Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dita Hardiana, S.

Pd
Nim : 230211105850
Kelompok : 3 (Tiga)

Soal:

1. Berikan penjelasan bagaimana penerapan teori behavioristik, teori sosial kognitif, dan teori
konstruktivisme di dalam kelas!
2. Berikan penjelasan model-model pembelajaran apa saja yang terbentuk berdasarkan prinsip
konstruktivisme!
3. Diskusikan dalam kelompok, buatlah rencana untuk meningkatkan motivasi para siswa yang
ada di kelas dengan gambaran sebagai berikut:
a. Tania, 7 tahun, memiliki kemampuan rendah dan keinginan yang rendah untuk sukses.
b. Samuel, 10 tahun, yang  bekerja keras untuk menjaga harga dirinya pada tingkat tinggi,
tetapi memiliki rasa takut akan gagal yang kuat
c. Sandra, 13 tahun, yang tenang di kelas dan meremehkan keterampilan mereka.
d. Robert, 16 tahun, yang menunjukkan sedikit minat di sekolah dan saat ini tinggal
bersama dengan bibinya (Anda sudah tidak dapat menghubungi orangtuanya)

Jawaban:
1. Penerapan teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran di kelas antara lain:
1) Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai dari materi sederhana
sampai kompleks.
2) Guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama mengajar.
3) Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada siswa maka guru akan
segera diperbaiki.
4) Guru memberikan banyak drilling dan latihan agar terbentuk perilaku atau pembiasaan
seperti yang diinginkan.
5) Evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.
6) Guru dituntut memiliki kemampuan memberikan penguatan (reinforcement), baik dari sisi
positif dan negative.
Penerapan teori belajar sosial kognitif dalam proses pembelajaran di kelas antara lain:
1) Seorang guru perlu fokus pada proses berpikir siswa dan memberikan strategi yang tepat
berdasarkan fungsi kognitif mereka.
2) Libatkan siswa dalam berbagai kegiatan, seperti memberikan waktu bagi mereka untuk
bertanya, kesempatan untuk membuat kesalahan dan memperbaikinya berdasarkan hasil
pengamatan, serta merefleksikan diri agar dapat membantu mereka dalam memahami
proses mental.
3) Minta siswa untuk merefleksikan pengalaman mereka melalui pembuatan jurnal atau
laporan harian tentang kegiatan apa saja yang mereka lakukan.
4) Mendorong diskusi berdasarkan apa yang diajarkan dengan meminta siswa untuk
menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas dan ajak siswa lainnya untuk mengajukan
pertanyaan.
5) Membantu siswa menemukan solusi baru untuk suatu masalah untuk mengembangkan cara
berpikir kritis.
6) Minta siswa untuk memberikan penjelasan tentang ide atau pendapat yang mereka miliki.
7) Membantu siswa dalam mengeksplorasi dan memahami bagaimana ide-ide bisa terhubung.
8) Meningkatkan pemahaman dan ingatan siswa melalui penggunaan visualisasi dan
permainan dalam menyampaikan materi.
Penerapan teori konstruktivisme dalam proses pembelajaran di kelas antara lain:
1) Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar. Dengan menghargai gagasan
atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru telah membantu
siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-
pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan
tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah
(problem solvers).
2) Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada
siswa untuk merespons. Berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali
atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan
pertanyaan dan cara siswa merespons atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu
membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan atas informasi yang diterimanya.
3) Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking). Guru yang menerapkan
proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu
menjangkau hal–hal yang berada di balik respons faktual yang sederhana. Guru mendorong
siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi,
justifikasi dan mempertahankan gagasan atau pemikirannya.
4) Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya. Dialog
dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangat
membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika
mereka memiliki kesempatan untuk mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan
mendengarkan gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuan
sendiri yang didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyaman dan aman untuk
mengemukakan gagasan-gagasan mereka, maka dialog yang sangat bermakna akan tercipta
di dalam kelas.
5) Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi. Jika
diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi, sering kali siswa
menghasilkan hipotesis tentang informasi maupun kejadian yang sedang dialaminya. Guru
yang menerapkan konstruktivisme dalam pembelajaran memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada siswa untuk menguji hipotesis mereka, terutama melalui diskusi kelompok
dan pengalaman nyata.
6) Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif.
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa
dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Guru kemudian
membantu siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang
fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.

2. Model-model pembelajaran yang terbentuk berdasarkan prinsip konstruktivisme:


Pembelajaran yang relevan dengan model CTL, yang antara lain adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran Berbasis Masalah. Sebelum memulai proses pembelajaran di depan kelas,
siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa
diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah itu, tugas guru
adalah merangsang siswa untuk berfikir kritis memecahkan masalah, dan selanjutnya
mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif
yang berbeda di antara mereka.
2) Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru
memberikan penugasan yang dapat dilakukan diberbagai konteks lingkungan siswa antara
lain madrasah/sekolah, keluaraga dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru
memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar di luar kelas. Misalnya, siswa keluar dari
ruang kelas dan berinteraksi langsung untuk melakukan wawancara. Siswa diharapkan
dapat memperoleh pengalaman langsung Tentang apa yang sedang dipelajari. pengalaman
belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai
penguasaan standar kompetensi. Kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
3) Membuat Aktifitas Kelompok Aktivitas belajar kelompok dapat memperluas perspektif
serta membangun kecakapan interpersonaliperhatika untuk berhubungan dengan orang lain.
Guru dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima maupun delapan siswa sesuai dengan
tingkat kesulitan penugasan.
4) Membuat aktivitas belajar mandiri Siswa dituntut untuk mampu mencari, menganalisis dan
menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Supaya dapat
melakukannya, siswa harus lebih diperhatikan bagaimana mereka memproses informasi,
menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang telah
mereka peroleh. Model pembelajaran kontekstual harus terlebih dahulu melakukan uji coba,
menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi, serta guru supaya dapat
melakukan proses pembelajaran secara mandiri (independent learning).
5) Membuat aktivitas belajar kerjasama dengan masyarakat Madrasah/sekolah dapat
melakukan kerjasama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk
menjadi guru tamu. Hal ini perlu dilakukan guna memberikan pengalaman belajar secara
langsung dimana siswa dapat motivasi untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu, kerja sama
juga dapat dilakukan dengan institusi atau pekerjaan tertentu untuk memberikan
pengalaman kerja.
6) Menerapkan penilaian autentik Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat
membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah
diperoleh dari sitiuasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik memberikan
kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama
proses belajar-mengajar. Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru
adalah portofolio, tugas kelompok, demonstrasi dan laporan tertulis
Model Jigsaw
Model pembelajaran ini dapat digunakan jika materi yang akan di pelajari dapat dibagi
menjadi beberapa bagian. Materi tersebut tidak harus disampaikan secara berurutan. Model
ini dapat melibatkan seluruh siswa dalam kelas dan sekaligus dapat melatih siswa untuk
dapat mengajarkan sesuatu kepada orang lain.
Tanya Jawab
Model pembelajaran tanggung jawab dapat digunakan untuk meninjau ulang pelajaran yang
telah disampaikan dalam proses pembelajaran sebelumnya. Selain itu, model pembelajaran
tanya jawab ini juga dapat mengarahkan pengamatan dan pemikiran siswa dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran tanya jawab dapat digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran di kelas, karena beberapa alasan sebagai berikut:

3. Rencana Untuk Meningkatkan Motivasi Para Siswa yang Ada Di Kelas:


a. Kasus Tania yang memiliki kemampuan rendah dan keinginan rendah untuk sukses:
1) Memberikan Tania les khusus dan terus memuji saat Tania mengerjakan soal dengan
benar.
2) Memberikan dorongan dalam diri Tania bahwa jika dia sebenarnya bisa tapi harus
usaha lebih keras lagi agar bisa sukses dimasa depan.
b. Kasus Samuel yang bekerja keras untuk menjaga harga dirinya pada tingkat tinggi tetapi
memiliki rasa takut akan gagal yang kuat:
1) Memberi pendekatan pada Samuel bahwa tidak semua akan berjalan dengan sempurna
sesuai dengan Samuel inginkan.
2) Memberikan dukungan pada Samuel bahwa kegagalan merupakan awal dari
kesuksesan.
c. Kasus Sandra yang tenang di kelas dan meremehkan keterampilan mereka:
1) Memberi pendekatan pada Sandra bahwa manusia itu adalah makhuk sosial yang tidak
bisa hidup tanpa orang lain.
2) Memberikan motivasi pada Sandra bahwa setiap orang memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dan harus saling menghargai.
d. Kasus Robert yang menunjukkan sedikit minat di sekolah dan saat ini tinggal bersama
bibinya (Guru sudah tidak dapat menghubungi orang tuanya):
1) Memberi contoh konkret akibat jika anak laki-laki tidak bersekolah terkait dengan masa
ke depannya.
2) Memberikan dukungan pada Robert bahwa seorang laki-laki harus bersekolah dan
memiliki pendidikan tinggi agar orang tuanya bangga.
3) Berkerja sama dengan bibi Robert agar mengawasi Robert dan terus memberi motivasi
agar Robert kembali termotivasi untuk bersekolah.

Anda mungkin juga menyukai