Anda di halaman 1dari 5

PEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARANNYA

RUANG KOLABORASI

“Memberikan Tanggapan terhadap Kasus di Ruang Kelas”

Dosen Pengampu : Otang Kurniawan, S. Pd., M. Pd

Kelompok PPL SD N 105 Pekanbaru:

1. Maresya Darmanti
2. Muhammad Nurkhodri
3. Yosi Agustin
4. Yulisa Puji Astari

PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN GELOMBANG I


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS RIAU
2023
1. Kasus I
Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda hendak
menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai rata-rata (mean).
Untuk memudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran, Anda mencoba untuk
membuat urutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat
mencari nilai rata-rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada peserta didik untuk
mengerjakan soal yang Anda berikan. Hasilnya, peserta didik mampu mengerjakan
dengan benar, sesuai dengan langkah yang telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian,
Anda meminta kepada peserta didik untuk mengulangi soal yang sama tanpa melihat
urutan pengerjaan soal, dan peserta didik mampu mengerjakannya dengan benar.

 Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik
pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?
Menurut saya, peserta didik mampu mengerjakan percobaan kedua dengan baik
adalah karena gaya belajar yang dimiliki peserta didik sama. Sebelumnya guru sudah
menyampaikan materi dengan urutan dan langka-langkah sehingga proses ini dinamakan
gaya auditori, dimana peserta didik semuanya lebih mudah mendengarkan dan mengingat
apa yang telah di sampaikan guru. Sehingga peserta didik bisa dengan mudah
mengerjakan soal dengan benar. Gaya belajar yang dimiliki peserta didik di dalam kelas
ini adalah gaya belajar Auditori, yaitu mengandalkan pendengaran untuk dapat
memahami dan mengingat informasi yang diberikan oleh guru. Ciri-ciri pelajar auditori
diantara yaitu suka mengingat dari apa yang di dengar, lebih mudah belajar dengan
mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan.
 Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas dapat
diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.
Sebagai seorang calon guru, metode yang tepat untuk diterapkan dengan gaya
belajar tersebut adalah metode Latihan (Drill). Karena metode Drill adalah metode yang
dapat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran atau informasi melalui bentuk
latihan-latihan. Berdasarkan penjelasan diatas, guru membuat urutan-urutan atau langkah-
langkah kemudian memberikan latihan soal. Bahkan latihan soal diberikan dengan
berulang dan sama sehingga peserta didik bisa memahami pelajaran tersebut dengan baik.
Dengan metode ini maka teori belajar yang berkaitan dengan gaya belajar siswa diatas
adalah Teori belajar social-kognitif. Karena teori belajar social-kognitif menekankan
pada pentingnya proses mengamati, mencontoh, dan meniru perilaku, sikap, atau reaksi
emosional orang lain dalam proses belajar. Salah satu Teori sosial-kognitif melibatkan
berbagai proses pembelajaran yang meliputi memperhatikan, mengingat, dan meniru
tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan respon rangsangan positif.
Sebagai guru, tentunya gaya belajar dan teori belajar mempengaruhi proses
pembelajarannya. Karena dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru bisa menentukan
metode belajar yang tepat untuk digunakan sehingga guru bisa mengetahui teori belajar
yang berkaitan dengan pembelajaran yang telah berlangsung.

2. Kasus II
Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisa
berhitung dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantu
setiap peserta didik menyelesaikan tantang belajarnya.
 Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya
sesuai dengan tahapan perkembangan usia?
Jawab:
Menurut kami yang dapat di lakukan rina pada tahapan ini adalah;
1. Memahami Tahapan Perkembangan Usia:
Rina harus memiliki pemahaman yang kuat tentang tahapan perkembangan usia
anak-anak di kelas 1 SD. Ini termasuk pemahaman tentang perkembangan
kognitif, sosial, emosional, dan fisik pada usia ini.
2. Memilih bahasa yang sesuai:
Rina harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan pemahaman siswa di usia
ini.
3. Menggunakan metode yang sesuai:
Rina harus menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif mereka. Misalnya, menggunakan gambar, cerita
sederhana, dan contoh nyata untuk menjelaskan konsep-konsep matematika. Serta
anak pada usia ini sangat suka bermain oleh karena itu rina harus kreatif dengan
menggabungkan permainan dengan pembelajaran agar anak bersemangat dalam
belajar
4. Mengkondisikan kelas:
Rina harus membuat linkungan yang nyaman saat mengajar di kelas.
5. Berkomunikasi dengan orang tua:
Perkembangan peserta didik tidak lepas dari peran orang tuanya, oleh karena itu
rina juga perlu berkomunikasi dengan orang tua siswa untuk memahami lebih baik
perkembangan dan kebutuhan anak-anak di rumah.
6. Melakukan evaluasi:
Rina harus berkala melakukan evaluasi pada perkembang peserta didiknya agar
rina tahu apakah ada perkembangan atau perubahan yang terjadi pada peserta
didiknya. Serat berguna agar rina tau metode yang dia ajarkan sudah tepat

 Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan


menyertakan teori yang berkaitan.
Jawab:
Kami menyarankan point di atas kerena sesuai dengan Teori konstruktivisme.
Konstruktivisme menekankan bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri
melalui pengalaman aktif dengan materi pembelajaran. Ini sesuai dengan tahapan
perkembangan kognitif anak-anak, di mana mereka lebih aktif dalam menjelajahi dan
memahami dunia di sekitar mereka. Di bandingkan dengan teori belajar yang lain
seperti behaviorisme di mana teori ini berfokus pada respons eksternal siswa terhadap
rangsangan atau stimulus eksternal. Pembelajaran lebih terfokus pada perubahan
perilaku yang dapat diukur. Sedangkan Teori konstruktivisme menekankan bahwa
siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka melalui pengalaman, refleksi, dan
pemahaman internal.

3. Kasus III
Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah Bali. Ia
mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan materi teks
deskripsi pada peserta didiknya. Pada buku cetak yang menjadi panduannya saat
mengajar, terdapat beberapa contoh teks deskripsi menceritakan tentang bangunan-
bangunan pencakar langit yang ada di Ibu Kota. Dengan memperhatikan latar belakang
setiap peserta didiknya, Made pun mencoba untuk memberikan contoh berbeda. Ia
memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan makanan khas di Bali.
 Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai? Mengapa
demikian?
Menurut saya sudah sesuai, hal ini dikarenakan Bu Made sudah memahami setiap
individu peserta didiknya di kelas selain itu dengan memperhatikan latar belakang peserta
didik di kelasnya bu Made berinisiatif untuk mencari contoh yang berbeda dari buku
cetak, Bu Made juga membuat pembelajaran dikelas menjadi sebuah pembelajaran yang
berbasis konstektual dan lingkungan dimana sebagai contohnya ialah pada materi teks
deksripsi bu Made memberikan contoh teks deksripsi tentang pantai dan makanan khas
Bali, contoh yang digunakan Bu Made merupakan hal yang dekat dengan individu setiap
peserta didik di daerah Bali sehingga dapat membantu peserta didik lebih memahami
materi yang diajarkan.

 Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan
menyertakan teori yang berkaitan.
Jawab : Prinsip yang digunakan made dalam kasus tersebut ialah prinsip yang
memodifikasi materi di dalam pembelajaran. Made memodifkasi atau memvariasikan
materi dengan materi yang lain tetapi masih tetap di dalam topik atau tidak melenceng
dari topik. Made memodifkasi atau memvariasikan materi itu dikarenakan made ingin
melihat atau memperhatikan setiap peserta didiknya dari latar belakangnya.
Adapun teori yang berkaitan tentang prinsip yang made gunakan dalam proses
pembelajaran ialah ada 2 teori :
1. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme merupakan sebuah teori yang menempatkan peserta
didik sebagai individu yang membangun pemahaman dan memahami informasi secara
aktif sepanjang proses pembelajaran. Dalam sudut pandang ilmu psikologi,
konstruktivisme dikenal sebagai pendekatan yang memandang bahwa setiap individu
dapat membangun pemahaman serta pengetahuan mereka sendiri melalui berbagai
pengalaman yang telah dimilikinya. Penerapan teori belajar konstruktivisme memandang
bahwa belajar bukan hanya sekadar menerima secara pasif informasi yang disampaikan
oleh guru. Dengan kata lain, teori belajar konstruktivisme memaknai pembelajaran
sebagai proses pengonstruksian pengetahuan yang bersifat aktif dan personal.
Contoh Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme di Kelas, yaitu mendorong kemandirian
dan inisiatif peserta didik dalam belajar. Dengan menghargai gagasan atau pemikiran
peserta didik serta mendorong peserta didik berpikir mandiri, berarti guru telah
membantu peserta didik menemukan identitas intelektual mereka. Para peserta didik yang
merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya
berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri
serta menjadi pemecah masalah (problem solvers).
2. Teori Belajar Humanistik
Teori Belajar Humanistik atau sering juga disebut sebagai teori belajar humanistik
adalah satu dari beberapa teori belajar yang sering digunakan oleh guru maupun tenaga
pengajar lainnya. Secara garis besar, teori ini bertujuan untuk menghasilkan hal baik bagi
kemanusiaan supaya bisa mencapai aktualisasi diri dan membuat individu mampu
mengenali dirinya sendiri. Pada prinsipnya, tujuan teori belajar humanistik adalah
memanusiakan manusia, sehingga seorang individu bisa lebih mudah dalam memahami
diri dan lingkungannya untuk mencapai aktualisasi diri. Berdasarkan teori ini, seorang
pendidik harus mampu mengarahkan (menjadi fasilitator) tanpa ikut campur terlalu
mendalam pada proses pengendalian diri peserta didik, sehingga diharapkan bisa tercapai
tujuan pembelajaran.
Contoh penerapan teori humanistik di ruang kelas. (1) Pada awal kegiatan belajar,
guru mengidentifikasi kemampuan peserta didik dengan melakukan pengamatan atau
penilaian awal. (2) Guru mendorong peserta didik untuk memahami makna dari
pengalaman dalam proses belajar. (3) Guru menyediakan fasilitas dan sumber belajar,
baik buku, media visual, maupun audio untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang
beragam. Kenapa dua teori tersebut saling berkaitan ? Karena dua teori tersebut sama-
sama berpusat pada peserta didik dan memberikan perserta didik dapat aktif dan
berpastisipasi dalam proses pembelajaran. Dan dalam teori tersebut melihat dan megenali
latar belakang peserta didik, sampai mana pemahaman dan kemampuan peserta didik itu
dalam memahami materi yang diberikan oleh gurunya.

Anda mungkin juga menyukai