BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir,
atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut untuk
menjadi yang lebih baik ke depan. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju
Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang
pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan
menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri (von
pengetahuannya sendiri.
2
kosong yang siap diisi. Dengan sikap pasrah siswa disiapkan untuk dijejali
menerima pengatahuan dari gurunya. Siswa kini diposisikan sebagai mitra belajar
guru. Guru bukan satu-satunya pusat informasi dan yang paling tahu. Guru hanya
salah satu sumber belajar atau sumber informasi. Sedangkan sumber belajar yang
lain bisa teman sebaya, perpustakaan, alam, laboratorium, televisi, koran dan
internet.
sebanyak mungkin kepada siswa untuk belajar secara aktif. Sedemikian rupa
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
SUBSTANSI MATERI
A. Pengertian Kontruktivisme
teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil
dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengetahuan mereka.
terbaru.
pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur
anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian
belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu,
untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalamanbelajar yang lalu dari
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan
makna atas informasi dan masukan-masukan yang masuk ke dalam otak. Belajar
yang bersifat konstruktif ini sering digunakan untuk menggambarkan jenis belajar
7
yang terjadi selama penemuan ilmiah dan pemecahan masalah kreatif di dalam
kehidupan sehari-hari. Pada teori ini juga memandang peserta didik sebagai
individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-
prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah
dianggap tidak dapat digunakan lagi. Hal ini memberikan implikasi bahwa peserta
Pengetahuan bukanlah hasil ”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi
hasil dari ”pemberian” tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa
itu sendiri.
B. Karakteristik konstruktivisme
1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa
yang dilihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh
berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, siswa akan selalu
mengadakan rekonstruksi.
4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan
lingkungannya.
5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui siswa,
C. Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
pertanyaan.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh
membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi
sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan
untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu
Inti dari konstruktivisme di atas berkaitan erat dengan beberapa teori belajar,
yaitu; teori perubahan konsep, teori belajar bermakna Ausubel, dan teori Skemata
(Suparno, 1997:49).
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori
belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa
Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang
dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap
motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan
tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan
11
skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif
Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami
bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu
konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995: 222)
tujuan
secara personal
Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang
pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan
jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis (Hudoyo, 1998: 5).
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang
berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan faktor
dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam
interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam
bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan
didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar
3. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar
yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan
Teori belajar perubahan konsep merupakan suatu teori belajar yang menjelaskan
adanya proses evolusi pemahaman konsep siswa dari siswa yang sedang belajar.
sesuai dengan konsep ilmiah, dan harus mengalami perubahan menuju pengertian
pemahaman itu berlangsung melalui dua bentuk yaitu tanpa melalui perubahan
yang besar dari pengertian spontan tadi (asimilasi), atau sangat perlu adanya
perubahan yang radikal dari pengertian yang spontan menuju pengertian yang
ilmiah (akomodasi).
Menurut pendukung teori perubahan konsep, dalam proses belajar ada proses
perubahan konsep yang mencakup dua tahap, yaitu tahap asimilasi dan akomodasi
yang telah mereka punyai untuk berhadapan dengan fenomena yang baru. Dengan
akomodasi peserta didik mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan
14
fenomena baru yang mereka hadapi. Proses dalam akomodasi oleh kaum
konsep cukup senada dengan teori konstruktivisme dalam arti bahwa dalam proses
tidak sekali jadi, melainkan merupakan proses berkembang yang terus menerus.
Dalam perkembangan itu ada yang mengalami perubahan besar dengan mengubah
konsep lama melalui akomodasi, ada pula yang hanya mengembangkan dan
memperluas konsep yang sudah ada melalui asimilasi. Proses perubahan terjadi
mereka yang lebih tepat. Teori perubahan konsep sangat membantu karena
3. Teori Skema
pengetahuan itu disimpan dalam suatu paket informasi atau skema yang terdiri
atas suatu set atribut yang menjelaskan objek tersebut, maka dari itu membantu
kita untuk mengenal objek atau kejadian itu. Hubungan skema yang satu dengan
15
yang lain memberikan makna dan arti kepada gagasan kita. Belajar menurut teori
Teori skema berpendapat bahwa pengetahuan itu disimpan dalam suatu paket
informasi, atau skema, yang terdiri dari konstruksi mental gagasan kita. Skema
adalah abstraksi mental seseorang yang digunakan untuk mengerti sesuatu hal,
atribut skemanya dengan informasi yang benar agar dapat membentuk kerangka
pemikiran yang benar. Kerangka pemikiran inilah yang menurut Jonassen dkk.
skema yang ada, baik dengan menambah maupun dengan mengganti skema itu.
tersusun.
seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila pelajar mencoba
16
melalui belajar konsep, dan perubahan konsep yang telah ada, yang akan
Menurut Bruner, “pembelajaran adalah proses yang aktif dimana pelajar membina
adalah untuk membuat siswa berfikir untuk diri mereka sendiri, dan turut
suatu proses bukan suatu produk”. Masih menurut Bruner (Dahar, 1997:98)
yaitu orang yang belajar akan berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif,
perubahan tidak hanya terjadi dilingkungan tatapi juga dalam diri orang itu
sendiri.
17
Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori
konstruktivisme, yaitu:
dicapai.
pada hasil.
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi
berdasarkan pengalaman.
pembentukan pengetahuan,
mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan
berbagai cara,
19
transmisi sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang dengan orang
lain atau dengan lingkungannya, misalnya interaksi dan kerjasama antara siswa,
untuk mengadakan pengubahan gagasan atau ide sebelumnya yang telah dimiliki.
Siswa mengamati gambar, video, peristiwa tentang suatu hal yang sebelumnya
belum pernah diketahui atau sudah diketahui. Jika sudah diketahui oleh siswa,
pengetahuan baru yang menurutnya sesuai. Jika belum diketahui siswa, maka
lebih baru. Proses pengamatan oleh siswa ini sangat dekat dengan ciri-ciri
setelah proses mengamati sesuatu. Proses menanya ini timbul jika proses
menarik siswa untuk mengetahui banyak hal. Dalam proses ini, siswa masih
konstruktivis.
melalui proses mengamati dan menanya. Proses menalar ini juga menjadi salah
secara otomatis siswa akan mencoba pengetahuan barunya secara empiris. Ini
konstruktivisme.
pekerjaannya kepada public, secara lisan atau tulisan, atau bentuk karya lain
di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara
mereka. Guru dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu siswa mencapai
tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri
22
yang memanjat tangga tersebut. Oleh karena itu agar pembelajaran lebih
solusi yang baik untuk dapat diterapkan. Berikut akan dipaparkan perbedaan
konstruktivistik.
No
Pembelajaran Tradisional Pembelajaran Kontruktivistik
.
1. Kurikulum disajikan dari Kurikulum disajikan mulai dari
bagian-bagian menuju keseluruhan menuju kebagian-
keseluruhan dengan bagian dan lebih mendekatkan
menekankan pada keterampilan kepada konsep-konsep yang lebih
dasar luas
2. Pembelajaran sangat taat pada Pembelajaran lebih menghargai
kurikulum yang telah ditetapkan pada pemunculan pertanyaan dan
ide-ide siswa
3. Kegiatan kurikuler lebih banyak Kegiatan kurikuler lebih banyak
mengandalkan pada buku teks mengandalkan pada sumber-
dan buku kerja sumber data primer dan
manipulasi bahan
4. Siswa dipandang sebagai “kertas Siswa dipandang sebagai
kosong” yang dapat digoresi pemikir-pemikir yang dapat
informasi oleh guru, dan guru memunculkan teori-teori tentang
menggunakan cara didaktik dirinya
dalam menyampaikan informasi
kepada siswa
5. Penilian hasil belajar atau Pengukuran proses dan hasil
23
individu
2. Menetapkan Isi Produk Belajar. Pada tahap ini, ditetapkan konsep-konsep dan
awal siswa dilakukan melalui tes awal, interview klinis dan peta konsep.
telah diidentifikasi dan diklarifikasi perlu dianalisa lebih lanjut untuk menetapkan
mana diantaranya yang telah sesuai dengan konsepsi ilmiah, mana yang salah dan
ini merupakan kegiatan aktual dalam ruang kelas. Tahapan ini terdiri dari tiga
langkah yaitu : (a) orientasi dan penyajian pengalaman belajar, (b)menggali ide-
maka dilakukan evaluasi terhadap efektivitas model belajar yang telah diterapkan.
25
miskonsepsi siswa, baik yang dapat diubah secara tuntas maupun yang resisten.
BAB III
ANALISIS ISU
pendidikan, yaitu :
1. Mengamati
a. Dalam prosesnya, peserta didik seringkali acuh tak acuh terhadap fenomena
alam
2. Menanya
Peserta didik terkadang malas untuk menalar sesuatu karena sudah terbiasa
4. Mencoba
a. Percobaan yang dilakukan oleh peserta didik seringkali tidak diikuti oleh rasa
ketelitian dan kehati-hatian peserta didik.
b. Memerlukan waktu yang lebih dalam menemukan jawaban atas percobaan
5. Mengkomunikasikan
a. Tidak semua peserta didik berani menyampaikan ide gagasan atau hasil
penemuannya
b. Tidak semua peserta didik pandai dalam menyampaikan informasi
28
29
BAB IV
ALTERNATIF SOLUSI
siswa.
yang akan dibahas. Bila perlu, guru memancing dengan pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering dijumpai seharihari oleh peserta didik dan
kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara keseluruhan dalam hidup ini akan
30
lingkungannya.
8. Peserta didik melakukan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil
berpikir secara produktif, serta memonitor dan mengevaluasi hasil belajar siswa.
Keikutsertaan siswa dalam seluruh aktivitas dan interaksi pembelajaran setiap hari
tinggi.
Para guru dan pengelola sekolah harus dengan cerdas memahami bahwa
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan
mereka. Guru dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu siswa mencapai
tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Rineka Cipta.