Anda di halaman 1dari 5

• Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik

pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?

Jawab:Menurut pendapat kelompok kami, yang membuat peserta didik mampu mengerjakan
soal dengan baik pada percobaan kedua tanpa melihat urutan atau langkah pengerjaansoal,
karena bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
1. Pada saat pembelajaran yang dilaksanakan pada pertemuan pertama guru membuat skenario
pembelajaran yang memudahkan peserta didik yaitu dengan membuat urutan atau langkah-
langkah yang perlu diikuti oleh peserta didik memberikan contoh terlebih dahulu lalu diikuti
oleh peserta didik, sehingga peserta didik dapat memahami materi mengenai nilai rata-rata
(mean). Anak-anak juga sudah terbiasa untuk berlatih soal mengenai langkah-langkah serta
tahap-tahap dalam mengerjakan soal tersebut.
2. Mereka telah memahami dan menguasai konsep dasar yang telah diajarkan oleh guru
tersebut dengan baik setelah melalui langkah-langkah yang diberikan guru, bukan hanya
mengikuti atau menghafal urutan langkah-langkah yang telah diajarkan saja sehingga terjadi
peningkatan pemahaman. Dimana setelah peserta didik mengikuti langkah-langkah pada
percobaan pertama, hal tersebut memungkinkan peserta didik memperoleh pemahaman konsep
yang mendalam tentang bagaimana mencari nilairata-rata, sehingga ketika diminta untuk
mengulang soal yang sama tanpa melihat urutan pengerjaan soal peserta didik mampu
mengerjakannya, sebab pemahaman mengenai konsepnya menjadi lebih kuat.
3.Mereka telah memahami pola atau hubungan data dengan langkah-langkah yang harus
dilakukan. Yaitu mereka telah memahami polanya mengenai hubungan antara data dengan
langkah-langkahnya yang harus dilakukan sehingga mereka mengerti mengapa langkah-
langkah tersebut digunakan. Dan hal tersebut memudahkan mereka untuk mengerjakan soal
kedua tanpa melihat urutan pengerjaan.
4.Adanya pengulangan. Dengan adanya pengulangan maka pemahaman peserta didik semakin
kuat dengan menggunakan pemahaman dan pengalaman pada percobaan pertama.

• Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas dapat
diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.

Jawab:Menurut pendapat kami, metode yang diterapkan seperti contoh pada kasus I dapat
diterapkan dalam kegiatan belajar. Metode yang diterapkan seperti contoh pada kasus I dapat
diterapkan adalah Metode Kontruktivisme. Sebab hal tersebut sesuai dengan Teori Belajar
Konstruktivisme. Teori Belajar Konstruktivisme mengemukakan bahwa peserta didik aktif
dalam membangun pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan berbagai pengalaman
yang telah miliki. Dalam kasus ini, peserta didik membangun pemahaman mereka tentang
konsep rata-rata dari pengalaman menyelesaikan soal pada percobaan pertama dengan
mengikuti langkah-langkah yang telah diajarkan, sehingga ketika diminta untuk mengerjakan
soal yang sama kedua kalinya mereka mampu. Hal tersebut selaras dengan Teori
Konstruktivisme Jean Piaget yang mengemukakan bahwa pemahaman berkembang semakin
dalam dan kuat apabila selalu diuji oleh berbagai macam pengalaman baru.Menurut
Shymansky mengatakan konstuktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana peserta didik
membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari, dan merupakan
proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada
dimilikinya

Kasus II. Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisa
berhitung dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantu setiap
peserta didik menyelesaikan tantang belajarnya.
• Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya sesuai
dengan tahapan perkembangan usia?
Jawab:Menurut pendapat, sebagai seorang guru Rina dapat melakukan langkah berikut:

1.Rina dapat melihat dan memetakan peserta didik yang belum bisa berhitung dengan lancar.
Rina dapat memberikan perhatian ekstra kepada peserta didik yang masih kesulitan berhitung
dengan memberikan latihan tambahan, pengulangan konsep, dan penguatan positif untuk
memperkuat pemahaman mereka dan tetap memantau perkembangan peserta didik dalam
berhitung.
2.Menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan mengenal
masing-masing peserta didiknya secara mendalam. Rina dapat memahami kebutuhan individu
peserta didik dan menyesuaikan metode pembelajaran agar sesuai dengan gaya belajar mereka.
Hal ini akan membantu peserta didik merasalebih termotivasi dan mudah memahami materi
yang diajarkan.
3.Membuat lingkungan belajar yang interaktif dan menyenangkan. Rina dapat menggunakan
berbagai media pembelajaran yang menarik seperti lagu, permainan,dan alat peraga yang dapat
membantu peserta didik tertarik dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Sebab anak usia kelas
1 SD masih dalam tahapan operasional konkritsebagaimana yang dikemukakan oleh Piaget
yaitu dari umur 7 sampai 11 tahun.Dimana pada anak usia tersebut untuk memahami sesuatu
masih harus konkret sehingga Rina dapat membuat lingkungan belajar yang interaktif dan
menyenangkan dengan menggunakan berbagai macam media yang konkret.
4.Membuat hubungan antara matematika dan kehidupan sehari-hari. Rina dapat mengaitkan
konsep matematika dengan situasi nyata dalam kehidupan peserta didik,yaitu melatih Kembali
kemampuan siswa untuk mengenali benda-benda disekitarnyadan belajar menghitung
jumlahnya. Contohnya, mengajarkan cara menghitung jumlah uang dalam sebuah toko atau
cara menghitung jumlah makanan dalamsebuah pesta. Hal ini akan membantu peserta didik
memahami relevansi matematikadalam kehidupan sehari-hari mereka. Dimana pada tahap ini
yang terjadi adalah peserta didik akan mengamati benda ataupun lingkungan sekitarnya.
Peserta didik menyebutkan macam-macam benda dan jumlahnya. Peserta didik dibantu
menghitung jumlah dan hasil pengurangan benda dan mengucapkan jawabannya.Ketika
menghitung ini Rina menunjukkan benda-benda disekitar yang dihitung.Kemudian Rina dapat
melatih motorik halus siswa dengan cara membantu siswa untuk menuliskan angka-angka.
Siswa dapat menghitung banyaknya suatu benda baik benda yang ada disekitar atau gambar di
LKPD kemudian menuliskannya dilembar LKPD.
5.Memberikan latihan berulang-ulang. Rina dapat memberikan latihan yang berulang-ulang
dan memberi tantangan yg sedikit lebih rumit kepada peserta didik dalam menghitung angka,
mengenal angka, dan menjumlahkan atau mengurangkan angka.Latihan ini akan membantu
peserta didik memperkuat dan melatih keterampilan berhitung mereka, selain itu agar peserta
didik tidak merasa bosan.

• Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan
teori yang berkaitan.

Jawab:Alasan kami menyarankan hal tersebut sebab anak usia kelas 1 SD masih pada tahap
operasional konkrIt. Pada usia 6-7 tahun siswa dalam perkembangan kognitif pada masa
operasional konkrit. Menurut Jarvis (dalam Ibda : 2015) dalam jurnal“Perkembangan Kognitif:
Teori Jean Piaget” menjelaskan bahwa pada tahap operasional konkrit tanpa objek fisik di
hadapan anak-anak usia operasional konkritmasih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
tugas-tugas logika. Oleh karena itu guru dapat mengajarkan materi matematika dengan konkrit
dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari anak. Selain itu menurut Juwantara (dalam
Nuryati dan Darsinah) dalam jurnal “Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar” menjelaskan bahwa tanpa objek fisik dan
nyata di hadapan anak-anak, anak-anak masih mengalami kesulitan besar tugas logika,anak-
anak juga mengembangkan kemampuannya untuk mempertahankan, kemampuan
mengelompokkan secara memadai, melakukan pengurutan dan menangani konsep angka. Pada
tahap ini proses pemikiran diarahkan pada kejadian nyata yang diamati oleh anak. Anak dapat
melakukan operasi selama hal itu konkret dan tidak abstrak.Sebagaimana Teori
Konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme merupakan sebuah teori yang menempatkan
peserta didik sebagai individu yang membangun pemahaman dan memahami informasi secara
aktif sepanjang proses pembelajaran.Dalam sudut pandang ilmu psikologi, konstruktivisme
dikenal sebagai pendekatan yangmemandang bahwa setiap individu dapat membangun
pemahaman serta pengetahuan mereka sendiri melalui berbagai pengalaman yang telah
dimilikinya. Dimana menurut Vygotsky, belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua
elemen penting. Pertama, belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar. Kedua,
proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan
lingkungansosial budaya. Munculnya perilaku seseorang adalah karena keterlibatan dua hal
tersebut. Pada saat seseorang mendapatkan stimulus dari lingkungan, ia akan menggunakan
fisiknya berupa alat indera untuk menangkap atau menyerap stimulus,kemudian menggunakan
saraf otak untuk mengolah informasi yang sudah diterima.

Kasus III

Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah Bali. Ia
mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan materi teks deskripsi pada
peserta didiknya. Pada buku cetak yang menjadi panduannya saat mengajar, terdapat beberapa
contoh teks deskripsi menceritakan tentang bangunan-bangunan pencakar langityang ada di Ibu
Kota. Dengan memperhatikan latar belakang setiap peserta didiknya,Made pun mencoba untuk
memberikan contoh berbeda. Ia memberikan contoh teksdeskripsi tentang pantai dan makanan
khas di Bali.

• Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai? Mengapa
demikian?

Jawab: Menurut pendapat kami, Pertimbangan dan keputusan Made untuk memberikan contoh
teks deskripsi tentang pantai dan makanan khas di Bali kepada peserta didiknyaadalah langkah
yang sesuai dan relevan. Sebab relevan dengan kehidupan peserta didik,yang mana peserta didik
akan lebih mudah terhubung dengan materi jika itu berkaitan dengan lingkungan dan budaya
mereka sendiri karena mereka dapat mengaitkan dengan pengalaman dan pengetahuan mereka
sendiri tentang Bali. Selain itu dapat lebih memotivasi peserta didik untuk belajar karena
membahas hal-hal yang dekat dengan kesehariannya sehingga dapat meningkatkan minat dan
keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.

• Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan
menyertakan teori yang berkaitan.

Jawab:Teori yang berkaitan adalah Teori Belajar Konstruktivisme. Pandangan konstruktivistik


mengemukakan bahwa realitas ada pada pikiran seseorang. Pesertadidik
menginterpretasikannya berdasarkan pengalaman ke dalam pikirannya, hanya pada konteks
pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri. Konstruktivisme adalah cara belajar mengajar
yang bertujuan untuk memaksimalkan pemahaman siswa. Belajar akan berlangsung lebih
efektif jika siswa berhubungan langsung dengan objek yangsedang dipelajari, yang ada di
lingkungan sekitar.

Anda mungkin juga menyukai