktu berjalan

1. Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya

Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/ bersisik/ kering

Peradangan hebat pada kedua bola mata

Kerusakan nyata pada kedua bola mata

SKOR NILAI :

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 95


Keterangan:

*) Catatan : Nilai Standart: 4 (di luar a dan b), jika a dan b terpenuhi, maka tidak perlu menghitung urutan berikutnya.

Tunarungu/ anak yang mengalami Disabilitas Pendengaran

Tidak mampu mendengar

Terlambat perkembangan bahasa

Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi

Kurang atau tidak tanggap bila diajak bicara

Ucapan kata tidak jelas

2. Kualitas suara aneh/monoton

Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar

Banyak perhatian terhadap getaran

Keluar cairan ’nanah’ dari kedua telinga

SKOR NILAI :

Keterangan:

*) Catatan: Nilai Standart: 6 (di luar a), jika a terpenuhi, maka tidak perlu menghitung urutan berikutnya.

96 | PPG Pra Jabatan 2022


Nama Siswa yang Diamati (Berdasarkan Nomor Urut)
No Gejala yang Diamati
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 dst

Tunadaksa/Anak yang Mengalami Kelainan Anggota Tubuh/Gerak/Disabilitas Fisik

Anggota gerak tubuh kaku/ lemah/lumpuh

Kesulitan dalam melakukan gerakan (tidak sempurna, tidak lentur dan tidak
terkendali)

Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari
biasanya

3. Terdapat cacat pada alat gerak

Jari-jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam

Kesulitan pada saat berdiri/ berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak
normal.

SKOR NILAI :

Keterangan:

*) Catatan: Nilai Standart: 5

Anak Berbakat/Memiliki Kemampuan dan Kecerdasan Luar Biasa

4. Membaca pada usia lebih muda

Membaca lebih cepat dan lebih banyak

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 97


Nama Siswa yang Diamati (Berdasarkan Nomor Urut)
No Gejala yang Diamati
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 dst

Memiliki perbendaharaan kata yang luas,

Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat

Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah orang


dewasa

Mempunyai inisiatif dan dapat bekerja sendiri,

Menunjukkan kesalahan (orisinalitas) dalam ungkapan


verbal

Memberi jawaban, jawaban yang baik

Dapat memberikan banyak gagasan,

Luwes dalam berpikir

Terbuka terhadap rangsangan dari lingkungan

Mempunyai pengamatan yang tajam

Dapat berkonsentrasi dalam jangka waktu yang panjang


terutama dalam tugas atau bidang yang minati

98 | PPG Pra Jabatan 2022


Berpikir kritis juga terhadap diri sendiri

Senang mencoba hal-hal baru

Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi dan sintetis


yang tinggi

Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan


masalah-masalah

Cepat menangkap hubungan sebab akibat

Berperilaku terarah terhadap tujuan

Mempunyai daya imajinasi yang kuat

Mempunyai banyak kegemaran/hobi

Mempunyai daya ingat yang kuat

Tidak cepat puas dengan prestasinya

Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi),

Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan

SKOR NILAI :

Keterangan:

*) Catatan: Nilai Standart: 18

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 99


Tunagrahita/Disabilitas Intelektual

Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu


kecil/besar

Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia

Perkembangan bicara/bahasa terlambat

Tidak ada, kurang sekali perhatiannya terhadap


5. lingkungan (pandangan kosong)

Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak


terkendali)

Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)

SKOR NILAI :

Keterangan:

*) Catatan: Nilai Standart: 6

Anak Lambat Belajar

Rata-rata prestasi belajar selalu rendah (kurang dari 6


6.
Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering
terlambat dibandingkan teman-teman seusianya.

100 | PPG Pra Jabatan 2022


Daya tangkap terhadap pelajaran lambat

Pernah tidak naik kelas

SKOR NILAI :

Keterangan:

*) Catatan: Nilai Standart: 4

Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar Spesifik

Anak yang Mengalami Kesulitan Membaca (Disleksia)

Perkembangan kemampuan membaca terlambat,

Kemampuan memahami isi bacaan rendah,

Kalau membaca sering banyak kesalahan


7.
SKOR NILAI :

Keterangan:

*) Catatan: Nilai Standart: 3

Anak yang Mengalami Kesulitan Menulis (Disgrafia)

Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 101


Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v
dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya

Hasil tulisannya jelek dan hampir tidak terbaca

Tulisannya banyak salah/ ter-balik/huruf hilang,

Sulit menulis dengan lurus pada kertas bergaris

SKOR NILAI :

Keterangan:

*) Catatan: Nilai Standart: 4

Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar Berhitung (Diskalkulia)

Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, <, >, =

Sulit mengoperasikan hitungan/ bilangan

Sering salah membilang dengan urut

Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17


dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8 dan sebagainya

Sulit membedakan bangun geometri

SKOR NILAI :

102 | PPG Pra Jabatan 2022


Keterangan:

*) Catatan: Nilai Standart: 4

Anak yang Mengalami Disabilitas Emosi dan Perilaku

Bersikap membangkang

Mudah terangsang emosimya/ emosional/mudah


marah

Sering melakukan tindakan agresif, merusak,


8. mengganggu

Sering bertindak melanggar norma sosial/norma


susila/ hukum dan agama

SKOR NILAI :

Keterangan:

*) Catatan: Nilai Standart: 4

Autis

Kesulitan mengenal dan merespon dengan emosi dan


9.
isyarat sosial

Tidak bisa menunjukkan perbedaan ekspresi muka

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 103


secara jelas

Kurang memiliki perasaan dan empati

Ekspresi emosi yang kaku

Sering menunjukkan perilaku dan meledak-ledak

Menunjukkan perilaku yang bersifat stereotip

Sulit untuk diajak berkomuni-kasi secara verbal

Cenderung menyendiri

Sering mengabaikan situasi disekelilingnya

SKOR NILAI :

Keterangan:

*) Catatan: Nilai Standart: 6

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Anattention
10.
Sering tidak memperhatikan hal-hal kecil/detil, atau
membuat kesalahan sepele.

Perhatiannya mudah dialihkan

104 | PPG Pra Jabatan 2022


Tampak tak mendengarkan apa yang dikatakan
kepadanya.

Sering tidak mengikuti perintah atau menaati


peraturan yang seharusnya dijalankan.

Kesulitan dalam pengaturan tugas/pekerjaan.

Sering menghindari, tidak menyukai, atau enggan


terhadap tugas-tugas yang memerlukan pemikiran dan
konsentrasi (seperti pelajaran/pekerjaan rumah)

Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan


untuk mengerjakan tugasnya.

Sering terganggu oleh suara/gerakan yang ada di


sekitarnya.

SKOR NILAI :

Keterangan:

*) Catatan: Nilai Standart: 6

Impulsif (Impulsivity)

Sering sudah menjawab sebelum pertanyaan yang


diajukan selesai diucapkan.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 105


Sulit menunggu giliran, tidak sabar.

Sering menyela pembicaraan atau mengacaukan


permainan anak lain, atau berteriak di kelas

Bicaranya banyak, tanpa menyesuaikan dengan


suasana.

Mengerjakan hal-hal berbahaya tanpa pikir panjang.

SKOR NILAI :

Keterangan:

*) Catatan: Nilai Standart: 3

Hiperaktif

Banyak menggerakkan tangan dan kakinya ketika


duduk.

Sulit tetap duduk diam, sering meninggalkan tempat


duduknya.

Sering berlari-lari atau memanjat pada situasi yang tak


sesuai.

Biasanya ribut bila bermain dan sulit melakukan


kegiatan dengan santai dan tenang.

106 | PPG Pra Jabatan 2022


Berganti-ganti kegiatan tanpa menyelesaikannya.

SKOR NILAI :

Keterangan:

*) Catatan: Nilai Standart: 3

Surabaya, …………………… 2009

Mengetahui,

Kepala Sekolah, Wali Kelas, Petugas,

(……………………………) (……………………………) (……………………………)

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 107


Instrumen Identifikasi 2 Anak
Berkebutuhan Khusus

Petunjuk

1. Instrumen identifikasi ini bisa digunakan untuk anak berusia 3-6 tahun.

2. Gunakan instrumen berikut untuk mengidentifikasi anak berindikasi hambatan


tumbuh kembang dan berkebutuhan khusus.

3. Instrumen identifikasi ini terdiri atas empat bagian. Bagian pertama adalah
identitas anak yang diidentifikasi. Bagian kedua adalah Pertanyaan Umum
identifikasi. Bagian ketiga adalah Pertanyaan Lanjutan identifikasi dan Bagian
4 adalah interpetasi

4. Beri tanda cheklist (√) pada kolom Pertanyaan sesuai dengan gejala yang
tampak/diperoleh pada anak.

Bagian 1: Identitas Anak

1. Nama :

2. Tempat dan tanggal lahir/umur :

3. Jenis kelamin :

4. Berat badan :

5. Agama :

6. Status anak :

7. Anak ke dari jumlah saudara : ke.....dari....

8. Nama sekolah :

9. Alamat :

10. Nama orang tua :

11. Pekerjaan orang tua :

108 | PPG Pra Jabatan 2022


Bagian 2: Pertanyaan Umum

Catatan:

1. Usahakan untuk mengamati gejala-gejala objektif pada anak dengan seksama


dan mendalam.
2. Untuk menguatkan pendalaman gejala objektif pada anak observer dapat
memberikan diberikan tugas/perintah kepada anak sesuai dengan Pertanyaan
yang akan didalami.

Respon
No. Item
Ya Tidak

Organ mata anak mengalami kerusakan (bola mata berwarna


1
keruh/bersisik/kering baik salah satu atau keduanya)

2 Anak sering menabrak dan tampak meraba-raba ketika bergerak

Tidak merespon ketika dipanggil dengan nada normal dalam jarak


3
dekat lebih dari satu kali panggilan

4 Anak tidak bereaksi ketika mendengar lagu atau nyanyian

5 Anak lambat dalam merespon instruksi atau stimulus yang diberikan

6 Anak tidak menikmati bermain dengan teman sebayanya

Anak belum bisa berbicara lancar (mengucapkan kalimat sederhana)


7
di usia 2 tahun

Anak sangat suka mengamati/tertarik pada objek yang spesifik


8
seperti roda kendaraan, bagian tertentu dari mainan dan lain-lain.

Anak tidak dapat/kesulitan berinteraksi dengan anggota keluarga


9
utama ataupun dengan anggota keluarga besar.

Anak sangat aktif untuk bergerak baik di pagi hari dan malam hari
10
dan sering mengalami kesulitan tidur.

Anak tampak kesulitan dalam melakukan bergerak (mudah limbung,


11
tidak sempurna, tidak lentur dan tidak terkendali).

12 Anak baru dapat berjalan di usia 2 tahun atau belum bisa berjalan.

Dalam beraktivitas perhatiannya mudah teralihkan, sehingga


13
aktivitas utama tidak pernah selesai

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 109


Bagian 3 : Pertanyaan Lanjutan

Catatan:

1. Berdasarkan hasil di Bagian 2, isi kembali tabel-tabel berikut.

2. Untuk menguatkan pendalaman gejala objektif pada anak observer dapat


memberikan diberikan tugas/perintah kepada anak sesuai dengan Pertanyaan
yang akan didalami.

1. Pertanyaan Lanjutan untuk Item yang terjawab Ya di nomor 1 dan/atau 2

Pertanyaan Ya Tdk

Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter

Kerusakan nyata pada kedua bola mata

Sering meraba dan tersandung waktu berjalan

Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya

Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/ bersisik/ kering/ bentuk tidak
bulat

Peradangan hebat pada kedua bola mata

Mengernyitkan alis mata saat melihat obyek yang agak jauh di depannya

Total checklist (√)

2. Pertanyaan Lanjutan untuk Item yang terjawab Ya di nomor 3 dan/atau 4


dan/atau 7

Pertanyaan Ya Tdk

Tidak bereaksi terhadap suara

Kosa kata yang dikuasai masih terbatas

Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi

Kurang atau tidak tanggap bila diajak bicara

Pengucapan kata tidak jelas

110 | PPG Pra Jabatan 2022


Kualitas suara aneh/monoton

Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar

Banyak perhatian terhadap getaran

Keluar cairan ’nanah’ dari kedua telinga

Total checklist (√)

3. Pertanyaan Lanjutan untuk Item yang terjawab Ya di nomor 5 dan/atau 6


dan/atau 7

Pertanyaan Ya Tdk

Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar

Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usianya

Perkembangan bicara/bahasa terlambat

Tidak ada, kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan


kosong)

Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali)

Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)

Total checklist (√)

4. Pertanyaan Lanjutan untuk Item yang terjawab Ya di nomor 2 dan/atau 11


dan/atau 12

Pertanyaan Ya Tdk

Anggota gerak tubuh kaku/ lemah/lumpuh

Kesulitan dalam melakukan gerakan (tidak sempurna, tidak lentur dan tidak
terkendali)

Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil


dari biasanya

Terdapat cacat pada alat gerak

Jari-jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam

Kesulitan pada saat berdiri/ berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 111


tidak normal.

Total checklist (√)

5. Pertanyaan Lanjutan untuk Item yang terjawab Ya di nomor 7 dan/atau 9

Pertanyaan Ya Tdk

Sulit memahami isi pembicaraan orang lain.

Sulit mengemukakan ide dan gagasan secara tulis maupun lisan.

Tidak lancar dalam berbicara atau mengemukakan ide.

Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi.

Kalau berbicara sering gagap /gugup

Suaranya parau/payah/aneh.

Tidak fasih mengucapkan kata-kata tertentu/celat/cadel

Organ bicaranya tidak normal, misal bibir sumbing, lidah terlalu tebal.

Total checklist (√)

6. Pertanyaan Lanjutan untuk Item yang terjawab Ya di nomor 10 dan/atau 13

Pertanyaan Ya Tdk

Sering tidak memperhatikan hal-hal kecil/detil, atau membuat kesalahan


sepele.

Perhatiannya mudah dialihkan

Tampak tak mendengarkan apa yang dikatakan kepadanya.

Sering tidak mengikuti perintah atau menaati peraturan yang seharusnya


dijalankan.

Kesulitan dalam pengaturan tugas/pekerjaan.

Sering menghindari, tidak menyukai, atau enggan terhadap tugas-tugas yang


memerlukan pemikiran dan konsentrasi (seperti pelajaran/pekerjaan rumah)

Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk mengerjakan


tugasnya.

Sering terganggu oleh suara/gerakan yang ada di sekitarnya.

112 | PPG Pra Jabatan 2022


Sering sudah menjawab sebelum pertanyaan yang diajukan selesai
diucapkan.

Sulit menunggu giliran, tidak sabar.

Sering menyela pembicaraan atau mengacaukan permainan anak lain, atau


berteriak di kelas

Bicaranya banyak, tanpa menyesuaikan dengan suasana.

Mengerjakan hal-hal berbahaya tanpa pikir panjang.

Banyak menggerakkan tangan dan kakinya ketika duduk.

Sulit tetap duduk diam, sering meninggalkan tempat duduknya.

Sering berlari-lari atau memanjat pada situasi yang tak sesuai.

Biasanya ribut bila bermain dan sulit melakukan kegiatan dengan santai dan
tenang.

Berganti-ganti kegiatan tanpa menyelesaikannya.

Total checklist (√)

6. Pertanyaan Lanjutan untuk Item yang terjawab Ya di nomor 6 dan/atau 7


dan/atau 8 dan/atau 9

Pertanyaan Ya Tdk

Kesulitan mengenal dan merespon dengan emosi dan isyarat sosial

Tidak bisa menunjukkan perbedaan ekspresi muka secara jelas

Kurang memiliki perasaan dan empati

Ekspresi emosi yang kaku

Sering menunjukkan perilaku dan meledak-ledak

Menunjukkan perilaku yang bersifat stereotip

Sulit untuk diajak berkomuni-kasi secara verbal

Cenderung menyendiri

Sering mengabaikan situasi disekelilingnya

Total checklist (√)

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 113


Bagian 4 : Interpretasi

Catatan :

Berdasarkan hasil total checklist (√) di Bagian 3, tentukan rekomendasi rujukan


berdasarkan tabel Saran Rujukan berikut.

Saran Rujukan

Nomor tabel Jumlah total


Indikasi Rujukan
di bagian 3 checklist (√) Ya

Hambatan Dokter umum/dokter spesialis


1 4
penglihatan mata

Hambatan Dokter umum/dokter spesialis


2 6
pendengaran THT

Hambatan
3 4 Psikolog/Psikiater
intelektual

4 4 Hambatan fisik Dokter umum

Hambatan Dokter umum/dokter spesialis


5 5
komunikasi THT/Psikolog/Psikiater

6 13 ADHD Psikolog/Psikiater

7 6 Autis Psikolog/Psikiater

Mengetahui,

Kepala Sekolah, Wali Kelas,

(……………………………) (……………………………)

114 | PPG Pra Jabatan 2022


f. Instrumen Asesmen

Instrumen asesmen sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya dapat berupa


instrumen formal/baku dan instrumen informal/hasil pengembangan sendiri.
Khususnya dalam bidang akademik, guru kelas dan guru mata pelajaran harus
mampu menyusun instrumen asesmen akademik sendiri untuk ABK. Adapun
instrumen asesmen perkembangan dan kekhususan dapat disusun dengan
konsultasi bersama GPK, Guru SLB atau tenaga ahli (cek Topik 4). Adapun
berikut adalah langkah – langkah mengembangkan instrumen asesmen.

Menentukan acuan untuk pengembangan instrumen asesmen dengan


mempertimbangkan:

a) Usia kronologis anak (usia sesuai kalender).


b) Untuk aspek perkembangan merujuk pada milestone sesuai aspek
perkembangan dan usia.
c) Untuk aspek akademik dapat merujuk pada usia anak ataupun capaian
pembelajaran anak sesuai kebutuhan saat ini berdasarkan gambar 10

Gambar 10. Acuan Pengembangan Instrumen Akademik

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 115


2) Mengembangkan Kisi – Kisi Instrumen Asesmen

Pengembanga kisi – kisi instrumen asesmen tidak memiliki format baku


ataupun standart penyusunan. Adapun komponen yang umumnya wajib ada
meliputi :

a) Aspek/Komponen/Kompetensi Inti

b) Sub-aspek/ Sub-komponen/Kompetensi dasar

c) Indikator, dikembangkan dari sub-aspek/sub-komponen/kompetensi


dasar, harus spesifik dan terukur, menggunakan kata kerja
operasional. Contoh indikator yang baik: Membaca huruf a, karena kata
kerja Membaca adalah kata kerja operasional dan keberhasilan dapat
diukur, sedangkan contoh indikator yang tidak baik: Memahami konsep
operasi hitung, karena kata kerja Memahami tidak operasional, dan
konsep operasi hitung masih belum dapat terukur dengan spesifik).

d) Teknik pengumpulan data, pilih teknik pengumpulan data yang sesuai,


sangat dianjurkan untuk melibatkan lebih dari satu teknik untuk
meningkatkan validitas data hasil asesmen).

e) Pelaksana, tentukan siapa yang akan melakukan pengambilan data


dan pihak yang akan dikumpulkan datanya

f) Durasi, tentukan rentang waktu pelaksanaan pengambilan data,


biasanya dalam menit.

3) Mengembangkan Instrumen Asesmen

Dalam mengembangkan instrumen asesmen informal tentu tidak ada format


baku ataupun standar formal dalam penyusunannyya. Adapun hal yang perlu
menjadi perhatian adalah:

a) dikembangkan berdasarkan kisi – kisi instrumen yang telah disusun.

b) wajib mencantumkan petunjuk teknis cara melakukan pengumpulan


data seperti : petunjuk pengerjaan tes tertulis, teknik pelaksanaan
observasi dan wawancara, spesifikasi dokumen yang dibutuhkan.

116 | PPG Pra Jabatan 2022


Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun instrumen asesmen
untuk ABK adalah sebagai berikut:

1) Mengikuti ketiga prosedur penyusunan instrumen asesmen akademik

2) Melakukan penyesuaian dalam pelaksanaan asesmen, sehingga asesmen


tetap dapat mengukur kemampuan anak/peserta didik dengan valid dan
reliabel. Penyesuaian dapat dilakukan dalam aspek proses dan produk
asesmen seperti:

a) Proses: durasi yang disesuaikan dengan kemampuan anak, penataan


lokasi asesmen, menggunakan petunjuk visual dll.

b) Produk: mengganti produk tes tertulis ke tes perbuatan.

3) Melibatkan lebih dari satu teknik pengumpulan data.

4) Melibatkan orang tua/pengasuh anak.

Berikut adalah contoh kisi-kisi dan instrumen asesmen perkembangan motorik


halus :

Kisi-Kisi Pengembangan Instrumen Asesmen Motorik Halus

Aspek Asesmen : Motorik halus

Teori Perkembangan :

Bayley Scales of Infant and Toddler Development (Fine Motor Task) - Usia 3
hingga 4 tahun (toddler – pre school), perkembangan motorik halus anak usia 5
hingga 9 tahun (Effgen, 2013)

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 117


Tabel Kisi-Kisi Pengembangan Instrumen

Tugas Perkembangan

Usia 3 hingga 4 tahun. Usia 5 hingga 9 tahun


Anak dapat menggoordinasikan jari – jari dan juga Mereka juga mulai
pergerakan pergelangan tangannya untuk melakukan mengembangkan
kegiatan – kegiatan yang membutuhkan kemampuan motorik kemampuan motorik
halus seperti menata balok, menggambar bentuk sederhana, halusnya untuk melakukan
melipat kertas, dan juga menggenggam benda – benda kecil. kegiatan yang lebih kompleks

Indikator

1. Menata balok e. Menduplikasi gambar garis vertikal


menata stacking block dan horizontal
f. Menduplikasi gambar lingkaran
2. Menggenggam
g. Menduplikasi gambar bangun
a. Menggenggam pensil
persegi
b. Menggenggam botol minum
h. Menduplikasi gambar segitiga

3. Melipat i. Menduplikasi gambar segi lima

Melipat kertas menjadi dua bagian (diamond)

4. Menggambar garis dan bangun 5. Menggunting

sederhana a. Menggunting garis lurus

a. Menghubungkan titik-titik berbentuk b. Menggunting garis lengkung

garis horizontal dan vertikal


6. Kegiatan sehari - hari
b. Menghubungkan titik – titik
a. Mengancingkan kancing kecil
berbentuk garis bergelombang
b. Menyambungkan resleting
c. Menghubungkan titik – titik
mantel/jaket
berbentuk lingkaran
c. Mengikat tali sepatu
d. Menghubungkan titik-titik berbentuk
bangun bersudut (segiempat, belah Melakukan kegiatan yang membutuhkan
ketupat, layang – layang) keterampilan motorik tingkat tinggi. Seperti
menjahit, menggambar, memainkan alat
musik, atau membuat model bangunan.

Teknik Pengumpulan Data

Tes perbuatan, wawancara dengan guru, siswa dan orang tua

118 | PPG Pra Jabatan 2022


Instrumen Asesmen

Nama Anak (Inisial) : …………………

Usia : 3 s/d 9 tahun

Asesor : …………………

Tanggal Pelaksanaan Asesmen : …………………

Waktu Mulai Asesmen : …………………

Waktu Selesai Asesmen : …………………

Aspek Perkembangan : Motorik halus, usia 3 hingga 9 tahun.

Tujuan Asesmen : Untuk mengukur kemampuan motorik

halus siswa

Teknik Pengumpulan Data : Tes perbuatan dan wawancara kepada

guru, siswa serta orang tua

Tes

Tujuan Tes : Mengukur kemampuan motorik halus siswa

Jenis Tes : Perbuatan

Instrumen Tes : …………………

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 119


Score Keterangan
Kemampuan Indikator
1 2 3 Tambahan

1.1. Menggenggam botol minum


Menggenggam
1.2. Menggenggam pensil

2.1. Menata stacking block secara


Menata balok
vertikal

Menggenggam 3.1. Menggenggam pensil

Melipat 4.1. Melipat kertas menjadi dua bagian

5.1. Menghubungkan titik-titik berbentuk


garis horizontal.

5.2. Menghubungkan titik – titik


berbentuk garis vertikal.

5.3. Menghubungkan titik – titik


berbentuk garis bergelombang.

5.4. Menghubungkan titik – titik


berbentuk lingkaran

Menggambar 5.5. Menghubungkan titik-titik berbentuk


garis dan bangun bangun segi empat
sederhana
5.6. Menduplikasi gambar garis lurus

5.7. Menduplikasi gambar garis berkelok

5.8. Menduplikasi gambar lingkaran

5.9. Menduplikasi gambar bangun


persegi

5.10. Menduplikasi gambar segitiga

5.11. Menduplikasi gambar segi lima


(diamond)

6.1. Menggunting garis lurus


Menggunting
6.2. Menggunting garis lengkung

7.1. Mengancingkan kancing kecil


Kegiatan
7.2. Menyambungkan resleting jaket
sehari - hari
7.3. Mengikat tali sepatu

120 | PPG Pra Jabatan 2022


Pedoman Penskoran

1. Sama sekali tidak mampu mengerjakan


2. Mampu mengerjakan dengan bantuan
3. Mampu mengerjakan tanpa bantuan

Wawancara dengan Guru

Mengetahui kemampuan gerak motorik halus siswa dari


Tujuan
sudut pandang Guru

Jenis Wawancara Wawancara terpimpin bebas

Instrumen Wawancara

1. Apakah anak mampu meminum air dari botol dengan baik? (Indikator 1.1.
Menggenggam botol minum)

2. Apakah anak mampu menata balok? Tanpa/dengan bantuan guru? (Indikator


2.1. menata stacking block secara vertikal)

3. Apakah anak mampu menggenggam pensil dengan benar? Tanpa/dengan


bantuan guru? (Indikator 3.1. Menggenggam pensil)

4. Apakah anak mampu melipat kertas menjadi dua bagian? Tanpa/dengan


bantuan guru? (Indikator 4.1. Melipat kertas menjadi dua bagian)

5. Apakah anak mampu menghubungkan titik titik yang membentuk garis


horizontal dan vertikal? (Indikator 5.1. Menghubungkan titik-titik berbentuk
garis horizontal dan 5.2. Menghubungkan titik – titik berbentuk garis vertikal)

6. Apakah anak mampu menghubungkan titik titik yang membentuk garis


bergelombang? (Indikator 5.3. Menghubungkan titik – titik berbentuk garis
bergelombang)

7. Apakah anak mampu menghubungkan titik titik yang membentuk lingkaran?


(Indikator 5.4. Menghubungkan titik – titik berbentuk lingkaran)

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 121


8. Apakah anak mampu menghubungkan titik-titik yang membentuk bangun
bersudut? (persegi, belah ketupat, layang-layang, dan sebagainya?) (Indikator
5.5. Menghubungkan titik-titik berbentuk bangun segi empat)

9. Apakah anak mampu menduplikasi bentuk lingkaran? (Indikator 5.8.


Menduplikasi gambar lingkaran)

10. Apakah anak mampu menduplikasi bentuk bangun datar? (persegi, segitiga,
segilima/diamond) (Indikator 5.9. Menduplikasi gambar bangun persegi; 5.10.
Menduplikasi gambar segitiga; 5.11 Menduplikasi gambar segi lima (diamond))

11. Apakah anak mampu menggunting garis lurus? Tanpa/dengan bantuan guru?
(Indikator 6.1. Menggunting garis lurus)

12. Apakah anak mampu menggunting garis lengkung? Tanpa/dengan bantuan


guru? (Indikator 6.2. Menggunting garis lengkung)

13. Apakah anak mampu mengancingkan baju? Tanpa/dengan bantuan guru?


(Indikator 7.1. Mengancingkan kancing kecil )

14. Berapa lama waktu yang dibutuhkan anak untuk mengancingkan baju apabila
tanpa bantuan guru? (Indikator 7.1. Mengancingkan kancing kecil )

15. Apakah anak mampu menyambungkan resleting jaket? Tanpa/dengan


bantuan guru? (Indikator 7.2. Menyambungkan resleting jaket)

16. Apakah anak mampu menalikan tali sepatu? Tanpa/dengan bantuan guru?
(Indikator 7.3. Mengikat tali sepatu)

17. Berapa lama waktu yang dibutuhkan anak untuk menali dengan simpul hidup
(dasar)? (jawab jika anak sudah mampu menalikan tali sepatu) (Indikator 7.3.
Mengikat tali sepatu)

18. Apakah anak memiliki kebiasaan/kegemaran di sekolah yang memanfaatkan


gerak motorik halus, misalnya: menjahit, menggambar, bermain alat musik,
dan sebagainya? Apabila iya, apakah anak mampu melakukan kegiatan
tersebut sendiri atau dengan bantuan guru?

19. Apakah anak memiliki hambatan motorik halus lainnya yang hingga kini
mengganggu kegiatan pembelajaran di sekolah?

122 | PPG Pra Jabatan 2022


Wawancara dengan Orang Tua

Mengetahui kemampuan gerak motorik halus siswa dari


Tujuan
sudut pandang orang tua

Jenis Wawancara Wawancara terpimpin bebas

Instrumen Wawancara:

1. Apakah anak mampu meminum air dari botol dengan baik? (Indikator 1.1.
Menggenggam botol minum)

2. Apakah anak menyukai balok dan dapat menyusunnya? (Indikator 2.1. Menata
stacking block secara vertikal)

3. Apakah anak mampu menggenggam pensil dengan benar? Tanpa/dengan


bantuan orang tua? (Indikator 3.1. Menggenggam pensil)

4. Apakah anak mampu melipat kertas menjadi dua bagian? Tanpa/dengan


bantuan orang tua? (Indikator 4.1. Melipat kertas menjadi dua bagian)

5. Bagaimana kerapian lipatan anak? (Indikator 4.1. Melipat kertas menjadi dua
bagian)

6. Apakah anak mampu menghubungkan titik titik yang membentuk garis


horizontal dan vertikal? (Indikator 5.1. Menghubungkan titik-titik berbentuk
garis horizontal dan 5.2. Menghubungkan titik – titik berbentuk garis vertikal)

7. Apakah anak mampu menghubungkan titik titik yang membentuk garis


bergelombang? (Indikator 5.3. Menghubungkan titik – titik berbentuk garis
bergelombang)

8. Apakah anak mampu menghubungkan titik titik yang membentuk lingkaran?


(Indikator 5.4. Menghubungkan titik – titik berbentuk lingkaran)

9. Apakah anak mampu menghubungkan titik-titik yang membentuk bangun


bersudut? (persegi, belah ketupat, layang-layang, dsb) (Indikator 5.5.
Menghubungkan titik-titik berbentuk bangun segi empat)

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 123


10. Apakah anak mampu menduplikasi bentuk lingkaran? (Indikator 5.8.
Menduplikasi gambar lingkaran)

11. Apakah anak mampu menduplikasi bentuk bangun datar? (persegi, segitiga,
segilima/diamond) (Indikator 5.9. Menduplikasi gambar bangun persegi; 5.10.
Menduplikasi gambar segitiga; 5.11 Menduplikasi gambar segi lima (diamond))

12. Apakah anak mampu menggunting garis lurus? Tanpa/dengan bantuan orang
tua? (Indikator 6.1. Menggunting garis lurus)

13. Apakah anak mampu menggunting garis lengkung? Tanpa/dengan bantuan


orang tua? (Indikator 6.2. Menggunting garis lengkung)

14. Apakah anak mampu mengancingkan baju? Tanpa/dengan bantuan orang


tua? (Indikator 7.1. Mengancingkan kancing kecil )

15. Berapa lama waktu yang dibutuhkan anak untuk mengancingkan baju apabila
tanpa bantuan orang tua? (Indikator 7.1. Mengancingkan kancing kecil )

16. Apakah anak mampu menyambungkan resleting jaket? Tanpa/dengan


bantuan orang tua? (Indikator 7.2. Menyambungkan resleting jaket)

17. Apakah anak mampu menalikan tali sepatu? Tanpa/dengan bantuan orang
tua? (Indikator 7.3. Mengikat tali sepatu)

18. Berapa lama waktu yang dibutuhkan anak untuk menali dengan simpul hidup
(dasar)? (jawab jika anak sudah mampu menalikan tali sepatu) (Indikator 7.3.
Mengikat tali sepatu)

19. Apakah anak memiliki kebiasaan/kegemaran di rumah yang memanfaatkan


gerak motorik halus, misalnya: menjahit, menggambar, bermain alat musik,
dan sebagainya? Apabila iya, apakah anak mampu melakukan kegiatan
tersebut sendiri atau dengan bantuan orang tua?

20. Apakah anak memiliki hambatan motorik halus lainnya yang hingga kini
mengganggu kegiatan sehari – harinya di rumah?

124 | PPG Pra Jabatan 2022


Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun instrumen asesmen
untuk ABK adalah sebagai berikut:

1. Mengikuti ketiga prosedur penyusunan instrumen asesmen akademik

2. Melakukan penyesuaian dalam pelaksanaan asesmen, sehingga asesmen


tetap dapat mengukur kemampuan anak/peserta didik dengan valid dan
reliabel. Penyesuaian dapat dilakukan dalam aspek proses dan produk
asesmen seperti:
a. Proses: durasi yang disesuaikan dengan kemampuan anak, penataan
lokasi asesmen, menggunakan petunjuk visual dll.
b. Produk: mengganti produk tes tertulis ke tes perbuatan.

3. Melibatkan lebih dari satu teknik pengumpulan data.


4. Melibatkan orang tua/pengasuh anak.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 125


Lembar Kerja V

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!

1. Jelaskan konsep Identifikasi menurut Anda!

2. Jelaskan tujuan dan fungsi dari Identifikasi!

3. Siapa sajakah sasaran dari Identifikasi!

4. Jelaskan model 1 tata laksana Identifikasi!

5. Jelaskan tata laksana asesmen!\

126 | PPG Pra Jabatan 2022


C. Ruang Kolaborasi (360 menit)

Setelah mempelajari konsep Identifikasi dan Asesmen ABK, silahkan membentuk


kelompok yang terdiri atas 4-5 orang. Kemudian lakukan Tugas Identifikasi ABK
sebagai berikut:

Tugas Identifikasi ABK

Petunjuk

1. Saksikan tayangan Ian Short* sebagai berikut:

Sumber : https://drive.google.com/file/d/1gfdtM9UdwgRNu6i2UZYSa8BqpeeWtsZ/view

2. Dengan menggunakan instrumen 1 dan instrumen 2 laksanakan Identifikasi


pada Ian Short.

D. Demonstrasi Kontekstual (100 menit)

Setelah menyelesaikan Tugas Identifikasi, secara berkelompok lakukan


presentasi hasil Identifikasi Anda. Berikan masukan terhadap hasil identifikasi
kelompok tersebut.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 127


Selama presentasi perhatikan hal-hal berikut!

1. Penguasaan materi
2. Kecocokan antara isi yang dipresentasikan dengan isi makalah
3. Tampilan slide (gambar, diagram, foto, video, alur materi) mendukung
presentasi
4. Kemampuan mempertahankan argumen
5. Kualitas suara (volume, artikulasi suara. intonasi)
6. Pembawaan (cara pandang, gerak tubuh yang efektif, ketenangan)
7. Berpakaian sopan dan rapi
8. Penggunaan bahasa yang benar
9. Tanggap dan siap menerima terhadap masukkan

Bapak Ibu dosen bisa melakukan penilaian presentasi dengan rubrik yang ada di
lampiran.

1. Lengkapi isian berikut bersama anggota kelompok Anda.

Laporan Hasil Identifikasi

No Hasil Identifikasi Uraian

1.
2.
Karakterisik hambatan sesuai
1 3.
formulir Identifikasi
4.
dst.

1.
Temuan lain karakteristik
2.
2 hambatan yang ditemukan tidak
3.
tercantum dalam form indetifikasi
dst.

Dugaaan sementara hambatan


3
yang dimiki anak

Hambatan ketika mengalami


4 (wajib diisi)
identifikasi

128 | PPG Pra Jabatan 2022


*video hanya referensi, Bapak/Ibu dosen dapat menggunakan video lain yang
dianggap lebih relevan.

E. Elaborasi Pemahaman (180 menit)

Anda sudah memahami konsep Identifikasi dan melaksanakan Identifikasi. Untuk


lebih memahami konsep Identifikasi dan pelaksanaan Identifikasi, buatlah
pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep dan tata laksana yang masih Anda
belum pahami. Pertanyaan ini akan didiskusikan dengan rekan, dosen atau
instruktur tamu (Guru SLB dan GPK).

Bapak/Ibu dosen silahkan melakukan pengecekan pemahaman mahasiswa


dengan bertanya mengenai hal beriku!

1. Konsep Identifikasi dan asesmen ABK


2. Tata Laksana Identifikasi dan asesmen ABK
3. Praktik Identifikasi dan asesmen ABK

Untuk meningkatkan pemahaman mengenai asesmen akademik, kerjakan tugs


berikut secara mandiri:

Tugas Individu Asesmen Akademik

Instruksi

1. Tugas ini dikerjakan secara individu.


2. Pilih satu kasus saja.
3. Terdapat 3 bagian dalam tugas ini, ikuti petunjuk pengerjaan di masing-masing
bagian.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 129


Bagian 1

Analisis Kasus

Bacalah dengan seksama 3 kasus yang dipaparkan, kemudian jawablah


pertanyaan yang disediakan. Tulis jawaban anda dalam kolom yang disediakan,
jawaban tidak perlu mencantumkan kutipan.

Kasus 1

Jingga adalah anak berusia 4 tahun yang sekarang sedang mengikuti program
pembelajaran di PAUD. Hasil identifikasi menunjukkan Jingga memiliki
kecenderungan mengalami gangguan perhatian (ADD). Guru kelas
menyampakan program untuk semester depan adalah mengembangkan
keterampilan motorik yang diperlukan supaya anak dapat menulis. Guru hendak
melakukan asesmen sebelum memulai program semester depan, sebagai
konsultan pendidikan khusus jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:

No Pertanyaan Respon

Acuan apa yang akan anda


gunakan untuk mengem-
1
bangkan instrumen asesmen?
Jelaskan alasannya!

Teknik-teknik pengambilan data


apa saja yang harus digunakan
2 oleh guru kelas? Jelaskan
mengapa teknik-teknik tersebut
penting untuk dilakukan!

Jelaskan beberapa
penyesuaian yang guru harus
lakukan sehingga pelaksanaan
3
asesmen dapat aksesibel dan
sesuai dengan karakteristik
Jingga!

130 | PPG Pra Jabatan 2022


Kasus 2

Nila berusia 7 tahun akan mendaftar di sekolah dasar. Hasil identifikasi


menunjukkan Jingga memiliki kecenderungan mengalami gangguan penglihatan
Low Vision. Sekolah hendak melakukan asesmen kemampuan membaca kata
untuk Nila, tetapi sekolah tidak memiliki data perkembangan kemampuan
membaca Nila, sebagai konsultan pendidikan khusus jawablah pertanyaan-
pertanyaan di bawah ini:

No Pertanyaan Respon

Acuan apa yang akan anda


gunakan untuk mengembangkan
1
instrumen asesmen? Jelaskan
alasannya!

Teknik-teknik pengambilan data


apa saja yang harus digunakan
2 oleh guru kelas? Jelaskan
mengapa teknik-teknik tersebut
penting untuk dilakukan!

Jelaskan beberapa penyesuaian


yang guru harus lakukan
3 sehingga pelaksanaan asesmen
dapat aksesibel dan sesuai
dengan karakteristik Nila!

Kasus 3

Biru adalah siswa kelas III dengan hambatan pendengaran dengan tanpa disertai
hambatan intelektual di sekolah dasar umum. Biru mengikuti program khusus
untuk memastikan kemampuan matematikanya dapat setara dengan temannya
dalam satu jenjang. Guru hendak melakukan asesmen pada salah satu materi
Matematika di akhir semester 1, sebagai konsultan pendidikan khusus jawablah
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 131


No Pertanyaan Respon

Acuan apa yang akan anda


gunakan untuk
1
mengembangkan instrumen
asesmen? Jelaskan alasannya!

Teknik-teknik pengambilan data


apa saja yang harus digunakan
2 oleh guru kelas? Jelaskan
mengapa teknik-teknik tersebut
penting untuk dilakukan!

Jelaskan beberapa
penyesuaian yang guru harus
lakukan sehingga pelaksanaan
3
asesmen dapat aksesibel dan
sesuai dengan karakteristik
Biru!

BAGIAN 2

Menyusun Kisi-Kisi Instrumen Asesmen

Pilihlah salah satu kasus pada bagian 1. Kembangkan kisi-kisi instrumen dengan
mencantumkan komponen-komponen berikut:

1. Aspek/Komponen/Kompetensi Inti
2. Sub-aspek/Sub-komponen/Kompetensi Dasar
3. Indikator (gunakan kata kerja operasional)
4. Teknik pengumpulan data (minimal dua teknik harus digunakan)
5. Pelaksana
6. Durasi pada masing-masing teknik

132 | PPG Pra Jabatan 2022


BAGIAN 3

Menyusun Instrumen Asesmen

Berdasarkan kisi-kisi yang sudah disusun, kembangkan instrumen asesmen pada


masing-masing teknik pengumpulan data yang dipilih dengan mencantumkan
petunjuk pelaksanaan asesmen yang mencantumkan bagaimana teknik
pengumpulan data tersebut dilakukan.

F. Koneksi Antar Materi (100 menit)

Pada topik sebelumnya Anda sudah mempelajari mengenai Bentuk-bentuk


Layanan untuk ABK dan Sistem Dukungan dalam Pemberian Layanan Peserta
Didik Berkebutuhan Khusus. Untuk membuat Koneksi Antar Materi, berdasarkan
hasil Identifikasi bersama kelompok Anda diskusikan pertanyaan berikut:

1. Menurut Anda, Ian Short sebaiknya ditempatkan di layanan pendidikan apa,


kemukakan alasannya ?

2. Menurut Anda, sistem dukungan apa yang bisa diberikan pada Ian Short,
kemukakan alasannya ?

3. Menurut anda, asesmen apa yang bisa diterapkan pada Ian Short dan jelaskan
mengapa?!

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 133


G. Aksi Nyata (180 menit)

Anda sudah mempelajari konsep dan tata laksana Identifikasi. Berikutnya,


refleksikan pembelajaran ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Dalam melaksanakan Identifikasi dan Asesmen, menurut Anda apa yang


menjadi hambatan utama?

2. Apabila Anda dapat melakukan modifikasi pada instrumen identifikasi dan


asesmen, apa yang akan Anda modifikasi?

3. Ketika Anda nanti menjadi guru, dukungan apa yang Anda perlukan untuk
melaksanakan Identifikasi dan asesmen?

134 | PPG Pra Jabatan 2022


Topik 6 : Rancangan Pembelajaran untuk ABK

Durasi 3 pertemuan

Capaian Pembelajaran Mahasiswa mampu merancang pembelajaran bagi ABK

Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat:

1. Menjelaskan konsep perencanaan pembelajaran untuk ABK


2. Menyusun rancangan pembelajaran untuk ABK

A. Mulai dari Diri (20 menit)

Mahasiswa PPG Prajabatan yang berbahagia,

Selamat datang di topik keenam yaitu Rancangan Pembelajaran bagi ABK


Menurut pemahaman Anda, tuliskan komponen rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang anda ketahui

1. …..

2. …..

3. …..

4. …..

5. …..

6. …..

7. …..

8. …..

9. …..

10. …..

Sebelum melakukan pembelajaran, perlu membuat rencana pembelajaran dan


bahan ajar untuk peserta didik. Untuk memulai pembelajaran silahkan membaca
Permendikbudristek Nomor 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses Pendidikan

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 135


Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar dan Jenjang Pendidikan Menengah,
kemudian jawab beberapa pertanyaan yang tersedia:

Gambar 11.
Sumber: https://jdih.kemdikbud.go.id/detail_peraturan?main=3092

Tuliskan apa saja yang perlu disiapkan sebelum melakukan pembelajaran


berdasarkan Permendikbudristek tersebut!

1. …..

2. …..

3. …..

Anda telah mengetahui komponen rencana pembelajaran sebagai calon guru.


Anda harus mampu untuk menguasai keterampilan melaksanakan pembelajaran.
Oleh karena itu di topik ini Anda akan belajar mengenai:

1. Konsep perencanaan pembelajaran untuk ABK


2. Menyusun rancangan pembelajaran untuk ABK

136 | PPG Pra Jabatan 2022


B. Eksplorasi Konsep (80 menit)

Pada tahapan ini Anda akan mempelajari konsep perencanaan pembelajaran


untuk ABK dan menyusun rancangan pembelajaran untuk ABK. Alur perencanaan
pembelajaran bagi ABK adalah sebagai berikut:

Gambar 12. Alur Perencanaan Pembelajaran bagi ABK

1. Planning Matrix

Planning matrix merupakan dokumen bantu untuk menentukan prioritas layanan


bagi ABK. Planning matrix akan berfungsi efektif ketika data asesmen anak sudah
lengkap pada setiap aspek akademik dan aspek non akademik.

a. Pengertian

Planning matrix merupakan peta kondisi yang menggambarkan kondisi setiap


anak/siswa. Dari pemetaan ini, ditetapkan skala prioritas urgensi yang harus
segera ditangani. Oleh karena itu, guru akan terbantu untuk menentukan
program layanan yang diberikan terlebih dahulu.

b. Tujuan

1) Menentukan situasi aktual akademik maupun kekhususan sesuai hasil


asesmen
2) Menganalisis dampak masing – masing aspek kondisi aktual akademik
maupun kekhususan
3) Menganalisis strategi layanan yang tepat dan sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan khusus ABK baik akademik maupun kekhususan

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 137


c. Fungsi

1) Memudahkan guru dalam menetapkan kemampuan awal


2) Membantu guru membuat mapping kondisi ABK secara komprehensif
3) Memudahkan guru menetapkan skala prioritas layanan kekhususan
yang harus dilakukan

d. Prosedur pengembangan planning matrix

1) Mengklasifikasikan hasil asesmen berdasarkan aspek.


2) Menuliskan hasil temuan kondisi karakteristik ABK pada tabel.
3) Menganalisis dampak temuan kondisi ABK dan ditulis pada tabel.
4) Menganalisis strategi layanan pada setiap temuan dan tulis pada tabel.
5) Menganalisis skala prioritas layanan berdasarkan berat ringannya
dampak yang telah ditulis pada tabel.

Berikut adalah contoh template planing matrix

Planning Matrix

Identitas

Nama Kelas

Tanggal lahir Jenis Kelamin

Dampak dari Kondisi Strategi Pelayanan


Deskripsi
(Analisislah dampak dari (Sebutkan dan jelaskan
Indikator Kondisi Saat
hasil asesmen terhadap strategi apa yang bisa
(Salin dari ini (Salin dari
kemampuan anak, dilampirkan untuk
laporan laporan hasil
sebagai contoh anak mengatasi dampak
No hasil asesmen,
belum mampu mengenal tersebut, semisal perlu
asesmen semisal anak
huruf a & b, maka anak pembelajaran indivisual,
bagian belum mampu
akan kesulitan membaca yakni anak belajar secara
indikator) mengenal huruf
suku kata yang khusus demham satu guru
a & b)
melibatkan huruf a & b) dan program khusus)

…. …. …. ….

138 | PPG Pra Jabatan 2022


Berikut adalah contoh planing matrix

Planning Matrix

Identitas

Nama Nila Kelas 2 SD

Tanggal lahir 5 Januari 2013 Jenis Kelamin Perempuan

Kemampuan
No Aspek
Awal Dampak Strategi

1.Komunikasi

Hanya mampu
Pengembangan kemampuan
melaksanakan Belum mampu
komunikasi reseptif melalui
Komunikasi instruksi satu melaksanakan
1.1 program pengembangan
reseptif kata dengan instruksi dua
komunikasi, interaksi sosial dan
menggunakan kata
perilaku
visual

Pengembangan kemampuan
komunikasi ekspresif melalui
program pengembangan
Mampu Belum mampu
Komunikasi komunikasi, interaksi sosial dan
1.2 menirukan mengucapkan
ekspresif perilaku
ucapan sesuatu
Peningkatan kemampuan
berbicara selama pembelajaran
di kelas

Belum mampu
Malu dalam
untuk
Komunikasi berinteraksi Meningkatkan partisipasi siswa
1.3 berinteraksi
pragmatis dengan teman di kelompok
dengan teman
sebaya
sebaya

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 139


2. Modifikasi Kurikulum

Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik


Indonesia Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam
Rangka Pemulihan Kurikulum menyebutkan bahwa kurikulum untuk ABK dapat
dimodifikasi. Kurikulum 2013 telah menetapkan standar isi dan standar lulusan
yang meliputi keterampilan inti dan kompetensi inti.Kurikulum dikembangkan pada
tingkat satuan pendidikan, dengan memperhatikan kondisi daerah dan
kemampuan peserta didik. Khususnya pada sekolah inklusif, kurikulum dijabarkan
sebagai berikut:

No Jenis Kurikulum Peserta Didik

Peserta didik umum dan berkebutuhan khusus


Kurikulum Standar
1 yang memiliki potensi kecerdasan rerata dan di
Nasional
atas rerata

Kurikulum akomodatif Peserta didik berkebutuhan khusus yang


2
dibawah standar nasional memiliki potensi kecerdasan dibawah rerata

Peserta didik berkebutuhan khusus yang


Kurikulum akomodatif
3 memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
diatas standar nasional
istimewa

Lebih lanjut, kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik cocok bagi
sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Kurikulum dapat memberikan peluang
setiap peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki sesuai dengan
bakat dan kemampuan peserta didik. Kurikulum yang digunakan dalam
penyelenggaraan program inklusif merupakan bentuk kurikulum reguler yang
berlaku di sekolah umum. Disebabkan oleh adanya keragaraman hambatan
peserta didik yang sangat bervariasi mulai dari ringan hingga berat, penerapan
kurikulum pada pendidikan inklusif perlu dilakukan modifikasi sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan kebutuan peserta didik. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan yakni:

140 | PPG Pra Jabatan 2022


a. Model Eskalasi

Esklarasi diartikan sebagai peningkatan kualifikasi materi secara vertikal dan


horizontal sesuai dengan potensi peserta didik cerdas dan/atau bakat
istimewa. Peningkatan materi secara vertikal diartikan sebagai peningkatan
kesukaran materi. Sedangkan peningkatan materi secara horizontal diartikan
sebagai perluasan materi yang disampaikan pada anak cerdas dan/atau bakat
istimewa.

Model esklarasi bertujuan agar peserta didik cerdas dan/atau bakat istimewa
dapat berkembang dengan optimal. Implikasi eksklarai kurikulum memberi
kesempatan peserta didik cerdas dan/atau bakat istimewa secara kronologis
waktu belajarnya sama dengan peserta didik lain, tetapi perolehan hasil belajar
lebih luas dan dalam.

b. Model duplikasi

Duplikasi kurikulum diartikan sebagai meniru dan menggandakan kurikulum


untuk ABK yang sam dengan kurikulum peserta didik reguler. Model duplikasi
ini dapat diterapkan pada empat komponen utama kurikulum yakni tujuan, isi,
proses dan evaluasi.

c. Model modifikasi

Modifikasi kurikulum diartikan sebagai merubah kurikulum yang digunakan


peserta didik reguler menyesuaikan kemampuan ABK. Model modifikasi ini
dapat diterapkan pada empat komponen utama kurikulum yakni tujuan, isi,
proses dan evaluasi.

d. Model substitusi

Model Substitusi diartikan sebagai mengganti aspek dalam kurikulum peserta


didik reguler dengan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan ABK.
Penggantian ini dikerenkan hal tersebut tidak memungkinkan dapat
diberlakukan kepada ABK, sehingga diganti dengan hal yang kurang lebih

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 141


sepadan. Model Substitusi bisa terjadi dalam hal tujuan, materi, isi, proses, dan
evaluasi.

e. Model omisi

Model omisi diartikan sebagai menghilangkan sebagian atau keseluruhan


kurikulum reguler, sehingga pada kurikulum reguler ada yang tidak
disampaikan dan diberikan kepada ABK karena bersifat sukar atau tidak sesuai
dengan kondisi ABK.

3. Penyusunan Program Pembelajaran Individual

Dokumen perencanaan pembelajaran bagi ABK di sekolah dapat berupa Program


Pembelajaran Individu (PPI) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). PPI
merupakan program pembelajaran yang dibuat berdasarkan dengan kebutuhan
peserta didik, berpusat pada peseerta didik, dan bekerja dengan peserta didik
untuk menyelaraskan antara kebutuhan, tugas, dan perkembangan peserta didik
agar peserta didik dapat berkembang secara optimal. Sedangkan RPP adalah
rencana kegiatan pembelajaran tatap muka yang akan dilakukan untuk satu
pertemuan atau lebih. Rencana ini berisikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai, materi pembelajaran, metode pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.

Guru kelas, guru bidang studi, GPK membedah rencana pembelajaran untuk
peserta didik reguler dan membuat program pembelajaran individu sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaranyang berisi format identitas, kompetensi inti,
kompetensi dasar, tujuan, indikator, materi pembelajaran, alat/media, dan
penilaian.

PPI dirancang untuk satu ABK yang sifatnya dinamis maksudnya sensitif dengan
berbagai perubahan dan kemjuan peserta didik yang disusun oleh steakholder
secara bersama (Arriani dkk., 2021; Garnida dkk., 2020). PPI ditujukan kepada
ABK yang memang tidak memungkinkan menggunkan kurikulum reguler maupun
yang telah di modifikasi. Tempat pembelajaran tidak harus di kelas reguler, dapat
di kelas khusus sesuai dengan kemampuan peserat didik. Proses penilaian

142 | PPG Pra Jabatan 2022


menggunkan standar yang berbeda dengan program tambahan. Program
tambahan yang diperlukan sebagai berikut :

a. Bimbingan keterampilan khusus sesuai hambatan oleh guru kelas


b. Bimbingan keterampilan khusus sesuai hambatan oleh GPK
c. Bimbingan akademik di luar kelas oleh guru kelas/GPK/lainnya
d. Program percepatan belaar oleh guru kelas/Bp program pengembangan bakat
istimewa/keterampilan vokasional
e. Program intervensi dengan melibatkan profesi lain

Dalam membuat PPI perlu diperhatikan prinsip – prinsip dasar dan komponen
dalam PPI sebagai berikut :

a. Berorientasi pada peserta didik


b. Sesuai potensi dan kebutuhan peserta didik
c. Memperhatikan kecepatan belajar masing – masing peserta didik
d. Mengerjar ketertinggalan dan mengoptimalkan kemampuan peserta didik

Komponen PPI secara garis besar meliputi :

a. Deskripsi singkat kemampuan peserta didik sekarang


b. Tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek
c. Rincian layanan pendidikan khusus dan layanan lain yang akan diberikan
d. Sasaran
e. Metode
f. Ketercapaian sasaran
g. Evaluasi

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 143


Berikut adalah contoh template PPI

Program Pembelajaran Individual

Format 1

Nama : ………………
Kelas/Semester : ………………
Tanggal Lahir : ………………
Tahun Ajaran : ………………
Jenis Kebutuhan Khusus : ………………
Orang Tua/Wali : ………………

Deskripsi Tujuan

Kompetensi Indikator (Kondisi saat Jangka Jangka Materi Strategi Media


ini) Panjang Pendek

Telah menyetujui dan menerima Program Pembelajaran Individual ini :

Kepala Sekolah : ………………


Orangtua Murid : ………………
Guru Kelas : ………………
GPK : ………………

144 | PPG Pra Jabatan 2022


Program Pembelajaran Individual

Format 2

Nama : ………………
Kelas/Semester : ………………
Tanggal Lahir : ………………
Tahun Ajaran : ………………
Jenis Kebutuhan Khusus : ………………
Orang Tua/Wali : ………………

Komponen PPI Respon

Tujuan PPI jangka Susunlah satu tujuan PPI berdasarkan prinsip SMART
panjang yang mencakup empat komponen wajib yakni content,
(Untuk program behaviour, conditions dan criterion.
berdurasi satu bulan) Skor maksimal: 15

Susunlah dua tujuan PPI berdasarkan prinsip SMART


Tujuan PPI jangka
yang mencakup empat komponen wajib yakni content,
pendek (Untuk program
behaviour, conditions dan criterion.
berdurasi dua minggu)
Skor maksimal: 20

a. Nama Program
Dengan menggunakan prinsip ROUTINE pilihlah
salah satu pendekatan/program intervensi yang
dibahas pada minggu-minggu sebelumnya ataupun
pendekatan/program intervensi lainnya yang
kelompok anggap paling tepat untuk mencapai tujuan
tersebut dengan efektif. Pilih dan kemukakan
Program Intervensi
rasionalnya.
Skor maksimal: 20

b. Langkah pelaksanaan
Secara singkat kemukakan langkah yang ditempuh
dalam menerapkan program intervensi/pendekatan
tersebut.
Skor maksimal: 10

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 145


c. Media Pembelajaran dan Teknologi Asistif
Kemukakan media pembelajaran dan teknologi asistif
yang dapat digunakan untuk membantu secara efektif
tercapainya tujuan program PPI.
Skor maksimal: 15

Tentukan teknik evaluasi untuk mengetahui ketercapaian


Evaluasi tujuan PPI, kemukakan alasan pemilihan teknik tersebut.
Skor maksimal: 20

Telah menyetujui dan menerima Program Pembelajaran Individual ini :

Kepala Sekolah : ………………


Orangtua Murid : ………………
Guru Kelas : ………………
GPK : ………………

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang Akomodatif

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan


pembelajaran tatap muka yang akan dilakukan untuk satu pertemuan atau lebih.
Rencana ini berisikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, materi
pembelajaran, metode pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. RPP dapat
disusun berdasarkan prinsip UDL.

Akomodasi atau penyesuaian RPP dapat dilakukan pada area tujuan, materi,
metode dan/atau evaluasi pembelajaran. Penyesuaian ini dilakukan sesuai
dengan kondisi kebutuhan belajar ABK yang berdasarkan hasil asesmen.
Akomodasi yang dilakukan selama pembelajaran menyesuaikan dengan kondisi
hambatan yang dialami anak baik disabilitas penglihatan, disabilitas pendengaran,
disabilitas intelektual, autis, gangguan emosi sosial, hingga cerdas
istimewa/berbakat istimewa. Penyesuaian ini dapat dilakukan melalui akomodasi
pada aspek meliputi: (1) akomodasi materi, (2) akomodasi strategi dan metode,
(3) akomodasi media, alat dan sumber belajar, (4) akomodasi pengelolaan
lingkungan fisik dan nonfisik dan (5) akomodasi penilaian. Secara jelas, akomodasi
pembelajaran dijelaskan sebagai berikut:

146 | PPG Pra Jabatan 2022


a. Akomodasi materi,

Akomodasi materi dilakukan menyesuaikan dengan hambatan anak


berkebutuhan khusus. Secara mendetail, bentuk akomodasi materi pada tiap
disabilitas anak dijabarkan sebagai berikut:

1) Disabilitas penglihatan

a) Materi ditulis dalam huruf braille


b) Menyajikan materi dalam bentuk auditif
c) Menyediakan materi gambar diilustrasikan dalam gambar timbul

2) Disabilitas pendengaran

a) Menyajikan materi dalam bentuk visual yang menarik dan berurutan


b) Menghindari penggunaan kata yang belum dikenal peserta didik,
kecuali untuk menambah kosakata peserta didik
c) Memberikan pertanyaa/soal secara pendek/ringkas dan representative
d) Memberikan komunikasi total

3) Disabilitas intelektual

Materi pada anak dengan hambatan intelektual di perlukan penyampaian


materi secara sederhana, konkrit, mulai dari yang mudah, bermakna,
fungsional dan kontekstual, serta membagi materi menjadi bagian kecil.

a) Autis

Akomodasi materi pada anak autis di perlukan penyampaian materi dalam


bentuk visual, konestetik, taktil, jelas, bermakna, fungsional, sederhana
serta membangi materi menjadi bagian kecil.

b) Gangguan emosi sosial

Akomodasi materi pada anak dengan gangguan emosi dan perilaku di


perlukan penyampaian materi secara menarik, jelas, serta terintegrasi
dengan konteks keterampilan sosial

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 147


c) Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa

Akomodasi materi pada anak cerdas istimewa berbakat istimewa di


perlukan pengayaan materi (enrichment) secara vertical maupun
horizontal.

4) Akomodasi strategi dan metode

Akomodasi strategi dan metode yang diberikan kepada ABK memiki beberapa
bentuk, meliputi: kolaboratif dan kooperatif, tutor sebaya, berbasis aktivitas,
pendekatan guru tim, pembelajaran langsung, latihan berulang, pembiasaan,
penerapan reinforcement, dan pemberian feedback. Secara jelas pemberian
akomodasi strategi dan metode pada ABK dijelaskan sebagai berikut:

a) Disabilitas penglihatan

• Menyajikan informasi dengan bentuk auditif dan taktil


• Mekondisikan suara guru dapat terdengar dengan jelas
• Menempatkan peserta didik awas sebagai pendamping untuk
memberi informasi tulisan, gerakan, dan gerak guru
• Perhatikan penempatan tempat duduk, cahaya yang masuk, dan
kontras, jika masih terdapat sisa pengelihatan
• Hindari penggunaan kata tunjuk “ini, itu, di sana, di sini, kamu, dll”
• Upayakan mengeja kosakata baru, terlebih kata yang berbunyi
berbeda dengan tulisan
• Ubahlah rumus yang komplek menjadi penggalan-penggalan
• Modifikasi instruksi
• Lengkapi multimedia yang aksesibel

b) Disabilitas pendengaran

• Meposisikan tempat duduk peserta didik dekat dengan guru


• Hindari berbicara dibelakang peserta didik , Upayakan wajah dan
gerakan bibir guru dapat terlihat
• Hindari berbicara dengan cepat, dan upayakan artikulasi jelas
• Gunakan bahasa yang sederhana

148 | PPG Pra Jabatan 2022


• Lakukan pengulangan dan feedback untuk memastikan peserta
didik dapat memahami
• Memperhatikan kemampuan berbahasa dan berbicara,
penguasaan kosakata, dan persepsi bunyi
• Meperjelas informasi dengan penggunaan bantuan visual
• Menggunakan bahasa isyarat apabila memungkinkan
• Lengkapi dengan multimedia yang aksesibel

c) Disabilitas intelektual

• Informasi disajikan secara konkrit


• Menyederhanakan konsep (kontekstual & fungsional)
• Melakukan pengulangan materi
• Memberikan umpan balik secara sering
• Memberikan arahan karena rendahnya inisiatif
• Mengadakan tutor sebaya
• Membentuk kelompok kecil

d) Disabilitas Fisik

Pada ABK dengan hambatan fisik akomodasi strategi dan metode


berkenaan dengan penggantian aktifitas motorik yang tidak bisa dilakukan
peserta didik dengan aktivitas lain yang bermakna.

e) Autis

Pada ABK dengan autis pemberian akomodasi strategi dan metode dapat
diberikan dengan memperhatikan keterarahan wajah, menjelaskan secara
jelas dan sederhana, mempertimbangkan kemampuan komunikasi dan
interaksi sosial, menghindari pemicu munculnya perilaku autistic.

f) Gangguan emosi sosial

• Pembelajaran terintegrasi dengan modifikasi perilaku


(menerapkan kontrak perilaku, pemberian reinforcement, dll)
• Memberikan penghargaan atas capaian anak

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 149


• Memfokuskan perhatian anak
• Panduan yang jelas untuk semua aktivitas belajar
• Metode menarik, bervariasi, dan tidak membosankan, memberi
jeda
• Memberikan umpan balik
• Memperhatikan kebutuhan individual harian anak

g) Kesulitan belajar spesifik

• Memberikan penghargaan atas capaian anak


• Memfokuskan perhatian anak
• Panduan yang jelas untuk aktivitas belajar
• Metode menarik, bervariasi, dan tidak membosankan, memberi
jeda
• Bebasis aktivitas
• Memanfaatkan semua indera dalam pembelajaran
• Memberikan umpan balin
• Memperhatikan kebutuhan individual harian anak

h) Cerdas istimewa berbakat istimewa

Pada anak cerdas istimewa/berbakat istimewa pemberian akomodasi


strategi dan metode dapat diberikan dengan melakukan pembelajaran
yang kolaboratif dan kooperatif untuk meningkatkan keterampilan
bersosial, menerapkan discovery & inquiry learning, serta memperkaya
materi dengan eksperimen.

b. Akomodasi media, alat dan sumber belajar,

1) Disabilitas penglihatan

a) Menggunakan teknologi bantu seperti screen reader, open book, brill


translator, good fill, dan lain-lain.
b) Menggunakan media pembelajaran yang mengoptimalkan taktil seperti
model dua dimensi yang bisa diraba ataupun model 3 dimensi.

150 | PPG Pra Jabatan 2022


c) Dalam pemberian bahan ajar dapat menggunakan buku dengan tulisan
Braille buku bicara dan juga perpustakaan online.

2) Disabilitas pendengaran

Akomodasi yang perlu diberikan dapat berupa penggunaan media berbasis


visual seperti PowerPoint, gambar, model miniatur, menggunakan media
digital audio- isyarat.dan lain sebagainya serta menyarankan untuk
menggunakan alat bantu dengar apabila memungkinkan.

3) Disabilitas intelektual

Bentuk akomodasi pada ABK hambatan intelektual dapat berupa media


pembelajaran berbentuk sederhana dan memiliki pesan yang jelas serta
pembelajaran menggunakan benda konkret sebagai media dan sumber
belajar.

4) Disabilitas fisik

Bentuk akomodasi media alat dan sumber belajar pada ABK dengan hambatan
fisik dapat dilakukan dengan penyediaan meja dan kursi yang aksesibel
penggunaan papan tulis yang fleksibel di mana pengguna kursi roda dapat
menjangkau papan tulis. Pembelajaran juga dapat memanfaatkan multimedia.

5) Gangguan emosi sosial

Pada ABK dengan gangguan emosi sosial bentuk akomodasi media alat dan
sumber belajar dapat berbentuk sesuatu yang menarik dan disesuaikan minat
anak serta perlu untuk mempertimbangkan keamanan media dan sumber
belajar selama pembelajaran berlangsung.

6) Autis

Pada anak autism akomodasi media alat dan sumber belajar memerlukan
media yang bersifat visual seperti gambar sederhana dan jelas serta bersifat
kontekstual sesuai keseharian peserta didik.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 151


7) Kesulitan belajar spesifik

Akomodasi media, alat dan sumber belajar yang diberikan kepada anak
dengan kesulitan belajar spesifik media dan sumber belajar perlu untuk
melibatkan seluruh Indra titik median dan sumber belajar juga dapat diberikan
berbasis dengan aktivitas peserta didik.

8) Cerdas istimewa berbakat istimewa

Akomodasi media, alat dan sumber belajar pada anak diupayakan menarik
minat dan ide peserta didik untuk mengembangkan dan pengayaan materi.

c. Akomodasi pengelolaan lingkungan fisik dan nonfisik

1) Pengelolaan lingkungan fisik

Akomodasi pengelolaan lingkungan fisik dapat diwujudkan dengan adanya


aksesibiltas dan keamanan tempat, meminimalisis gangguan pembelajaran,
mengkondisikan lingkungan kelas yang kondusif dari segi pencahayaan,
sirkulasi, udara, dan kebersihan, serta penataan kelas yang fleksibel.

2) Pengelolaan lingkungan nonfisik

Akomodasi pengelolaan lingkungan nonfisik dapat diwujudkan dengan


pengadaan lingkungan yang aman dan nyaman, mengadakan pendidikan
karakter, memberi penguatan terhadap perilaku positif, mendukung
perkembangan psiko-sosial, serta adanya pemberian dukungan dari orang tua.

3) Akomodasi penilaian

Pada aspek akomodasi penilaian perlu untuk memulai beberapa tahapan yang
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan analisis hasil penilaian. Secara
mendetail, bentuk akomodasi penilaian pada tiap-tiap ABK sebagai berikut:

152 | PPG Pra Jabatan 2022


a) Disabilitas Penglihatan

Pada anak dengan hambatan pengelihatan, terdapat enam hal yang perlu
diperhatikan dalam akomodasi penilaian, yakni:

• Menghindari penggunaan kata-kata visual yang kurang bisa dipahami


• Memberikan tambahan waktu minimal 20% dari waktu yang ditentukan
• Memanfaatkan semua indra nonvisual untuk keperluan penilaian
• Memposisikan tempat duduk anak menyesuaikan dengan kemampuan
indra pendengarnya
• Menjadikan benda 3 dimensi dalam bentuk asli atau model
• Jika gambar berbentuk 2 dimensi, sajikan dalam bentuk gambar timbul

b) Disabilitas pendengaran

Pada anak dengan hambatan pendengaran, terdapat tujuh hal yang perlu
diperhatikan dalam akomodasi penilaian, yakni:

• Menggunakan bahasa yang singkat dan jelas


• Menggunakan prinsip keterarahan wajah, suara dan keperagaan
• Menggunakan gambar, grafis, dan komunikasi total
• Hindari penilaian yang bersifat auditif (listening)
• Mempertimbangkan penggunaan alat bantu dengan
• Menilai kemampuan berbahasa dengan mempertimbangkan lama
pendidikan peserta didik
• Memperhatikan sisa pendengaran peserta didik

c) Disabilitas intelektual

Pada anak disabilitas intelektual terdapat enam hal yang perlu diperhatikan
dalam akomodasi penilaian, yakni:

• Membuat soal lebih pendek dan beragam


• Mengulangi indikator yang sama dalam bentuk soal yang berbeda
• Membuat peraturan reinforcement dengan jelas, misalnya beri reward
apabila anak selesai dengan tuntas

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 153


• Menanyakan kembali tugas yang diberikan untuk menghindari
kesalahan anak memahami tugas yang diberikan
• Ajarkan anak untuk memahami batas waktu
• Memberi tugas yang bersifat berurutan, misalnya dengan (1) bacalah
teks ini, (2) jelaskan kembali isi teks tersebut, (3) buatlah gambar dari
teks tersebut

d) Disabilitas fisik

Pada anak dengan disabilitas fisik, penilaian memperhatikan dengan


kondisi anak dimana anak dengan disabilitas fisik yang mengalami
hambatan koordinasi mata, tangan, mengalami tremor dan ataxia
dihindarkan pada penilaian yang bersifat tertulis. Sedangkan, apabila
peserta didik mengalami cerebral palsy (layuh otak) pahami saat menjawab
pertanyaan dengan lisan karena pada umumnya ABK dengan cerebral
palsy mengalami hambatan bicara.

Pelaksanaan akomodasi penilaian bagi ABK dalam pembelajaran tentunya


memiliki prosedur. Adapun prosedur penilaian ABK dalam pembelajaran
dari aspek pengetahuan dan keterampilan ABK dirincikan sebagai berikut:

Gambar 13. Prosedur Penilaian ABK Aspek Pengetahuan dan Keterampilan

Selain penilaian terkait pengetahuan, akomodasi penilaian bagi ABK dalam


pembelajaran juga memiliki penilaian pada aspek sikap ABK selama
pembelajaran. Prosedur penialaian aspek sikap bagi ABK dirincikan
sebegai berikut:

Gambar 14. Prosedur Penilaian ABK Aspek Sikap

154 | PPG Pra Jabatan 2022


Bentuk pelaporan hasil pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus:

• Untuk peserta didik yang menggunakan templat kurikulum formal


lengkap, formulir laporan menggunakan templat transkrip reguler
saat ini.

• Untuk peserta didik yang menggunakan Model Kurikulum Revisi,


Model Pelaporan Hasil Belajar menggunakan rapor biasa dengan
keterangan (narasi) yang menggambarkan kualitas kemajuan
akademik peserta didik. dibandingkan dengan

• Untuk peserta didik yang menggunakan program personalisasi


menggunakan formulir laporan kuantitatif yang dilengkapi dengan
deskripsi (narasi). Penilaian kuantitatif berdasarkan keterampilan
dasar (baseline).

• Model rapor dalam sekolah inklusif pada dasarnya sama dengan


model transkrip di semua satuan pendidikan yang meliputi SD/MI,
SMP/MTS, SMA/MA, SMK, yang membedakan adalah jenis rapor
per satuan studi dan khusus program

Berikut contoh RPP yang telah disesuaikan dengan adanya ABK di kelas. Warna
merah menunjukkan modifikasi yang dilakukan:

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Sekolah : ……
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII / Ganjil
Materi Pokok : PERSAMAAN GARIS LURUS
Alokasi Waktu : 2 JP (1 x pertemuan)

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 155


5. Kompetensi Dasar(KD) dan Indikator Pencapaian
Kompetensi(IPK)

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.4.1 Menggambar grafik fungsi linier (garis lurus).


3.4 Menganalisis fungsi
3.4.2 Menentukan gradien (kemiringan) garis yang
linier (sebagai
melalui dua titik.
persamaan garis lurus)
dan menginter- 3.4.3 Menentukan gradien (kemiringan) garis dari

prestasikan grafiknya persamaan garis.

yang dihubungkan 3.4.4 Menentukan gradien (kemiringan) sejajar


dengan masalah dengan garis lain.
kontektual.
3.4.5 Menentukan gradien (kemiringan) garis yang
4.4 Menyelesaikan masalah tegak lurus dengan garis lain.
kontektual yang
4.4.1 Menyelesaiakan masalah dalam kehidupan
berkaitan dengan
sehari-hari yang berkaitan dengan gradien
fungsi linier sebagai
(kemiringan) garis
persamaan garis lurus
3.4.1 Menentukan posisi titik pada koordinat kartesius

6. Kemampuan awal ABK

No Nama Hasil Identifikasi Kemampuan Awal

Ananda mengenal koordinat titik tapi belum


1. Ani Lamban belajar bisa menentukan posisi titik pada bidang
koordinat kartesius

…. …. …. …..

156 | PPG Pra Jabatan 2022


7. Tujuan Pembelajaran

Melalui model pembelajaran Discovery Learning dan pembelajaran langsung serta


diskusi, tanya jawab dan penugasan, peserta didik dapat menentukan kemiringan
garis dan terampil dalam menentukan kemiringan dari hasil mengukur, sehingga
peserta didik dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya,
mengembangkan sikap jujur, peduli, dan bertanggung jawab, serta dapat
mengembangankan kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi, berkolaborasi,
berkreasi (4C).

8. Kegiatan Pembelajaran

a. Pendahuluan:

1) Menyiapkan kondisi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dan


mengabsen peserta didik.
2) Menanyakan kepada peserta didik terkait materi yang sudah di pelajari.
3) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
4) Menyampaikan langkah-langkah dalam pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

1) Fase 1 (stimulus)

Guru memberi motivasi atau rangsangan kepada peserta didik untuk


memusatkan perhatian pada materi fungsi linier sebagai garis lurus.

2) Fase 2 (identifikasi masalah)

Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengamati PPT


yang disampaikan guru dan membaca materi fungsi linier yang ada di buku
siswa.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 157


3) Fase 3 (pengumpulan data)

Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya sebanyak


mungkin dalam menggambar grafik fungsi linier (garis lurus) dan menentukan
kemiringan garis.

4) Fase 4 (pembuktian)

Guru dan peserta didik berdiskusi dan tanya jawab cara menggambar grafik
fungsi linier (garis lurus) dan langkah-langkahnya serta menentukan
kemiringan garis. Peserta didik mengerjakan latihan soal yang ada di buku
siswa.

Ani mengerjakan LKPD khusus menentukan posisi titik pada bidang koordinat
kartesius.

5) Fase 5 (menarik kesimpulan)

Guru Bersama peserta didik menyimpulkan langkah-langkah menggambar


grafik fungsi linier (garis lurus) dan menentukan kemiringan garis. Peserta didik
diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

Ani menyampaikan hasilnya pekerjaannya pada teman sekelasnya.

c. Penutup

Menyusun kesimpulan dan refleksi (umpan balik) , serta merencanakan


kegiatan pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

9. Media dan Bahan Pembelajaran

a. Media Pembelajaran Daring dan PTM : Youtube dan Group WA


b. Bahan Pembelajaran : PPT Gradien Garis Lurus
c. Alat Pembelajaran : Laptop dan HP android

158 | PPG Pra Jabatan 2022


10. Penilaian Hasil Belajar

a. Penilaian Sikap, Observasi dan hasilnya dicatat dalam jurnal sikap


b. Penilaian Pengetahuan, Penugasan dan Tes Tulis (tes formatif)
c. Penilaian Ketrampilan, Praktek (mengamati ketrampilan mengukur panjang
horizontal dan vertikan sebuah garis untuk menentukan kemiringan garis)
d. Penilaian pengetahuan dan ketrampilan untuk Ani dengan mengamati dalam
menentukan posisi titik dalam bidang koordinat kartesius.

………………,……,……,…….

Mengetahui

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

(…………………………) (…………………………)
NIP. NIP.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 159


Lembar Kerja VI

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!

1. Jelaskan peran planning matrix !

2. Jelaskan konsep dan fungsi dari Program Pembelajaran Individual!

3. Jelaskan konsep dari Akomodasi Pembelajaran!

4. Jelaskan langkah-langkah dalam menyusun RPP akomodatif!

5. Jelaskan pelaporan hasil belajar untuk ABK!

160 | PPG Pra Jabatan 2022


C. Ruang Kolaborasi (360 menit)

Setelah mempelajari komponen rencana pembelajaran, silahkan membentuk


kelompok yang terdiri atas 3 – 4 orang. Kemudian kerjakan tugas Menyusun RPP
Akomodatif sebagai berikut.

Tugas Menyusun RPP Akomodatif

Petunjuk

1. Pilih salah satu bidang studi atau mata pelajaran.


2. Perhatikan kasus berikut

Banyu adalah kelas III SD yang mengalami kondisi lamban belajar berdasarkan
hasil pemeriksaan psikolog. Banyu baru mampu membaca huruf, menulis dengan
menebali dan membilang.

3. Pilihlah satu kompetensi dasar dari Kurikulum 2013 (dapat diakses di internet)
kelas III SD sesuai mapel, kemudian buatlah rencana pembelajaran sesuai
dengan kondisi Banyu. Template berikut bisa menjadi acuan.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Nama Sakolah Kelas/Sem

Mata Pelajar Alokasi Waktu

1. Tujuan 2. Materi, Metode, Pendekatan, Media


a. a. Materi
b. b. Metode
c. c. Pendekatran
d. Media

3. Langkah – langkah Pembelajaran

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 161


4. Penilaian

No Penilaian Teknik Instrumen

1 Pengetahuan Tulis Soal

2 Keterampilan Praktek Rubik penilaian

3 Sikap Observasi Lembar observasi

D. Demonstrasi Kontekstual (100 menit)

Setelah menyelesaikan tugas menyusun RPP, secara berkelompok lakukan


presentasi hasil RPP Anda. Berikan masukan terhadap hasil RPP kelompok lain.
Selama presentasi perhatikan hal – hal berikut :

1. Penguasaan materi
2. Kecocokan antara isi yang dipresentasikan dengan isi makalah
3. Tampilan slide (gambar, diagram, foto, video, alur materi) mendukung
presentasi
4. Kemampuan mempertahankan argumen
5. Kualitas suara (volume, artikulasi suara. intonasi)
6. Pembawaan (cara pandang, gerak tubuh yang efektif, ketenangan)
7. Berpakaian sopan dan rapi
8. Penggunaan bahasa yang benar
9. Tanggap dan siap menerima terhadap masukkan

Bapak Ibu dosen bisa melakukan penilaian presentasi dengan menggunakan


rubrik yang terdapat pada lampiran.

E. Elaborasi Pemahaman (180 menit)

Anda sudah memahami materi Perancangan Pembelajaran ABK dan menyusun


RPP. Untuk lebih memahami materi, buatlah pertanyaan-pertanyaan yang masih
Anda belum pahami. Pertanyaan ini akan didiskusikan dengan rekan, dosen atau
instruktur tamu (GPK/Guru Kelas di sekolah inklusif /Guru Mapel di sekolah
inklusif)

162 | PPG Pra Jabatan 2022


Bapak ibu dosen silahkan melakukan pengecekan pemahaman mahasiswa
dengan bertanya mengenai hal berikut :

1. Menjelaskan konsep perencanaan pembelajaran untuk ABK


2. Menyusun rancangan pembelajaran untuk ABK

Setelah itu Anda dapat mempraktikan langkah-langkah pembelajaran di RPP yang


sudah Anda susun dengan mengikuti ketentuan berikut:

1. Ada anggota kelompok yang menjadi guru.


2. Anggota kelompok lain menjadi siswa, termasuk menjadi Banyu.
3. Kelompok lain memberikan komentar yang membangun.

F. Koneksi Antar Materi (100 menit)

Pada topik sebelumnya Anda sudah mempelajari mengenai keberagaman peserta


didik, dan layanan untuk ABK. Susunlah satu RPP secara individu pada salah satu
kompetensi dasar pada satu mata pelajaran lain dengan kondisi Banyu di tugas
Ruang Kolaborasi.

G. Aksi Nyata (180 menit)

Anda sudah mempelajari rancangan pembelajaran beserta komponen –


komponennya. Berikutnya, refleksikan pembelajaran ini dengan merencanakan
bahan ajar sesuai dengan RPP yang Anda susun dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut:

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 163


1. Sebutkan dan jelaskan bahan ajar yang akan dipakai!

2. Jelaskan bagaimana Anda akan mendapatkan atau mengembangkan bahan


ajar tersebut!

3. Jelaskan bagaimana langkah Anda sehingga bahan ajar bisa diakses seluruh
ABK !

164 | PPG Pra Jabatan 2022


Ujian Akhir Semester

Ujian akhir semester bertujuan untuk mengukur capaian pembelajaran mahasiswa


pada topik: Identifikasi dan Asesmen ABK, serta Rancangan Pembelajaran untuk
ABK UAS dapat berupa analisis kasus sebagai berikut. Bapak/Ibu dosen dapat
mengganti dengan kasus lain apabila diperlukan.

Bacalah dengan seksama kasus berikut!

Nila adalah seorang anak berusia 7 tahun di salah satu sekolah dasar negeri. Nila
sudah dapat berbicara meskipun kosa katanya masih terbatas. Nila sudah mampu
untuk membaca huruf meskipun masih terbata-bata ketika membaca kata. Nila
mampu untuk menulis dengan rapi dan berhitung penjumlahan sederhana. Di usia
7 tahun Nila sudah mampu mengendarai sepeda roda dua dan makan sendiri. Nila
sering mengalami kesulitan tidur dan sering tidak fokus ketika diberikan instruksi
oleh orang tuanya. Nila mudah bosan ketika diberikan tugs oleh gurunya di kelas
ataupun orang tuanya di rumah. Nila lebih suka untuk berkeliling kelas dan
memanjat meja. Saat bermain dengan menggunakan mainan seperti puzzle Nila
juga sering sulit bermain dengan tenang. Guru kelas Nila juga mengeluhkan Nila
yang sering tidak bisa duduk tenang. Nila juga sering mengganggu teman-
temannya di kelas.

Berdasarkan kasus tersebut, jawablah pertanyaan berikut!

1. Dengan menggunakan instrumen identifikasi yang sudah Anda pelajari,


Kemukakan hambatan yang mungkin dialami oleh Nila! Jelaskan alasannya!
(skor maksimal 20)

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 165


2. Susunlah instrumen asesmen informal untuk menguji kemampuan membaca
kata Nila! (skor maksimal 30)

3. Berikut adalah salah satu Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas I SD

“Mempraktikkan teks arahan/petunjuk tentang merawat tubuh serta kesehatan


dan kebugaran tubuh secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis
yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian”

Berdasarkan karakteristik Nila dan kebutuhan belajarnya tentukan!

a. Modifikasi kurikulum yang perlu dilakukan!


b. Akomodasi pembelajaran yang diperlukan (Materi, Media, Proses dan
Penilaian) !
c. Langkah-langkah pembelajaran yang bisa dilakukan! (skor maksimal 50)

166 | PPG Pra Jabatan 2022


Penutup

Selamat! Anda telah menyelesaikan seluruh topik di modul Pengantar Pendidikan


untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Diharapkan Anda sudah menguasai hal-hal
berikut:

1. Menjelaskan keberagaman anak berkebutuhan khusus (ABK) dan implikasinya


dalam proses pengajaran dan pembelajaran.
2. Menganalisis bentuk-bentuk layanan pendidikan untuk ABK.
3. Menjelaskan konsep Pendidikan Inklusif.
4. Menganalisis sistem dukungan dalam pemberian layanan pendidikan untuk
ABK.
5. Melaksanakan identifikasi dan asesmen ABK.
6. Mahasiswa mampu membuat rancangan pembelajaran untuk ABK.

Untuk pemahaman lebih lanjut silahkan membaca referensi yang


direkomendasikan di Daftar Pustaka dan mengunjungi pranala yang sudah
disediakan. Lakukan diskusi lanjut dengan rekan mahasiswa ataupun instruktur
tamu terkait dengan Layanan Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus untuk
memperkaya pemahaman dan keterampilan Anda.

Tetap semangat!

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 167


Daftar Pustaka

American Phsyciatric Association. (2022). Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorder Fifth Edition-Text Revised. Arlington, VA: Author.

Arriani, F., dkk., (2021). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Kemendikbudristek.

Benner, S. M., & Grim, J. (2012). Assessment of young children with special needs:
A context-based approach. New York: Routledge.

Budiyanto dkk., (2009). Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional.

Gargiulo, R. (2012). Special Education in Contemporary Society: An Introduction


to Exceptionality. USA: Thomson Learning.

Garnida, D., dkk. (2020). Materi Bimbingan Teknis Pemenuhan Guru Pembimbing
Khusus di Sekolah Inklusi. Jakarta: Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan
Menengah dan Pendidikan Khusus

García-Campos, M. D., Canabal, C., & Alba-Pastor, C. (2020). Executive functions


in universal design for learning: Moving towards inclusive
education. International Journal of Inclusive Education, 24(6), 660-674.

Griful-Freixenet, J., Struyven, K., & Vantieghem, W. (2021). Toward more inclusive
education: an empirical test of the universal design for learning conceptual
model among preservice teachers. Journal of Teacher Education, 72(3), 381-
395.

Gordon, D., et al. (2014). Universal Design for Learning: Theory and Practice.
CAST Professional Publishing.

Hannel, G. (2019). Identifying Special Needs: Diagnostic Checklists for Profiling


Individual Differences. New York: Routledge.

Hehir, T., Gridal, T., Freeman, B., Lamoreau, R., Borquaye, Y., & Burke, S. (2016).
A summary of the evidence on inclusive education. Alana Institute. Available

168 | PPG Pra Jabatan 2022


from https://alana.org.br/wpcontent/uploads/2016/12/A_Summary_of_the_
evidence_on_inclusive_education.pdf.

Karwati, E., & Priansa, D. J. (2014). Manajemen Kelas (Classroom


Management).Bandung: Alfabeta.

Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik


Indonesia Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam
Rangka Pemulihan Kurikulum

Nelson, L. L., & Posey, A. (2013). Design and deliver: Planning and teaching using
universal design for learning. Brookes Publishing.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 157


Tahun 2014 tentang Kurikulum Pendidikan Khusus.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 70 Tahun 2009


Tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan Dan
Memiliki Potensi Kecerdasan Dan/Atau Bakat Istimewa. Jakarta: Depdiknas.

Permendikbudristek Nomor 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses Pendidikan


Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar dan Jenjang Pendidikan
Menengah.

Parveen, S., Reba, A., & Khan, P. (2014). Slow Learner: Their Characteristics and
Role of Teachers in Helping Them. JL & Soc'y, 45, 27.

Rose, D.H. & Gravel, J.W. (2010). Universal design for learning. In B. McGaw, P.

Peterson, & E. Baker (Eds.). International Encyclopedia of Education (3rd Ed.).


Oxford: Elsevier

Rose, D. H., & Meyer, A. (2002). Teaching every student in the digital age:
Universal Design for Learning. Alexandria, VA: ASCD.

Santrock, J.W. (2015). Psikologi Pendidikan. Edisi Kedua. Terjemahan Tri Wibowo
BS. Jakarta : Prenadamedia Group.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 169


Sunhaji, S. (2014). Konsep Manajemen Kelas dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran. Jurnal Kependidikan, 2(2), 30-46.

Spandagou, I., Little, C., Evans, D., & Bonati, M. L. (2020). Inclusive Education in
Schools and Early Childhood Settings. Springer.

Szumski, G., Smogorzewska, J., & Marwowski, M. (2017). Academic achievement


of students without special educational needs in inclusive classrooms: A meta-
analysis. Educational Research Review, 21, 35–54.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas.

Yuwono, J., dkk. (2021). Buku Saku Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di


Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Sekolah Dasar.

170 | PPG Pra Jabatan 2022


Lampiran

Referensi Rubrik Penilaian

Bapak/Ibu dosen pengampu berikut adalah beberapa referensi rubrik penilaian yang dapat dijadikan rujukan untuk memberi penilaian hasil
kerja mahasiswa pada tugas kelompok, tugas mandiri dan partisipasi.

A. Rubrik Tugas Kelompok (menilai produk kerja kelompok dan presentasi)

Aspek SKOR

penilaian Sangat Baik (5) Baik (4) Cukup (3) Kurang (2) Sangat Kurang (1)

Hasil tugas terorganisasi Hasil tugas tidak Hasil tugas tidak


Pengorgani Sama dengan kriteria Hasil tugas terorganisasi
secara logis, menjawab terorganisasi dengan baik terorganisasi dengan baik
sasian hasil baik dengan kualitas secara logis, koheren dan
seluruh instruksi meskipun tetapi menjawab seluruh dan belum menjawab
tugas luar biasa menjawab seluruh instruksi
belum koheren instruksi seluruh instruksi

Pemahaman terhadap Pemahaman terhadap materi Pemahaman pada yang Pemahaman yang terbatas
Sama dengan kriteria materi ditunjukkan dengan ditunjukkan dengan respon terbatas terhadap materi terhadap materi
Pemahama
baik dengan kualitas respon yang sesuai pada yang sesuai pada seluruh ditunjukkan dengan respon ditunjukkan dengan respon
n materi
luar biasa seluruh pertanyaan dengan pertanyaan meskipun belum yang tidak sesuai pada yang tidak sesuai pada
mendalam mendalam sebagian pertanyaan seluruh pertanyaan

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 171


Aspek SKOR

penilaian Sangat Baik (5) Baik (4) Cukup (3) Kurang (2) Sangat Kurang (1)

Kejelasan Sama dengan


dalam kriteria baik Respon jelas dan efektif Respon jelas dan mudah Respon cukup jelas Respon tidak jelas dan
penyampaian dengan kualitas serta mudah dipahami dipahami meskipun sulit dipahami sulit dipahami
respon luar biasa

Sama dengan Komunikasi terstruktur, Komunikasi tidak


Komunikasi Komunikasi terstruktur, Komunikasi terstruktur, fokus
kriteria baik meskipun kurang fokus terstuktur, tidak fokus,
dan fokus dan presentasi dan presentasi cukup
dengan kualitas dan presentasi cukup dan presentasi sulit
presentasi mudah dipahami mudah dipahami
luar biasa mudah dipahami dipahami

Respon tugas secara


Respon tugas hanya
Sama dengan umum merujuk pada Respon tugas tidak
Respon tugas secara umum sebagian yang merujuk
Kajian kriteria baik Eksplorasi Konsep/Teori merujuk pada Eksplorasi
merujuk pada Eksplorasi pada Eksplorasi
literarur dengan kualitas yang relevan dan merujuk Konsep/Teori yang
Konsep/Teori yang relevan Konsep/Teori yang
luar biasa sumber referensi lain relevan
relevan
yang relevan

Tampak bermasalah
Sama dengan Bisa mengerjakan tugas Bisa mengerjakan tugas Bisa mengerjakan tugas
dalam mengerjakan
Keterampilan kriteria baik secara berkelompok dan secara berkelompok dan secara berkelompok
tugas berkelompok dan
berke-lompok dengan kualitas menjadi peran pimpinan di berkontribusi dengan baik di meskipun kontribusi pada
tidak berkontribusi pada
luar biasa kelompok kelompok tugas kelompok minim
tugas kelompok

Perolehan skor dapat dihitung melalui menghitung skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan skor maksimal yakni 30.

172 | PPG Pra Jabatan 2022


B. Rubrik Tugas Mandiri

SKOR
Aspek penilaian
Sangat Baik (5) Baik (4) Cukup (3) Kurang (2) Sangat Kurang (1)

Hasil tugas tidak


Hasil tugas terorganisasi Hasil tugas tidak
Sama dengan kriteria Hasil tugas terorganisasi terorganisasi dengan
Pengorganisasian secara logis, menjawab terorganisasi dengan
baik dengan kualitas luar secara logis, koheren dan baik dan belum
hasil tugas seluruh instruksi meskipun baik tetapi menjawab
biasa menjawab seluruh instruksi menjawab seluruh
belum koheren seluruh instruksi
instruksi

Pemahaman pada yang Pemahaman yang


Pemahaman terhadap Pemahaman terhadap
terbatas terhadap materi terbatas terhadap
Sama dengan kriteria materi ditunjukkan dengan materi ditunjukkan dengan
Pemahaman ditunjukkan dengan materi ditunjukkan
baik dengan kualitas luar respon yang sesuai pada respon yang sesuai pada
materi respon yang tidak sesuai dengan respon yang
biasa seluruh pertanyaan seluruh pertanyaan
pada sebagian tidak sesuai pada
dengan mendalam meskipun belum mendalam
pertanyaan seluruh pertanyaan

Kejelasan dalam Sama dengan kriteria


Respon jelas dan efektif Respon jelas dan mudah Respon cukup jelas Respon tidak jelas
penyampaian baik dengan kualitas luar
serta mudah dipahami dipahami meskipun sulit dipahami dan sulit dipahami
respon biasa

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 173


Aspek SKOR

penilaian Sangat Baik (5) Baik (4) Cukup (3) Kurang (2) Sangat Kurang (1)

Komunikasi terstruktur, Komunikasi tidak


Komunikasi Sama dengan kriteria Komunikasi terstruktur, fokus Komunikasi terstruktur,
meskipun kurang fokus terstuktur, tidak fokus,
dan baik dengan kualitas luar dan presentasi mudah fokus dan presentasi
dan presentasi cukup dan presentasi sulit
presentasi biasa dipahami cukup mudah dipahami
mudah dipahami dipahami

Respon tugas secara umum Respon tugas hanya Respon tugas tidak
Respon tugas secara
Sama dengan kriteria merujuk pada Eksplorasi sebagian yang merujuk merujuk pada
Kajian umum merujuk pada
baik dengan kualitas Konsep/Teori yang relevan pada Eksplorasi Eksplorasi
literarur Eksplorasi Konsep/Teori
luar biasa dan merujuk sumber referensi Konsep/Teori yang Konsep/Teori yang
yang relevan
lain yang relevan relevan relevan

Menyelesaikan tugas dengan Terlambat dalam


Sama dengan kriteria tepat waktu dan aktif Terlambat dalam menyelesaikan tugas
Etos kerja Menyelesaikan tugas
baik dengan kualitas berdiskusi dengan dosen menyelesaikan tugas dalam periode yang
individu dengan tepat waktu
luar biasa dalam proses penyelesaian dalam periode singkat lama tanpa ada
tugas pemberitahuan

Perolehan skor dapat dihitung melalui menghitung skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan skor maksimal yakni 30.

174 | PPG Pra Jabatan 2022


C. Rubrik Partisipasi

SKOR
Aspek penilaian
Sangat Baik (5) Baik (4) Cukup (3) Kurang (2) Sangat Kurang (1)

Sama dengan kriteria Respon partisipasi


Respon partisipasi Respon partisipasi minim Respon partisipasi
Respon baik dengan kualitas antusias, sesuai dan
antusias dan sesuai tetapi sesuai tidak sesuai
luar biasa menggugah

Sama dengan kriteria


Konten sesuai dan
Konten baik dengan kualitas Konten sesuai Konten sebagian sesuai Konten tidak sesuai
disertai rujukan
luar biasa

Menggunakan
Menggunakan bahasa Menggunakan bahasa
Sama dengan kriteria Menggunakan bahasa bahasa yang kurang
yang sopan, yang sopan tetapi
Sikap penyampaian baik dengan kualitas yang sopan dengan sopan dan
pembawaan tenang pembawaan kurang
luar biasa pembawaan tenang pembawaan yang
dan bersemangat tenang
kurang tenang

Perolehan skor dapat dihitung melalui menghitung skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan skor maksimal yakni 15.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 175


Biodata Penyusun Modul

Muhammad Nurul Ashar, S.Pd., M.Ed.

Muhammad Nurul Ashar, S.Pd., M.Ed atau akrab dipanggil Ashar adalah dosen di
Jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Univesitas
Negeri Surabaya (Unesa). Ashar menyelesaikan pendidikan sarjana pada tahun
2017 di jurusan yang sama dengan tempat mengabdinya sekarang dengan fokus
studi pada pendidikan inklusif dan pembelajaran untuk anak autis. Pada tahun
2020 Ashar menyelesaikan studi magister Special and Inclusive Education
(Pendidikan Luar Biasa dan Inklusif) di The University of Sydney Australia dengan
topik tesis pengalaman sosial siswa autis di sekolah inklusif di Indonesia. Ashar
mengampu mata kuliah Identifikasi dan Asesmen ABK, Pendidikan Inklusif dan
Teknologi Asistif. Adapun minat penelitian dan pengabdian masyarakat Ashar
meliputi: disability awareness, pembelajaran di sekolah inklusif dan pembelajaran
untuk anak autis. Selain aktif menjadi dosen, Ashar juga aktif tergabung di Pusat
Studi dan Layanan Disabilitas Unesa/Satuan Difabel Unesa dan Tim Pengembang
Bimtek Pemenuhan Guru Pembimbing Khusus Direktorat Guru Pendidikan
Menengah dan Pendidikan Khusus. Dikmendiksus, Kemendikbudristek. Ashar
telah mempublikasikan beberapa artikel di proceeding, artikel di jurnal nasional,
artikel di jurnal internasional dan book chapter dan buku. Publikasi terbaru Ashar
adalah book chapter berjudul “Power cards digital: An advanced strategy in
enhancing communication skills of students with autism (2022)” dan buku berjudul

Workbook : Mengelola Stres Pada Guru : Sebuah Aplikasi dalam Pembelajaran


Transformasional di Sekolah Inklusi” (2022). Anda dapat berkomunikasi dengan
Ashar melalui surel di muhammadashar@unesa.ac.id.

Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus | 177


Dr. Rahmahtrisilvia, S.Pd., M.Pd.

Dr. Rahmahtrisilvia, S.Pd., M.Pd. atau akrab dikenal dengan Silvi adalah dosen
Jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) Univesitas Negeri Surabaya (UNP). Silvi
memperoleh gelar master dan doktor Pendidikan Khusus dari Universitas
Pendidikan Indonesia pada tahun 2007 dan 2022, dan gelar sarjana dari UNP
pada tahun 1999. Tesis dan disertasi Silvi berfokus pada intervensi untuk anak
dengan spektrum autis, dengan topik penelitian dan pengabdian masyrakat juga
terkait dengan asesmen dan intervensi untuk anak dengan spektrum autis, serta
pengembangan kompetensi guru di SLB ataupun sekolah inklusif. Selama
mengajar, Silvi mengampu mata kuliah Pendiidkan Anak Gangguan Intelektual,
Pendidikan Inklusif, Strategi Layanan Anak Gangguan Spektrum Autis dan Teknik
Labor Pendidikan Khusus. Selain menjadi dosen, Silvi juga aktif sebagai praktisi
di bidang pendidikan untuk anak spektrum autis. Beberapa karya tulis ilmiah sudah
berhasil dipublikasikan baik publikasi nasional maupun internasional. Karya
terbaru Silvi adalah buku “Asesmen Gaya Belajar Untuk Anak Gangguan
Spektrum Autisme” (2022). Anda bisa menyapa silvi melalui surel di
rahmahtrisilvia@fip.unp.ac.id

178 | PPG Pra Jabatan 2022

Anda mungkin juga menyukai