Pada tuton minggu ke 6 ini, kita akan bersama-sama memahami Pendekatan Konstruktivisme
Dalam Pembelajaran. Silakan Anda membaca bahan ajar Teori Belajar dan Pembelajaran, modul
5 dengan tuntas, karena materi pada tuton ini merupakan materi pengayaan agar Anda lebih
memahami.
Secara umum, terdapat lima prinsip dasar yang melandasi kelas konstruktivistik, yaitu
(1) meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan siswa,
(2) menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep utama,
(3) menghargai pandangan siswa,
(4) materi pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa,
(5) menilai pembelajaran secara kontekstual
Kita sebagai guru yang konstruktivistik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Menghargai otonomi dan inisiatif siswa.
2. Menggunakan data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada keterampilan
berpikir kritis.
3. Mengutamakan kinerja siswa berupa mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi, dan
mengkreasi dalam mengerjakan tugas.
4. Menyertakan respon siswa dalam pembelajaran dan mengubah model atau strategi
pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.
5. Menggali pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang akan dibelajarkan sebelum
sharing pemahamannya tentang konsep-konsep tersebut.
6. Menyediakan peluang kepada siswa untuk berdiskusi baik dengan dirinya maupun dengan
siswa yang lain.
7. Mendorong sikap inquiry siswa dengan pertanyaan terbuka yang menuntut mereka untuk
berpikir kritis dan berdiskusi antar temannya.
8. Mengelaborasi respon awal siswa.
9. Menyertakan siswa dalam pengalaman-pengalaman yang dapat menimbulkan kontradiksi
terhadap hipotesis awal mereka dan kemudian mendorong diskusi.
10. Menyediakan kesempatan yang cukup kepada siswa dalam memikirkan dan mengerjakan
tugas-tugas.
11. Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa melalui penggunaan model pembelajaran yang
beragam.
Sesuai dengan pandangan konstruktivistik, peranan guru dalam proses pembelajaran adalah
sebagai fasilitator. Namun sebenarnya tugas sebagai fasilitator relatif lebih berat dibandingkan
hanya sebagai transmiter pembelajaran. Guru sebagai fasilitator akan memiliki konsekuensi
langsung sebagai perancah, model, pelatih, dan pembimbing. Di samping sebagai fasilitator,
secara lebih spesifik peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai expert learners,
manager, dan mediator.
Sebagaimana telah kita ketahui, konstruktivisme telah menjadi pembicaraan dalam setiap kesempatan
diskusi mengenai pembelajaran. Konstruktivisme menjadi landasan terhadap berbagai ajakan dan
kecenderungan dalam proses pembelajaran, seperti:
Kita ulang kembali bahwa konstruktivisme menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh
merupakan hasil konstruksi kita sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan
dari seseorang kepada orang lain.
1. pengetahuan bukan merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan
konstruksi kenyataan melalui kegiatan siswa
2. siswa mengkonstruksi skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur dalam membangun
pengetahuan. Dalam hal ini, kemampuan siswa dalam proses abstraksi dan refleksi menjadi
sangat berpengariuh dalam konstruksi pengetahuan
3. pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep masing-masing individual siswa
4. dalam proses pembentukan pengetahuan, kebermaknaan merupakan interpretasi individu siswa
terhadap pengalaman yang dimilikinya
Bagi penganut konstruktivisme, pengetahuan yang dikonstruksikan dapat digunakan dalam menghadapi
macam-macam fenomena dan persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan tersebut. Pengetahuan
bukan barang mati yang sekali jadi, melainkan suatu proses yang terus berkembang.
Bagaimana? Apakah Anda sudah dapat memahami sedikit mengenai konstruktivisme? Mari kita
lanjutkan
Menurut konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif siswa mengkonstruksi arti, wacana, dialog,
pengalaman fisik, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan
pengalaman atau informasi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki siswa sehingga
pengetahuannya berkembang. Proses tersebut mempunyai ciri:
Bagi konstruktivisme, pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada
siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya.
Pembelajaran berarti partisipasi guru bersama siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna,
mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi, Jadi pembelajaran adalah suatu bentuk
belajar sendiri.
Pembelajaran adalah membantu seseorang berpikir secara benar dengan membiarkannya berpikir
sendiri. Belajar yang baik lebih penting daripada mempunyai jawaban yang benar atas suatu persoalan.
Jika seseorang mempunyai cara berpikir yang baik, berarti cara berpikirnya dapat digunakan untuk
menghadapi suatu fenomena baru, akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan
yang lain.
Teori Konstruktivisme dapat dilakukan dengan metode Project-Based Learning (PJBL) dan Problem-
based learning (PBL). Kedua metode ini membantu siswa untuk menkontruksi pengetahuannya sendiri
dengan menerapkan pengetahuan langsung untuk mengatasi masalah-masalahyang relevan dalam
kehidupan sehai-hari. Pembelajaran kontekstual seperti ini mampu merangsang siswa untuk melakukan
kecakapan berpikir tingkat tinggi yaitu tingkat kognitif analisis, sintesis sampai kreasi (menciptakan).
Lebih jauh tentang kedua metode ini, Anda bisa membaca dari berbagai sumber terpercaya di Internet.
Anda juga dapat mengakses OER pada sesi ini mengenai Project-Based Learning.
Selamat Belajar.
Semoga Sukses.