Kelas : PGSD I
2. Kasus II
Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya
belum bisa berhitung dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai
untuk membantu setiap peserta didik menyelesaikan tantang belajarnya.
● Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu
peserta didiknya sesuai dengan tahapan perkembangan usia?
Dengan menggunakan atau berdasarkan dengan teori Jean Piaget yaitu
teori Praoperasional (2-7 tahun) dan teori operasional konkret (7-11
tahun) sehingga yang dapat dilakukan oleh ibu Rina untuk membantu
peserta didiknya dengan menggunakan media atau objek konkret
seperti menggunakan sempoa atau dengan menggunakan alat
permainan ular tangga. Teori operasional konkret dengan menggunakan
media. Karena dengan usia tersebut peserta didik sangat tertarik
dengan objek atau benda-benda konkret.
Berdasarkan kasus diatas, Rina sebagai guru SD kelas 1 harus
memahami peserta didik sesuai dengan tahap perkembangannya,
dimana dalam usia ini peserta didik berada pada tahap perkembangan
psikomotorik praoperasional (2-7 tahun). Berdasarkan pemahaman
tersebut maka yang dapat dilakukan oleh Ibu Rina adalah membuat atau
menyediakan media ajar dengan menggunakan tanda, simbol dan
benda sebagai alat praktik atau media berhitung yang menarik bagi
peserta didik sehingga memudahkan mereka dalam memahami konsep
berhitung.
● Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban
Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.
Metode yang dilakukan dengan metode games based learning dengan
mengaitkan materi dengan bermain agar peserta didik juga dapat lebih
tertarik dengan materi tersebut. Intinya hal yang utama dilakukan adalah
menarik perhatian dan antusias peserta didik
Menurut Piaget (1954) mengusulkan bahwa terdapat empat tahap
perkembangan kognitif: sensor motorik, praoperasional, operasional
konkret dan formal operasional. berdasarkan teori yang berkaitan
dengan kasus diatas, maka teori yang digunakan adalah teori
perkembangan kognitif tehap praoperasional. pada tahapan ini, anak
telah menunjukkan ativitas kognitif dalam menghadapi berbagai hal di
luar dirinya. kemampuan berpikirnya masih belum mempunyai sistem
yang terorganisasi dengan baik, namun anak sudah memahami realitas
di lingkungan dengan menggunakan tanda-tanda dan simbol. cara
berpikir anak pada tingkat ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten,
dan tidak logis. Oleh karena itu, mereka belum mampu memahami
konsep yang lebih kompleks seperti misalnya konsep waktu, sebab dan
akibat, serta pertandingan.
3. Kasus III
Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah
Bali. Ia mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan
materi teks deskripsi pada peserta didiknya. Pada buku cetak yang menjadi
panduannya saat mengajar, terdapat beberapa contoh teks deskripsi
menceritakan tentang bangunan-bangunan pencakar langit yang ada di Ibu
Kota. Dengan memperhatikan latar belakang setiap peserta didiknya, Made
pun mencoba untuk memberikan contoh berbeda. Ia memberikan contoh teks
deskripsi tentang pantai dan makanan khas di Bali.
● Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah
sesuai? Mengapa demikian?
Iya sudah sesuai,karena made,mempertimbangkan perbedaan latar
belakang peserta didiknya dengan memberikan contoh teks deskripsi
mengenai suatu yang sangat dengat dengan kehidupan peserta
didiknya Hal tersebut relevan karena terhubung langsung antara apa
yang dipelajari dengan lingkungan sekitar mereka. Efektifitas dari
pemberian contoh dengan dikaitkan lingkungan sekitar karena
keberagaman yang ada baik sosial maupun budaya.
● Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi
jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.
Made menerapkan pembelajaran teori belajar Konstruktivisme Vygotsky
salah satu pendekatan dalam belajar yang membahas konsep dasar
interaksi sosial individu dengan lingkungannya. Diman menurut
Vygostsky, belajar merupakan proses yang melibatkan dua elemen
penting, yang pertama belajar merupakan proses secara biologi sebagai
proses dasar dan yang kedua belajar merupakan proses secara
psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan
dengan lingkungan sosial-budaya. Selanjutnya prinsip lain yang
digunakan made adalah menggunakan prinsip pembelajaran Culturally
Responsive atau tanggap budaya. Dimana pembelajaran tanggap
budaya dapat memperkokoh identitas budaya peserta didik.