Anda di halaman 1dari 5

Nama : HAMDAN SYA'BANI

NIM : 22AB10079

Prodi : PAI 1B

Tugas : Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Khulaimataz Zalfa S.Pd,M.Pd

Teori Konstruktivis Dan Kontruktivis Sosial Dalam Pembelajaran

A. Pengertian Teori Konstruktivis

Secara umum teori merupakan sejumlah proposal yang terintegrasi secara sintakstik
(kumpulan proposisi ini mengikuti aturan-aturan yang dapat menghubungkan secara logis
proposal yang satu dengan proposal yang lain, dan juga pada data yang diamati), serta yang
digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati.

Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi bagi dunia pendidikan,
sebelum mengetahui lebih jauh tentang teori konstruktivisme alangkah lebih baiknya di ketahui
dulu konetruktivisme itu sendiri. Konstruktivisme berarti bersifat membangun. Dalam konteks
filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern.Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, bahwa konstruktivisme
merupakan sebuah teori yang sifatnya membangun, membangun dari segi kemampuan,
pemahaman, dalam proses pembelajaran. Sebab dengan memiliki sifat membangun maka
dapat diharapkan keaktifan dari pada siswa akan meningkat kecerdasannya.

Shymansky mengatakan konstuktivisme adalah aktivitas yang aktif, di mana peserta didik
membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari, dan merupakan
proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada
dimilikinya.Berdasarkan pendapatnya di atas, maka dapat di pahami bahwa konsturktivisme
merupakan bagaimana mengaktifkan siswa dengan cara memberikan ruang yang seluas-luasnya
untuk memahami apa yang mereka telah pelajari dengan cara menerpakan konsep-konsep
yang di ketahuinya kemudian mempaktikkannya ke dalam kehidupan sehari-harinya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat dibuat sebuah kesimpulan yaitu
konstruktivisme merupakan sebuah teori yang memberikan keluasan berfikir kepada siswa dan
memberikan siswa di tuntut untuk bagaimana mempraktikkan teori yang sudah di ketahuinya
dalam kehidupannya.
Konstrukvisme menyoroti interaksi orang-orang dan situasi-situasi dalam penguasaan dan
penyempurnaan keterampilan-keterampilan dan pengetahuan. Konstuktivisme memiliki asumsi
. Adapun asumsi-asumsi dari konstruktivisme sebagai berikut:

1) Pertama, manusia merupakan siswa aktif yang mengembangkan pengetahuan bagi diri
mereka sendiri.Dimana siswa diberikan keluasan untuk mengembangkan ilmu yang
sudah didapatkan tersebut, baik dengan melakukan latihan, melakukan eksperimen
maupun berdiskusi sesama siswa. Dengan hal seperti itu maka ilmu-ilmunya tersebut
akan berkembang dan bertambah.
2) Kedua. Guru sebaiknya tidak mengajar dalam artian menyampaikan pelajaran dengan
cara tradisional kepada sejumlah siswa. Guru seharusnya membangun situasi-situasi
sedemikian rupa sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dengan materi pelajaran
melalui pengolahan materi-materi dan interaksi sosial.Maksudnya seorang pendidik
atau guru dituntut untuk lebih aktif dan menarik dalam menyampaikan materi kepada
siswa agar siswanya tidak bosan sehingga dapat di terima.

Perspektif-Perspektif Dalam Konstruktivisme

1) Pertama, konstruktivisme eksogeneus mengacu pada pemikiran bahwa penguasaan


pengetahuan merepresentasikan sebuah kosntruksi ulang dari strukturstruktur yang
berbeda dalam dunia eksterna
2) Kedua, konstruktivisme endogenus menekankan pada koordinasi tindakan-tindakan
yang sebelumnya, bukan secara langsung dari informasi lingkungan karena itu,
pengetahuan bukanlah cerminan dari dunia luar yang diperoleh melalui pengalaman-
pengalaman, pengajaran, atau interaksi sosial.
3) Ketiga, konstruktivisme dialektikal. berpendapat bahwa pengetahuan tidak hanya dapat
diperoleh melalui sekolah akan tetapi bisa juga di dapatkan melalui saling berinteraksi
sesama teman, guru, tetangga dan bahkan lingkungan sekitar kita

B. Pengertian Kontruktivis Sosial Dalam Pembelajaran

Pendekatan Konstruktivis Sosial Secara umum, pendekatan konstruktivis sosial menekankan


pada konteks sosial dari pembelajaran dan bahwa pengetahuan itu dibangun dan
dikonstruksikan bersama (mutual). Pendekatan konstruktivis sosial ini sangat dipengaruhi oleh
teori perkembangan kognitif Vygotsky (1896-1934). Vygotsky mengatakan bahwa
perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial dan kultural. Dia percaya bahwa
perkembangan memori, perhatian, dan nalar melibatkan pembelajaran untuk menggunakan
alat yang ada dalam masyarakat, seperti bahasa, sistem matematika, dan strategi memori. Teori
Vygotsky menarik banyak perhatian karena teorinya mengandung pandangan bahwa
pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif.

Filsafat konstruktivis sosial dikembangkan oleh Giambatista Vico seorang epistemolog dari
Italia. Bagi Vico, pengetahuan selalu merujuk kepada struktur konsep yang dibentuk. Filsafat
konstruktivis sosial beranggapan bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi manusia
melalui interaksi dengan objek, fenomena pengalaman dan lingkungan mereka. Hakekat
Pendekatan Konstruktivis sosial Filosofi belajar konstruktivis sosial menekankan bahwa belajar
tidak hanya sekadar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan
keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya.

C.Metode Pembelajaran Konstruktivis Sosial

Metode Kontribusi Bersama Guru dan teman sebaya atau sekelas dapat memberi kontribusi
bersama untuk pembelajaran murid. Ada empat alat untuk melakukan metode ini, yaitu
scaffolding, pelatihan kognitif (cognitive apprenticeship), tutoring, dan pembelajaran kooperatif
(Rogoff, Turkanis, & Barlett, 2001).

1) Scaffolding Scaffolding adalah teknik mengubah level dukungan sepanjang jalannya sesi
pengajaran. Orang yang lebih ahli (guru atau teman sebaya yang lebih pandai)
menyesuaikan jumlah bimbingannya dengan kinerja murid.
2) Pelatihan Kognitif/ Cognitive Apprenticeships Istilah pelatihan atau magang
(apprenticeship) menunjukkan pentingnya aktivitas dalam pembelajaran dan
menjelaskan sifat dari pembelajaran yang ditempatkan dalam suatu konteks.
3) Tutoring Tutoring pada dasarnya adalah pelatihan kognitif antara pakar dengan pemula.
Tutoring bisa terjadi antara orang dewasa dan anak-anak, atau antara anak yang pandai
dengan anak yang kurang pandai. Tutoring dapat dilakukan dengan teman sebaya dan
teman lintas usia
4) Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif terjadi ketika murid bekerja sama
dalam kelompok kecil (kelompok belajar) untuk saling membantu dalam belajar. Periset
telah menemukan bahwa pembelajaran kooperatif dapat menjadi strategi yang efektif
untuk meningkatkan prestasi, apabila syarat-syarat berikut terpenuhi yaitu:
 Pendekatan Konstruktivis Sosial .
 Disediakan penghargaan kepada kelompok Penghargaan diberikan kepada kelompok
sehingga anggota kelompok itu dapat memahami bahwa membantu orang lain
adalah demi kepentingan mereka juga
 Individu dimintai pertanggung jawaban Perlu dilakukan evaluasi kontribusi individu
dengan tes individual. Tanpa adanya evaluasi, beberapa murid mungkin akan malas-
malasan atau bahkan ada yang merasa diabaikan karena merasa dirinya tidak
memberikan kontribusi.
D.Kesimpulan

Fungsi dari pada sebuah teori, diantaranya yaitu : pertama memberikan penemuan-penemuan
menjadi sistematis. Kedua melahirkan hipotesis, maksudnya setiap penelitian membutuhkan
hipotesis, sebab tanpa sebuah hipotesis maka penelitiannya itu kurang baik, sebab hipotesis
mempunyai fungsi tersendiri dalam setiap penelitian. ketiga membuat prediksi, maksudnya
yaitu sebuah terori harus bisa melahirkan sebuah prediksi-prediksi sementara dari pada
anggapan-anggapan kita sebagai peneliti, untuk membuktikannya tersebut maka dibutuhkanlah
sebuah teori untuk memberikan atau membuktikannya apakah benar tidak atau sesuai dengan
pemikiran peneliti, dan yang terakhir memberi penjelasan.

Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi bagi dunia pendidikan,
sebelum mengetahui lebih jauh tentang teori konstruktivisme alangkah lebih baiknya di ketahui
dulu konetruktivisme itu sendiri

Pendekatan konstruktivis akan membuat siswa mudah memahami suatu konsep apabila dalam
proses belajar menekankan pada murid agar dapat mengkonstruksi pengetahuan melalui
interaksi sosial dengan orang lain. Dengan cara belajar seperti itu dapat dikatakan proses
belajar bermakna, karena tidak saja terkait dengan ketercapaian materi belajar.bervariasi bagi
kepentingan belajar siswa.

F.Daftar Pustaka

http://alief-hamsa.blogspot.com/2009/10/kontruksi-berarti-membangundalam.html

Agus N Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual Dan


Terpopuler, ,Jogjakarta, Divapres: 2013.Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan
Proses, Jakarta, PT Gramedia: 1990.Dale H. Schunk, Learning Theories An Education
Perspective, Di Terjemahkan Oleh Eva Hamdiah, Rahmat Fajar, Dengan Judul Teori-Teori
Pembelajaran Perspektif Pendidikan. ,Yogyakarta, Pustaka Pelajar: 2012.Ratna Wilis Dahar,
Teori-Teori Belajar & Pembelajaran, Jakarta: Erlangga. 2006.W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar,
Jakarta, PT Grasindo: 2002Zamroni, Pendidikan dan Demokrasi dalam Transisi (Prakondi

Anda mungkin juga menyukai