Anda di halaman 1dari 3

Nama : Selvi Nuryunia 23103360002

Tabitanie Arum Sutawi 23103360018


Antig Barkah Ibnatur Husnu 23103360021
Rahayuni Ningsih 23103360024
Kelas : PPG – Tata Busana

TOPIK 1 – RUANG KOLABORASI


Pemahaman Tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya

Kasus I
Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda hendak
menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai rata-rata (mean). Untuk
memudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran, Anda mencoba untuk membuat
urutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat mencari nilai rata-
rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada peserta didik untuk mengerjakan soal yang Anda
berikan. Hasilnya, peserta didik mampu mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah
yang telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda meminta kepada peserta didik untuk
mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan pengerjaan soal, dan peserta didik mampu
mengerjakannya dengan benar.

• Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan
baik pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?
• Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas
dapat diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang
berkaitan.

Jawaban:
Pada percobaan kedua, peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik tanpa melihat
urutan atau langkah-langkah pengerjaan soal karena mereka telah menginternalisasi konsep
dan pemahaman tentang cara mencari nilai rata-rata. Hal ini mengindikasikan bahwa peserta
didik telah mencapai tingkat pemahaman yang lebih mendalam tentang materi tersebut. Metode
yang diterapkan dalam kegiatan seperti ini adalah metode pembelajaran berbasis pemahaman.
Metode ini menekankan pemahaman konsep matematis yang kuat daripada sekadar mengikuti
langkah-langkah tertentu. Dalam konteks ini, teori yang relevan adalah teori konstruktivisme.

Menurut teori konstruktivisme, pembelajaran adalah proses di mana siswa aktif membangun
pemahaman mereka sendiri melalui refleksi dan pengalaman langsung. Dalam kasus ini, pada
percobaan pertama, guru memberikan siswa urutan langkah-langkah untuk mencari nilai rata-
rata. Namun, pada percobaan kedua, siswa telah menciptakan pemahaman mereka sendiri
tentang konsep rata-rata melalui pengalaman sebelumnya, dan inilah yang memungkinkan
mereka untuk mengerjakan soal dengan baik tanpa panduan langkah-langkah. Metode berbasis
pemahaman seperti ini dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di mana guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk eksplorasi, bertanya, dan memahami konsep
secara lebih mendalam. Ini juga mendorong siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
pemahaman yang lebih abstrak daripada sekadar menghafal langkah-langkah. Dengan
demikian, metode ini dapat membantu siswa membangun pemahaman yang lebih kuat dan
berkelanjutan tentang konsep matematis, seperti nilai rata-rata.
Kasus II
Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisa berhitung
dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantu setiap peserta didik
menyelesaikan tantang belajarnya.

• Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya
sesuai dengan tahapan perkembangan usia?
• Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan
menyertakan teori yang berkaitan.

Jawaban:
Sebagai mahasiswa program profesi guru, saya akan menyarankan beberapa langkah yang
dapat diambil oleh Rina untuk membantu peserta didiknya sesuai dengan tahapan
perkembangan usia mereka di kelas 1 SD:
1. Rina dapat menggunakan pendekatan bermain dalam mengajar matematika. Ini sesuai
dengan tahapan perkembangan usia anak-anak di kelas 1 SD, di mana mereka lebih
responsif terhadap pembelajaran yang melibatkan elemen permainan. Menggunakan
permainan matematika sederhana seperti permainan kartu angka atau permainan papan
dengan penghitungan angka dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan
menyenangkan.
2. Anak-anak di usia ini cenderung memahami konsep lebih baik melalui pendekatan visual
dan konkret. Rina dapat menggunakan alat-alat matematika fisik seperti kubus, batu, atau
gambar-gambar untuk membantu peserta didik memvisualisasikan dan merasakan konsep-
konsep matematika seperti penjumlahan dan pengurangan.
3. Anak-anak di usia ini juga cenderung menangkap konsep melalui cerita atau kisah yang
mereka dapatkan. Rina dapat mengaitkan konsep matematika dengan cerita sederhana atau
situasi sehari-hari yang relevan bagi mereka. Misalnya, mengajarkan penjumlahan dengan
mengaitkannya dengan aktivitas berbelanja di toko.
4. Anak-anak di kelas 1 SD memerlukan pengulangan dan praktik rutin untuk menguatkan
pemahaman mereka. Rina dapat memberikan latihan-latihan yang sesuai dengan
kemampuan mereka dan memastikan bahwa mereka memiliki kesempatan untuk terus
berlatih.
5. Setiap peserta didik memiliki tingkat pemahaman yang berbeda. Rina perlu memahami
kebutuhan individu peserta didiknya dan memberikan dukungan yang sesuai. Diferensiasi
pembelajaran dapat membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dan memberikan
tantangan tambahan bagi yang lebih mahir.
Saran-saran ini didasarkan pada pemahaman tentang perkembangan kognitif anak usia 6-7
tahun, yang berada pada tahap operasi konkret menurut teori perkembangan kognitif Jean
Piaget. Mereka cenderung memahami konsep konkret dan nyata daripada abstrak. Oleh karena
itu, pendekatan yang lebih konkret, visual, dan bermain sesuai dengan tahap perkembangan ini
akan lebih efektif dalam membantu mereka memahami matematika dan mengatasi tantangan
belajar mereka.
Kasus III
Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah Bali. Ia
mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan materi teks deskripsi pada
peserta didiknya. Pada buku cetak yang menjadi panduannya saat mengajar, terdapat beberapa
contoh teks deskripsi menceritakan tentang bangunan-bangunan pencakar langit yang ada di
Ibu Kota. Dengan memperhatikan latar belakang setiap peserta didiknya, Made pun mencoba
untuk memberikan contoh berbeda. Ia memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan
makanan khas di Bali.

• Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai? Mengapa
demikian?
• Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda
dengan menyertakan teori yang berkaitan.

Jawaban:
Pertimbangan dan keputusan yang diambil oleh Made untuk memberikan contoh teks deskripsi
tentang pantai dan makanan khas di Bali sudah sesuai. Keputusan ini mencerminkan prinsip
culturally responsive pembelajaran.

Dalam kasus ini, Made memperhatikan latar belakang peserta didiknya, yang berada di wilayah
Bali. Dengan memberikan contoh yang relevan dengan lingkungan dan budaya mereka, ia
memotivasi peserta didik untuk lebih terlibat dalam pembelajaran. Prinsip diferensiasi
pembelajaran menekankan pentingnya mengakomodasi perbedaan-perbedaan individual
peserta didik, seperti latar belakang budaya, kemampuan, dan minat.

Dengan memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan makanan khas Bali, Made
membuat pembelajaran lebih relevan dan bermakna bagi peserta didiknya. Ini dapat
meningkatkan minat mereka dalam pembelajaran dan membantu mereka lebih mudah
memahami konsep teks deskripsi. Dengan demikian, keputusan Made mencerminkan
pendekatan yang baik dalam mengajar, yaitu mempertimbangkan kebutuhan dan karakteristik
peserta didik untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan efektif.

Anda mungkin juga menyukai