Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MENGUNGKAPKAN TUJUAN PENDIDIKAN MELALUI


PENAFSIRAN
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu:

Dr. H. Ali Imran, SQ MA.

Disusun Oleh :

M. Farhan Faturrahman :
El Fatih Rosyad :
Arif Rahman :
Achmad Fazrial Dwi Putra : 211310250

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN


JAKARTA
FAKULTAS TARBIYAH (KELAS D)
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

-‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah
Ta’ala. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang
berjudul, “Mengungkapkan Tujuan Pendidikan Melalui Penafsiran” dapat
kami selesaikan dengan baik. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan
kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini
dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka
maupun melalui media internet. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan semangat dan
motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua orang tua
kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen
pembimbing kami, Bapak Fikri Maulana, M.Pd., dan juga kepada teman-
teman seperjuangan. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna
di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu
kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan
makalah kami selanjutnya. Demikian makalah ini kami buat, apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian
materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim penulis
menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa
membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

i
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.……………………………….…………….……………..i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………….………………………….1


1.2 Rumusan Masalah ………………………………...……...…........2
1.3 Tujuan ……………………..…...…………………………...………2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Fitrah............................................................................3
B. Komponen Psikologi Dalam Fitrah...............................................5
C. Implementasi Fitrah Terhadap Pendidikan .................................8
D. Manusia Dan Pendidikan.............................................................11

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN …………………..………………………...................15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................17

ii
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama islam sangat menjunjung tinggi pendidikan, serta tidak membeda-


bedakan pendidikan kepada laki-laki maupun pendidikan kepada wanita.
Sebagaimana hadits nabi yang berbunyi.
َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
‫ضةُ َعلَي ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم َو ُم ْسلِ َم ٍة‬
Artinya: “menuntut ilmu di wajibkan bagi tiap-tiap orang islam lelaki dan orang
islam perempuan”.
Didalam Al-Qur’an juga banyak ayat-ayat yang berhubungan dengan pendidikan,
diantaranya surah Al-Alaq ayat 1-5 menjelaskan kewajiban belajar mengajar,
begitu juga pada surah Luqman ayat 12-19 yang menjelaskan materi pendidikan.
Dari keterangan hadits dan ayat Al-Quran tersebut dapat kita katakan bahwa
didalam islam pendidikan itu sangat penting.
Dari begitu besarnya perhatian islam terhadap pendidikan, tentu agama
islam memiliki tujuan dan alasan tersendiri terhadap permasalahan tersebut. Oleh
karena itu, dalam makalah ini kami akan memaparkan tujuan agama islam
menyuruh umatnya memperhatikan pendidikan. Dimana di dalam
memaparkannya kami mengambil dari tafsir ayat-ayat tentang tujuan pendidikan.
Dan kami tidak mengambil dari satu kitab tafsir saja, tapi kami menghubungkan
dari beberapa kitab tafsir tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Tafsir Tarbawi QS. Az-Zariyat: 56?


2. Tafsir Tarbawi QS. Ali-Imran: 137-139?
3. Tafsir Tarbawi QS. Al-Hajj: 40-41?

1.3. Tujuan Penulisan


iii
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022


1. Agar pembaca memiliki ketrampilan dalam menela’ah surat-surat yang
mengandung tentang tema pendidikan.
2. Pembaca dapat memahami secara tematik tafsir ayat pendidikan.
3. Memaparkan secara singkat, padat, dan jelas tentang tafsir ayat
Pendidikan yang dinukil dari surat Az-Zariyat: 56, Ali-Imran: 137-139,
dan Al-Hajj: 40-41

iv
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022


BAB II
PEMBAHASAN

1. TAFSIR TARBAWI SURAH AZ-ZARIYAT AYAT 56


a). Lafadz
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
َ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنَّ َوا اْل ِ ْن‬
)٥٦(‫س اِاَّل لِيَ ْعبُد ُْو ِن‬

Terjemah:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56).

b). Mufrodat
‫َو َما‬ : Dan tidaklah
ُ ‫ خَ لَ ْق‬: Aku menciptakan
‫ت‬
‫ْٱل ِج َّن‬ : Jin
‫نس‬
َ ‫ َوٱِإْل‬: Dan Manusia
‫ِإاَّل‬ : Kecuali/Melainkan
ِ ‫ لِيَ ْعبُد‬: Supaya mereka memyembahku.
‫ُون‬

c). Tafsir
Pada ayat ini Allah swt. Menyatakan tujuan dari penciptaan jin dan
manusia. Yaitu, untuk menyembah-Nya. Penyebutan jin dan manusia sebagai
pengkhususan kepada dua makhluk yang Allah swt. Beri kemampuan kebebasan
berpikir dan bertindak dalam kehidupannya. Baik jin dan manusia perlu untuk
diingatkan tentang hakikat penciptaannya. Sehingga tidak salah mengambil
langkah dalam menjalani kehidupannya.
Adapun malaikat tidak disebutkan pada ayat ini, karena malaikat tidak memiliki
hawa nafsu dan tidak mempunyai kebebasan berkehendak sebagaimana jin dan

v
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022


manusia. Demikian pula hewan dan makhluk lainnya, beribadah dengan caranya
masing-masing sebagaimana telah ditetapkan Allah swt.¹ Para makhluk itu tidak
memiliki potensi membangkang atas hukum Allah swt. Penyebutan jin terlebih
dahulu atas manusia pada ayat ini, didasari pada waktu penciptaan. Di mana
penciptaan jin lebih dahulu dibandingkan manusia. Bukankah ketika Adam as.
Diciptakan para makhluk yang lebih dahulu diciptakan diperintahkan untuk sujud
sebagai bentuk penghormatan dan penyambutan manusia sebagai makhluk baru.
Di antara yang diperintahkan adalah Iblis, dari golongan jin.²
Ibn Abbas sebagaimana dikutip oleh Ibn Kasir menyatakan “illa
liya’budun” maksudnya untuk menyembah dalam arti tunduk dan patuh kepada
perintah-Nya baik suka maupun tidak. Pendapat ini pula yang dipegang oleh
Imam al-Tabari. Sementara itu, Ibn Juraih berpendapat lain. Menurutnya, makna
“illa liya’budun”, untuk mengenal-Nya. Ayat ini merupakan pesan penting bagi
jin dan manusia agar dalam menjalani kehidupannya tidak dilepaskan dari hakikat
penciptaannya. Sebab itu, segala aktivitasnya harus dilandasi niat ibadah. Makna
ibadah dalam konteks kehidupan tidak terbatas pada aspek-aspek khusus (seperti
salat, zakat puasa dan haji), melainkan mencakup semua aspek kehidupan.
Tafsir Kementrian Agama RI / Surat Az-Zariyat Ayat 56, Allah
memerintah nabi Muhammad beristikamah dalam mengajak umatnya mengesakan
Allah karena sesunguhnya itulah tujuan penciptaan. Aku tidak menciptakan jin
dan manusia untuk kebaikan-ku sendiri. Aku tidak menciptakan mereka
melainkan agar tujuan hidup mereka adalah beribadah kepada-ku karena ibadah
itu pasti bermanfaat bagi mereka. Aku menciptakan manusia dan jin hanya agar
mereka beribadah, bukan agar mereka memberi balasan apa pun kepada-ku. Aku
tidak menghendaki rezeki atau balasan sedikit pun dari mereka dan aku tidak
menghendaki agar mereka memberi makan kepada-ku, seperti halnya mereka
memberi sesajian kepada dewa atau tuhan yang mereka sembah.

Maka dalam ayat 56 QS al-Zariyat, secara tersirat memberikan pesan


tentang tujuan pendidikan, yaitu membentuk manusia yang taat dan patuh,
vi
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022


khususnya kepada sang Pencipta. Bukankah ciri orang terdidik adalah ketaatan
dan kepatuhan terhadap norma dan aturan yang berlaku. Tidak berbuat sesuatu
yang melanggar hukum atau yang bertentangan denghan norma-norma yang ada.
Selain itu, pendidikan menurut ayat ini bertujuan membentuk manusia yang
memahami dan mengenal Tuhan. Dalam konteks ini dapat juga dimaknai
pendidikan mengantarkan manusia pada keimanan yang akan menjaga manusia
agar tetap berada dalam ketaatan dan tidak melakukan hal-hal yang buruk.
Wallahu a’lam.

2. TAFSIR TARBAWI SURAH ALI ‘IMRAN AYAT 137-139


a). Lafadz
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

)١٣٧( ‫ْن‬-َ ‫ض فَا ْنظُرُوْ ا َك ْيفَ َكا نَ عَا قِبَةُ ْال ُم َك ِّذبِي‬ ۙ
ِ ْ‫ت ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم ُسن ٌَن فَ ِس ْيرُوْ ا فِى ااْل َ ر‬
ْ َ‫قَ ْد خَ ل‬
)١٣٨( َ‫س َوهُدًى َّو َموْ ِعظَةٌ لِّ ْل ُمتَّقِ ْين‬
ِ ‫ٰه َذا بَيَا ٌن لِّلنَّا‬
)١٣٩( َ‫َواَل تَ ِهنُوْ ا َو اَل تَحْ َزنُوْ ا َواَ ْنتُ ُم ااْل َ ْعلَوْ نَ اِ ْن ُك ْنتُ ْم ُّمْؤ ِمنِ ْين‬
Terjemah:
“Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah), karena itu
berjalanlah kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).”(QS. Ali
‘Imran(3): Ayat 137)
“Inilah (Al-Qur’an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia,
dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Ali ‘Imran(3): Ayat 138)
“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati,
sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman.”
(QS. Ali ‘Imran(3): Ayat 139)

vii
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022


b). Mufrodat
Ali ‘Imran ayat 137
‫قَ ْد‬ : Sungguh
ْ َ‫خَ ل‬
‫ت‬ : Telah berlaku
‫ِمن‬ : Dari
‫قَ ْبلِ ُك ْم‬ : Sebelum kalian
‫ُسن ٌَن‬ : Sunnah
۟ ‫ فَ ِسير‬: Maka berjalanlah kamu
‫ُوا‬
‫فِى‬ : Di

ِ ْ‫ ٱَأْلر‬: Bumi
‫ض‬
۟ ‫ فَٱنظُر‬:Maka perhatikanlah
‫ُوا‬
َ‫َك ْيف‬ : Bagaimana
َ‫َكان‬ : Adalah
ُ‫ٰ َعقِبَة‬ : Akibat
َ‫ ْٱل ُم َك ِّذبِين‬: Orang-orang yang mendustakan.

Ali ‘Imran ayat 138


‫ٰه َذا‬ : Inilah (Al-Quran)
ٌ َ‫بَي‬
‫ان‬ : Suatu keterangan yang jelas

ِ َّ‫لِّلن‬
‫اس‬ : Untuk semua manusia
‫َوهُدًى‬ : Dan menjadi petunjuk
ٌ‫ َّو َموْ ِعظَة‬: Serta pelajaran

َ‫لِّ ْل ُمتَّقِ ْين‬ : Bagi orang-orang yang bertakwa

Ali ‘Imran ayat 139


‫َواَل تَ ِهنُوْ ا‬ : Dan janganlah kamu (merasa) lemah
‫ َواَل تَحْ زَ نُوْ ا‬: Dan jangan (pula) bersedi hati
‫َوَأ ْنتُ ُم‬ : Sebab kamu
َ‫اَأْل ْعلَوْ ن‬ : Paling tinggi (derajatnya)

viii
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022


‫ِإ ْن ُك ْنتُ ْم‬ : Jika kamu
َ‫ُّمْؤ ِمنِ ْين‬ : Orang beriman

c. Tafsir
Manakala orang-orang Mukmin mendapatkan ujian yang menimpa
mereka di perang Uhud, Allah berfirman untuk menghibur mereka, “Telah
berlaku sebelum kalian Sunnah-sunnah Ilahiyah dalam membinasakan orang-
orang kafir dan menetapkan bahwa akhir yang membahagiakan adalah milik
orang-orang beriman sesudah mereka mendapatkan ujian, maka berjalanlah di
muka bumi dan lihatlah dengan maksud mengambil pelajaran bagaimana akhir
dari orang-orang yang mendustakan Allah dan rasul-rasulNya, negeri-negeri
mereka sunyi dan kerajaan mereka hancur. Al-Qur’an al-Karim ini adalah
penjelasan bagi kebenaran dan peringatan dari kebatilan bagi manusia
seluruhnya, dan ia adalah petunjuk kepada hidayah dan pengingat bagi orang-
orang yang bertakwa, karena mereka adalah orang-orang yang mengambil
manfaat dari hidayah dan petunjuk yang ada di dalamnya. Jangan melemah,
wahai orang-orang Mukmin, dan jangan berduka atas apa yang menimpa kalian
di perang Uhud, hal itu tidak patut bagi kalian, karena kalian adalah yang
tertinggi dengan iman kalian, dan tertinggi dengan pertolongan Allah dan
harapan kalian kepada pertolonganNya bila kalian beriman kepada Allah dan
janjiNya kepada hamba-hambaNya yang bertakwa.
Ayat ini menyeru agar orang-orang beriman pergi berjalan di muka bumi
dan memperhatikan bagaimana akhir para umat-umat terdahulu yang
mendustakan para utusan Allah swt. Itu adalah ketetapan Allah swt. Terhadap
mereka yang dusta, mereka memiliki akhir yang sama, yaitu dibinasakan Allah
swt.

ix
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022


Al-Qurtubi menuliskan, maksud “perhatikanlah bagai-mana kesudahan
orang yang mendustakan (rasul-rasul)” adalah kaum ‘Ad, Tsamud, Firaun, Qarun,
Haman, dan selainnya. Perintah tersebut sebagai pembelajaran dan contoh
kepada orang beriman agar tidak terjerumus pada kesalahan serupa yang
diperbuat umat terdahulu yang menyebabkannya mendapat murka dari Allah
swt. Padahal para umat-umat terdahulu itu telah mencapai puncak
peradabannya, seperti kaum ‘Ad dengan teknologi bangunannya. Mereka
membuat rumah-rumah mereka begitu megah, tiang-tiangnya menjulang ke
langit. Namun, pada akhirnya mereka dibinasakan karena tidak mengindahkan
dakwah Nabi Hud as, malah mendustakannya bahkan berusaha membunuhnya.
Demikian pula kaum Tsamud, yang dianugerahi kemampuan untuk memahat dan
mengukir bebatuan. Dengan itu mereka menciptakan mahakarya berupa
bangunan-bangunan yang begitu indah. Tapi, kelebihan itu malah membuatnya
dusta kepada Nabi Saleh as. Hingga akhirnya mereka pun di binasakan. Hal
serupa terjadi pada Fir’aun, Qarun dan Haman. Mereka semua memiliki
kemiripan, diberikan kelebihan sehingga mencapai puncak kemajuan duniawi
tapi hal itu justru membawa mereka pada keangkuhan, kesombongan dan
menolak dakwah para utusan Allah, dan akhir mereka pun serupa, dibinasakan
Allah swt.
Menurut Ibn Arfah, perintah berjalan di penjuru bumi di sini,
mengandung makna denotatif dan konotatif. Makna denotatifnya, perintah agar
pergi melihat peninggalan umat-umat yang telah Allah swt. Binasakan karena
telah berbuat zalim dengan mendustakan para utusan Allah swt. Adapun, makna
konotatifnya adalah pelajarilah sejarah umat terdahulu dari buku-buku atau
sumber sejarah, perhatikanlah kisah-kisah mereka dan petiklah hikmah dan
pelajaran di dalamnya.
Kisah umat-umat yang mendustakan para utusan Allah itu juga termaktub di
dalam al-Qur’an sebagai petunjuk dan pelajaran bagi orang yang bertakwa.

x
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022


Penyebutan “mau’izatullilmuttaqin” mengindikasikan, hanyalah orang yang
bertakwa yang mampu menjadikan kisah-kisah itu sebagai petunjuk dan
pelajaran. Bagi orang yang tidak bertakwa mungkin mengetahui kisah tersebut
tapi tak mampu merubahnya menjadi beriman dan menghindari kemurkaan
Allah swt. Pada dasarnya, ayat ini turun berkaitan dengan kekalahan umat Islam
dalam Perang Uhud. Pada perang tersebut, sekitar 70 sahabat syahid.
Ayat ini merupakan penghibur bagi orang-orang beriman agar jangan
merasa lemah dan bersedih akibat kekalahan itu, karena pada dasarnya mereka
tetap tinggi di sisi Allah swt. Ketinggian kedudukan di sisi Allah swt. Tidak diukur
apakah kalah atau menang dalam perang, tetapi dilihat dari keimanan yang ada
di dalam dada. Hal ini menunjukkan, kemuliaan tidak dilihat dari kegagalan dan
keberhasilan, tetapi dilihat dari bagaimana menyikapi hal tersebut. Apakah
bersabar ketika kalah, dan bersyukur ketika menang. Demikianlah semestinya
orang beriman dalam menyikapi kekalahan atau kegagalan, harus bersabar dan
tidak bersedih karena semua itu merupakan ujian dari Allah swt.

Aspek Pendidikan pada QS Ali Imran/3 : 137-139


Ayat ini sarat akan makna pendidikan. Hal tersebut terlihat dari anjuran
untuk mempelajari sejarah sebagai refleksi sehingga manusia tidak jatuh pada
kesalahan yang berulang-ulang. Olehnya itu, dapat dipahami, menurut ayat ini
pendidikan semestinya bertujuan menghindarkan manusia dari keburukan dan
kesalahan yang berulang. Pesan Allah swt. Kepada orang beriman agar tidak
merasa lemah dan sedih, jika dimaknai dalam konteks pendidikan berarti
pendidikan betujuan untuk memantapkan kerpibadian seseorang, meneguhkan
hatinya sehingga tidak mudah goyah dan terombang-ambing. Hal tersebut
terlihat dari ayat 139 QS Ali Imran, yang menghibur orang-orang beriman agar
tidak bersedih atas kekalahan, karena menang dan kalah itu hanyalah semu dan
sementara. Sejatinya, tinggi rendahnya nilai sesuatu tidak tergambar dari apa

xi
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022


yang terlihat tetapi ditentukan dari hal esensial yang terdapat di dalam hati, yaitu
keimanan. Wallahu a’lam.

3. TAFSIR TARBAWI SURAH AL-HAJJ AYAT 40-41


a). Lafadz
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫ت‬ْ ‫ْض لَّهُ ِّد َم‬ٍ ‫ضهُ ْم بِبَـع‬ َ ‫س بَ ْع‬ َ ‫ق اِاَّل ۤ اَ ْن يَّقُوْ لُوْ ا َربُّنَا ُ ۗ  َولَوْ اَل َد ْف ُع ِ النَّا‬ ٍّ ‫ٱلَّ ِذ ْينَ اُ ْخ ِرجُوْ ا ِم ْن ِديَا ِر ِه ْم بِ َغي ِْر َح‬
)٤٠( ‫َز ْي ٌز‬ ِ ‫يع‬ ٌّ ‫صر ُٗه ۗ اِ َّن هّٰللا َ لَقَ ِو‬ُ ‫ص َر َّن هّٰللا ُ َم ْن يَّ ْن‬
ُ ‫ت َّو َم ٰس ِج ُد ي ُْذ َك ُر فِ ْيهَا ا ْس ُم هّٰللا ِ َكثِ ْيرًا ۗ  َولَيَ ْن‬
ٌ ‫صلَ ٰو‬
َ ‫ص َوا ِم ُع َوبِيَ ٌع َّو‬ َ
‫ف َونَهَوْ ا َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۗ  َوهّٰلِل ِ عَا‬ ِ ْ‫ض اَقَا ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰا تَ ُوا ال َّز ٰكوةَ َواَ َمرُوْ ا بِا ْل َم ْعرُو‬ ٰ
ِ ْ‫اَ لَّ ِذ ْينَ اِ ْن َّم َّكنّهُ ْم فِى ااْل َ ر‬
)٤١( ُ ‫قِبَةُ ااْل‬

Terjemah:
“(yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan
yang benar hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami ialah Allah.”
Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan
sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-
gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi, dan masjid-masjid yang di
dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang
yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.”
(QS. Al-Hajj 22: Ayat 40)

“(Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka


melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang
makruf dan mencegah dari yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali
segala urusan.” (QS. Al-Hajj 22: Ayat 41)

b). Mufrodat
Al-Hajj ayat 40
َ‫الَّ ِذ ْين‬ : yaitu orang-orang yang

xii
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022


‫ُأ ْخ ِرجُوْ ا‬ : Diusir

ِ َ‫ِم ْن ِدي‬
‫ار ِه ْم‬ : Dari kampung halamannya
ٍّ ‫بِ َغي ِْر َح‬
‫ق‬ : Tanpa alasan yang benar
‫ِإاَّل َأ ْن يَّقُوْ لُوْ ا‬ : Hanya karena mereka berkata
ُ ‫َربُّنَا هّٰللا‬ : Tuhan kami ialah Allah
‫هّٰللا‬
ِ ‫َولَوْ اَل َد ْف ُع‬ : Seandainya Allah tidak menolak (keganasan)
َ َّ‫الن‬
‫اس‬ : Manusia
َ ‫بَ ْع‬
‫ضهُ ْم‬ : (Yaitu) sebagian mereka
‫ْض‬
ٍ ‫بِبَع‬ : Dengan sebagian yang lain
‫ت‬ْ ‫لَّهُ ِّد َم‬ : Tentu telah dirobohkan
‫ص َوا ِم ُع‬
َ : Biara-biara Nasrani
‫َوبِيَ ٌع‬ : Dan gereja-gereja
ٌ ‫صلَ ٰو‬
‫ت‬ َ ‫َّو‬ : Dan rumah-rumah ibadah orang Yahudi
‫َّو َم ٰس ِج ُد‬ : Dan masjid-masjid
‫ي ُْذ َك ُر‬ : Yang disebut
‫هّٰللا‬
ِ ‫فِ ْيهَا ا ْس ُم‬ : Yang di dalamnya banyak nama Allah
‫َكثِ ْيرًا‬ : Banyak- banyak
ُ ‫َولَيَ ْنص َُر َّن هّٰللا‬ : Allah pasti akan menolong
‫َم ْن‬ : Orang yang
‫صر ُٗۗه‬ ُ ‫يَّ ْن‬ : Menolong (agama)-Nya
‫هّٰللا‬
َ ‫ِإ َّن‬ : Sungguh, Allah
ٌّ‫لَقَ ِوي‬ : Mahakuat
‫َز ْي ٌز‬
ِ ‫ع‬ : Mahaperkasa

Al-Hajj ayat 41
َ‫اَلَّ ِذ ْين‬ : (Yaitu) orang-orang yang
‫ ِإ ْن َّم َّك ٰنّهُ ْم‬: Jika Kami beri kedudukan

ِ ْ‫ فِى اَأْلر‬: Di bumi


‫ض‬
‫َأقَا ُموا‬ : Maka mereka melaksanakan
xiii
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022


َ‫الص َّٰلوة‬ : Shalat
‫َو ٰاتَ ُوا‬ : Dan menunaikan
َ‫ال َّز ٰكوة‬ : Zakat
‫َوَأ َمرُوْ ا‬ : Dan menyuruh
ِ ْ‫ بِ ْال َم ْعرُو‬: Berbuat yang makruf
‫ف‬
‫َونَهَوْ ا‬ : Dan mencegah
‫ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر‬: Dari yang mungkar
‫هّٰلِل‬
ِ ‫َو‬ : Dan kepada Allah-lah
ُ‫عَاقِبَة‬ : Kembali
‫اُأْل ُموْ ِر‬ : Segala urusan

c). Asbabun Nuzul


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku,
telah menceritakan kepada kami Abur Rabi’ Az-Zahrani, telah menceritakan
kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Ayyub dan Hisyam, dari Muhammad yang
mengatakan bahwa Usman ibnu Affan pernah mengatakan, “Ayat ini diturunkan
berkenaan dengan kami (para sahabat), yaitu firman-Nya: ‘(yaitu) orang-orang
yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka
mendirikan salat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf, dan
mencegah dari perbuatan yang mungkar’ (Al-Hajj: 41) Kami telah diusir dari
rumah kami tanpa alasan yang benar, melainkan hanya karena kami beriman
bahwa Allah adalah Tuhan kami. Kemudian Dia meneguhkan kedudukan kami di
suatu negeri, maka kami mendirikan salat, menunaikan zakat, dan
memerintahkan berbuat kebajikan serta mencegah dari perbuatan mungkar, dan
kepada Allah-lah dikembalikan semua urusan. Ayat ini diturunkan berkenaan
dengan aku dan sahabat-sahabatku.³
d). Tafsir

xiv
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022


Al-Tabari dalam tasfsirnya menuliskan bahwa ayat ini berbicara tentang
Rasulullah saw. Dan para sahabat yang diusir dari Mekkah, karena mendakwakan
tauhid. Sehingga Rasulullah saw. Harus hijrah ke Madinah. Ayat ini juga
mengisyaratkan bahwa hal serupa juga dilakukan oleh para umat terdahulu
kepada para nabi dan pengikutnya. Karena penindasan yang dilakukan oleh para
musuh-musuh Islam sudah melampaui batas, merenggut hak-hak orang beriman
untuk bebas memilih kepercayaan bahkan sampai mengusirnya dari kampung
halamanya. Maka Allah swt. Menolak keganasan mereka terhadap orang
beriman dengan diizinkannya untuk berperang dalam rangka menegakkan hak-
haknya. Apabila penindasan orang-orang kafir itu tidak diantisipasi dengan
perlawanan, maka mereka akan menghancurkan temppat-tempat ibadah, baik
itu gereja, zinagog dan masjid. Hal ini mengindikasikan bahwa tiap agama
sebelum Islam, nabi sebelum Nabi Muhammad saw. Juga diperintahkan untuk
melawan orang-orang kafir[1] dalam rangka menjaga hak-haknya agar tidak
ditindas, dan kalimat tauhid tetap berkumandang.
Ayat ke-40 dari surat al-Hajj, pada dasarnya penjelasan dari ayat
sebelumnya yang mengizinkankan kepada orang beriman untuk berperang
melawan orang kafir. Maka ayat ke-40 menjelaskan alasan mengapa mereka
sudah diizinkan untuk perang. Ibn al-Arabi sebagaimana dikutip al-Qurtubi
menjelaskan, sebelum perjanjian Aqabah, Nabi saw. Dan orang beriman belum
diizinkan untuk berperang. Mereka hanya diperintahkan berdoa dan bersabar
atas penindasan orang-orang kafir. Hal ini berlangsung kurang lebih 10 tahun.
Namun setelah penindasan orang-orang kafir telah mencapai puncaknya, sampai
mengusir Nabi saw. Bahkan ada rencana untuk membunuhnya. Maka Allah swt.
Mengizinkan orang-orang beriman untuk berperang. Menurut Ibn Abbas ra.,
Mujahid, Qatadah dan lainnya, ayat ini adalah ayat yang pertama turun berkaitan
dengan perintah jihad. Ibn Kasir mengutip riwayat dari Ibn Abbas ra., ketika
Rasulullah saw. Hendak berhijrah ke Madinah karena diusir dan hendak dibunuh

xv
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022


oleh kafir Quraisy, Abu Bakar ra. Sudah punya firasat akan turun perintah untuk
berperang. Allah swt. Tidak sekadar mengizinkan orangorang beriman untuk
berperang. Tetapi Ia menjanjikan pertolongan-Nya kepada orang-orang beriman
yang berperang membela agama dan haknya sebagai motivasi agar hati orang-
orang beriman teguh sebab mereka tidak akan berjuang sendiri, mereka punya
Allah swt. Yang akan membantunya.
Pada ayat ke-41 surat al-Hajj, Allah swt. Menjelaskan sifat orang-orang
beriman yang apabila diberi nikmat berupa kedudukan di muka bumi, maka ia
mendirikan salat, menunaikan zakat, serta mengajak kepada ma’ruf (kebaikan)
dan mencegah kemungkaran. Sifat orang beriman yang senantiasa mendirikan
salat meskipun telah diberi kedudukan, selain bermakna salat sebagai suatu
perbuatan yang diawali takbir dan diakhiri salam. Juga bermakna simbolis,
bahwa orang beriman senantiasa menjaga dan memelihara hubungannya
dengan Allah swt. Di samping itu salat juga merupakan representasi dari segala
bentuk kebaikan. Rasulullah saw. Bersabda:

ْ ‫ت فَقَ ْد َأ ْفلَ َح َوَأ ْن َج َح َوِإ ْن فَ َسد‬


‫َت فَقَ ْد‬ ْ ‫صلُ َح‬ َ ‫ِإ َّن َأو ََّل َما يُ َحا َسبُ بِ ِه ْال َع ْب ُد يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة ِم ْن َع َملِ ِه‬
َ ‫صاَل تُهُ فَِإ ْن‬
‫َاب َو َخ ِس َر‬
َ ‫خ‬

Artinya:
Sesungguhnya amalan yang paling pertama dihisab dari seorang hamba di hari
kiamat adalah salatnya. Jika salatnya baik maka sungguh ia telah beruntung,
tetapi apabila buruk maka sungguh ia telah merugi. (HR Abu Dawud, al-Tirmizi,
al-Nasa’i).
Adapun menunaikan zakat, merupakan representasi dari hubungan
sesama manusia. Sebab orang yang mengeluarkan zakatnya, selain karena taat
pada perintah Allah, juga mengindikasikan memiliki kepekaan sosial. Orang

xvi
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022


beriman juga senantiasa menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran
dalam arti ia memiliki prinsip kebaikan, mencintai dan selalu mengajak kepada
kebaikan dan benci kemungkaran. Sebab itu, orang beriman tidak akan pernah
berdamai dengan kemungkaran ia akan selalu berdiri melawan segala bentuk
kemungkaran dan ketidakadilan, yang tentu tidak mendatangkan apa-apa kecuali
keburukan.

Aspek Pendidikan dalam QS al-Hajj/22 :40-41


Ada beberapa aspek pendidikan yang terdapat dalam ayat ini, khususnya
yang berkenaan dengan tujuan pendidikan. Pada ayat ini dijelaskan tentang
diperbolehkannya berperang karena penindasan terhadap hak-hak asasi. Ini
adalah indikator bahwa tujuan pendidikan membentuk pribadi yang
menghormati hak-hak asasi dan gigih dalam memperjuangkannya. Sebagaimana
diketahui bahwa pendidikan memanusiakan manusia, dan penindasan adalah
bentuk perlakuan yang tidak manusiawi. Pendidikan juga hadir agar manusia
sampai pada taraf yang kebudayaan dan peradaban tinggi, saling menjaga
kehormatan dan hak satu sama lain. Pada ayat di atas juga dijelaskan tentang
sifat orang-orang beriman, mendirikan salat, menunaikan zakat, menyeru kepada
kebaikan dan mencegah kemungkaran. Semua itu selain memiliki makna zahir,
juga merupakan bahasa simbolis yang sarat akan makna.
Pendidikan dalam perspektif ayat ini bertujuan membentuk pribadi yang
memiliki kesadaran spiritual atau kecerdasan spiritual, hal tersebut disimbolkan
dengan mendirikan salat. Selain memiliki kesadaran spiritual, juga memiliki
kesadaran dan kecerdasan emosional serta kepekaan sosial yang disimbolkan
dengan menunaikan zakat. Adapun menyeru kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran, berkaitan dengan dua aspek. Pertama, pengetahuan tentang
kebaikan, kebenaran dan kemungkaran, sebab tanpa pengetahuan tentang hal
tersebut tidak mungkin seseorang dapat menyerukan kebaikan dan mencegah
kemungkaran. Kedua, berkaiatan dengan prinsip dan sikap, pendidikan
xvii
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022


membentuk karakter yang berintegritas tinggi. Maksudnya, karakter yang
menebar kebaikan, menjunjung tinggi nilai keadilan dan menolak kemungkaran
dan ketidakadilan. Wallahu a’lam.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

xviii
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022


DAFTAR PUSTAKA

Al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-
Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 2. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1415 H.

Al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-
Ta’wil, Juz 2. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?
m=1, Di akses pada 26 September 2022

Ibn ‘Asyur, Muhammad Tahir Ibn Muhammad. Al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz


17. Tunis: Dar al-Tunisiyah li al-Nasyr, 1984.

xix
¹al-Alusi, Syihabuddin Mahmud Ibn Abdullah. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab al-Masani, Juz 14. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1415 H.

²al-Baidawi, Nasruddin Abu Said Abdullah Ibn Umar. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 5. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1418 H.

³http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-41.html?m=1, Di akses pada 26 September 2022

Anda mungkin juga menyukai