Anda di halaman 1dari 4

INISIASI 6

KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN

Pada tuton minggu ke 6 ini, kita akan bersama-sama memahami Pendekatan Konstruktivisme
Dalam Pembelajaran. Silakan Anda membaca bahan ajar Teori Belajar dan Pembelajaran, modul
5 dengan tuntas, karena materi pada tuton ini merupakan materi pengayaan agar Anda lebih
memahami.

Pendekatan konstruktivistik tentang pembelajaran merupakan pendekatan alternatif yang


muncul sebagai akibat terjadinya revolusi ilmiah dari sistem pembelajaran yang cenderung
berlaku pada abad industri ke sistem pembelajaran yang semestinya berlaku pada abad
pengetahuan sekarang ini.

Belajar menurut kontruktivistik merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun


pengetahuannya. Siswa sendiri yang bertanggung jawab atas peristiwa belajar dan hasil
belajarnya. Siswa sendiri yang melakukan penalaran melalui seleksi dan organisasi pengalaman
serta mengintegrasikannya dengan apa yang telah diketahui. Belajar merupakan proses
negosiasi makna berdasarkan pengertian yang dibangun secara personal. Belajar bermakna
terjadi melalui refleksi, resolusi konflik kognitif, dialog, penelitian, pengujian hipotesis,
pengambilan keputusan, yang semuanya ditujukan untuk memperbaharui tingkat pemikiran
individu sehingga menjadi semakin sempurna.

Pembelajaran menurut konstruktivistik lebih mengutamakan penyelesaian masalah,


mengembangkan konsep, konstruksi solusi dan algoritma, ketimbang menghafal prosedur dan
menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban benar. Pembelajaran lebih dicirikan oleh
aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan model-model yang
dibangkitkan oleh siswa sendiri.

Secara umum, terdapat lima prinsip dasar yang melandasi kelas konstruktivistik, yaitu
(1) meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan siswa,
(2) menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep utama,
(3) menghargai pandangan siswa,
(4) materi pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa,
(5) menilai pembelajaran secara kontekstual

Kita sebagai guru yang konstruktivistik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Menghargai otonomi dan inisiatif siswa.
2. Menggunakan data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada keterampilan
berpikir kritis.
3. Mengutamakan kinerja siswa berupa mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi, dan
mengkreasi dalam mengerjakan tugas.
4. Menyertakan respon siswa dalam pembelajaran dan mengubah model atau strategi
pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.
5. Menggali pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang akan dibelajarkan sebelum
sharing pemahamannya tentang konsep-konsep tersebut.
6. Menyediakan peluang kepada siswa untuk berdiskusi baik dengan dirinya maupun dengan
siswa yang lain.
7. Mendorong sikap inquiry siswa dengan pertanyaan terbuka yang menuntut mereka untuk
berpikir kritis dan berdiskusi antar temannya.
8. Mengelaborasi respon awal siswa.
9. Menyertakan siswa dalam pengalaman-pengalaman yang dapat menimbulkan kontradiksi
terhadap hipotesis awal mereka dan kemudian mendorong diskusi.
10. Menyediakan kesempatan yang cukup kepada siswa dalam memikirkan dan mengerjakan
tugas-tugas.
11. Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa melalui penggunaan model pembelajaran yang
beragam.

Sesuai dengan pandangan konstruktivistik, peranan guru dalam proses pembelajaran adalah
sebagai fasilitator. Namun sebenarnya tugas sebagai fasilitator relatif lebih berat dibandingkan
hanya sebagai transmiter pembelajaran. Guru sebagai fasilitator akan memiliki konsekuensi
langsung sebagai perancah, model, pelatih, dan pembimbing. Di samping sebagai fasilitator,
secara lebih spesifik peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai expert learners,
manager, dan mediator.

Sebagaimana telah kita ketahui, konstruktivisme telah menjadi pembicaraan dalam setiap kesempatan
diskusi mengenai pembelajaran. Konstruktivisme menjadi landasan terhadap berbagai ajakan dan
kecenderungan dalam proses pembelajaran, seperti:

 siswa perlu berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran;


 siswa difasilitasi untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri;
 siswa perlu memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri
 dan yang tidak kalah penting dalam hal ini adalah guru perlu berperan menjadi fasilitator,
mediator, dan manajer dari proses pembelajaran

Kita ulang kembali bahwa konstruktivisme menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh
merupakan hasil konstruksi kita sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan
dari seseorang kepada orang lain.

Agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan

 kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman


 kemampuan untuk membandingkan dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan
perbedaan tentang sesuatu hal
 kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain

Gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan adalah sebagai berikut.

1. pengetahuan bukan merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan
konstruksi kenyataan melalui kegiatan siswa
2. siswa mengkonstruksi skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur dalam membangun
pengetahuan. Dalam hal ini, kemampuan siswa dalam proses abstraksi dan refleksi menjadi
sangat berpengariuh dalam konstruksi pengetahuan
3. pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep masing-masing individual siswa
4. dalam proses pembentukan pengetahuan, kebermaknaan merupakan interpretasi individu siswa
terhadap pengalaman yang dimilikinya

Bagi penganut konstruktivisme, pengetahuan yang dikonstruksikan dapat digunakan dalam menghadapi
macam-macam fenomena dan persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan tersebut. Pengetahuan
bukan barang mati yang sekali jadi, melainkan suatu proses yang terus berkembang.

Bagaimana? Apakah Anda sudah dapat memahami sedikit mengenai konstruktivisme? Mari kita
lanjutkan

Konstruktivisme dan Proses Belajar

Menurut konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif siswa mengkonstruksi arti, wacana, dialog,
pengalaman fisik, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan
pengalaman atau informasi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki siswa sehingga
pengetahuannya berkembang. Proses tersebut mempunyai ciri:

 belajar berarti membentuk makna


 konstruksi arti merupakan proses yang terus menerus
 belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan proses pengembangan pemikiran
dengan membuat pengertian baru
 proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam kesenjangan yang
merangsang pemikiran lebih lanjut
 hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungannya
 hasil belajar tergantung pada apa yang telah diketahui siswa, konsep-konsep, tujuan, dan
motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari

Pengaruh Konstruktivisme terhadap Proses Pembelajaran

Bagi konstruktivisme, pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada
siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya.
Pembelajaran berarti partisipasi guru bersama siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna,
mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi, Jadi pembelajaran adalah suatu bentuk
belajar sendiri.
Pembelajaran adalah membantu seseorang berpikir secara benar dengan membiarkannya berpikir
sendiri. Belajar yang baik lebih penting daripada mempunyai jawaban yang benar atas suatu persoalan.
Jika seseorang mempunyai cara berpikir yang baik, berarti cara berpikirnya dapat digunakan untuk
menghadapi suatu fenomena baru, akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan
yang lain.

Penerapan Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran

Teori Konstruktivisme dapat dilakukan dengan metode Project-Based Learning (PJBL) dan Problem-
based learning (PBL). Kedua metode ini membantu siswa untuk menkontruksi pengetahuannya sendiri
dengan menerapkan pengetahuan langsung untuk mengatasi masalah-masalahyang relevan dalam
kehidupan sehai-hari. Pembelajaran kontekstual seperti ini mampu merangsang siswa untuk melakukan
kecakapan berpikir tingkat tinggi yaitu tingkat kognitif analisis, sintesis sampai kreasi (menciptakan).
Lebih jauh tentang kedua metode ini, Anda bisa membaca dari berbagai sumber terpercaya di Internet.
Anda juga dapat mengakses OER pada sesi ini mengenai Project-Based Learning.

Selamat Belajar.

Semoga Sukses.

Anda mungkin juga menyukai