Anda di halaman 1dari 12

PEMAHAMAN

TENTANG PESERTA
DIDIK DAN
PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
- Kelompok 6 -
ANGGOTA:
• Mutmainnah (E4R1230014)

• Ni Komang Januari (E4R1230015)

• Robi’atul Adawiyyah

(E4R1230020)

• Siti Humaeroh (E4R1230021)


Bayangkan jika Anda adalah seorang guru Matematika di kelas VII. Saat
ini Anda hendak menyampaikan materi mengenai Matematika Sosial
yakni mencari nilai rata-rata atau mean. Untuk memudahkan peserta
didik dalam memahami pembelajaran, Anda mencoba untuk membuat
urutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh peserta didik agar

KASUS I dapat mencari nilai rata-rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada
peserta didik untuk mengerjakan soal yang Anda berikan. Hasilnya,
peserta didik mampu mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah
yang telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda meminta
kepada peserta didik untuk mengulangi soal yang sama tanpa melihat
urutan pengerjaan soal, dan peserta didik mampu mengerjakannya
dengan benar.
Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu
mengerjakan soal dengan baik pada percobaan kedua (tanpa
melihat urutan atau langkah pengerjaan soal)?

Menurut pendapat kami, peserta didik mampu mengerjakan soal tanpa melihat
urutan atau langkah-langkah pengerjaan soal tersebut dikarenakan mereka sudah
memiliki pemahaman tentang pembelajaran yang sudah diajarkan oleh gurunya.
Jadi, Ketika mereka dihadapkan dengan berbagai macam soal yang terkait
dengan materi rata-rata (mean) mereka bisa mengerjakannya karena sudah
dikuasai sebelumnya. Ditambah lagi dalam penyelesaian soal matematika tidak
harus sesuai dengan urutan atau langkah-langkah yang diajarkan oleh guru,
namun masih banyak langkah-langkah lain yang bisa digunakan untuk
memecahkan suatu persoalan. Sehingga melalui pemecahan soal peserta didik
juga akan dilatih kreatifitas dan berpikir tingkat tingginya. Karena sesuai
pepatah “Banyak jalan menuju Roma.”, begitupun dengan pemecahan soal-soal
matematika.
Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang
seperti apa metode di atas dapat diterapkan? Elaborasi
jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.

Sebagai calon guru, menurut kami metode tersebut dapat digunakan pada
kegiatan kolaboratif. Dimana dalam proses tersebut peserta didik bisa
berdiskusi dengan bertukar pikiran atau ide dengan teman-teman
sebayanya yang sekaligus bisa melatih kemampuan berfikir kritisnya.
Melalui kegiatan kolaboratif, peserta didik dapat mengamati, mencontoh,
dan meniru perilaku, sikap, atau reaksi emosional orang lain dalam proses
belajar. Hal tersebut juga sesuai dengan teori sosial kognitif, dimana pada
teori yang dikembangkan oleh Albert Badura ini menjelaskan bahwa
perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbal balik yang
berkesinambungan antara kognitif perilaku dan pengaruh lingkungan.
Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) merupakan efikasi diri yang
menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap
dan emosi orang lain.
Rina adalah seorang guru di kelas 1
SD. Sebagian besar peserta didiknya

KASUS II
belum bisa berhitung dengan lancar.
Rina sedang memikirkan cara yang
sesuai untuk membantu setiap
peserta didik menyelesaikan tantang
belajarnya.
Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya sesuai
dengan tahapan perkembangan usia?

Menurut pendapat kami yang dapat dilakukan Rina adalah dengan


melakukan observasi mengenai metode dan model pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didiknya. Piaget mengatakan bahwa
perkembangan kognitif anak di usia 7-11 tahun ditandai dengan
perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional. Piaget juga
menganggap tahap konkreat sebagai titik balik utama dalam perkembangan
kognitif anak karena menandai awal pemikiran logis. Sehingga mengacu
pada teori tersebut, Rina bisa menggunakan pembelajaran kontekstual
dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi di dunia nyata.
Misalkan menggunakan pemainan congklak, sehingga pembelajaran tidak
terlalu monoton. Dengan pemberian stimulus seperti itu menjadikan peserta
didik lebih mudah memahami bagaimana cara berhitung dan bisa
menyelesaikan belajarnya dengan baik.
Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan
menyertakan teori yang berkaitan.

Kami menyarankan hal tersebut karena sebagai seorang guru kita


harus bisa memberikan stimulus yang relevan dengan materi
yang sedang kita ajarkan serta berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan teori behavioristik yang
berfokus pada perubahan tingkah laku peserta didik sebagai hasil
dari proses pembelajaran. Menurut teori ini, perubahan tingkah
laku peserta didik disebabkan oleh adanya interaksi stimulus dan
respon. Stimulus tersebut berupa lingkungan belajar peserta
didik, baik bersifat internal maupun eksternal, sedangkan respon
merupakan reaksi fisik terhadap rangsangan atau stimulus yang
diberikan.
Made adalah seorang guru yang mengajar di salah
satu sekolah negeri wilayah Bali. Ia mengampu
mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak

KASUS III
mengajarkan materi teks deskripsi pada peserta
didiknya. Pada buku cetak yang menjadi
panduannya saat mengajar, terdapat beberapa contoh
teks deskripsi menceritakan tentang bangunan-
bangunan pencakar langit yang ada di Ibu Kota.
Dengan memperhatikan latar belakang setiap peserta
didiknya, Made pun mencoba untuk memberikan
contoh berbeda. Ia memberikan contoh teks
deskripsi tentang pantai dan makanan khas di Bali.
Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai?
Mengapa demikian?

Menurut kami, pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai. Karena dengan
memberikan contoh yang berkaitan dengan lingkungan sekitar membuat peserta
didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan Made. Sehingga peserta
didik bisa membayangkan atau mengilustrasikan contoh tersebut dengan baik.
Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda
dengan menyertakan teori yang berkaitan.

Prinsip yang digunakan Made pada saat itu adalah prinsip


pembelajaran yang relevan. Pembelajaran yang relevan yang
disampaikan Made sudah dirancang sedemikian rupa sehingga
konteks sesuai dengan lingkungan peserta didik. Hal ini sesuai
dengan teori belajar konstruktivisme. Pada teori ini peserta didik
dapat membangun pemahaman serta pengetahuan mereka sendiri
melalui berbagai pengalaman yang dimilikinya. Sehingga dalam
proses belajar peserta didik tidak hanya menerima secara pasif
informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi bisa memaknai
pembelajaran sebagai proses pengonstruksian pengetahuan yang
bersifat aktif dan personal.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai