Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS SOSIAL DALAM

PEMBELAJARAN

EFFENDI MANALU
Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED
Email : e.manalu11@gmail.com

ABSTRAK
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan lingkungan yang
berlangsung berkelanjutan menjadi pengalaman hidupnya. Dalam proses tersebut siswa
menyesuaikan pengetahuan yang diterimanya dengan pengetahuan sebelumnya untuk
membangun pengetahuan yang baru. Peserta didik mempunyai cara berpikir yang dapat
menghadapi suatu fenomena baru dan menemukan pemahaman untuk pemecahan (solusi)
sesuatu persoalan yang sedang dihadapi. Prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran
antara lain : (1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun
secara sosial; (2) Pengetahuan tidal dipindahkan dari guru ke siswa, kecuai dengan
keaktifan siswa sendiri untuk beralar; (3) Sisiwa aktif mengkonstruksi secara terus
menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci.tugas
guru yang terpenting yaitu menghargai, menerima perbedaan pemikiran siswa dan harus
menguasai bahan.

Kata Kunci : Pendekatan pembelajaran, kemampuan berpikir, guru mengajar,


psikologi pendidikan

PENDAHULUAN pengetahuan kita merupakan hasil


Pendidikan merupakan usaha konstruksi (bentukan) dari pemikiran
sadar dan terencana untuk sendiri. Dalam pembelajaran lebih
mewujudkan suasana proses memfokuskan pada perlunya
pembelajaran agar peserta didik partisipasi aktif oleh siswa dalam
dapat mengembangkan potensi- pembelajaran.peserta didik
potensi dirinya menjadi manusia. dimotivasi berpikir, mengembangkan
Manusia memiliki kekuatan spiritual, pengetahuannya sendiri dengan guru
sikap sosial, berpengetahuan, berperan sebagai fasilitator, mediator
berakhlak mulia, serta dan pendengar yang bijak.
berketerampilan yang diperlukan
dirinya, dalam membangun PENDEKATAN
masyarakat dan bangsa (UU KONSTRUKTIVIS DAN
Sisdiknas no. 20 tahun 2003). PEMBELAJARAN
Salah satu pendekatan Dalam perkembangannya,
pembelajaran yang dapat digunakan konstruktivisme memang banyak
untuk mengembangkan potensi digunakan dalam pendekatan-
peserta didik dalam pembelajaran pendekatan pembelajaran.
yakni penerapan pendekatan Konstruktivisme pada dasarnya
konstruktivis. Konstruktivisme adalah suatu pandangan yang
merupakan salah satu aliran filsafat didasarkan pada aktivitas siswa
yang menekankan bahwa dengan untuk menciptakan,

13
menginterpretasikan, dan dengan terjadinya konflik kognitif
mengorganisasikan pengetahuan yang hanya dapat diatasi melalui
dengan jalan individual (Windschitl, pengetahuan diri dan pada akhir
dalam Abbeduto, 2004). proses belajar pengetahuan akan
Konstruktivisme merupakan dibangun oleh anak melalui
pandangan yang pertama kali pengalamannya dari hasil interkasi
dikemukakan oleh Giambatista Vico dengan lingkungannya.
tahun 1710, ia adalah seorang Konstruktivisme dibedakan
sejarawan Italia yang atas konstruktivis psikologis
mengungkapkan filsafatnya dengan (personal) dan konstruktivis sosial.
berkata ”Tuhan adalah pencipta alam Konstruktivis psikologis (personal)
semesta dan manusia adalah tuan oleh Piaget dan konstruktivis sosial
dari ciptaan”. Dia menjelaskan oleh Vygotsky. Konstruktivis
bahwa “mengetahui” berarti Psikologis sangat menekankan
“mengetahui bagaimana membuat pentingnya peranan individu dalam
sesuatu”. Ini berarti bahwa proses pembentukan ilmu
seseorang baru mengetahui sesuatu pengetahuan.
jika ia dapat menjelaskan unsur- Pembelajaran merupakan
unsur apa yang membangun sesuatu aspek kegiatan manusia yang
itu (Suparno, 1997:24). kompleks. Secara singkat
Pendekatan konstruktivisme pembelajaran diartikan sebagai
beranggapan bahwa pengetahuan produk interaksi berkelanjutan antara
adalah hasil konstruksi manusia pengembangan dan pengalaman
melalui interaksi dengan objek, hidup. Pembelajaran adalah proses
fenomena pengalaman dan interaksi peserta didik dengan
lingkungan mereka. Hal ini sesuai pendidik dan sumber belajar pada
dengan pendapat Poedjiadi (2005 suatu lingkungan belajar.
:70) bahwa “konstruktivisme bertitik Pembelajaran merupakan bantuan
tolak dari pembentukan pengetahuan, yang diberikan pendidik agar dapat
dan rekonstruksi pengetahuan adalah terjadi proses pemerolehan ilmu dan
mengubah pengetahuan yang pengetahuan, penguasaan kemahiran
dimiliki seseorang yang telah dan tabiat, serta pembentukan sikap
dibangun atau dikonstruk dan kepercayaan pada peserta didik.
sebelumnya dan perubahan itu Sukintaka (2004) berpendapat
sebagai akibat dari interaksi dengan bahwa, pembelajaran mengandung
lingkungannya”. pengertian, bagaimana para guru
Karli (2003:2) menyatakan mengajarkan sesuatu kepada peserta
konstruktivisme adalah salah satu didik, tetapi di samping itu juga
pandangan tentang proses terjadi peristiwa bagaimana peserta
pembelajaran yang menyatakan didik mempelajarinya.
bahwa dalam proses belajar Pembelajaran konstruktivis
(perolehan pengetahuan) diawali adalah suatu pendekatan

14
pembelajaran dimana siswa atau pengetahuan yang telah ada
membangun pengetahuan atau sebelumnya; (2) Belajar adalah
konsep secara aktif, berdasarkan merupakan penafsiran personal
pengetahuan dan pengalaman yang tentang dunia; (3) Belajar merupakan
telah dimiliki sebelumnya. Bagi proses yang aktif dimana makna
konstruktivisme, pembelajaran dikembangkan berdasarkan
bukanlah kegiatan memindahkan pengalaman; (4) Pengetahuan
pengetahuan (transfer of knowledge) tumbuh karena adanya perundingan
dari guru ke siswa. Dalam proses (negosiasi) makna melalui berbagai
pembelajaran ini, siswa akan informasi atau menyepakati suatu
menyesuaikan pengetahuan yang pandangan dalam berinteraksi atau
diterimanya dengan pengetahuan bekerja sama dengan orang lain; (5)
sebelumnya untuk membangun Belajar harus disituasikan dalam
pengetahuan baru. Seorang siswa latar (setting) yang realistik,
yang mempunyai cara berpikir yang penilaian harus terintegrasi dengan
baik dapat menggunakan cara tugas dan bukan merupakan kegiatan
berpikirnya ini dalam mengahadapi yang terpisah.
suatu fenomena baru, dan dapat Pandangan yang berkembang
menemukan pemecahan dalam adalah bahwa ilmu pengetahuan
menghadapi persoalan lain. merupakan hasil rekayasa manusia,
Menurut Suparno (1997) teori konstruktivisme meyakini
secara garis besar prinsip-prinsip bahwa di dalam proses pembelajaran
konstruktivisme yang diambil adalah para peserta didik yang harus aktif
(1) pengetahuan dibangun oleh siswa membangun pengetahuan di dalam
sendiri, baik secara personal maupun pikirannya. Para peserta didik yang
secara sosial; (2) pengetahuan tidak pasif tidak mungkin membangun
dipindahkan dari guru ke siswa, pengetahuannya sekalipun diberi
kecuali dengan keaktifan siswa informasi oleh para pendidik. Agar
sendiri untuk bernalar; (3) siswa aktif informasi yang diterima berubah
mengkonstruksi secara terus menjadi pengetahuan, seorang
menerus, sehingga terjadi perubahan peserta didik harus aktif
konsep menuju ke konsep yang lebih mengupayakan sendiri agar
rinci, lengkap, serta sesuai dengan informasi itu menjadi bagian dari
konsep ilmiah; (4) guru berperan struktur pengetahuannya (Jean Piaget
membantu menyediakan sarana dan dalam Sarkim, 2005: 155).
situasi agar proses konstruksi siswa Pembelajaran menghendakai
berjalan baik. siswa harus membangun
Berikut ini akan pengetahuan di dalam benaknya
dikemukakan ciri-ciri pembelajaran sendiri. Posisi guru lebih menghargai
yang konstruktivis menurut beberapa pada pemunculan pertanyaan dan
literatur yaitu: (1) Pengetahuan ide-ide siswa. Pada pembelajaran
dibangun berdasarkan pengalaman guru dapat membantu siswa dengan

15
cara membuat informasi lebih lewat proses kerjasama dengan orang
bermakna. Kepada siswa diberikan lain.
kesempatan untuk menemukan atau Pendekatan konstruktivis sosial
menerapkan sendiri ide-ide mereka. menggunakan sejumlah inovasi di
dalam pembelajaran di kelas.
KONSTRUKTIVIS SOSIAL Prinsip-prinsip pendekatan
Secara umum, pendekatan konstruktivis sosial adalah: (1)
konstruktivis sosial menekankan Pengetahuan
pada konteks sosial dari dibangun/dikonstruksikan bersama;
pembelajaran dan bahwa (2) Pengetahuan dipengaruhi oleh
pengetahuan itu dibangun dan konteks dan situasi sosial tertentu
dikonstruksikan bersama (mutual). (situated cognition). Situated
Pendekatan konstruktivis sosial ini cognition mengacu pada ide bahwa
sangat dipengaruhi oleh teori pemikiran selalu ditempatkan dalam
perkembangan kognitif Vygotsky konteks sosial dan fisik, bukan dalam
(1896-1934). Vygotsky mengatakan pikiran seseorang. Oleh karena itu,
bahwa perkembangan anak tidak bisa dalam pembelajaran konstruktivis
dipisahkan dari situasi sosial dan sosial perlu menciptakan situasi
kultural. Dia percaya bahwa seperti yang terjadi di dunia nyata.
perkembangan memori, perhatian, Pembelajaran mengandung arti
dan nalar melibatkan pembelajaran setiap kegiatan yang dirancang untuk
untuk menggunakan alat yang ada membantu seseorang mempelajari
dalam masyarakat, seperti bahasa, suatu kemampuan dan nilai yang
sistem matematika, dan strategi baru. Proses pembelajaran pada
memori. Teori Vygotsky menarik awalnya meminta guru untuk
banyak perhatian karena teorinya mengetahui kemampuan dasar yang
mengandung pandangan bahwa dimiliki oleh siswa meliputi
pengetahuan itu dipengaruhi situasi kemampuan dasarnya, motivasinya,
dan bersifat kolaboratif. Dengan kata latar belakang akademisnya, latar
lain, di samping individu, kelompok belakang ekonominya, dan lain
di mana individu berada, sangat sebagainya.kesiapan guru untuk
menentukan proses pembentukan mengenal karakteristik siswa dalam
pengetahuan pada diri seseorang. pembelajaran merupakan modal
Melalui komunikasi dengan utama penyampaian bahan belajar
komunitasnya, pengetahuan dan menjadi indikator suksesnya
seseorang dinyatakan kepada orang pelaksanaan pembelajaran.
lain sehingga pengetahuan itu Pembelajaran hakikatnya adalah
mengalami verifikasi, dan usaha sadar dari seorang guru untuk
penyempurnaan. Vygotsky mengarahkan interaksi siswa dengan
menandaskan bahwa kematangan sumber belajar untuk mencapai
fungsi mental anak justru terjadi tujuan yang diharapkan.

16
Belajar merupakan peningkatan bersama-sama membangun
dan perubahan kemampuan kognitif, pengetahuannya. Adapun siswa,
apektif, dan psikomotorik kearah dituntut aktif belajar dalam rangka
yang lebih baik lagi. Belajar tidak mengkonstruksi pengetahuannya,
lepas dari keseluruhan aspek pribadi karena itu siswa sendirilah yang
manusia. Ada beberapa macam harus bertanggung jawab atas hasil
aktifitas dalam belajar yang perlu belajarnya.
diperhatikan, yaitu : (1) Beberapa tugas guru dalam
Menggunakan panca indra untuk menjalankan fungsinya sebagai
mengindra dan mengamati yang mediator dan fasilitator belajar,
merupakan kegiatan belajar yang sebagai berikut: (1) Menyediakan
paling mendasar dan telah dilakukan kesempatan dan pengalaman belajar
sejak awal kehidupan manusia; (2) yang memungkinkan siswa
Membaca merupakan kegiatan bertanggung jawab dan mendukung
belajar yang paling penting dan proses belajar siswa dalam membuat
utama dalam belajar; (3) Mencatat rancangan, proses dan penelitian; (2)
dan menulis point-point penting dari Menyediakan atau memberi
yang telah diamati dan dibaca sangat kegiatan-kegitan yang merangsang
diperlukan untuk memperkuat keingintahuan dan membantu mereka
ingatan; (4) Mengingat dan untuk mengekspresikan gagasan-
menghafal adalah cara mudah untuk gagasannya dan mengkomunikasikan
menyimpan kesan-kesan dalam ide-ide ilmiah mereka; (3)
memori; (5) Berpikir dan Menyediakan sarana yang
berimajinasi akan mampu merangsang siswa untuk berpikir
melahirkan banyak karya yang secara produktif; (4) Memonitor,
bermanfaat bagi kehidupan manusia; membantu mengevaluasi hipotesis
(6) Bertanya dan berkonsultasi dan kesimpulan yang dibuat oleh
tentang sesuatu yang belum siswa.
diketahui merupakan kegiatan belajar Tugas guru yang terpenting,
yang harus dibiasakan; (7) Latihan menghargai dan menerima pemikiran
dan mempraktekan sesuatu yang siswa apa pun adanya dengan
telah dipelajari akan mampu menunjukkan apakah pemikiran itu
menciptakan perubahan dalam jalan atau tidak. Oleh karena itu,
dirinya. guru harus menguasai bahan atau
materi secara luas dan mendalam,
PENERAPAN DALAM PROSES sehingga dapat lebih fleksibel
PEMBELAJARAN menerima gagasan siswa yang
Menurut Paul Suparno, bagi berbeda dan bervariasi. Julyan dan
siswa, guru berfungsi sebagai Duckworth (Sutardi, 2007:128)
mediator, pemandu, dan sekaligus merangkum hal-hal penting yang
teman belajar. Dalam hal ini, guru perlu dikerjakan oleh guru
dan siswa lebih sebagai mitra yang konstruktivis sebagai berikut: (1)

17
Guru perlu mendengar sungguh- pembelajaran kolaboratif, murid
sungguh interprestasi siswa terhadap akan terbantu dalam proses
data yang ditemukan sambil menaruh belajarnya (Pressly,dkk., 2001;
perhatian khusus kepada keraguan, Yarrow & Topping, 2001).
kesulitan, dan kebingungan setiap Scaffolding merupakan bantuan,
siswa; (2) Guru perlu memperhatikan dukungan (support) kepada siswa
perbedaan pendapat dalam kelas, dari orang yang lebih dewasa atau
pada hal-hal yang kontradiktif dan lebih kompeten khususnya guru yang
membingungkan siswa, guru akan memungkinkan penggunaan fungsi
menemukan bahwa konsep yang kognitif yang lebih tinggi dan
dipelajari itu mungkin sulit dan memungkinkan berkembangnya
membutuhkan lebih banyak untuk kemampuan belajar sehingga
mengkonstruksinya; (3) Guru perlu terdapat tingkat penguasaan materi
tahu bahwa ”tidak mengerti” adalah yang lebih tinggi yang ditunjukkan
langkah yang penting untuk mulai dengan adanya penyelesaian soal-
menekunnya, ketidaktahuan siswa soal yang lebih rumit.
bukanlah suatu tanda yang jelek
dalam proses belajar, melainkan 2) Pelatihan Kognitif/ Cognitive
langkah awal untuk mulai. Apprenticeships
Istilah “pelatihan” atau
TEKNIK PEMBELAJARAN “magang” (apprenticeship)
KONSTRUKTIVIS SOSIAL menunjukkan pentingnya aktivitas
Guru bersama siswa, dengan dalam pembelajaran dan menjelaskan
teman sebaya dapat saling sifat dari pembelajaran yang
berinteraksidalam kelas dalam proses ditempatkan dalam suatu konteks.
pebelajran. Ada empat teknik dalam Pendekatan cognitive
pelaksanaan pembelajaran dengan apprenticeships menggunakan
pendekatan konstruksi sosial, yaitu: pembimbing yang berpengetahuan
(1) scaffolding; (2) pelatihan kognitif luas, atau “master” (pakar) untuk
(cognitive apprenticeship), (3) memberikan model, demonstrasi dan
tutoring, (4) cooperative learning koreksi dalam tugas-tugas belajar,
(Rogoff, Turkanis, & Barlett, 2001). serta ikatan pribadi yang memotivasi
1) Scaffolding bagi para peserta magang yang lebih
Scaffolding adalah teknik muda atau kurang pengalaman
mengubah level dukungan sepanjang selama mereka melaksanakan dan
jalannya sesi pengajaran. Orang yang menyempurnakan berbagai tugas.
lebih ahli (guru atau teman sebaya Allan Collins, dkk mengatakan
yang lebih pandai) menyesuaikan bahwa pengetahuan dan
jumlah bimbingannya dengan kinerja keterampilan yang dipelajari di
murid. Para peneliti menemukan sekolah telah terlalu terpisah dari
bahwa ketika scaffolding dipakai penggunaannya di dunia luar
oleh guru dan teman sebaya dalam sekolah. Ada banyak model cognitive

18
apprenticeships, tetapi sebagian telah dikembangkan antara lain:
besar memiliki enam fitur berikut: Program Reading Recovery dan
(1) Siswa mengamati seorang ahli Program Success for All. Tutoring
(biasanya guru) yang memberi dapat dilakukan dengan teman
model/contoh kinerja. Dan siswa sebaya dan teman lintas usia.
mendapat dukungan eksternal Tutoring teman sebaya, seorang
melalui coaching atau tutoring; (2) murid mengajar murid lainnya.
Siswa menerima scaffolding Dalam tutoring teman sebaya, teman
konseptual, yang kemudian yang mengajar biasanya teman
dihilangkan secara gradual saat siswa sekelas. Sedangkan tutoring teman
menjadi lebih kompeten; (3) Siswa lintas usia, teman yang mengajar
terus mengartikulasikan pengetahuan biasanya lebih tua usianya. Tutoring
mereka, memindahkan teman lintas usia biasanya lebih baik
pemahamannya tentang proses dan dibandingkan tutoring teman sebaya.
isi yang sedang dipelajari ke dalam Teman yang lebih tua biasanya lebih
bentuk kata-kata; (4) Siswa pandai ketimbang teman sebaya.
merefleksikan kemajuannya, Para peneliti menemukan bahwa
membandingkan problem solving- tutoring teman sering kali membantu
nya dengan kinerja ahli dan prestasi murid, tutoring memberi
kinerjanya sendiri sebelumnya; (5) manfaat bagi tutor maupun yang
Siswa dituntut untuk mengeksplorasi diajari, terutama ketika tutor yang
cara-cara baru untuk menerapkan apa lebih tua adalah murid berprestasi.
yang mereka pelajari, siswa Mengajari orang lain tentang sesuatu
berinovasi mencari cara-cara yang adalah cara terbaik untuk belajar.
belum mereka praktikan.
Aspek kunci dari pelatihan 4) Cooperative learning
kognitif adalah evaluasi atas kapan Pembelajaran kooperatif terjadi
seorang pembelajar sudah siap diajak ketika murid bekerja sama dalam
ke langkah selanjutnya. kelompok kecil (kelompok belajar)
untuk saling membantu dalam
3) Tutoring belajar. Periset telah menemukan
Tutoring pada dasarnya adalah bahwa pembelajaran kooperatif dapat
pelatihan kognitif antara pakar menjadi strategi yang efektif untuk
dengan pemula. Tutoring bisa terjadi meningkatkan prestasi, apabila
antara orang dewasa dan anak-anak, syarat-syarat berikut terpenuhi yaitu:
atau antara anak yang pandai dengan (a) Disediakan penghargaan kepada
anak yang kurang pandai. Tutoring kelompok. Penghargaan diberikan
individual adalah strategi yang kepada kelompok sehingga anggota
efektif, yang menguntungkan banyak kelompok itu dapat memahami
murid yang kurang pandai dalam bahwa membantu orang lain adalah
suatu mata pelajaran. Beberapa demi kepentingan mereka juga; (b)
program tutoring individual yang Individu dimintai pertanggung

19
jawaban. Perlu dilakukan evaluasi pembelajaran kooperatif umumnya
kontribusi individu dengan tes merekomendasikan kelompok
individual. Tanpa adanya evaluasi, heterogen dengan diversitas dalam
beberapa murid mungkin akan kemampuan, latar belakang etnis,
malas-malasan atau bahkan ada yang status sosio-ekonomi, dan gender.
merasa diabaikan karena merasa Beberapa pakar merekomendasikan
dirinya tidak memberikan kontribusi. agar saat membentuk kelompok yang
Jika kondisi penghargaan dan heterogen secara etnis dan
akuntabilitas individual di atas sosioekonomis, memperhatikan
terpenuhi, maka pembelajaran komposisi kelompok itu. Salah satu
kooperatif akan meningkatkan rekomendasinya adalah tidak
prestasi di grade yang berbeda-beda, membuat komposisi itu terlalu jelas.
dan meningkatkan prestasi di bidang Jadi, anda bisa memvariasikan
keterampilan dasar seperti karakteristik sosial yang berbeda
pemecahan masalah/problem solving. (etnis, sosio-ekonomi, status dan
Dalam kelompok belajar, gender) secara bersamaan.
biasanya terjadi pertambahan Rekomendasi lainnya adalah tidak
motivasi untuk belajar. Pembelajaran membentuk kelompok yang hanya
kooperatif juga memperbesar mengandung satu murid minoritas;
interdependensi dan hubungan dengan cara ini murid minoritas itu
dengan murid lain. Dalam sebuah tidak akan menjadi “pusat perhatian
kelompok belajar, murid biasanya tunggal”. Pembelajaran kooperatif
mempelajari satu bagian dari unit yang baik di kelas membutuhkan
yang lebih besar dan kemudian waktu untuk membangun keahlian
mengajarkan bagian itu kepada team-building (pembentukan tim).
kelompok. Saat murid mengajar Agar interaksi dan kerja kelompok
sesuatu kepada orang lain, mereka dapat berjalan dengan baik dan
cenderung belajar lebih mendalam. lancar, maka setiap murid perlu
Ada sejumlah pendekatan kooperatif diberi peran yang berbeda. Peran
telah dikembangkan, antara lain yang dimiliki masing-masing murid
Student-Teams-Achievement membuat semua anggota kelompok
Divisions (STAD), jigsaw, belajar merasa dirinya penting dalam
bersama, investigasi kelompok dan kelompok tersebut.
penulisan kooperatif. Pembelajaran Berikut tiga program
kooperatif perlu didukung oleh konstruktivis sosial dalam upaya
komunitas yang kooperatif pula. menantang murid memecahkan
Dalam menyusun kelompok problem dunia nyata dan
kerja, kita perlu membuat keputusan mengembangkan pemahaman yang
tentang bagaimana menyusun lebih mendalam tentang konsep,
kelompok, membangun keterampilan yaitu : (1) Fostering a community of
kelompok, dan menstrukturisasi learners (Ann Brown – Joe
interaksi kelompok. Pendekatan Campione), program yang

20
mendorong anak melakukan refleksi Supported Intentional Learning
dan diskusi. Program ini Enviroment (CSILE) yaitu
menekankan tiga strategi yang penggunaan teknologi untuk
mendorong refleksi dan diskusi mendobrak isolasi kelas tradisional
dengan menggunakan (a) Orang dengan mendorong murid untuk
dewasa sebagai model peran; (b) berkomunikasi secara elektronik
anak mengajar anak; dan (c) dengan komunitas pembelajar di luar
konsultasi komputer online. dinding kelas.Dalam proyek Schools
Brown (1996) mengatakan for thought, kurikulum
bahwa anak dan orang dewasa dapat mengintegrasikan geografi, geologi,
memperkaya proses belajar di kelas ilmu lingkungan dan fisika, sejarah
dengan konstribusi keahlian mereka. purba dan Amerika, dan seni bahasa
Disini dipakai pengajaran lintas usia, serta membaca.
dimana murid yang lebih tua Tujuan menciptakan The Jasper
mengajar murid yang lebih muda. project, FCL dan CSILE bukan
Fostering a community of learners untuk meningkatkan nilai ujian
(FCL) menggunakan pengajaran murid. Penilaian difokuskan pada
respirokal, dimana murid bergantian kinerja autentik, membuat penilaian
memimpin kelompok kecil dengan berkoordinasi dengan pembelajaran
mendiskusikan bagian yang dan instruksi dan mendorong murid
kompleks, berkolaborasi, berbagi untuk melakukan penilaian sendiri.
keahlian dan perspektif tentang suatu Proyek Schools for thought, masih
topik. Versi modifikasi dari kelas dalam proses pembentukan dan
jigsaw juga digunakan. Kelas FCL mengembangkan aktivitasnya agar
juga menggunakan e-mail untuk diimplementasikan di kelas oleh
membangun komunitas dan keahlian. guru. (3) Sekolah kolaboratif orang
Melalui e-mail, pakar memberikan tua - guru dimana anak biasanya
pelajaran dan nasihat juga komentar belajar dalam kelompok kecil selama
tentang makna dari belajar. jam sekolah, bersama-sama membuat
Evaluasi riset terhadap keputusan dengan teman, memberi
pendekatan FCL menunjukkan kontribusi pada bimbingan orang tua
bahwa program ini bermanaat dan memperlakukan orang lain
meningkatkan pemahaman murid sebagai sumber bantuan. Dalam
dan bersifat fleksibel dalam sekolah kolaboratif, guru - orang tua
menggunakan pengetahuan isi, yang dan anak membantu merencanakan
menghasilkan peningkatan prestasi di dan mengembangkan kurikulum
bidang pelajaran membaca, menulis, yang mencakup : membangun ide
dan pemecahan masalah. (2) Schools yang menarik, murid mempunyai
for thought, program yang agenda belajar sendiri untuk
mengkombinasikan aspek The Jasper memotivasi dalam pembelajaran,
project, Fostering a Community of mendukung unit studi yang sering
Learners (FCL) dan Computer muncul dalam proses kelompok,

21
mengandalkan sumber daya yang dunia nyata dan
luas, dan memfokuskan pada mengembangkan pemahaman
pendalaman ide besar, konsep, dan yang lebih mendalam tentang
proyek besar. konsep, yaitu : Fostering a
Community of Learners,
KESIMPULAN Schools for Thought, dan
@ Pada konstruktivisme sosial, Sekolah Kolaboratif.
pengetahuan yang sudah
terbentuk pada masing- RUJUKAN
masing individu Anderson, D.W., Vault, V.D. &
dikonstruksikan kembali Dickson, C.E. 1999. Problems
setelah terjadi interaksi and Prospects for the Decades
dengan obyek, fenomena Ahead: Competency Based
pengalaman dan lingkungan Teacher Education. Berkeley:
yang baru. Vygotsky McCutchan Publishing Co.
menekankan pada konteks
Abbeduto & Hesketh. 1997.
sosial dan kultural yang
Pragmatic Development in
melingkupi pembelajar.
Individuals with Mental
@ Pendekatan ini memiliki
Retardation: Learning to use
peran dalam proses
language In Social Interaction.
pembelajaran yang sifatnya
Madison: University of
melakukan pemecahan
Winsconsin
terhadap suatu masalah dan
akan mampu menciptakan Brown, A.L., & Campione, J.C.
suasana belajar yang (1996). Psychological theory and
kondusif. Ada empat alat the design of innovative learning
untuk melakukan metode ini, environments: On procedures,
yaitu scaffolding, pelatihan principles, and systems. In L.
kognitif (cognitive Schauble & R. Glaser (Eds.),
apprenticeship), tutoring, dan Innovations in learning: New
pembelajaran kooperatif. environments for education
Dalam hal ini, guru harus (pp. 289–325). Mahwah, NJ:
mengetahui strategi Erlbaum
menyusun kelompok kerja
kecil, karena pada dasarnya Karli, H dan Yuliariatiningsih, M.S.
pembelajaran akan lebih (2003). Model Model
bermakna apabila dilakukan Pembelajaran. Bandung: Bina
dengan proses belajar Media Informasi
kolaboratif.
Piaget. (1981) The Psychology of
@ Program konstruktivis sosial
Intelegence. Totawa: Little field,
dalam upaya menantang
Adan & CO
murid memecahkan problem

22
Poedjiadi, A. (2005). Sains
Teknologi Masyarakat; Model
Pembelajaran Konstektual
Bermuatan Nilai. Bandung:
Remaja ROsdakarya

Santrock, John W. 2013. Psikologi


Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta :
KENCANA.

Suparsono, Paul.1997. Filsafat


Konstruktivitasme dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit
Kanisus

Sutardi, D dan Sudirjo, E. (2007).


Pembaharuan dalam PBM di SD.
Bandung: UPI Press

Trianto. 2009. Mendesain Model


Pembelajaran Inovatif Progresif.
Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.

Udang Undang RI Nomor 20 Tahun


2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jogjakarta: Media
Wacana Press

Sukintaka. (1992). Teori


Bermain.Jalma Arum Kurining
Gusti: Depdikbud

23

Anda mungkin juga menyukai