Anda di halaman 1dari 7

2.

1 Teori Konstruktivisme

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat


generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi bagi dunia
pendidikan. Konstruktivisme berarti bersifat membangun. Dalam konteks filsafat
pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup
yang berbudaya modernMenurut buku Belajar dan Pembelajaran  (2016),
konstruktivisme merupakan suatu aliran filsafat ilmu, psikologi, dan teori belajar
mengajar yang menekankan kalau pengetahuan adalah konstruksi atau bentukan
kita sendiri.

Setiap individu belajar dengan cara membentuk pengetahuan itu dan memberi
makna melalui pengalaman sebelumnya. Jadi, teori Belajar Konstruktivisme
fokus pada pengetahuan yang dibangun dengan mengadaptasi informasi baru
melalui pengalaman yang sudah ada. Siswa aktif membina pengetahuan
berdasarkan pengalaman yang telah ada.

Kosntruksivisme menyoroti interaksi orang-orang dan situasi-situasi dalam


penguasaan dan penyempurnaan keterampilan-keterampilan dan pengetahuan.
Konstuktivisme memiliki asumsi yang sama dengan teori kognitif sosial yang
mengarahkan bahwa orang, prilaku, dan lingkungan berinteraksi secara timbal
balik. Adapun asumsi-asumsi dari konstruktivisme adalah Kedua. Guru
sebaiknya tidak mengajar dalam artian menyampaikan pelajaran dengan cara
tradisional kepada sejumlah siswa. Guru seharusnya membangun situasi-situasi
sedemikian rupa sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dengan materi
pelajaran melalui pengolahan materi-materi dan interaksi sosial. Maksudnya
seorang pendidik atau guru dituntut untuk lebih aktif dan menarik dalam
menjelaskan, selain itu juga guru harus bisa menggunakan media dalam proses
pembelajaran. Jangan hanya menggunakan metode-metode yang sudah lama atau
jaman dulu, seperti ceramah, mencatat sampai habis, akan tetapi guru harus
mengajar dengan cara bagaimana supaya siswa harus di buat aktif dan masuk
dalam pembelajaran tersebut. Adapun aktivitas-aktivitas pembelajaran meliputi
mengamati fenomenafenomena, mengumpulkan data-data, merumuskan dan
menguji hipotesis-hipotesis, dan bekerja sama dengan orang lain. Kegiatan
lainnya adalah mengajak siswa mengunjungi lokasi-lokasi di luar ruangan kelas.
Guru-guru dari berbagai disiplin ilmu diperlukan untuk merencanakan kurikulum
bersama-sama. Siswa perlu diarahkan untuk dapat mengatur diri sendiri dan
berperan aktif dalam pembelajaran mereka dengan menentukan tujuan-tujuan,
memantau dan mengevaluasi kemajuan mereka, dan bertindak melampaui
standar-standar yang disyaratkan bagi mereka dengan menelusuri hal-hal yang
menjadi minat mereka., pertama, manusia merupakan siswa aktif yang
mengembangkan pengetahuan bagi diri mereka sendiri. Di mana siswa diberikan
keluasan untuk mengembangkan ilmu yang sudah didapatkan tersebut, baik
dengan melakukan latihan, melakukan eksperimen maupun berdiskusi sesama
siswa. Dengan hal seperti itu maka ilmu-ilmunya tersebut akan berkembang dan
bertambah.

Psikolog Rusia Lev Semionovich Vygotsky, berkaitan dengan perkembangan


intelektual siswa, mengemukakan bahwa perkembangan intelektual siswa dapat
dipahami hanya dalam konteks budaya dan sejarah pengalaman siswa dan
mempercayai bahwa perkembangan intelektual bergantung pada sistem tanda
(sign system) yang individu berkembang dengannya. Sistem tanda adalah simbol-
simbol yang secara budaya diciptakan untuk membantu orang berpikir,
berkomunikasi, dan memecahkan masalah, misalnya budaya bahasa, sistem
tulisan, dan sistem perhitungan.

Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat prinsip


1. Pembelajaran sosial (sosial leaning). Pendekatan pembelajaran yang
dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky
menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan
orang dewasa atau teman yang lebih cakap;
2. ZPD (zone of proximal development). Bahwa siswa akan dapat
mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD.
Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan
masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah
mendapat bantuan orang dewasa atau temannya (peer);
3. Masa magang kognitif (cognitif apprenticeship). Suatu proses yang
menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan
intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang
dewasa, atau teman yang lebih pandai;
4. Pembelajaran termediasi (mediated learning). Vygostky
menekankan pada scaffolding. Siswa diberi masalah yang
kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan
secukupnya dalam memecahkannya.
5.
Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam pembela-
jaran. Lingkungan sekitar siswa meliputi orang-orang, kebudayaan, termasuk
pengalaman dalam lingkungan tersebut. Orang lain merupakan bagian dari
lingkungan, pemerolehan pengetahuan siswa bermula dari lingkup sosial, antar
orang, dan kemudian pada lingkup individu sebagai peristiwa internalisasi.
Banyak pemerhati pendidikan yang mengembangkan model pembelajaran
berdasar teori pembelajaran Vygotsky, misalnya model pembelajaran kooperatif,
model pembelajaran peer interaction, model pembelajaran kelompok, dan model
pembelajaran problem posing.
2.1.1 Konsep Dasar Teori Konstruktivisme
Prinsip dasar teori belajar konstruktivisme yaitu:
a. Kaitannya dengan pembelajaran, siswa harus mampu membina
pengetahuan secara mandiri
b. Membina pengetahuan secara mandiri melalui proses saling
mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran
terbaru
c. Unsur penting dalam teori ini adalah membina pengetahuan dirinya
secara aktif dengan membandingkan informasi terbaru dengan
pemahaman yang telah ada.
d. Salah satu faktor utama dalam motivasi pembelajaran adalah
keseimbangan. Faktor ini berlaku jika siswa sadar bahwa gagasannya
tidak konsisten atau tidak sesuai pengetahuan ilmiah.

e. Bahan ajar perlu berkaitan dengan pengalaman siswa untuk menarik


minat

2.1.2 Ciri-ciri Teori Belajar Konstruktivisme


Ciri-ciri teori belajar konstruktivisme yaitu:

a. Menampung ide-ide yang muncul dari peserta didik yang dijadikan


dasar untuk membuat perencanaan pembelajaran.

b. Memberikan kesempatan kepada pelajar untuk mengajukan ide dan


melakukan tanya jawab.

c. Memberikan pemahaman tentang pentingnya proses dan hasil


pembelajaran.
d. Memberikan peluang bagi peserta didik untuk mendapatkan wawasan
baru lewat keterlibatan dalam dunia nyata.

e. Menggalakkan proses inkuiri peserta didik melalui kajian dan


eksperimen.

f. Dapat mengenal lebih dekat peserta didik.

g. Menciptakan pembelajaran kooperatif, sehingga guru bisa melihat


sikap dan pembawaan peserta didik saat berkomunikasi.

2.1.3 Tujuan Teori Belajar Konstruktivisme

Setiap teori belajar pastinya mempunyai fokus kearah mana atau tujuan,
termasuk pembelajaran konstruktivisme ini. Menurut Karfi, dkk. tujuan
teori belajar konstruktivisme adalah sebagai berikut:

a. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi secara


langsung kepada benda nyata atau model artifisial.
b. Memperhatikan konsep awal untuk mengajarkan konsep yang benar
c. Proses mengubah konsep peserta didik yang mungkin tidak tepat.

Pendapat lain tentang tujuan teori belajar konstruktivisme dikemukakan


oleh Thobroni, yaitu:

a. Menumbuhkembangkan kemampuan peserta didik untuk


mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban secara mandiri
b. Membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan pemahaman
dan pengertian konsep secara menyelutuh
c. Membuat peserta didik menjadi pemikir mandiri
2.1.4 Langkah-Langkah Teori Belajar Konstruktivisme

Untuk melakukan langkah teori belajar ini memerlukan beberapa


pendekatan sebagai berikut:

a. Siswa mengemukakan pengetahuan awal tentang materi yang akan


dibahas.
b. Siswa dikasih kesempatan untuk melakukan penyelidikan dan
menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian dan
interpretasi data dalam suatu kegiatan yang dibentuk oleh pengajar.
c. Siswa memberi penjelasan dan solusi atas observasi dan ditambah
oleh guru jika ada kekurangan. Setelah itu, pemahaman baru siswa
akan dibangun
d. Pengajar berusaha membuat kondisi belajar yang bisa membuat
siswa mengaplikasikan pemahamannya, baik melalu kegiatan
ataupun studi kasus permasalahan.

2.1.5 Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme


a. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengemukakan
pendapatan dengan gaya sendiri
b. Membuat lingkungan belajar yang mendukung murid untuk
mengemukakan gagasan dan saling berdiskusi
c. Siswa dapat memikirkan perubahan gagasan setelah sadar akan
kemajuan mereka dan memberi kesempatan untuk mengidentifikasi
perubahan gagasan
d. Membuat peserta didik mampu memikirkan tentang pengalamannya
e. Membuat peserta didik mencoba dengan gagasan baru agar
memperoleh kepercayaan diri dengan memakainya di berbagai
konteks
2.1.6 Kelemahan Teori Belajar Konstruktivisme

a. Muncul miskonsepsi karena pemikiran siswa yang terkadang tidak


sesuai dengan kaidah keilmuan
b. Membutuhkan waktu relatif lebih lama karena peserta didik
membangun pengetahuannya sendiri
c. Kemungkinan terkendala dengan sarana prasarana

https://www.mingseli.id/2020/12/teori-belajar-konstruktivisme.html
https://kumparan.com/berita-hari-ini/teori-belajar-konstruktivisme-
pengertian-tujuan-dan-karakteristiknya-1wmBZbYpfL3/full
https://zafani-edu.blogspot.com/2010/08/pandangan-teori-tokoh-
pelopor.html
https://fatkhan.web.id/teori-konstruktivisme-dan-tokoh-tokoh-
konstruktivisme/
https://zaiemtps2uns.wordpress.com/2013/05/29/teori-belajar-dan-
konstruktivisme/

Anda mungkin juga menyukai