Anda di halaman 1dari 4

Disusun oleh:

1. Della Duaty Puspita Asri (2318563884)


2. Hayu Warih Pratami (2318563919)
3. Indriyani (2318563905)
Kelas: PGSD A Gel. I 2024

Kasus I
Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda hendak
menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai rata-rata (mean). Untuk
memudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran, Anda mencoba untuk membuat
urutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat mencari nilai rata-
rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada peserta didik untuk mengerjakan soal yang Anda
berikan. Hasilnya, peserta didik mampu mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah yang
telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda meminta kepada peserta didik untuk
mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan pengerjaan soal, dan peserta didik mampu
mengerjakannya dengan benar.
 Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mapu mengerjakan soal dengan baik pada
percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?
Menurut saya peserta didik dapat dengan mudah mengerjakan soal tanpa melihat kembali
langkah pengerjaan soal karena mereka dapat membangun pemahaman serta pengetahuan
mereka sendiri melalui pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dari panduan guru.
Dengan panduan tersebut siswa aktif mencari tahu solusi dan cara memecahkan soal
matematika yang diberikan, sehingga terbangunlah suatu pemahaman.
 Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode diatas dapat
diterapkan? Elaborasi jawaban anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.
Berdasarkan studi kasus diatas dapat saya simpulkan bahwa teori konstruktivisme
berkaitan dengan kasus tersebut dimana guru disini bersifat sebagai fasilitator yang
memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Guru
dalam hal ini juga bertanggung jawab terhadap pembelajaran di kelas, dengan kta lain guru
tetap harus membimbing dan mengarahkan peserta didik sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Dalam teori konstruktivisme terdapat perspektif bahwa peserta didik
memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan
kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang
telah ada, dengan kata lain menekankan bagaimana informasi diproses. Diakhir
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konstruktivis tersebut, menunjukkan
bahwa pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa belajar dan bukan berpusat pada
kegiatan guru mengajar. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada
siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman sendiri tentang matematika. Pengetahuan
yang didapat oleh siswa melalui pengalamannya sendiri tentang matematika akan
menjadikan pengetahuan tersebut bertahan lama, jika siswa lupa akan suatu konsep
matematika (pengetahuan prosedural) maka ia akan mampu dengan mudah untuk
mengingatnya.

Kasus II
Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisa berhitung
dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantu setiap peserta didik
menyelesaikan tantang belajarnya.
 Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya sesuai
dengan tahapan perkembangan usia?
Jadi menurut saya rata-rata umur anak kelas 1 SD itu 7 tahun. Menurut ahli yaitu jean
peiaget pada umur tersebut anak belum sepenuhnya menggunakan logikanya, mengubah
dan menggabung atau memisahkan pikiran ataupun ide, Sehingga anak-anak di umur 7
tahun tersebut baru bisa menerapkan logika pada objek fisik. Pengalaman yang sama bagi
seseorang akan dimaknai berbeda oleh masing-masing anak dan disimpan dalam kotak
yang berbeda. Oleh karena itu, pada saat manusia belajar, sebenarnya telah terjadi dua
proses dalam dirinya.Hal ini tentu harus menjadi perhatian Rani sebagai guru, agar bisa
menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan kondisi serta
kebutuhan siswa. Rani bisa menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
dengan menerapkan logika pada objek fisik agar bisa menstimulus kemampuan anak dalam
berfikir. Misalkan dengan dibantu menyediakan media atau benda-benda disekitar siswa,
seperti buku, pensil, spidol yang setiap harinya siswa gunakan dalam belajar untuk belajar
berhitung. Kemudian Rani juga bisa melakukan permainan yang berkaitan dengan
menghitung misalkan permainan engklek, menyanyikan lagu tentang angka.
 Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan
teori yang berkaitan.
Karena kegiatan pembelajaran tersebut berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme.
dimana guru menempatkan peserta didik sebagai individu yang membangun pemahaman
dan memahami informasi secara aktif sepanjang proses pembelajaran.hal-hal tersebut
penting untuk membantu peserta didik belajar berhitung sesuai dengan tahapan
perkembangan usia mereka, dengan menyediakan media dan permainan yang berhubungan
dengan kegiatan menghitung anak secara langsung dihadapkan dengan situasi yang nyata
yang ada dilingkungan sekitarnya. Sehingga tercipta pengalaman baru yang bisa membantu
memecahkan masalah yang dihadapi.

Kasus III

Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah Bali. Ia mengampu
mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan materi teks deskripsi pada peserta
didiknya. Pada buku cetak yang menjadi panduannya saat mengajar, terdapat beberapa contoh teks
deskripsi menceritakan tentang bangunan-bangunan pencakar langit yang ada di Ibu Kota. Dengan
memperhatikan latar belakang setiap peserta didiknya, Made pun mencoba untuk memberikan
contoh berbeda. Ia memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan makanan khas di Bali.

 Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai? Mengapa
demikian?
Menurut saya, pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai karena sebagai pendidik
kita perlu memahami karakteristik dari peserta didik yang ada di kelas. Suatu proses
pembelajaran akan dapat berlangsung secara efektif atau tidak, sangat ditentukan oleh
seberapa tinggi tingkat pemahaman pendidik tentang karakteristik peserta didiknya.
Pemahaman karakteristik peserta didik sangat menentukan hasil belajar yang akan dicapai,
aktivitas yang perlu dilakukan, dan asesmen yang tepat bagi peserta didik. Karakteristik
peserta didik meliputi: etnik, kultural, status sosial, minat, perkembangan kognitif,
kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan emosi, perkembangan sosial,
perkembangan moral.
Hal yang mendasari Made untuk memilih memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai
dan makanan khas di Bali sudah relevan karena mempertimbangkan latar belakang peserta
didik yang berkaitan dengan etnik dan kultural sesuai satuan mengajar yaitu di salah satu
sekolah negeri wilayah Bali. Hal tersebut dapat membantu siswa agar mudah terhubung
dengan materi pelajaran karena mereka dapat merasakan keterkaitan langsung antara apa
yang mereka pelajari dan dengan lingkungan sekitar mereka. Selain itu, juga akan
menambah wawasan untuk peserta didik terkait tempat wisata dan makanan khas di daerah
Bali tempat di mana mereka tinggal. Apabila Made memberikan contoh berupa bangunan
pencakar langit peserta didik mungkin akan kesulitan menggambarkan objek tersebut
karena tidak berada di lingkungan peserta didik dan tidak dapat melihat secara langsung.
 Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan
menyertakan teori yang berkaitan.
Berkaitan dengan Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky. Prinsip yang diterapkan oleh
Made adalah prinsip relevansi. Adanya interaksi sosial individu dengan lingkungannya.
Dalam prinsip relevansi Made memberikan materi pembelajaran yang lebih relevan dengan
kehidupan atau lingkungan siswa.
Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky menekankan pentingnya konteks sosial-individu
dengan lingkungan dalam pembelajaran. Mengkaitkan pembelajaran dengan lingkungan
dan budaya peserta didik dapat membantu siswa lebih memahami materi yang
disampaikan.
Menurut Vygotsky, belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen
penting. Pertama, belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar. Kedua,
proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan
lingkungan sosial budaya. Munculnya perilaku seseorang adalah karena keterlibatan dua
hal tersebut. Pada saat seseorang mendapatkan stimulus dari lingkungan, ia akan
menggunakan fisiknya berupa alat indera untuk menangkap atau menyerap stimulus,
kemudian menggunakan saraf otak untuk mengolah informasi yang sudah diterima.
Keterlibatan alat indera dalam menyerap stimulus dan saraf otak dalam mengelola
informasi merupakan proses secara fisik-psikologis sebagai elemen dasar dalam belajar.

Anda mungkin juga menyukai