Anda di halaman 1dari 5

KASUS I

Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda hendak
menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai rata-rata (mean). Untuk
memudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran, Anda mencoba untuk membuat
urutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat mencari nilai rata-
rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada peserta didik untuk mengerjakan soal yang Anda
berikan. Hasilnya, peserta didik mampu mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah yang
telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda meminta kepada peserta didik untuk
mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan pengerjaan soal, dan peserta didik mampu
mengerjakannya dengan benar.

a. Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik
pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?
Jawab:
Menurut kami yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik pada
percobaan kedua tanpa melihat urutan langkah pengerjaan soal adalah karena peserta didik
sudah terlatih mengetahui dan memahami cara pengerjaan soal yang sudah dilakukan pada
pengerjaaan soal yang pertama sesuai Langkah-langkah yang diberikan oleh guru.
Sehingga pada saat peserta didik diminta mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan
pengerjaan soal peserta didik mampu mengerjakannya dengan benar. Selaintu itu juga
dikarenakan siswa mengerjakan soal yang sama. Mungkin hasilnya akan berbeda jika
peserta didik diminta mengerjakan soal yang berbeda.

b. Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas dapat
diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.

Jawab:
Kegiatan belajar yang dapat diterapkan sesuai dengan metode di atas adalah menggunakan
teori belajar behavioristik. Teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran di aplikasikan
dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik siswa,
media dan fasilitas pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah pada umumnya.
Pembelajaran yang berpedoman

Pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah tersusun dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang
belajar atau siswa. “Siswa di harapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang di pahami oleh pengajar atau guru itulah
yang harus dipahami oleh murid” (Degeng, 2006).

Pengaruh bagi guru adalah bahwa mengajar merupakan kegiatan pemindahan pengetahuan
dari benak guru ke otak siswa. Oleh karena itu peran guru sebagai pendidik harus
mengembangkan kurikulum yang terancang dengan menggunakan standart-standart
tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para siswa. Karena teori
behavioristik memandang bahwa sebagai pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur,
maka siswa harus di hadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu
secara ketat.

Pembiasaan dan disiplin menjadi pegangan dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih
banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan dalam penambahan pengetahuan
dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu di hukum dan keberhasilan belajar di
kategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. “Siswa adalah obyek yang
berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus di pegang oleh sistem
yang berada diluar diri siswa. Demikian juga, ketaatan pada aturan juga di pandang sebagai
penentu keberhasilan belajar” (Degeng, 2006). Maka dari itu perlu kita ketahui mengenai
apa yang dimaksud teori belajar behavoristik dan bagai mana implikasi teori behavioristik
dalam pembelajaran.

Kegiatan belajar yang dapat diterapkan sesuai dengan metode dengan menggunakan teori
belajar behavioristik adalah sebagai berikut:

1. Guru menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap, mulai dari materi sederhana
sampai kompleks.
2. Guru lebih cenderung lebih mendominasi kegiatan pembelajaran dengan memberikan
banyak instruksi selama mengajar.
3. Guru memberikan banyak pengulangan pembelajaran berupa latihan agar terbentuk
perilaku atau pembiasaan seperti yang diinginkan.
4. Guru akan melakukan evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.

Guru dituntut memiliki kemampuan memberikan penguatan (reinforcement), baik dari sisi
positif dan negative

KASUS II

Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisa berhitung
dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantu setiap peserta didik
menyelesaikan tantang belajarnya
Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisa berhitung
dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantu setiap peserta didik
menyelesaikan tantang belajarnya.

a. Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya sesuai
dengan tahapan perkembangan usia?
Jawab:
Berdasarkan kasus di atas, Rina sebagai guru kelas 1 SD harus memahami peserta didik
sesuai dengan tahap perkembangannya. Dalam kasus ini, sesuai dengan tahap
perkembangan kognitif anak menurut Piaget, siswa kelas 1 berada pada tahap
perkembangan praoperasional. Pada tahap praoperasional anak sudah cukup matang
untuk menggunakan pemikiran logika atau operasi, tetapi hanya untuk objek fisik
yang ada saat ini (Nuryati & Darsinah, 2021).
Dengan demikian, dalam pembelajarannya Rina bisa menggunakan media ajar yang
menarik dengan menggunakan benda nyata sebagai alat praktik atau alat bantu berhitung
untuk memudahkan peserta didik dalam memahami konsep berhitung. Selain itu juga
dengan menggunakan latihan agar anak melakukan secara langsung.
b. Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan
teori yang berkaitan.
Jawab:
Tahap praoperasional konkret adalah tahap dimana anak berusia antara 0-7 tahun. Pada
Pada tahap ini akan muncul sistem operasi apabila anak melihat sesuatu yang konkret.
Sistem operasi yang dimaksud adalah anak dapat memecahkan suatu persoalan
berdasarkan sesuatu yang konkret. Di tahap ini anak belum dapat memecahkan suatu
persoalan yang memiliki variabel terlalu banyak dan bersifat abstrak (Nabila, 2021).
Sehingga, pada tahap perkembagan ini peserta didik berhitung denga cara yang sederhana.
Sebagai seorang gur, Rina dapat membuat media pembelajaran dengan mengganti simbolik
angka dengan benda-benda konkret di sekitar.

KASUS III
Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah Bali. Ia mengampu
mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan materi teks deskripsi pada peserta
didiknya. Pada buku cetak yang menjadi panduannya saat mengajar, terdapat beberapa contoh teks
deskripsi menceritakan tentang bangunan-bangunan pencakar langit yang ada di Ibu Kota. Dengan
memperhatikan latar belakang setiap peserta didiknya, Made pun mencoba untuk memberikan
contoh berbeda. Ia memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan makanan khas di Bali.
a. Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai? Mengapa
demikian?
Jawab:
Menurut kelompok kami sudah sesuai. Karena dalam suatu proses pembelajaran tidak
selalu berpacu dengan materi yang ada di buku. Kita sebagai pendidik harus menyesuaikan
juga dengan kondisi serta karakteristik siswa. Jika di wilayah kita tidak ada bangunan
pencangkar langit, bagaimana siswa bisa mendalami materi tersebut. Maka, sebagai
seorang guru sikap made sudah tepat dengan memberi contoh lain yang relevan bagi siswa
disana, yang tentunya siswa tidak merasa asing dan kesulitan.
b. Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan
menyertakan teori yang berkaitan.
Jawab:
Prinsip yang digunakan made yaitu prinsip keterlibatan langsung/ berpengalaman. Jadi
prinsip yang digunakan made yaitu keterlibatan langsung atau berpengalaman, dimana
siswa sudah tau mengenai hal yang akan di bahas. Misal pada kasus tiga ini made
memberikan contoh lain yaitu Pantai dan makanan khas Bali, dimana siswa disana lebih
memahami dan sudah mengetahui apa yang mereka bahas. Sebagai peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran harus terlibat langsung. Dengan keterlibatan mereka secara
langsung dapat memperoleh banyak pengalaman.

REFERENSI

Ali, Hasniyati Gali. (2013). Prinsip-prinsip pembelajaran dan implikainya terhadap pendidik dan
peserta didik. Jurnal Al Ta’dib, 6, 35.

Anam, Mohammad Syamsul dan Dwiyogo, Wasis D. (2022). Teori Belajar Behavioristik Dan
Implikasinya Dalam Pembelajaran.
https://cdngbelajar.simpkb.id/s3/p3k/Pedagogi/Artikel/TEORI_BELAJAR_BEHAVIORIS
TIK_DAN_IMPLIKAS.pdf

Nabila, N. (2021). Konsep Pembelajaran Matematika Sd Berdasarkan Teori Kognitif Jean Piaget.
JKPD) Jurnal Kajian Pendidikan Dasar, 6(1), 69–79.

Nuryati, N., & Darsinah, D. (2021). Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dalam
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan
Dasar, 3(2), 153–162. https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v3i2.1186

Anda mungkin juga menyukai