Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses yang terjadi pada diri manusia melalui pemikiran,
perasaan dan gerak untuk memahami setiap realitas yang ingin diciptakannya
keterampilan atau pengetahuan, perilaku, pengetahuan atau teknologi atau sesuatu yang
berupa karya dan prakarsa manusia untuk menjadi lebih baik di masa yang akan
datang. . Belajar berarti pembaharuan terhadap pengembangan diri individu agar
kehidupannya lebih baik dari sebelumnya. Belajar juga dapat berarti menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan interaksi manusia dengan lingkungan.
Konstruktivisme berkembang dari sudut pandang ini. Pada dasarnya, pengetahuan dan
keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit demi
sedikit.Konstruktivisme adalah aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan kita adalah hasil konstruksi kita sendiri (von Glaserfeld dalam Pannen et
al, 2001: 3 ). Konstruktivisme sebagai aliran filsafat memiliki pengaruh yang besar
terhadap konsep ilmu pengetahuan, teori belajar dan pembelajaran. Konstruktivisme
menawarkan paradigma baru bagi dunia pembelajaran. Sebagai landasan paradigma
pembelajaran, konstruktivisme mengasumsikan adanya partisipasi aktif siswa dalam
proses pembelajaran, perlunya mengembangkan siswa yang belajar secara mandiri, dan
kemampuan siswa untuk mengembangkan pengetahuannya.
Pengertian Konstruktivisme
Lebih lanjut Piaget menyatakan bahwa struktur kogning anak meningkat sesuai
dengan perkembangan usianya, bergerak dari sekadar refleks-refleks awal seperti
menangis dan menuju aktivitas mental yang kompleks. Dasarnya tentu saja teori
perkembangan kognitif, sehingga beberapa konsep pokok skema, asimilasi dan
akomodasi tetap relevan karena memang teor kognitivisme Piaget memiliki
kesinambungan hubungan dengan t konstruktivisme. Banyak ahli turut mendukung dan
berkecimpung dalam teori konstruktivisme ini.
Bruner adalah adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar
kognitif. Ia telah mengembangkan suatu model instruksional kognitif yang sangat
berpengaruh yang disebut dengan belajar penemuan. Bruner menganggap bahwa belajar
penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan
sendirinya memberikan hasil yang lebih baik. Berusaha sendiri untuk pemecahan
masalah dan pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-
benar bermakna (Dahar, 1998). Bruner menyarankan agar pebelajar hendaknya belajar
melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka
dianjurkan untuk memperopleh pengetahuan. Perlunya pembelajar penemuan
didasarkan pada keyakinan bahwa pembelajaran sebenarnya melalui penemuan pribadi.
Teori belajar menurut John Dewey dengan metode pengajarannya dengan metode
reflektif yang digunakan dalam proses pemecahan masalah, metode tersebut merupakan
cara proses berpikir aktif, hati-hati kearah kesimpulan dengan menggunakan lima
langkah, yaitu pertama, masalah yang berasal dari luar diri peserta didik, kedua,
menyelidiki, menganalisa kesulitan dan menentukan masalah yang dihadapi, ketiga,
menghubungkan uraian-uraian hasil analisisnya dan mengumpulkan berbagai
kemungkinan guna memecahkan masalah, keempat, menimbang kemungkinan jawaban
atau hipotesis dan kelima, mencoba mempraktikan salah satu kemungkinan pemecahan
masalah Trianto, 2008. Menurut Dewey bahwa langkah tersebut tidak harus berurutan
secara kaku, namun dapat berubah sesuai dengan pengalamam mahasiswa. Dewey pun
64 menganjurkan agar dalam pembelajaran hendaknya dimulai dari pengalaman
mahasiwa dan berakhir pada pola struktur mata kuliah Trianto, 2008
Ciri-ciri Teori Kontruktivisme
f.Siswa lebih aktif dalam proses belajar karena fokus belajar mereka pada proses
pengintegrasian pengetahuan baru yang diperoleh dengan pengalaman/pengetahuan
lama yang mereka miliki
g.Setiap pandangan sangat dihargai dan diperlukan. Siswa didorong untuk menemukan
berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi
h.Proses belajar harus mendorong adanya kerjasama, tapi bukan untuk bersaing. Proses
belajar melalui kerjasama memungkinkan siswa untuk mengingat pelajaran lebih lama
Prinsip Kontruktivisme
1.Belajar merupakan pencarian makna. Oleh sebab itu pembelajaran harus dimulai
dengan isu-isu yang mengakomodasi siswa untuk secara aktif mengkonstruk makna.
2.Pemaknaan memerlukan pemahaman bahwa keseluruhan (wholes) itu sama
pentingnya seperti bagian-bagiannya. Sedangkan bagian – bagian harus dipahami dalam
konteks keseluruhan. Oleh karenanya, proses pembelajaran berfokus terutama pada
konsep – konsep primer dan bukan kepada fakta – fakta yang terpisah.
3.Supaya dapat mengajar dengan baik, guru harus memahami model – model mental
yang dipergunakan siswa terkait bagaimana cara pandang mereka tentang dunia serta
asumsi – asumsi yang disusun yang menunjang model mental tersebut.
C.Sarana Belajar
Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya
disediakan untuk membantu pembentukan siswa dalam mengkonstruksikan
pengetahuan sendiri. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan
pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan demikian siswa akan terbiasa
dan terlatih untuk berfikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri,
kritis, dan mampu mempertanggung jawabkan pemikkirannya secara rasional.
D.Evaluasi Belajar
Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan
interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang
didasarkan pada pengelaman. Pandangan konsrktivistik mengemukakan bahwa relitas
ada pada pikiran seseoramg. Manusia mengkonstruksi dan menginterprestasikannya
berdasarkan pengalamannya.
a.Dalam Aspek Berfikir yakni pada proses membina pengetahuan baru, murid berfikir
untuk menyelesaikan masalah, menggali ide dan membuat keputusan;
b.Dalam aspek kefahaman seorang murid terlibat secara langsung dalam mebina
pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan mampu mengapliksikannya dalam
semua situasi;
c.Dalam aspek mengingat yakni murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka
akan mengingat lebih lama konsep. melalui pendekatan ini murid dapat meningkatkan
kefahaman mereka;
d.Dalam aspek Kemahiran sosial yakni Kemahiran sosial diperoleh apabila seorang
murid berinteraksi dengan teman, kelompok kerja maupun dengan guru dalam proses
mendapatkan ilmu pengetahuan maupun wawasan baru.
c.Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki
sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa;
d.Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses belajar,
tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus memiliki perilaku yang
elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga dibutuhkan pengajaran yang
sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai kemanusiaan;
e.Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang
begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainnya;.