Anda di halaman 1dari 15

TAFSIR AYAT AL-QUR’AN TENTANG SUBYEK PENDIDIKAN

Makalah Ini Untuk Memenuhi tugas mata kuliah Tafsir

DOSEN PEMBIMBING :

Hj. Dr. Nurjannah Ismail, M.Ag.

DISUSUN OLEH: KELOMPOK III

Nur Aini (190201123)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Obyek Pendidikan ini tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kemudian shalawat
beserta salam kita sampaikan kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafaatnya diakhirat nanti.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tafsir. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Subyek
Pendidikan bagi pembaca dan juga penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Tafsir
yaitu ibu Hj. Dr.Nurjannah Ismail. M.Ag. dan juga kepada teman-teman yang sudah
mendukung dan memberi semangat kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan


makalah ini. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang kontruksi
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 1 Oktober 2021

Dengan hormat

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1


A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................................... 1
D. Manfaat penyusunan .................................................................................................. 2

BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................3
A. QS. Al-Rahman/55:1-4 .............................................................................................. 3
B. QS. An-Najm/53:5-6 .................................................................................................. 6
C. QS. An-Nahl/16:43-44 ............................................................................................... 8
D. QA. Al-Kahf/18:66 .................................................................................................... 9

BAB III
PENUTUP ..........................................................................................................11
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 11
B. Saran ........................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang tidak terlepas dari kehidupan kita sehari-hari.
Pendidikan bagi manusia adalah melibatkan semua unsur dalam kehidupannya, baik unsur
dari dalam dirinya sendiri yang sudah membawa potensi juga melibatkan unsur lain di luar
dirinya yaitu lingkungan keluarga, masyarakat dan alam sekitarnya. Agar manusia itu
mengetahui dan memiliki pemahaman akan eksistensi dirinya maka manusia itu perlu di didik
sehingga berkembang sesuai dengan fitrahnya. Subyek pendidikan atau pendidik merupakan
faktor penting dalam kegiatan kependidikan. Di dalam Al-qur’an sudah dijelaskan bagaimana
menjadi seorang pendidik yang professional. Diantaranya ayat Al-qur’an yang menjelaskan
subyek pendidikan adalah QS.al-Rahman/55:1-4, QS.al-Najm/53:5-6, QS.al-Nahl/16:43-44,
QS.al-Kahfi/18:66. Di dalam ayat-ayat tersebut mengandung makna pendidikan terutama
yang berhubungan dengan masalah subyek pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat kita rumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana penafsiran QS. Al-Rahman/55:1-4 ?


2. Bagaimana penafsiran QS. Al- Najm/53:5-6 ?
3. Bagaimana penafsiran QS. Al-Nahl/16:43-44 ?
4. Bagaimana penafsiran QS. Al-Kahfi/18:66 ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui penafsiran QS. Al-Rahman/55:1-4

2. Untuk mengetahui penfasiran QS. Al- Najm/53:5-6

3. Untuk mengetahui penafsiran QS. Al-Nahl/16:43-44

4. Untuk mengetahui penafsiran QS. Al-Kahfi/18:66

1
D. Manfaat penyusunan

1. Manfaat bagi penyusun dalam menyusunkan makalah ini adalah untuk menambahkan

ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai Subyek Pendidikan.

2. Manfaat bagi pembaca dalam menyusunkan makalah ini yaitu sebagai acuan atau

sarana untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai Subyek

Pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. QS. Ar-Rahman/55:1-4

1. Teks ayat dan terjemahan surah Ar-Rahman ayat 1-4 :

{4} َ‫علﱠ َﻤهُ ۡاﻟ َب َيان‬ ِ ۡ َ‫{ َخلَق‬2}‫{ َعلﱠ َم ۡاﻟقُ ۡﺮا ُن‬1}‫ﻟﺮ ۡﺣﻤٰ ُﻦ‬
َ ‫اﻻ ۡن‬
َ {3} َ‫سان‬ ‫ا ﱠ‬
Artinya : “ (Tuhan) yang maha pemurah (1), Yang telah mengajarkan al-Qur’an (2),
Dia yang menciptakan manusia (3), Mengajarkan pandai berbicara (4).”

2. Tafsiran ayat :
a. Tafsir ayat pertama : ‫ﻟﺮ ۡﺣﻤٰ ُﻦ‬
‫ا ﱠ‬

Menurut M. Quraisy shihab surah ini dimulai dengan menyebut sifat rahmat-Nya
Allah yang menyeluruh yaitu ar-Rahman, yakni Allah yang mencurahkan rahmat kepada
seluruh makluk dalam kehidupan dunia ini, baik manusia maupun jin, yang taat dan durhaka,
malaikat, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain. 1

Sedangkan menurut Hamka dalam kitab tafsirnya yaitu Tafsir al-Azhar beliau
berpendapat bahwa apabila kita perhatikan al-Qur’an dengan seksama, kita akan bertemu
hamper pada tiap-tiap halaman, kalimat ar-rahman, ar-rahim, rahmat, rahmatil, yang semua
itu mengandung arti kasih sayang, pemurah, kesetiaan dan lain-lain.2

Dan menurut Ahmad Mustafa Al-maraghi dalam kitab tafsirnya menyebutkan bahwa
ar-Rahman merupakan salah satu diantara nama-nama Allah yang indah (asmaul husna).3

b. Tafsir ayat kedua : ‫علﱠ َم ۡاﻟقُ ۡﺮا ُن‬


َ

menurut Quraish Shihab ayat yang kedua dari surah ar-Rahman terdiri dari dua kata
yaitu pertama “ ‘allama” yang artinya mengajarkan, dan yang kedua yaitu al-Qur’an adalah
firman-firman Allah SWT yang disampaikan oleh malaikat jibril kepada Nabi Muhammad
Saw dengan lafal dan maknanya yang beribadah siapa yang membacanya, dan menjadikan

1
Quraisy Shihab , Tafsir al-Misbah, (Jakarta : Lantera Hati, 2002), jilid:13, Hal:277
2
Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta; Pustaka Panjimas, 1989), Hal:207-208
3
Ahmad Mustafa al-Marghi, terjemahan Bahrun Abubakar dan Hery Noer Ali, Terjemahan Tafsir al-Marghi,
(Toha Putra, Semarang, 1989), Hal:208

3
bukti kebenarannya mukjitnya Nabi Muhammad Saw. Kata al-Qur’an juga dipahami sebagai
keseluruhan ayat-ayatnya yang enam ribu lebih itu, dan dapat juga digunakan untuk merujuk
walau satu ayat saja atau bagian dari satu ayat. 4

Menurut Ahmad Mustafa al-Maraghi turunnya ayat (asbabunnuzul) yang kedua surah
ar-rahman ini dikarenakan sebagai jawaban kepada penduduk mekah ketika mereka
mengatakan “sesungguhnya al-Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya
(Muhammad)”(QS. AN-Nahl ayat 103). Beliau menafsirkan ‘allamal qur’an” bahwa Allah
telah mengajari Nabi Muhammad Saw al-Qur’an dan Nabi Muhammad Saw mengajarkan
kepada umatnya. 5

ِ ۡ َ‫َخلَق‬
َ ‫اﻻ ۡن‬
c. Tafsir ayat ketiga : َ‫سان‬

menurut Quraisy shihab Allah ar-Rahman yang mengajarkan al-Qur’an itu dialah
yang menciptakan manusia makhluk yang paling membutuhkan tuntunan-Nya, sekaligus
yang paling berpotensi memanfaatkan tuntunan itu dan mengajarinya ekspresi yakni
kemampuan menjelaskan apa yang ada dalam benaknya, dengan berbagai cara utamanya
adalah bercakap dengan baik dan benar. Kata al-Insan pada ayat ini mencakup semua jenis
manusia, sejak nabi Adam as hingga akhir zaman.

Menurut Ahmad Mustafa al-Maraghi bahwasannya Allah yang telah menciptakan


umat manusia ini dan mengajarinya mengungkapkan apa yang terlintas dalam hatinya dan
terbetik dalam sanubarinya. Sekiranya tidak demikian, maka Nabi Muhammad Saw takkan
dapat mengajarkan al-Qur’an kepada umatnya.

d. Tafsir ayat keempat : ‫علﱠ َﻤهُ ۡاﻟبَيَان‬


َ

Menurut Al-Hasan, yang dimaksud dengan Al-Bayan ialah berbicara. Sedangkan


menurut Ad-dahhak dan Qatadah serta selain keduanya mengatakan yang dimaksud dengan
Al-Bayan adalah kebaikan dan keburukan. Tetapi pendapat Al-Hasan dalam hal ini lebih baik
dan lebih kuat karna konteks ayat membicarakan pengajaran Al-Qur’an, yang intinya ialah
menunaikan bacaannya. Dan sesungguhnya hal tersebut dapat terealisasi (terwujudkan) bila
Allah menjadikan makhluk-Nya pandai berbicara, dan dimudahkan-Nya untuk mengeluarkan

4
Quraish Shihab, Op.cit. hal;278
5
Al-Maraghi, Op.cit. Hal: 187

4
bunyi huruf dari makhrajnya masing-masing, yaitu dari halaq dan lisan serta kedua bibir
dengan berbagai macam makhraj dan perbedaanya. 6

Menurut Fakhri al-Razi (445-604), kata “ ‘allama” memiliki dua objek, yaitu Nabi
Muhammad Saw dan Jibril, ini mengisyaratkan bahwa al-Qur’an itu bukan perkataan
Muhammad Saw, tetapi kalam Allah. Subyek pendidik dalam ayat ini adalah Allah, yaitu
Allah mengajarkan al-Qur’an. Yang dimaksud dengan “al-bayan” adalah kemampuan
berbicara dan kemampuan mengungkapkan isi hati. Inilah keistimewaan manusia dari
binatang. Ada yang menafsirkan “al-bayan” sebagai pembeda antara hak dan bathil.
Didahulukannya “khalaqal insan” dari “ ‘allamahul bayan” dimaksudkan untuk
menggambarkan bahwa Allah telah mengajar malaikat sebelum dia menciptakan manusia. 7

Menurut wahbat al-Zuhaili, maksud dari ayat diatas adalah sesungguhnya Allah yang
rahmat-Nya sangat luas untuk makhluk-Nya di dunia dan akhirat, tela menurunkan al-Qur’an
kepada hambanya Muhammad Saw untuk mengajari umatnya, dan menajdikan al-Qur’an itu
sebagai hujjah (dalil) bagi manusia. Dia memudahkan menghafal dan memahaminya kepada
orang yang dia beri rahmat. Dia menajdikan jenis manusia, mengajarinya berbicara dan
mengungkapkan isi hatinya, supaya manusia itu dapat berbicara dengan sesamanya dan dapat
memberikan pemahaman kepada generasi mereka, sehingga terjadilah saling menolong dan
saling memberikan empati. Unsur pengajar dalam ayat ini adalah kitab dan guru, yaitu al-
Qur’an dan Nabi Saw, anak didiknya adalah manusia, metode dan teknik mengajar adalah al-
bayan. 8

3. Kaitan QS. ar-Rahman ayat 1-4 dengan pendidikan

Ada beberapa sifat yang diisyaratkan Allah dalam ayat 1-4 surah ini bagi seorang
pendidik atau guru. Sifat-sifat seorang pendidik atau guru adalah :

 Kasih sayang. Allah memberikan isyarat kepada pendidik agar mereka memiliki sifat
kasih saying kepada anak-anak didiknya. Dengan kasih saying itu semua anak didik
merasa terayomi, semua anak diharapkan dapat belajar sesuai dengan potensi yang
mereka miliki.

6
Di kutip dari aplikasi kitab Tafsir Ibnu Katsir
7
Muhammad al-Razi Fakhr, al-Din bin Dliya’u al-Din ‘Umar, Tafsir al-Fakhr al-Razi, (jilid 15, Dar al-Fikr, Bairut,
1995/1415,) hal: 84-86
8
Wahbah Zuhaili, al-Tafsir al-Munir Fi al-‘Aqidah wal-Syari’ah wa al-Manhaj,( jilid 27, dar al-Fikr, Damaskus,
1991), Hal: 197.

5
 Bertanggung jawab. Allah menegaskan bahwa dia menciptakan manusia. Karena itu,
pendidik hendak lah bertanggung jawab untuk membimbing manusia yang
memerlukan bimbingan menuju kepada kedewasaan sambil memperhatikan
perkembangan dan pertumbuhan jasmani anak didik.
 Berbicara dengan bahasa yang mudah dipahami. Dalam ayat ini Allah juga
mengisyaratkan bahwa Allah mengajarkan pengetahuan kepada manusia melalui
bahasa. Oleh karena itu, seorang pendidik harus menguasai bahasa dengan baik,
lembut, sopan, jelas, padat, dan mudah dipahami anak didik.

B. QS. An-Najm /53:5-6

1. Teks ayat dan terjemahan surah An-Najm /53:5-6 :

﴾٦﴿ ‫﴾ ذُو ِم ﱠﺮ ٍة فَا ْستَ َوى‬٥﴿ ‫علﱠ َﻤهُ َشدِيدُ ْاﻟقُ َوى‬
َ

Artinya : “yang diajarkan kepadanya oleh (jibril) yang sangat kuat (5). Yang mempunyai
akal yang cerdas, dan (jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli”(6).

2. Tafsiran ayat :

a. Tafsir ayat kelima :‫شدِيدُ ْاﻟقُ َوى‬


َ ُ‫علﱠ َﻤه‬
َ

Menurut Quraish shihab dalam tafsir al misbah kata ( ُ◌‫علﱠ َﻤه‬


َ ) “’allamahu” yang
artinya diajarkan kepadanya, bukan berarti bahwa wahyu tersebut tersumber dari malaikat
jibril. Seorang yang mengajar tidak mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang
pengajar. Menyampaikan atau menjelaskan sesuatu yang baik dan benar adalah salah satu
bentuk pengajaran. Malaikat menerima wahyu dari Allah dengan tugas menyampaikan secara
utuh baik dan benar kepada nabi Muhammad Saw, dan itu yang dimaksud dengan
pengajaran.9

Menurut al-Maraghi maksud (‫شدِيد ُ ْاﻟقُ َوى‬


َ ) yang artinya sangat kuat, dalam ayat ini
adalah Jibril AS. Malaikat Jibril adalah seorang makhluk yang berkekuatan hebat, baik ilmu
maupun perbuatannya, dan ketika malaikat Jibril menampakkan aslinya di depan Nabi
Muhammad Saw, dia menampakkan wujud aslinya dengan fisik yang sangat kuat, artinya

9
Quraisy Shihab , Tafsir al-Misbah, (Jakarta : Lantera Hati, 2002), jilid:13, Hal: 410

6
Nabi Saw diberikan pengajaran mengenai wahyu ini oleh seorang malaikat yang sangat kuat,
baik kuat fisik maupun dari segala potensi akhliahnya.10

ْ ‫ذُو ِم ﱠﺮةٍ فَا‬


b. Tafsir ayat keenam : ‫ست ََوى‬

Menurut Imam al-Qurthubi didalam Tafsir al-Qurthubi bahwa makna “ٍ‫”ذُو ِم ﱠﺮة‬
dzumirratin adalah dzuquwwatin (yang memiliki kekuatuan). Al-Kalbi berkata “diantara
bukti kekuatan Jibril adalah dia mampu mengangkat kota-kota kaum Luth dari bawah tanah,
lalu dia bawa diatas sayapnya hingga naik ke langit sehingga penduduk langit dapat
mendengar suara-suara penduduk itu”. Diantara bukti kekuatannya juga, teriaknya pada kaum
Tsamud yang begitu banyak jumlahnya. Seketika itu juga mereka tersungkur.11

Menurut Wahbat Zuhaili, menurut Fakhr al-Razi maksud dari “‫ ”ذُو ِم ﱠﺮة‬adalah dia
memiliki kekuatan, dia memiliki kesempurnaan intelektual dan spiritual (ad-din). Dan dia
mempunyai pandangan (intuisi/manzhar) dan kewibawaan (haimat) yang besar, dan juga dia
mempunyai bentuk (khalaq) yang baik. 12

3. Asbabun Nuzul :

Menurut Muhammad Amin bin Muhammad al-Syanqithi, ayat ini merupakan jawaban
dari perkataan orang-orang Quraisy yang mengatakan bahwa Muhammad itu hanyalah tukang
dongeng yang mendongengkan legenda kepada mereka tentang orang-orang dulu. Allah telah
menegaskan bahwa Muhammad bukan diajari oleh manusia, tetapi ia diajarkan oleh jibril.
Nabi Muhammad Saw mendapat pengajaran dari wahyu ini dari malaikat yang sangat kuat,
yaitu Jibril as.

4. Kaitan QS. An-Najm /53:5-6 dengan pendidikan

Pada ayat ini Allah memberikan gambaran tentang performan Jibril yang mengajarkan
al-Qur’an kepada Nabi MuhammadSaw. Ini memberikan isyarat bahwa seorang pendidikan
harus berpenampilan prima. Penampilan prima itu dapat dilihat dari: (1) kecerdasan yang dia
miliki, (2) keluasan wawasan keilmuannya, (3) penampilan yang meyakinkan, yang
mengundang kekaguman dan simpatik anak didik.

10
Al-Maraghi, Op.cit. Hal: 79
11
Syeikh Iman al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi (terj). (Jakarta: Pustaka Azzam,2009) cet:1, Hal:359
12
Fakhr al-Razi, jilid:14, Op.cit, Hal: 286

7
C. QS. An-Nahl /16 : 43-44

1. Teks ayat dan terjemahan surah An-Nahl/16:43-44

{43} َ‫وﺣي ِإﻟَ ْي ِه ْم فَا ْسأَﻟُوا أ َ ْه َل اﻟ ِذّ ْك ِﺮ ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم َﻻ ت َ ْعلَ ُﻤون‬ِ ُ‫س ْلنَا ِم ْﻦ قَ ْب ِل َك ِإﻻ ِر َجاﻻ ن‬َ ‫َو َما أ َ ْر‬
{44} َ‫نزل ِإﻟَ ْي ِه ْم َوﻟَ َعلﱠ ُه ْم َيت َ َف ﱠك ُﺮون‬
َ ‫اس َما‬ ْ َ ‫اﻟزب ُِﺮ َوأ‬
ِ ‫نزﻟنَا ِإﻟَي َْك اﻟ ِذ ّ ْك َﺮ ِﻟت ُ َب ِيّﻦَ ِﻟلنﱠ‬ ‫ت َو ﱡ‬ ِ ‫ْاﻟ َب ِيّنَا‬
artinya : “Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
kami beri wahu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui (43), keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-
kitab dan kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan pada umat manusia
apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”(44).

2. Tafsiran ayat :

Menurut Jalaluddin, maksud ayat ini adalah kami telah mengutuskan sebelum kamu
seorang laki-laki yang diberi wahyu kepadanya (Nabi Muhammad), bertanyalah kepada
orang-orang yang mempunyai pengetahuan, yakni ulama yang ahli tentang kitab Taurat dan
Injil jika kamu tidak mengetahui hal itu. Para rasul itu membawa keterangan-keterangan atau
dalil-dalil yang jelas (al-bayyinat), dan kitab-kitab suci (al-Zabur), kami telah menurunkan
kepadamu al-Qur’an (az-Zikra), agar kamu menerangkan kepada umat manusia yang
diturunkan kepada mereka yang didalamnya dibedakan antara halal dan haram. 13

Menurut riwayat al-Dahak dari Ibn Abbas, ketika Allah mengutuskan Muhammad
Saw, orang-orang Arab mengingkarinya. Mereka mengatakan bahwa Allah Maha Agung dari
menjadikan utusan-Nya seorang manusia. Lalu Allah menyuruh mereka untuk menanyakan
kepada ahl- Kitab (orang-orang Yahudi dan Nasrani), apakah para utusan Allah itu seorang
manusia atau malaikat? Jika mereka malaikat, silahkan ingkari Muhammad Saw, jika mereka
manusia, jangan kalian mengingkari Muhammad Saw.14

Sedangkan menurut Ahmad Mustafa al-Maraghi, maksud dari ayat diatas adalah kami
telah mengutus para lelaki sebagai rasul-rasul dengan membawa dalil-dalil dan hujjah-hujjah
yang membuktikan kebenaran kenabian mereka, serta kitab-kitab yang berisi berbagai
pembebanan (taklif) dan syariat.

13
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin al-Syayuthi, Tafsir Jalalain, (Sinar Baru, Bandung, 1990), Hal: 1084
14
Prof.Dr.H. Mahyuddin Barni, M.Ag, Pendidikan Dalam Perspektif al-Qur’an (Yogyakarta, Pustaka Prisma,
2011), Hal: 54

8
3. kaitan surah An-Nahl/16:43-44 dengan pendidikan

Kalau ayat diatas dikaitkan dengan pendidikan, ayat ini memberikan gambaran bahwa
Nabi Muhammad Saw dan para ulama (ahl al-Dzikr) berperan sebagai subyek (guru). Mereka
memberikan penjelasan atau bimbingan kepada umat atau mereka yang memerlukan tuntunan
atau penjelasan. Sebagai guru, mereka menyampaikan apa saja yang mereka ketahui. Mereka
adalah orang yang dapat menunaikan amanah yang diberikan Allah Swt.

D. QS. Al- Kahfi /18:66

1. Teks ayat dan terjemahan QS. An-Nahl /16 : 43-44

ُ ‫قَا َل ﻟَهٗ ُم ۡوسٰ ى ه َۡل اَت ﱠ ِبعُ َك َع ٰلٓى ا َ ۡن تُعَ ِلّ َﻤ ِﻦ ِم ﱠﻤا‬
َ ‫ع ِلّ ۡﻤ‬
{66} ‫ت ُر ۡشدًا‬

Artinya : “Musa berkata kepada Khidzir : bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu?”

2. Tafsiran ayat :

Pada ayat diatas, menurut Ibnu Katsir, pertanyaan tersebut sebagai permintaan belas
kasihan, bukan untuk memaksa, inilah adap seorang pelajar terhadap gurunya. Pendapat ini
sejalan dengan penafsiran dalam al-Munir “ bolehkah aku mengikuti perjalananmu agar kamu
mengajarkan kepadaku apa yang telah Allah ajarkan kepadamu untuk aku jadikan sebagai
petunjuk dalam urusanku, terutama ilmu yang bermanfaat dan amal shalih” pertanyaan ini
merupakan pertanyaan yang penuh kelembutan dan etika.

Quraish Shihab juga menambahkan, kata attabi’uka ( َ‫ )اَت ﱠ ِبعُك‬yang di dalamnya terdapat
penambahan huruf ta menunjukkan kesungguhan dalam upaya mengikuti itu. Memang
demikianlah seharusnya seorang pelajar harus bertekad untuk bersungguh-sungguh
mencurahkan perhatiannya, bahkan tenanganya terhadap apa yang bakal dipelajari dari
gurunya. 15

Menurut Wahbah al-Zuhaili, Musa meminta kepada Khaidir untuk memberikan dia
tuntunan berupa ilmu yang bermanfaat dan amal yang shaleh. Ini merupakan permintaan
yang dilakukan secara halus dan bertatakrama. Dan inilah yang seharusnya dilakukan oleh
seorang murid kepada gurunya. Meskipun musa seorang Rasul, dia tidak menonjolkan
15
Quraish Shihab, Op.cit. Hal: 343

9
dirinya, tetapi dia bersikap merendah, agar khaidir dapat mengajarinya ilmu. Hal ini Musa
lakukan, karena menuntut ilmu memang diperintahkan. Sedangkan yang dimaksud dengan
“‫ ” ُر ۡشدًا‬rusydan adalah ilmu yang dapat memberikan tuntunan atau ilmu yang membawa
kepada kebajikan.16

3. kaitan QS. Al-Kahfi/ 18:66 dengan pendidikan

Jika ayat tersebut dikaitkan dengan pendidikan maka dapat kita ambil pelajaran yaitu :

 Seorang murid haruslah bertawadhu’, sabar, merasa lebih bodoh walapun sudah
pandai, tidak memaksakan guru harus mengajar pelajaran yang disukai murid,
bersungguh-sungguh, dan tidak melawan perintah guru.
 Sebagai seorang muslim, seseorang harus saling menghormati satu sama lain. Apalagi
kalau dia sebagai seorang murid, dia tentu harus menghargai dan menghormati orang
yang mengajarinya ilmu. Dalam kaitan ini, meskipun posisi Musa sama dengan
Khidzir, Musa tetap hormat kepada Khidzir merupakan bentuk etika seorang murid
kepada guru.

16
Prof.Dr.H. Mahyuddin Barni, Op.cit, Hal:56

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam beberapa ayat yang telah di uraikan, dapat kita ambil kesimpulan bahwa subyek
pendidikan atau guru itu bervariasi. Subyek pendidikan pertama adalah Allah, selanjutnya
para rasul, ulama, orang tua, dan siapa saja yang memberikan bimbingan atau nasehat.
Seoramg guru seyogyanya memilik kecerdasan intelektual dan emosional, memiliki wawasan
yang luas, berpenampilan menarik, bertanggung jawa, rendah hati, penjelasannya mudah
dipahami, dan memiliki sifat penyayang.

B. Saran

Semoga sebagai seorang muslim kita dapat terus mengamalkan al-Qur’an dan Hadist.
Sehingga rahmat Allah selalu menyertai kita semua. Sekian makalah dari kami, kami
menyadari banyaknya kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
kami harapkan demi perbaikan makalah itu agar lebih sempurna kedepannya. Semoga isi dari
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya untuk penulis, Amin Ya Rabb.

11
DAFTAR PUSTAKA

Quraisy Shihab , Tafsir al-Misbah, (Jakarta : Lantera Hati, 2002


Hamka, Tafsir al-Azhar,Jakarta; Pustaka Panjimas, 1989
Ahmad Mustafa al-Marghi, terjemahan Bahrun Abubakar dan Hery Noer Ali, Terjemahan
Tafsir al-Marghi, Toha Putra, Semarang, 1989
Muhammad al-Razi Fakhr, al-Din bin Dliya’u al-Din ‘Umar, Tafsir al-Fakhr al-Razi, jilid 15,
Dar al-Fikr, Bairut, 1995/1415
Wahbah Zuhaili, al-Tafsir al-Munir Fi al-‘Aqidah wal-Syari’ah wa al-Manhaj,jilid 27, dar al-
Fikr, Damaskus, 1991
Syeikh Iman al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi (terj). Jakarta: Pustaka Azzam,2009

Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin al-Syayuthi, Tafsir Jalalain, Sinar Baru, Bandung, 1990
Prof.Dr.H. Mahyuddin Barni, M.Ag, Pendidikan Dalam Perspektif al-Qur’an Yogyakarta,
Pustaka Prisma, 2011

12

Anda mungkin juga menyukai