Anda di halaman 1dari 3

Kasus 1

Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda hendak
menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai rata-rata (mean). Untuk
memudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran, Anda mencoba untuk membuat
urutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat mencari nilai
rata-rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada peserta didik untuk mengerjakan soal yang
Anda berikan. Hasilnya, peserta didik mampu mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah
yang telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda meminta kepada peserta didik untuk
mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan pengerjaan soal, dan peserta didik mampu
mengerjakannya dengan benar.

● Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik pada
percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?
● Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas dapat
diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.
Jawab:
● Peserta didik telah melakukan hal pengetahuan yang sedang konstruksikan tentang mencari
nilai rata-rata (mean). Sehingga pendidik menjelaskan materi terlebih dahulu kemudian
menjelaskan langkah-langkah secara berurutan dalam pemecahan mencari nilai rata-rata
(mean) untuk diikuti peserta didik. Sebelum memberikan soal latihan, pendidik memberikan
beberapa contoh soal terlebih dahulu sesuai dengan langkah-langkah yang diberikan agar
peserta didik memiliki gambaran setiap langkah pengerjaan soal. Pendidik juga menekankan
untuk memberikan pemahaman kepada setiap peserta didik bukan hanya menghafal tetapi
lebih mengingat. Karena dari segi hafal, peserta didik akan mudah lupa. jadi , permasalahan
dari kasus 1 ini adalah Teori Konstruktivisme.
● Untuk metode pembelajaran yang diterapkan dikasus 1 adalah PBL/PJBL. Berdasarkan hal
tersebut maka pembelajaran menurut konstruktivisme mendorong peserta didik dalam
menggunakan pengalaman dan pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya. Selanjutnya, peserta didik juga dapat membangun pengetahuannya sendiri
sebagai hasil dari pemahamannya terhadap masalah yang sedang dihadapinya.
c
Kasus 2

Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisa berhitung
dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantu setiap peserta didik
menyelesaikan tantang belajarnya.

● Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya sesuai dengan
tahapan perkembangan usia?
Jawab:
Menurut kelompok kami pada studi kasus di atas anak kelas 1 SD masuk ke dalam tahap
Praoperasional (2-7 tahun). Hal yang dapat dilakukan oleh Rina adalah menggunakan media
pembelajaran sederhana yang ada di sekitar, misalnya saja ketika pembelajaran berlangsung Rina
dapat menggunakan media pembelajaran berupa permen, pensil, ataupun benda-benda yang ada
di dalam kelas. Kemudian Rina juga menyiapkan kartu angka dan mengajak peserta didik untuk
menghitung dan menunjukkan pula dengan kartu angka. Dengan hal itu peserta didik lebih
mudah untuk memahami konsep berhitung sederhana. Tentunya Rina juga bisa memodifikasi
pembelajaran di kelas menggunakan permainan agar pembelajaran di kelas lebih menyenangkan.

● Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori
yang berkaitan.
Jawab:
Menurut kami perkembangan siswa kelas 1 SD tersebut dimana masih dalam tahap
Praoperasional (2-7 tahun) yang dimana anak sudah menunjukkan aktivitas kognitif dalam
menghadapi berbagai hal di luar dirinya, akan tetapi anak masih membutuhkan penggunaan
benda dan hal-hal yang konkrit. Hal ini sejalan dengan Menurut Piaget (Suyanto S, 2005)
mengatakan bahwasanya pembelajaran untuk anak usia dini tidak bisa diajarkan secara langsung.
Anak-anak harus dilatih terlebih dahulu mengkonstruksi pemahaman dengan bahasa simbolik
yang disebut sebagai abstraksi sederhana. Kemudian anak dilatih berpikir simbolik lebih jauh,
yang disebut abstraksi reflektif. Setelah itu, guru dapat mengajari anak untuk menghubungkan
materi bilangan dengan simbol bilangan.

Kasus 3

Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah Bali. Ia
mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan materi teks deskripsi pada
peserta didiknya. Pada buku cetak yang menjadi panduannya saat mengajar, terdapat beberapa
contoh teks deskripsi menceritakan tentang bangunan-bangunan pencakar langit yang ada di Ibu
Kota. Dengan memperhatikan latar belakang setiap peserta didiknya, Made pun mencoba untuk
memberikan contoh berbeda. Ia memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan makanan
khas di Bali.

● Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai? Mengapa
demikian?
Jawab :
Menurut kami, keputusan yang diambil Made sudah sesuai. Dalam kasus 3, Made memanfaatkan
potensi pantai dan makanan khas Bali dalam pembelajaran teks deskripsi. Pembelajaran ini
disebut pembelajaran berbasis local wisdom. Proses pembelajaran ini menjadikan kearifan lokal
sebagai bagian dari pembelajaran sehingga peserta didik dapat mengaitakan materi yang
dipelajari dikelas dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini masih belum banyak diterapkan
dilingkungan sekolah. Dengan pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan rasa kepedulian
peserta didik terhadap lingkungannya. Saat ini, banyak peserta didik yang kehilangan rasa
kepedulian mereka terhadap lingkungan sekitar karena kegiata belajar mengajar di sekolah masih
belum kontekstual. Sehingga pembelajaran ini menjadi solusi tepat mengatasi masalah tersebut.
● Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan
dengan menyertakan teori yang berkaitan.
Jawab :
Pembelajaran yang digunakan hendaknya memiliki sifat lentur dan fleksibel. Dalam pelaksanaan
suatu kurikulum memungkinkan terjadinya penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu
maupun kemampuan, dan latar belakang. (Setiyadi et al, 2020).
Berdasarkan prinsip di atas, suatu pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan segala aspek
yang terkait dengan pendidik dan peserta didik. Misalnya dengan memperhatikan kondisi alam,
lingkungan tempat tinggal, serta kebudayaan di daerah tersebut agar memudahkan ilmu yang
disampaikan diterima dengan baik oleh peserta didik.Menurut kami,dilihat dari kasus 3
berdasarkan prinsip dari pembuatan kurikulum, prinsip yang Pak Made gunakan adalah sesuai
dengan prinsip fleksibilitas.

Anda mungkin juga menyukai