Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RUANG KOLABORASI TEORI BELAJAR

DAN MOTIVASI BELAJAR ANAK

TUGAS PERKULIAHAN
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan perkuliahan
“Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya” yang diampu oleh Dra. Emidar,
M.Pd.

Nama Anggota Kelompok:


Eriska Kurnia
Fionie Ayu Syafitri
Jesica Sihotang
Marisa Nurmalia
Meidilla Islamiati Pajri

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
1. Bagaimana penerapan teori behavioristik, teori sosial kognitif, dan teori konstruktivisme di
dalam kelas!
Penerapan teori behaviorisme dalam pembelajaran di sekolah:
Belajar dalam pendekatan behaviorisme tidak terlepas dari stimulus yang sudah dibuat oleh guru
agar siswa mampu mengulangi atau berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh guru.
Pemberian stimulus berulang sehingga terjadi pembiasaan, dilakukan kepada peserta didik tentu
saja harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Adanya stimulus sesungguhnya menjadi sebuah
perangkat keras agar proses dan hasil belajar bisa dikembangkan sedemikian rupa namun tetap
berada dalam konteks tujuan pembelajaran.
Berikut ini merupakan contoh penerapan teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran di
kelas antara lain:
a. Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai dari materi sederhana
sampai kompleks.
b. Guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama mengajar.
c. Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada siswa maka guru akan
segera diperbaiki.
d. Guru memberikan banyak drilling dan latihan agar terbentuk perilaku atau pembiasaan
seperti yang diinginkan.
e. Evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.
f. Guru dituntut memiliki kemampuan memberikan penguatan (reinforcement), baik dari sisi
positif dan negatif.
Contoh penerapan belajar behavioristik dalam pembelajaran:
1) Guru memberikan penguatan atau umpan balik pada hasil kerja siswa, dapat berupa pujian,
persetujuan, pemahaman, ataupun motivasi terhadap siswa. Dengan adanya penguatan-
penguatan ini, prestasi siswa dalam belajar semakin meningkat.
Contohnya, guru memberikan apresiasi berupa pujian kepada siswa yang berhasil
menyelesaikan tugas dengan baik. Dengan demikian, siswa tersebut akan terus termotivasi
untuk menjadi yang terbaik di hadapan gurunya.
2) Hari pertama saya mengajar saya menyampaikan beberapa peraturan selama saya mengajar
di dalam kelas contohnya tidak boleh makan. Nah, ketika itu semua sepakat dengan
peraturaan yang saya buat. Pada suatu hari ada seorang siswa yang melanggar aturan di
dalam kelas. Siswa ini memakan makanan ringan di dalam kelas. Ketika itu saya langsung
menegur siswa tersebut dan siswa terebut langsung menyimpan makanannya dan berjanji
tidak akan mengulanginya kembali. Memang benar ketika itu selang beberapa minggu
siswa ini memang tidak melanggar aturan. Tapi ketika minggu berikutnya siswa ini
melanggar kembali dan seketika saya tidak menegur hanya melihat saja. Sontak siswa
tersebut menyimpan makanannya lalu meminta maaf dan berjanji tidak mengulanginya
kembali. Saya tidak mengeluarkan kata apa-apa dan hanya diam saja. Karena kejadian itu
setiap pertemuan sampai pertemuan saya berakhir kemari siswa tersebut tidak lagi
kebiasaan makan di dalam kelas.
3) Membuat sistem point bagi siswa yang melanggar seperti siswa yang merokok, membawa
handphone, pakaian yang tidak rapi,tawuran, dll.
4) Dalam pembuatan teks prosedur, harus dilakukan dengan langkah-langkah yang sesuai.
Misalnya prosedur pembuatan nasi goreng, jika dilakukan dengan langkah-langkah dan
bahan-bahan yang kurang tepat makan hasilnya tidak akan memuaskan, lalu siswa diminta
mengulang dan mempraktekkan kembali takaran bahan dan pembuatan nasi goreng, hingga
menghasilkan nasi goreng yang enak. Jadi, dengan melakukan stimulus dam respon seperti
ini siswa dapat menerapkan bahan-bahan, alat, dan langkah-langkah pembuatan nasi
goreng dengan tepat.

Penerapan teori kognitif sosial dalam pembelajaran:


Pada menerapkan teori belajar kognitif, seorang guru perlu fokus pada proses berpikir siswa dan
memberikan strategi yang tepat berdasarkan fungsi kognitif mereka. Libatkan siswa dalam
berbagai kegiatan, seperti memberikan waktu bagi mereka untuk bertanya, kesempatan untuk
membuat kesalahan dan memperbaikinya berdasarkan hasil pengamatan, serta merefleksikan diri
agar dapat membantu mereka dalam memahami proses mental.
Di bawah ini terdapat beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan seorang guru dalam
pembelajaran kognitif, antara lain:
a. Minta siswa untuk merefleksikan pengalaman mereka melalui pembuatan jurnal atau
laporan harian tentang kegiatan apa saja yang mereka lakukan.
b. Mendorong diskusi berdasarkan apa yang diajarkan dengan meminta siswa untuk
menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas dan ajak siswa lainnya untuk mengajukan
pertanyaan.
c. Membantu siswa menemukan solusi baru untuk suatu masalah untuk mengembangkan cara
berpikir kritis.
d. Minta siswa untuk memberikan penjelasan tentang ide atau pendapat yang mereka miliki.
e. Membantu siswa dalam mengeksplorasi dan memahami bagaimana ide-ide bisa terhubung.
f. Meningkatkan pemahaman dan ingatan siswa melalui penggunaan visualisasi dan
permainan dalam menyampaikan materi.

Contoh penerapan belajar sosial kognitif dalam pembelajaran:


1. Minta siswa untuk merefleksikan pengalaman mereka melalui pembuatan jurnal atau laporan
harian tentang kegiatan apa saja yang mereka lakukan.
Contohnya, guru meminta siswa membuat teks laporan hasil observasi dimana siswa harus
membuat teks tersebut berdasarkan pengamatan atau observasi yang telah dilakukannya.
2. Saya melakukan pembelajaran dengan mengajak siswa untuk membuat teks iklan. Siswa
diperintahkan untuk melihat produk apa saja yang siswa pakai dan ditugaskan membawa satu
produk ke sekolah. Nah dari sana siswa akan membuat iklan dari produk yang mereka bawa.
Sebelum itu dilakukan, saya sebagai guru mencontohkan bagaimana membuat iklan yang baik
dengan membawa bahan yang akan diiklankan. Agar hasilnya konkret siswa tersebut
diperintahkan juga mendata pengalaman orang yang pernah memakai produk yang akan di
iklankan tersebut.
3. Penerapannya di dalam kelas dapat berupa siswa dibagi dalam bentuk kelompok dan berdiskusi
tentang materi yang dibahas dengan mengunakan Bahasa yang mudah dipahami . dengan
melakukan hal ini semua ikut terlibat secara aktif. Selain itu, guru juga menggunakan Bahasa
yang mudah dipahami siswa dan memberikan siswa kesempatan memperbaiki diri dan
menyelesaikan jika membuat kesalahan.
4. Dalam membuat teks diskusi, diambil sebuah topik tentang penggunaan internet, diminta dua
kelompok yang satu pro dan satu lagi kontra untuk saling berdiskusi tentang menggunaan
internet pada remaja saat-saat ini, apakah baik atau tidak, lalu siswa diminta memberikan
pertanyaan dan yang lain menjawab secara bersama, sehingga siswa dapat menemukan solusi
baru dalam menggunakan internet.

Penerapan teori konstruktivisme dalam pembelajaran:


a. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar. Dengan menghargai gagasan atau
pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru telah membantu siswa
menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan
dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab
terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solvers).
b. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada
siswa untuk merespons. Berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas
dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan
cara siswa merespons atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun
keberhasilan dalam melakukan penyelidikan atas informasi yang diterimanya.
c. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking). Guru yang menerapkan
proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu menjangkau
hal–hal yang berada di balik respons faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk
menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi dan
mempertahankan gagasan atau pemikirannya.
d. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya. Dialog
dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangat
membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka
memiliki kesempatan untuk mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan
gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuan sendiri yang
didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyaman dan aman untuk mengemukakan
gagasan-gagasan mereka, maka dialog yang sangat bermakna akan tercipta di dalam kelas.
e. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi. Jika
diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi, sering kali siswa menghasilkan
hipotesis tentang informasi maupun kejadian yang sedang dialaminya. Guru yang menerapkan
konstruktivisme dalam pembelajaran memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk menguji hipotesis mereka, terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata.
f. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif. Proses
pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa dalam
mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Guru kemudian membantu
siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena
alam tersebut secara bersama-sama.
Contoh penerapan belajar konstruktivisme dalam pembelajaran:
1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan memberikan materi ataupun
pertanyaan. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa
lainnya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk mengemukakan apa yang mereka
pikirkan dan mendengarkan gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun
pengetahuan sendiri yang didasarkan atas pemahaman sendiri.
2) Pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi teks deskripsi, siswa dibentuk menjadi
beberapa kelompok dan guru membagikan sebuah gambar. Dari gambar tersebut siswa
diminta untuk menulis apa yang mereka lihat di gambar itu. Lalu dijabarkan membentuk
sebuah kalimat dan paragraf. Setelah tersuusn barulah guru melihat hasil kerja siswa, dari
hasilkerja tersebut nanti sisiwa bias mengetahu pengertian dari tesk deskripsi dan apa saja
struktur serta tujuan dari teks deskripsi tersebut.
3) Penerapan teori dapat berupa guru meminta siswa mencari informasi seputar materi yang
akan dipelajari dari berbagai sumber dan menyiapkan pertanyaan seputar materi tersebut.
Siswa juga diminta terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru atau siswa
lainnya. Guru mendorong siswa mengemukakan gagasan-gagasan yang dimiliki oleh
siswa.
4) Siswa diminta untuk membuat sebuah cerpen berdasarkan pengalaman yang pernah
dialami. Langkah pertama yang akan dilakukan adalah dengan bertanya kepada siswa,
pengalaman baik ataupun buruk yang pernah mereka alami, lalu dari pengalaman tersebut
dibuatlah sebuah cerpen dengan menambahkan unsur-unsur lainnya. Setelah itu mereka
diminta untuk menganalisis, struktur dan kaidah kebahasaan dalam cerpen masing-masing,
tahapan terakhir mereka diminta berdiskusi di dalam kelas mengenai cerpen yang mereka
buat dan analisis.

Tambahan:
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses usaha yang
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi
aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, tingkah laku, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.

Teori behavioristik lebih mementingkan pengaruh lingkungan, sedangkan teori kognitif lebih
fokus pada apa yang ada dalam diri. Jika teori behavioristic mementingkan pada bagian-bagian,
teori kognitif memandang secara keseluruhan. Perbedaan lainnya adalah dalam teori belajar
behavioristik hasil belajar terbentuk secara mekanis, sedangkan dalam teori kognitif terjadi
kesinambungan dalam diri.

2. Berikan penjelasan model-model pembelajaran apa saja yang terbentuk berdasarkan prinsip
konstruktivisme

a. Discovery Learning
Siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri. Siswa belajar untuk mandiri
dalam memecahkan masalah dan memiliki keterampilan berpikir kritis, karena mereka
harus menganalisis dan mengelola informasi.
b. Reception Learning
Guru menyiapkan situasi belajar, memilih materi-materi yang tepat untuk siswa, kemudian
menyampaikannya dalam bentuk pengajaran yang terorganisasi dengan baik, mulai dari
umum ke hal-hal yang lebih terperinci.
c. Assisted Learning
Suatu model pembelajaran yang lebih menekankan pada subjek yaitu siswa. Dimana siswa
berperan aktif dalam proses pembelajaran berlangsung, dan peran guru hanya sebagai
fasilitator dan mediator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik.
Metode pembelajaran assisted learning terdiri atas:
1) metode scaffolding, yaitu sebuah dukungan untuk belajar dan memecahkan
problem. Guru dapat membantu belajar siswa dengan menunjukkan keterampilan-
keterampilan, mengajak siswa melalui tahap-tahap untuk menyelesaikan masalah,
atau memberikan feedback terhadap hasil kerja siswa, sehingga siswa mendapatkan
masukan dari hasil kerjanya, dan selanjutnya dapat digunakan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah dikuasainya.
2) metode tutor sebaya, yaitu pembelajaran antar peserta didik. Peserta didik yang
lebih mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri dapat membantu peserta didik
lain yang kurang mampu, sehingga siswa yang kurang berprestasi bisa mengatasi
ke tertinggalannya.
d. Active Learning
Active learning (pembelajaran aktif) secara sederhana didefinisikan sebagai metode
pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Active learning
menekankan pada proses pembelajaran, bukan dengan penyampaian materi oleh guru.
e. Contextual Teaching and Learning
Model pembelajaran yang menuntut kreatifitas guru dalam mengaitkan materi yang
diajarkannya dengan kehidupan nyata siswa guna membantu siswa untuk lebih mudah
memaknai materi tersebut.
f. Cooperative Learning
Model pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa yang lebih pandai dalam
sebuah kelompok kecil yang hasilnya akan dipresentasikan kepada kelompok lain di dalam
kelas.

3. Rencana untuk meningkatkan motivasi para siswa yang ada di kelas dengan gambaran
sebagai berikut:
a. Tania, 7 tahun, memiliki kemampuan rendah dan keinginan yang rendah untuk sukses.

Jawaban: guru harus memahami karakteristik Tania, setelah mengetahui karakteristik Tania
guru memberikan motivasi dan sugesti kepada Tania. Motivasi dan sugesti dapat berupa hal-
hal nyata yang ada di kehidupan. Misalnya, ketika Tania memilih menajdi anak pemalas maka
Tania akan mendapatkan resiko yang tidak baik untuk kehidupannya. Begitupun sebaliknya,
jika Tania memilih menjadi anak yang rajin maka dia akan mendapatkan kehidupan yang baik
nantinya. Untuk penguatan agar Tania bisa termotivasi lagi guru memberikan pengamatan
dengan lingkungan yang berada di sekitarnya. Contohnya dilihatkanlah beberapa usaha atau
kerja keras seseorang yang sukses. Setelah dilihatkan contoh orang sukses itu kepada Tania
tentu Tania akan melihat bagaimana kehidupan orang sukses itu tidaklah gampang. Untuk
mencapai kesuksesan tersebut harus berusaha dan bekerja keras. Sehingga nantinya jika Tania
sukses maka dia akan menikmati hasil dari kerja kerasnya tersebut.

b. Samuel, 10 tahun, yang bekerja keras untuk menjaga harga dirinya pada tingkat tinggi,
tetapi memiliki rasa takut akan gagal yang kuat

Jawaban: guru meluangkan waktu untuk berdiskusi atau berbincang dengan Samuel. Guru
bertanya tentang penyebab Samuel memiliki rasa takut akan kegagalan. Sebelumnya guru
telah mengapresiasikan sikap kerja keras Samuel. Nah, dari apresiasi yang diberikan guru
memberikan masukan kepada Samuel untuk selalu berfikir positif, tidak merasa cemas
berlebihan, membantu Samuel melihat sisi baik dari kegagalan bahwa kegagalan itu tidak
selamanya buruk. Karena dari kegagalanlah kesuksesan itu ada. Selain itu, guru juga
memberikan penguatan tentang kepercayaan diri. Memiliki kepercayaan diri sangat penting,
akan tetapi ketika memiliki kepercayaan diri yang berlebihan maka Samuel takut untuk
melakukan hal-hal yang menurutnya beresiko akan kegagalan.

c. Sandra, 13 tahun, yang tenang di kelas dan meremehkan keterampilan mereka.

Jawaban: tindakan guru pertama harus menyadarkan Sandra bahwa yang diperbuatnya salah.
Lakukan pendekatan kepada Sandra tersebut dan ajak berbicara dengan baik. Setelah
mendengarkan penjelasan dari Sandra tersebut guru memberikan nasehat atau arahan kepada
Sandra tersebut kearah yang lebih baik. Bagaimana cara kita memandang orang itu tidak
rendah. Tidak merendahkan kemampuan teman serta menjelaskan bahwa semua manusia itu
unik. Mempunyai karakter dan kepribadian masing-masing. Nah dari situlah kita melihat
bahwa semua manusia itu harus dihargai bagaimanapun kemampuannya. Sifat saling
menghargai harus ditanamkan sejak dini. Tidak hanya menghargai orang yang lebih dewasa
saja tetapi juga teman sebaya dan sepermainannya.

d. Robert, 16 tahun, yang menunjukkan sedikit minat di sekolah dan saat ini tinggal
bersama dengan bibinya (Anda sudah tidak dapat menghubungi orangtuanya)

Jawaban: usia 16 tahun adalah usia masa remaja. Posisi Robert saat ini memasuki fase remaja.
Pada fase remaja ini Robert sedang mencari jati dirinya. Dia membutuhkan teman atau sosok
orang yang dewasa untuk bercerita.nah kita sebagai guru melakukan pendekatan kepada
Robert dan mendengarkan keluh kesah tentang minat dia disekolah. Setelah mendengarkan
perkatan Robert kita sebagai guru ikut membantu pola pikirnya agar mengarah kearah yang
lebih positif. Saat ini Robert membutuhkan perhatian untuk pengembangan kepribadiannya.
Guru disin mengambil perhatian tersebut agar Robert bisa diarahkan ke yang lebih baik.
Menenangkan hati Robert agar Robert memiliki rasa percaya bahwa yang dilakukannya pada
masa sekarang ini berdampak pada masa yang akan datang. Memperlihatkan kepada Robert
contoh bahwa pendidikan itu sangat penting. Guru juga memberikan kata-kata motivasi kepada
Robert tentang kehidupan sekarang ini bukan hanya diraskan sekarang tetapi juga dimasa yang
akan datang.

Anda mungkin juga menyukai