Anda di halaman 1dari 17

TAFSIR AL-QUR’AN

MATA KULIAH TAFSIR

DOSEN PEMBIMBING :

DRS MOH. IN’AM, M.PD.I

OLEH :

WULAN NURUR ROMADHONI (200501046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

2021

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas kuasa-Nya memberikan


kepada penulis untuk berkesempatan menulis makalah ini dengan baik. Atas
rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah Tafsir Al-
Qur’an ini dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini tidak kala penting guna memenuhi tugas dari mata
kuliah Tafsir yang diampu oleh dosen Bapak Drs. Moh. In’am, M.Pd.I. di
Universitas Muhammadiyah Gresik. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada dosen pengampu karena dalam menulis makalah tafsir ini juga dapat
menambah wawasan ilmu bagi penulis.
Ungkapan terimakasih juga terucap kepada segenap pihak yang telah
membantu proses penulisan makalah ini. Penulis berharap makalah tafsir Al-
Qur’an ini dapat menambah wawasan baru bagi pembaca.
Dalam penulisan maupun penyusunan makalah ini penulis sadar bahwa
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan diterima demi memperbaiki makalah ini agar lebih baik dan benar.

Lamongan, 01 Mei 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................................ 3

Bab I PENDAHULUAN....................................................................................................... 4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan......................................................................................................5

Bab II PEMBAHASAN.........................................................................................................6
A. Pengertian Tafsir........................................................................................................6
B. Tafsir QS. Al-Isra’ Ayat 11dan ayat 65-67................................................................7
C. Tafsir QS. Az-Zumar ayat 8 dan ayat 49..................................................................11
D. Pokok-pokok pelajaran yang dapa diambil..............................................................14
E. Relevansinya dengan program studi.........................................................................15

Bab III KESIMPULAN........................................................................................................16


A. Kesimpulan...............................................................................................................16
B. Saran.........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan wahyu Allah SWT berupa kitab suci yang
dirutunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup bagi
umat islam di bumi. Kitab suci ini ditulis dalam bahasa arab dan makna
penulisan ayat Al-Qur’an pun hanya diketahui Allah SWT yang kemudian
diwahyukan kepada rasul-Nya Muhammad. Sehingga Nabi Muhammad
SAW diyakini sebagai penafsir Al-Qur’an yang paling otoritatif sebelum
beliau wafat. Al-Quran telah, sedang, dan akan selalu ditafsirkan karena Al-
Qur’an memiliki kemungkinan-kemungkinan arti yang tak terbatas atau
luas. Sehingga ayatnya bersifat terbuka untuk interpretasi baru, tidak pernah
pasti dan tertutup dalam interpretasi tunggal.
Dalam penafsirannya Al-Qur’an bisa menimbulkan pemahaman yang
berbeda-beda. Pada hakekatnya penafsiran teks-teks Al-Qur’an berasal dari
Tuhan, yang tidak terbatas, bisa dipahami dengan baik oleh manusia yang
terbatas. Oleh karena itu, penafsiran Al-Qur’an tidak bisa dikatakan tuntas,
karena penafsirannya sering berkembang seiring perkembangan zaman dan
pemahaman manusia atau mufassir itu sendiri. Hingga sampai sekarang
tidak ada satu metode atau bentuk penafsiran yang bisa diklaim sebagai
penafsiran yang mutlak benar dan otoritatif.
Pada penulisan makalah ini akan membahas salah satu contoh tafsir
Al-Qur’an dengan mengambil tema QS. Al-Isra’ ayat 11 dan ayat 65-67
kemudian dilanjut dengan QS Az-Zumar Ayat 8 dan ayat 49. Kemudian
akan penulis sertakan tafsir mufradatnya sekaligus penjelasan yang telah
kami simpulkan dari kitab tafsir yang digunakan sebagai rujukan. Penelitian
ini mengambil rujukan dari beberapa kitab tafsir. Penulis melakukan
penelitian pada beberapa kitab dengan maksud mempelajari wawasan agar
lebih luas serta menyimpulkan dengan bahasa yang sebaik-baiknya agar bisa
difahami atau diterima dengan mudah.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan maksud dari tafsir?
2. Bagaimana penjelasan dari penafsiran Surah Al-Isra’ ayat 11 dan ayat
65-67 ?
3. Bagaimana penjelasan dari penafsiran Surah Az-Zumar ayat 8 dan ayat
49?
4. Bagaimana pokok-pokok yang dapat diambil dari pembahasan tersebut?
5. Bagaimana relevasinya terhadap program studi Pendidikan Agama
Islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan deskripsi tentang tafsir dalam al-Qur’an.
2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan penafsiran dari Surah Al-Isra’
ayat 11 dan ayat 65-67.
3. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan penafsiran dari Surah Az-
Zumar ayat 8 dan ayat 49.
4. Untuk menguraikan pokok-pokok yang terkandung yang dapat dijadikan
pelajaran.
5. Untuk menjelaskan relevansinya terhadap program studi Pendidikan
Agama Islam.

D. Manfaan Penulisan
Penulis berharap penulisan makalah ini dapat bermanfaat untuk
menambah khazanah pengetahuan ilmu, khususnya mengenai penafsiran Al-
Qur’an. Karena sebagaimanapun Al-Qur’an merupakan pedoman hidup
yang mutlak khususnya bagi umat islam agar memperoleh kehidupan yang
baik dan sesuai syariat Islam.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir
Tafsir dalam kamus Al-Munjid adalah isim mashdar yang berarti
ta’wil, pengungkapan, penjelasan, keterangan, dan penyerahan. Pengertian
lainnya berpendapat bahwa tafsir Al-Qur’an ialah menjelaskan atau
menerangkan makna-makna yang sulit difahami dalam ayat-ayat Al-Qur’an.
Adapun pengertian tafsir menurut As-Suyuthi menukil dari Al-Imam
Az-Zarkasyi, beliau menjelaskan pengertian tafsir adalah sebagai ilmu untuk
memahami kitab Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, menjelaskan makna-maknanya, menyimpulkan hikmah, dan hukum-
hukumnya.
Tafsir adalah salah satu upaya dalam memahami, menerangkan
maksud, mengetahui kandungan ayat-ayat Al -Qur’an. Dalam ilmu syara’
tafsir memiliki kedudukan paling tinggi dan agung. Ilmu tafsir merupakan
ilmu yang paling mulia objek pembahasannya dan tujuannya, serta sangat
dibutuhkan bgai umat islam dalam memahami makna Al-Qur’an. Tanpa
tafsir seorang muslim tidak dapat menangkap mutiara-mutiara berharga dari
ajaran Illahi yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa Nabi Muhammad merupakan
mufassir awal (mufassir pertama) dalam memahami makna Al-Qur’an.
Sehingga penafsiran Al-Qur’an sudah ada sejak zaman Rasulullah hidup
hingga sekarang. Namun penafsiran yang terjadi setelah Nabi wafat
mengalami banyak perkembangan yang sangat bervariatif dengan tidak
melepas kategori masanya. Kenapa berbeda, karena pada zaman Rasulullah
masih hidup para sahabat dan orang-orang mukmin selalu mendengarkan
dan percaya pada apa yang dikatakan Rasulullah tentang makna ayat Al-
Qur’an tanpa berani menangapi dengan argumen baru

6
B. Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Isra’
1. Surah Al-Isra’ Ayat 11
Allah SWT berfirman;
‫ع اإْل ِ ْن َسانُ بِال َّش ِّر ُدعَا َءهُ بِ ْال َخي ِْر َو َكانَ اإْل ِ ْن َسانُ َع ُجواًل‬
ُ ‫َويَ ْد‬
Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk
kebaikan. Dan manusia bersifat tergesa-gesa. (17: 11)

Tafsir Mufradat:
Allah Swt. menceritakan tentang sifat manusia yang tergesa-gesa dan
doa yang dilakukannya dalam keadaan tertentu untuk keburukan
dirinya atau anaknya atau harta bendanya. Yang dimaksud dengan
keburukan ini adakalanya ingin mati, atau binasa, atau kehancuran,
dan laknat serta lain sebagainya yang buruk akibatnya. Seandainya
Allaji mengabulkan doanya, niscaya binasalah dia. Ayat ini semakna
dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain
melalui firman-Nya:
Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia.
(Yunus:11), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah ditafsirkan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, dan
Qatadah.
Dalam sebuah hadis disebutkan:
Janganlah kalian mendoa untuk keburukan diri kalian, jangan pula
untuk keburukan harta benda kalian, karena dikhawatirkan doa kalian
akan bertepatan dengan sa'atul ijabah, lalu diperkenankan bagi kalian
doa itu.
Sesungguhnya yang mendorong seseorang melakukan hal seperti ini
hanyalah rasa kekhawatiran dan ketergesa-gesaannya. Maka di dalam
ayat selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:
Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.
Salman Al-Farisi dan Ibnu Abbas dalam bab ini telah menyebutkan
kisah Nabi Adam a.s. ketika ia berniat akan bangkit berdiri sebelum

7
roh yang ditiupkan ke dalam tubuhnya sampai ke bagian kedua
kakinya. Demikian itu karena peniupan roh dimulai dari bagian
kepalanya. Setelah roh sampai ke bagian otaknya, Maka Nabi Adam
bersin dan mengucapkan, "Alhamdulillah (segala puji bagi Allah)",
lalu dijawab oleh Allah melalui firman-Nya, "Hai Adam, Tuhanmu
merahmati kamu." Setelah roh sampai pada bagian kedua matanya,
maka kedua matanya terbuka, lalu mengalir ke bagian tubuhnya, dan
Adam memperhatikan tubuhnya dengan penuh rasa takjub. Maka ia
berupaya untuk bangkit berdiri sebelum roh sampai ke bagian kedua
kakinya, tetapi ternyata ia tidak mampu bangkit, dan ia berkata,
"Wahai Tuhanku, segerakanlah sebelum malam tiba.

2. Surah Al-Isra’ Ayat 65


Allah berfirman;
َ ِّ‫ك َعلَ ْي ِه ْم س ُْل ٰطَ ٌن ۚ َو َكفَ ٰى بِ َرب‬
‫ك َو ِكياًل‬ َ َ‫ْس ل‬
َ ‫إِ َّن ِعبَا ِدى لَي‬
Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas
mereka. Dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga.

Tafsir mufradat:
Firman Allah Swt.: Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak
dapat berkuasa atas mereka.
Ayat ini merupakan pemberitahuan dari Allah Swt. bahwa Dia
mendukung hamba-hamba-Nya yang beriman dan memelihara mereka
dari godaan setan melalui Penjagaan-Nya. Karena itulah dalam akhir
ayat ini disebutkan oleh firman-Nya: Dan cukuplah Tuhanmu sebagai
penjaga.
Yakni Pemelihara, Pendukung, dan Penolong.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Musa ibnu
Wardan, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Sesungguhnya orang mukmin benar-benar dapat mengekang

8
setan-setannya sebagaimana seseorang di antara kalian mengekang
unta kendaraannya dalam perjalanan.

3. Surah Al-Isra’ Ayat 66


Allah SWT berfirman:
۟ ‫َّربُّ ُك ُم ٱلَّ ِذى ي ُْز ِجى لَ ُك ُم ْٱلفُ ْلكَ فِى ْٱلبَحْ ر لِتَ ْبتَ ُغ‬
‫وا ِمن فَضْ لِ ۚ ِٓۦه إِنَّهۥُ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬ ِ
Tuhanmulah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar
kamu mencari karunia-Nya. Sungguh, Dia Maha Penyayang
terhadapmu.

Tafsir mufradatnya:
Allah Swt. menceritakan perihal kasih sayang-Nya kepada
makhlukNya, antara lain ialah menundukan kapal-kapal di lautan buat
hamba-hamba-Nya, dan memudahkannya sehingga dapat berlayar di
atas lautan untuk keperluan hamba-hamba-Nya dalam mencari
sebagian dari karunia-Nya melalui berniaga, dari suatu pulau ke pulau
yang lain. Karena itulah disebutkan dalam akhir ayat ini:
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadap kalian.
Dengan kata lain, sesungguhnya Dia melakukan hal itu bagi kalian
hanyalah sebagai karunia dan rahmat-Nya buat kalian.

4. Surah Al-Isra’ Ayat 67


Allah SWT berfirman:
َ‫ض َّل َمن تَ ْد ُعونَ إِٓاَّل إِيَّا ۖهُ فَلَ َّما نَ َّج ٰى ُك ْم إِلَى ْٱلبَ ِّر أَ ْع َرضْ تُ ۚ ْم َو َكان‬
َ ‫َوإِ َذا َم َّس ُك ُم ٱلضُّ رُّ فِى ْٱلبَحْ ِر‬
‫ٱإْل ِ ن ٰ َسنُ َكفُورًا‬
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang semua
yang (biasa) kamu seru, kecuali Dia. Tetapi ketika Dia
menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling (dari-Nya). Dan
manusia memang selalu ingkar (tidak bersyukur).

9
Tafsir Mufradatya :
Allah Swt. menceritakan bahwa sesungguhnya manusia itu apabila
tertimpa bahaya, pastilah mereka berseru kepada-Nya seraya bertobat
kepada-Nya dan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya. Disebutkan
oleh firman-Nya: Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya
hilanglah siapa yang kalian seru, kecuali Dia.
Yakni lenyaplah dari hati kalian segala sesuatu yang kalian sembah
selain Allah Swt.
Seperti yang terjadi pada diri Ikrimah ibnu Abu Jahal ketika ia
melarikan diri dari Rasulullah Saw. pada hari kemenangan kaum
muslim atas kota Mekah. Ikrimah melarikan diri dan menaiki perahu
dengan tujuan ke negeri Habsyah. Di tengah laut tiba-tiba bertiuplah
angin badai. Maka sebagian kaum yang ada dalam perahu itu berkata
kepada sebagian yang lain, "Sesungguhnya tiada gunanya bagi kalian
melainkan jika kalian berdoa kepada Allah semata." Maka Ikrimah
berkata kepada dirinya sendiri, "Demi Allah, sesungguhnya jika tiada
yang dapat memberikan manfaat (pertolongan) di lautan selain Allah,
maka sesungguhnya tiada yang dapat mamberikan manfaat di daratan
selain Dia juga. Ya Allah, saya berjanji kepada Engkau, seandainya
Engkau selamatkan aku dari amukan badai laut ini, aku benar-benar
akan pergi menemui Muhammad dan akan meletakkan kedua
tanganku pada kedua tangannya (yakni menyerahkan diri), dan aku
merasa yakin akan menjumpainya seorang yang belas kasihan lagi
penyayang."
Akhirnya selamatlah mereka dari laut itu. Lalu mereka kembali kepa-
da Rasulullah Saw., dan Ikrimah masuk Islam serta berbuat baik
dalam masa Islamnya. Semoga Allah melimpahkan ridha-Nya kepada
Ikrimah dan memuaskannya dengan pahala-Nya.
Firman Allah Swt.: ...maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke
daratan, kalian berpaling.

10
Maksudnya, kalian lupa kepada pengakuan kalian yang kalian
ikrarkan di laut, yaitu bahwa Allah Maha Esa, lalu kalian berpaling,
tidak mau menyembah dia Yang Maha Esa lagi tiada sekutu bagi-Nya
Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih.
Yakni tabiat manusia itu ialah selalu lupa kepada nikmat Allah dan
mengingkarinya, kecuali hanya orang-orang yang dipelihara oleh
Allah dari hal tersebut..

C. Tafsir Al-Qur’an Surah Az-Zumar


1. Surah Az-Zumar Ayat 8
Allah SWT berfirman:
‫ض ٌّر َدعَا َربَّهۥُ ُمنِيبًا إِلَ ْي ِه ثُ َّم إِ َذا َخ َّولَ ۥهُ نِ ْع َمةً ِّم ْنهُ نَ ِس َى َما َكانَ يَ ْدع ُٓو ۟ا إِلَ ْي ِه ِمن قَ ْب ُل‬ُ َ‫َوإِ َذا َمسَّ ٱإْل ِ ن ٰ َسن‬
ِ ‫ك ِم ْن أَصْ ٰ َح‬
ِ َّ‫ب ٱلن‬
‫ار‬ َ َّ‫ك قَلِياًل ۖ إِن‬ َ ‫ض َّل عَن َسبِيلِ ِۚۦه قُلْ تَ َمتَّ ْع بِ ُك ْف ِر‬ ِ ُ‫َو َج َع َل هَّلِل ِ أَندَادًا لِّي‬
Dan apabila manusia ditimpa bencana, dia memohon (pertolongan)
kepada Tuhannya dengan kembali (taat) kepada-Nya; tetapi apabila
Dia memberikan nikmat kepadanya dia lupa (akan bencana) yang
pernah dia berdoa kepada Allah sebelum itu, dan diadakannya sekutu-
sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya.
Katakanlah, "Bersenang-senanglah kamu dengan kekafiranmu itu
untuk sementara waktu. Sungguh, kamu termasuk penghuni neraka."

Tafsir mufradatnya:
Firman Allah Swt.: Dan apabila manusia itu ditimpa kemudaratan, dia
memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-
Nya. (Az-Zumar: 8)
Yaitu disaat terdesak ia berendah diri memohon pertolongan hanya
kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Seperti yang disebutkan
dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa
yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu

11
ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak
berterima kasih. (Al-Isra: 67)
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya dalam surat ini:
kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya, lupalah
dia akan kemudaratan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk
(menghilangkannya) sebelum itu. (Az-Zumar: 8)
Yakni dalam keadaan sejahtera dan makmur dia lupa terhadap doa dan
tadarru' yang pernah ia panjatkan kepada Allah Swt. Perihalnya sama
dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:
Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam
keadaan berbaring, duduk, atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan
bahaya itu darinya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat),
seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk
(menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. (Yunus: 12)
Adapun firman Allah Swt.:
dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan
(manusia) darijalan-Nya. (Az-Zumar: 8)
Yaitu dalam keadaan sejahtera dia mempersekutukan Allah
menjadikan bagi-Nya tandingan-tandingan.
Katakanlah; "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara
waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.” (Az-Zumar:
8)
Yakni katakanlah kepada orang yang keadaannya demikian dan jalan
hidupnya seperti itu, "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu
sedikit waktu.' Ini merupakan ancaman yang keras dan janji yang
pasti, semakna dengan firman-Nya:
Katakanlah, "Bersenang-senanglah kamu karena sesungguhnya tempat
kembalimu ialah neraka.” (Ibrahim: 30)
Dan firman-Nya:
Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami
paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 24)

12
2. Surah Az-Zumar Ayat 49
Allah SWT berfirman:
‫ض ٌّر َدعَانَا ثُ َّم إِ َذا َخو َّْل ٰنَهُ نِ ْع َمةً ِّمنَّا قَا َل إِنَّ َمٓا أُوتِيتُهۥُ َعلَ ٰى ِع ْل ۭ ۚ ٍم بَلْ ِه َى فِ ْتنَةٌ َو ٰلَ ِك َّن‬
ُ َ‫فَإ ِ َذا َمسَّ ٱإْل ِ ن ٰ َسن‬
َ‫أَ ْكثَ َرهُ ْم اَل يَ ْعلَ ُمون‬
Maka apabila manusia ditimpa bencana dia menyeru Kami, kemudian
apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata,
"Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku."
Sebenarnya, itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui.

Tafsir mufradatnya:
Allah Swt. menceritakan perihal watak manusia, bahwa di kala sedang
susah manusia itu memohon kepada Allah dengan berendah diri, ia
kembali kepada-Nya dan memohon kepada-Nya agar dibebaskan dari
penderitaannya. Tetapi apabila ia mendapat nikmat dari-Nya, maka
lupalah dia kepada Allah dan bersikap angkuh dan melampaui
bataslah ia, lalu ia mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:
Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku.
(Az-Zumar: 49)
Yakni karena Allah mengetahui bahwa diriku berhak untuk
menerimanya; seandainya aku tidak mempunyai kedudukan yang
khusus di sisi Allah, tentulah Dia tidak akan memberiku nikmat ini.
Menurut Qatadah, makna ayat ialah sesungguhnya aku diberi ini
hanyalah karena kepandaian yang kumiliki. Maka dalam firman
berikutnya dijawab oleh Allah Swt.:
Sebenarnya itu adalah ujian. (Az-Zumar: 49)
Yaitu keadaan yang sebenarnya tidaklah seperti yang diduga, bahkan
nikmat yang Kami berikan kepadanya hanyalah semata-mata sebagai
ujian Kami terhadapnya, apakah dia menjadi orang yang taat
sesudahnya ataukah menjadi orang yang durhaka, walaupun akibatnya
sudah Kami ketahui. Pada dasarnya nikmat itu merupakan cobaan.

13
tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui. (Az-Zumar: 49)
Karena itulah mereka mengeluarkan kata-kata tersebut dan berani
mengeluarkan pernyataan seperti itu.

D. Pokok-pokok yang dapat dipelajari


Setelah membaca kemudian memahami tafsir dari ayat-ayat tersebut
banyak hal yang dapat kita jadikan sebagai pembelajaran, sebagai berikut:
1. Secara fitrah, manusia menginginkan kebaikan. Namun ketergesa-
gesaan dalam mengambil keputusan dan tidak mempertimbangkan
banyak hal, membuat manusia keliru menilai keburukan sebagai hal
yang bermanfaat baginya. Dan manusia berusaha keras untuk
menggapainya. (QS. Al-Isra’:11)
2. Tergesa-gesa dan buru-buru, merupakan cela dari keputusan dan sikap
manusia, karena hal itu akan menghancurkannya sendiri. (QS. Al-
Isra’:11)
3. Manusia pada dasarnya tidak mempunyai kekebalan terhadap godaan
setan dan tidak mempunyai kontrol pribadi yang menyelamatkan dirinya
dari kesesatan. Kekebalan dan kontrol pribadi itu hanyalah perlindungan
dan limpahan rahmat Allah ‫ﷻ‬. (QS. Al-Isra’:65)
4. Allah benar-benar Maha Penyayang terhadap seluruh hamba-Nya,
karena ke mana saja manusia mengarahkan pandangannya, tentu akan
menyaksikan berbagi nikmat Allah yang tak terhingga, yang menjadi
tanda kebesaran kekuasaan-Nya. (QS. Al-Isra’:66)
5. Tabiat manusia cenderung melupakan nikmat yang mereka terima dan
selalu tidak beriman atau tidak mau berterima kasih kepada Zat yang
memberikan nikmat itu. Ini adalah keanehan yang terdapat pada diri
manusia kecuali hamba-Nya yang selalu berada dalam bimbingan dan
perlindungan-Nya. (QS. Al-Isra’:67)
6. orang yang mengingkari nikmat Allah itu, Pada hari perhitungan nanti,
kamu akan mengetahui dengan pasti bahwa kamu akan menjadi
penghuni neraka yang penuh dengan siksaan. (QS. Az-Zumar:8)

14
7. Bagi yang bersyukur akan ditambah dengan nikmat yang lain,
sedangkan bagi yang mengingkarinya akan ditimpakan azab yang pedih.
(QS. Az-Zumar:49)

E. Relevansinya dengan Program Studi


Relevansinya dengan program studi khususnya Pendidikan Agama
Islam adalah sangat berhubungan atau memiliki keterkaitan yang dalam.
Dimana dalam pembelajarannya program studi ini tidak hanya mengkaji
teori tentang kaidah islam, sejarah islam, dan syariah islam. Namun juga
tentang bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengatur
bagaimana cara kita hidup dalam lingkungan masyarakat yang rahmatal lil
a’lamiin, dan amalan yang kita laksanakan agar sesuai syari’at dan tidak sia-
sia.
Ketika kita faham bagaimana islam mengatur kehidupan umat
muslim agar menjadi islam yang rahmatal lil a’lamiin. Maka ilmu yang kita
pelajari ketika belajar dalam program studi PAI akan menjadi suatu bekal
dalam diri kita untuk membatasi setiap langkah kita, cara membedakan
mana yang baik dan buruk, dan keputusan yang baik yang harus diambil
dengan berpedoman pada syari’at agama islam.
Dengan demikian mengkaji ilmu agama itu sangat penting, bukan
hanya sekedar sebagai wawasan ilmu tapi juga mejadi batasan kita agar
tidak mudah terhasut oleh pengaruh globalisasi dan dapat mengendalikan
pengaruh dalam diri oleh hawa nafsu.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tafsir surat Al-Isra’ menguraikan fakta bahwa salah satu bentuk
kebodohan manusia dan sifatnya yang terburu-buru. Dia tergesa-gesa untuk
berdoa bagi dirinya, anak dan hartanya dengan doa keburukan tatkala dia
marah, sebagaimana dia (juga) bersegera dalam berdoa meminta kebaikan.
Akan tetapi, Allah dengan sifat kelembutanNya kepada para hamba, hanya
mengabulkan doa kebaikan dan tidak mengabulkan doa ke-burukannya.
Kemudian dalam tafsir surat Al-Ahzab menguraikan fakta bahwa Bila
manusia ditimpa kesulitan dan kesusahan, dia memohon kepada Rabb-nya
agar mengangkat darinya. Namun bila Kami telah mengangkatnya darinya
dan menggantinya dengan kenikmatan dari Kami, maka dia akan kembali
kafir kepada Rabb-nya dan mengingkari karunia-Nya.

B. Saran
Belajar ilmu tafsir sangat penting bagi umat muslim agar faham
tentang isi kitab suci al-Qur’an. Sehingga mempelajari ilmu ini bagus
sebagai awalan dalam wawasan belajar ilmu agama.

16
DAFTAR PUSTAKA

Quran Tadabbur
https://www.erfan.ir/indonesian/79729.html
https://risalahmuslim.id/quran/al-israa/17-65/
https://risalahmuslim.id/quran/al-israa/17-66/
https://risalahmuslim.id/quran/al-israa/17-67/
https://risalahmuslim.id/quran/az-zumar/39-8/
https://risalahmuslim.id/quran/az-zumar/39-49/

17

Anda mungkin juga menyukai