Dosen pembimbing:
Prof.Dr.Zainal Ariffin,MA
Disusun Oleh:
Kelompok 4
SUMATERA UTARA
T.A 2023/2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. Tak
lupa juga kita hadiahkan shalawat berangkaikan salam kepada baginda Rasulullah SAW., yang
telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang seperti saat ini.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak
Prof.Dr.Zainal Arifin,MA. selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Al-Qur’an Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Al-Qur’an dan Tafsir bagi
pembaca maupun penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.Zainal Arifin,MA. yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan
bidang yang kami tekuni.Kami menyadari, makalah yang kami tulis masih jauh dari kata
sempurna. Dengan kerendahan hati, kami memohon maaf apabila ada ketidak sesuaian
kalimat dan kesalahan. Meskipun demikian, kami selaku penulis makalah terbuka pada kritik
dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Demikian kata
pengantar ini kami sampaikan. Terima kasih atas semua pihak yang membantu penyusunan
dan membaca makalah ini.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................3
BAB 1...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
B.Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
C. Tujuan Masalah........................................................................................................................5
BAB II..............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................................5
B.PENGERTIAN TAFSIR............................................................................................................7
C.SYARAT MUFFASIR...............................................................................................................8
E.SEJARAH TAFSIR.................................................................................................................13
BAB III...........................................................................................................................................14
PENUTUPAN.................................................................................................................................14
Kesimpulan.................................................................................................................................14
DAFTAR PUSAKA....................................................................................................................15
3
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Syaikh Hasan Husain dalam suatu pendapatnya tentang sejarah ilmu tafsir
berkata: “para shahabat dan tabi‟in tidak menaruh perhatian kepada ilmu
tafsir,i’rab dan majaz pada masa permulaan pembukuan tafsir, bahkan metode
yang mereka gunakan sama dengan metode ahli hadits dalam melakukan
periwayatan makna-makna Al-Qur‟an. Kemudian kondisi demikian berubah pada
masa berikutnya (Ulama mutaakhirin) disebabkan semakin bertambah meluasnya
interaksi bangsa Arab dengan non Arab dan hilangnya rasa kebahasaan, maka para
5
mufasir merasa sangat memerlukan ilmu-ilmu tentang bahasa Arab yang telah
dibukukan, untuk menggambarkan makna-makna dan menjelaskan maksud dari
Al-Qur‟an yang mulia. Sehingga sampailah pada kondisi sebagaimana sekarang
ini. Ilmu tafsir senantiasa akan terus tumbuh berkembang dan bercabang sejalan
dengan perkembangan kualitas keilmuan para mufasir dan ilmu-ilmu pengetahuan
modern.
B.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Tafsir?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Tafsir
6
BAB II
PEMBAHASAN
Arti ayat di atas dikutip dalam tafsir ringkas : “Sungguh, Kami telah menurunkan
kepada kalian, melalui seorang utusan Allah, sebuah Kitab Al-Qur’an, agar
menjadi pedoman hidup kalian, yang di dalamnya terdapat peringatan bagi kalian
tentang tindakan yang menyelamatkan dan mencelakakan kalian. Maka apakah
kalian tidak mengerti tujuan Allah menurunkan Kitab Al-Qur’an ini?
7
mendekatkan diri kepada Al-Qur’an dengan terus membaca, menghafal,
mentadaburi, dan mengamalkan isi Al-Qur’an.
contoh nya :
Masalah:Kesulitan ekonomi(uang)
Solusi: َو ِاْذ َتَاَّذ َن َر ُّبُك ْم َلِٕىْن َشَكْر ُتْم َاَلِزْيَد َّنُك ْم َو َلِٕىْن َكَفْر ُتْم ِاَّن َع َذ اِبْي َلَش ِد ْيٌد
(QS.Ibrahim:7)
Terjemah:Kamu bersyukur
B.PENGERTIAN TAFSIR
Kata tafsir diambil dari kata fassara - yufassiru - tafsiran yang berarti
keterangan atau uraian, Al-Jurjani bependapat bahwa kata tafsir menurut
pengertian bahasa adalah al-kasyf wa-izhar yang artinya menyingkap (membuka)
dan melahirkan. Pada dasarnya, pengertian tafsir berdasarkan bahasa tidak akan
lepas dari kandungan makna al-idhah (menjelaskan), al- bayan (menerangkan), al-
kasyf (mengungkapkan), al-izhar (menampakkan), dan al-ibanah (menjelaskan).
Adapun mengenai pengertian tafsir berdasarkan istilah, para ulama
mengemukakan dengan redaksi yang berbeda-beda.
a. Menurut Al-Kitab dalam At-Tashil Yang artinya: Tafsir adalah menjelaskan Al-
Quran, menerangkan maknanya, dan menjelaskan apa yang dikehendaki nash.
Isyarat, atau tujuannya".
b. Secara harfiah, kata tafsir yang berasal dari bahasa Arab dan merupakan bentuk
masdar dari kata fassara serta terdiri dari huruf fa, sin dan ra itu berarti keadaan
8
jelas (nyata dan terang) dan memberikan penjelasan. Banyak ulama
mengemukakan pengertian tafsir yang pada intinya bermakna menjelaskan hal-hal
yang masih samayang dikandung dalam ayat Al-Quran sehingga dengan mudah
dapat di mengerti, mengeluarkan hukum yang terkandung di dalamnya untuk
diterapkan dalam kehidupan sebagai suatu ketentuan hukum.
(1) keterangan atau penjelasan sesuatu yang tidak jelas dalam al-Quran yang dapat
menyampaikan pengertian yang dikehendaki,
(2) merupakan bagian dari ilmu Badi' , yaitu salah satu cabang ilmu sastra Arab
yang mengutamakan keindahan makna dalam menyusun kalimat. Pengarang kitab
Lisan al-'Arab mengartikannya secara ringkas dengan kata Kasyf al-Mughaththa
yang berarti penjelasan dari sesuatu hal yang masih tertutup. Karenanya, tafsir
adalahpenjelasan maksud yang sukar dari suatu lafal ayat.
9
Menurut Imam Al-Zarqani bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas
kandungan Alquran baik dari segi pemahaman makna atau arti sesuai dikehendaki
Allah, menurut kadar kesanggupan manusia.
C.SYARAT MUFFASIR
Seseorang tidak akan sampai derajat mufasir secara akademis kecuali setelah
melewati dua periode: pertama, periode persiapan; kedua, periode aplikasi.
Periode persiapan merupakan periode bagi calon mufasir untuk belajar, mengkaji
dan meneliti. Periode ini merupakan sebab untuk melangkah pada periode
selanjutnya. Periode aplikasi ialah periode yang digunakan calon mufasir untuk
mempraktekkan apa yang telah diterima pada periode pertama lewat kajian ilmiah
dan penulisan tafsir. Periode kedua ini merupakan sebab dari periode pertama.
Bila calon mufasir telah memenuhi kedua periode ini secara baik,maka dalam
sudut pandang akademis orang tersebut dapat dikatakan sebagai mufasir dalam
epistemologi (istilah). Sebaliknya bila seseorang meremehkan dua periode ini
maka ia tidak bisa dikatakan mufasir dari sudut pandang akademik, walaupun
mereka mungkin dikatakan mufasir dari sudut terminologi (bahasa).
10
1.Periode Persiapan
A.Syarat Utama
Syarat utama untuk menjadi mufasir secara akademis ialah bersih akidah, taat
beribadah dan berakhlak mulia. Artinya, ia bukan seorang atheis, bukan pencetus
bidah, bukan orang yang tidak melaksanakan ajaran dan syariat Islam, serta tetap
memegang teguh akhlak mulia. Di samping tiga aspek tadi, seorang mufasir harus
memiliki niat yang bersih yaitu mencari rida ilahi, bukan kesenangan dunia2.
Apabila ini dipenuhi Allah akan membantunya dengan mengajarkan kepada
mereka ilmu laduni.
Pada tahapan ini calon mufasir diharap mampu menguasai tiga ilmu penting
dan satu ilmu secara umum. Ketiga ilmu penting itu ialah: satu,menghafal Alquran
seluruhnya berikut tajwidnya.Kedua,menguasai ilmu Qiraat. Ketiga, menghafal
hadis sahih,khususnya yang berkaitan dengan tafsir Alquran.Tidak saja sampai di
situ,calon mufasir, pada tahapan ini diharap mengusai ilmu pengetahuan umum,
baik agama, bahasa Arab ataupun ilmu kontemporer.Ilmu Qiraat ialah ilmu yang
mempelajari cara mengetahui cara membaca Alquran yang benar dan mengetahui
sebab dari perbedaan.
11
Pada tahapan takhassus ini calon mufasir diharap bisa menguasai ilmu-ilmu
Bahasa Arab, yang terdiri dari: ilmu Mufradât, ilmu Nahwu, ilmu Sharaf, ilmu
Balaghah, Figh al-Lugaghah dan Sastra Arab. Di samping ilmu Bahasa, calon
mufasir juga harus mendalami ilmu-ilmu agama yang mencakup: ilmu Ushul ad-
Dîn, ilmu Fiqh,ilmu Usul Fiqh, ilmu Perbandingan Agama, ilmu Hadis baik
dirayah dan riwayah, dan ilmu tasawuf. Semua ilmu-ilmu agama ini penting bagi
calon mufasir untuk mereka ketahui.
D. Magang
Setelah calon mufasir menguasai ilmu Pengetahuan ini secara umum dan ilmu
tafsir secara khusus, maka selanjutnya pada tahapan ini mereka diharap dapat
memulai tugas lewat magang.Seperti:menyampaikan pelajaran Tafsir, menulis
karya ilmiah seputar tafsir dan menjawab masalah yang berkembang seputar
Alquran dan tafsirnya. Kalau keempat tahapan ini telah dilalui calon mufasir,
maka mereka telah dianggap menjadi seorang mufasir secara quwwah, untuk
selanjutnya mereka diharapkan melangkah lagi ke depan agar menjadi seorang
mufasir bil fi‟li (dalam arti yang sebenarnya).
2.Periode Aplikasi
Apabila calon mufasir telah memiliki bekal keilmuan yang diperoleh pada
periode pertama, maka pada periode kedua ini diharapkan seorang mufasir aktif
untuk berkarya dan memberikan ilmu yang ada, lewat kajian tafsir secara
kontinu.Syarat di atas ini telah dilalui oleh para mufasir yang terkenal di kalangan
muslim, seperti: Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rawi,pada usianya 11 tahun ia
telah hafal Alquran 30 juz, beberapa tahun kemudian ia telah menghafal hadis
Bukhari dan Muslim.
12
Pendidikannya yang diselaminya di al-Azhar sejak tingkat SD sampai dengan
Perguruan Tinggi membuat ia memiliki bekal yang cukup untuk mengetahui ilmu
seputar Alquran, keislaman, Bahasa Arab dan pengetahuan umum.
D.PEMBAGIAN TAFSIR
1.Tafsir bi Al-Matsur
13
2.Tafsir bi Ar Ra’yi
Secara bahasa kata At-Tahlili adalah bentuk mashdar dari kata hallala,
yuhalllilu, tahlilan, dari fiil tsulatsi mujarrad halla, yahillu, hallan, yang beerarti
membuka sesuatu yangtertutup atau membuka sesuatu yang lebar. Secara istilah,
menurut Al Farmawi, tafsir tahlili adalah suatu metide tafsir Al-Quran dengan
memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu
dengan menerangkaan ma’na-ma’na yang tercakup di dalamnya sesuai dengan
keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat tersebut.
14
Metode ijmali yaitu menafsirkan Al-Quran secaraglobal. Dengan metode ini,
mufassir berupaya menjelaskan ma’na-ma’na Al-Quran dengan uraian singat dan
bahwa yang mudah sehinnga mudah dipahami oleh seumua orang, mulaidari
orang yang berpengetahuan sekedarnya sampai orang yang berpengetahuan luas.
Metode ini sebagaimana metode tahlili dilakukan terhadap ayat perayat dan surat
persurat dengan urutannya dalam mushaf sehingga tampak keterkaitan antara
makna satu ayat dan yang lain, antara satu surat dan yang lain.
Tafsir Al-Ijmali memiliki cara kerja tersendiri yang berbeda dengan metode tafsir
lainnya. Berikut ini cara kerja tafsir Al-Ijmali.
15
1. Tafsir Ash-Shufy/At-Taashawwuf
2. Tafsir Fiqih
Tafsir Fiqih adalah tafsir yang menitikberatkan pada kajian fiqih. Pada
awalnya, penfsiran-penafsiran fiqih terlepas dari kontaminasi hawa nafsu dan
motivasi-motivasi negatif. Hal itu berlangsung sampai periode munculnya
madzhab yang berbeda-beda. Pada periode munculnya madzhab yangempt dan
yang lainnya, kaum muslimin dihadapkan pada kejadian-kejadian yang tidak
pernah terjadi pada generasi-generasi sebelumya, sehingga belum ada keputusan
hukumnya.
3. Tafsir Falsafi
16
dterjemahkan itu adalah buku-buku filsafat, yang pada gilirannya dikonsumsi
umat Islam.
4. Tafsir Ilmi
Tafisr ilmi adalah tafsir yang menitikberatkan pada kajian ilmiah, seperti
Muhammad Abduh yang mengisyaratkan bahwa penemun telegraf, telepon, kereta
dan mikrofon telah tercantum dalam Al-Quran.
5. Tafsir Adabi-Ijtima’i
E.SEJARAH TAFSIR
Sejarah ini diawali dengan masa Rasulullah ﷺmasih hidup sering kali
timbul beberapa perbedaan pemahaman tentang makna sebuah ayat. Untuk itu
mereka dapat langsung menanyakan pada Rasulullah ﷺ. Para sahabat yang
terkenal banyak menafsirkan Al-Qur'an antara lain empat khalifah, Ibnu Mas'ud,
Ibnu Abbas, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah bin
Zubair. Pada masa ini belum terdapat satupun pembukuan tafsir dan masih
bercampur dengan hadis. Sesudah generasi sahabat, datanglah generasi tabi’in
yang belajar Islam melalui para sahabat di wilayah masing-masing. Ada tiga kota
utama dalam pengajaran Al-Qur'an yang masing-masing melahirkan madrasah
atau madzhab tersendiri, yaituMekkah dengan madrasah Ibnu Abbas dengan
murid-murid antara lain Mujahid ibn Jabir, Atha bin Abi Rabah, Ikrimah Maula
Ibn Abbas, Thaus ibn Kisan al-Yamani dan Said ibn Jabir,Madinah dengan
madrasah Ubay ibn Ka'ab dengan murid-murid Muhammad bin Ka'ab al-Qurazhi,
Abu al-Aliyah ar-Riyahi dan Zaid bin Aslam, danIrak dengan madrasah Ibnu
17
Mas'ud dengan murid-murid Hasan al-Bashri, Masruq ibn al-Ajda, Qatadah bin
Da'amah, Atah ibn Abi Muslim al-Khurasani dan Marah al-Hamdani.
Pada masa ini tafsir masih merupakan bagian dari hadis namun masing-
masing madrasah meriwayatkan dari guru mereka sendiri-sendiri. Ketika datang
masa kodifikasi hadis, riwayat yang berisi tafsir sudah menjadi bab tersendiri
namun belum sistematis sampai masa sesudahnya ketika pertama kali dipisahkan
antara kandungan hadits dan tafsir sehingga menjadi kitab tersendiri. Usaha ini
dilakukan oleh para ulama sesudahnya seperti Ibnu Majah, Ibnu Jarir ath-Thabari,
Abu Bakr ibn al-Munzir an-Naisaburi dan lainnya. Metode pengumpulan inilah
yang disebut tafsir bil Ma`tsur.
18
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai petunjuk bagi
manusia dalam mengarahkan kehidupannya. Secara garis besar, al-Qur’an
mengandung ajaran tentang aqidah, syariah, dan akhlak, namun al-Qur’an juga
mengandung isyarat-isyarat ilmiah yakni mengandung ayat-ayat sains dan
teknologi. Untuk dapat mengenal, memahami, dan menafsirkan al-Qur’an tidak
hanya berbekal pengetahuan bahasa Arab, melainkan dibutuhkan berbagai macam
ilmu guna untuk mengungkap makna yang terkandung dalam al-Qur’an. Mata
kuliah ini mengkaji tentang ayat-ayat sains dalam al-Qur’an. Materi ini sangat
19
penting bagi mahasiswa untuk memperluas pandangan dan pengetahuan tentang
al-Qur’an guna untuk membantu dalam memahami dan menafsirkannya.
DAFTAR PUSAKA
2 Bahary, Ansor “Tafsir Nusantara Studi Kritis Terhadap marah Labid Nawawi al-
Bantani 2015, hlm.176
20