Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KELOMPOK 9

TAFSIR, MACAM –MACAM TAFSIR, DAN ILMU BANTU


TAFSIR
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas matakuliah studi Al-Quran

Dosen Pengampuh : Drs. Zainal Arifin, M.A

Oleh :

Yodi Triadi : 12120110370

M. Fadhil Saputra :12120110755

Syamsul Rizal :12120114943

Resa Gunawan : 12120110796

PRODI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS NEGRI SULTAN SYARIF QASIM

RIAU

2022/1443
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya , sehingga penyusun dapat menyelesaikan naskah dengan judul

“ TAFSIR, MACAM – MACAM TAFSIR, DAN ILMU BANTU TAFSIR” ini

tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa pula kita hadiahkan kepdxa

nabi besar Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalah-nya kepada kita.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

matakuliah studi al-quran dengan dosen pengampuh bapak Drs. Zainal Arifin,

M.A, selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang apa

itu tafsir , macam – macam tafsiur, serta ilmu bantu tafsir.

Penulis berterimakasih kepada rekan rekan yang telah terlibat dalam

proses penulisan makalah ini. Kami selaku penulis memohon maaf atas makalah

kami yang masih jauh dari kata sempurna.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi yang

berguna bagi para pembacanya, baik bagi teman mahasiswa/i maupun masyarakat

pada umumnya.

Pekanbaru,sepetember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................


1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................
1.3 Tujuan ...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................

2.1 Pengertian tafsir ............................................................................................


2.2 Macam – Macam Tafsir ................................................................................
2.3 Ilmu Bantu Tafsir ..........................................................................................
BAB III PENUTUP ............................................................................................
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tafsir merupakan ilmu syari‟at yang paling agung dan tinggi
kedudukannya. Ia merupakan ilmu yang paling mulia objek pembahasannya
dan tujuannya, serta sangat di butuhkan bagi umat islam dalam menmgetahui
makna dari Al-quran sepanjang zaman. Tanpa tafsir seorang muslim tidak
dapat menangkap mutiara – mutiara berharga dari kandungan al-Quran.1
Tafsir adalah salah satu upaya dalam memahami, menerangkan
maksud, mengetahui kandungan ayat Al-Quran. Upaya ini telah di lakukan
sejak masa Rasulullah SAW, sebagai utusannya yang di tugaskan agar
menyampaikan ayat – ayat tersebut sekaligus menandainya sebagai mufassir
awwal ( penafsir pertama ). Sepeninggalan nabi hingga saat ini tafsir telah
banyak mengalami perkembangan yang sangat berpariatif dengan tidak
melepas kategori masanya dan tak lepas keanekaragamannya secara metode (
manhaj tariqah ). Corak ( laun‟) maupun pendekatan – pendekatan ( alwan )
yang di gunakan merupakan hal yang tidak dapat di hindari dalam sebuah
karya tafsir hasil manusia yang tak pernah sempurna.2
Sayikh Hasan Husain dalam suatu pendapatnya tentang sejarah ilmu
tafsir berkata “ para sahabat dan tabi‟in tidak menaruh perhatian kepada ilmu
tafsir, I‟rab dan majaz pada masa permulaan pembukuan tafsir, bahkan metode
yang mereka gunakan sama dengan metode ahli hadits dalam melakukan
periwayatan ayat – ayat Al-Quran.
Kemudia kondisi demikian berubah pada masa berikutnya di sebabkan
semakin bertambah meluasnya interaksi bangsa arab dengan non arab dan
hilangnya rasa kebahasaan,maka para musafir merasa sangat memerlukan ilmu
– ilmu bahasa arab yang telah di bukukan untuk menggambarkan makna –
makna dan menjelaskan maksud dari Al-Quran yang mulia. Sehingga

1
Rifat Syauqi Nawawi “ Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh” Jakarta : Paramadina
2002,hlm.xii
2
Bahary, Ansor “ Tafsir Nusantara Studi Kritis Terhadap Marah Labid Nawawi al-
Bantani 2015,hlm,176.
sampaila pada kondisi sekarang ini. Ilmu tafsir akan senantiasa tumbuh
berkembang dan bercabang sejalan dengan perkembangan kualitas keilmuan
para mufasir dan ilmu ilmu pengetahuan yang modrn.
Corak penafsiran Alquran tidak lepas dari perbedaan,
kecendrungan,interest,motivasi mufassir,perbedaan misi yang di
emban,perbedaan kedalaman dan ragam ilmu yang di kuasai,perbedaan
masa,lingkungan serta perbedaan situasi dan kondisi dan sebagainya.
Kesemuanya menimbulkan berbagai corak penafsiran yang berkembang
menjadi aliran yang bermacam – macam dengan metode yang berbeda.3
Tradisi penulisan karya islam di nusantara seperti dalam bidang sastra,
fiqh, hdits, dan tafsir bergerak bersamaan dengan di perkenalkannya islam
kepada penduduk nusantara. Tetapi khususnya karya tafsir perkembangannya
tidak seperti bidang ilmu keislaman lainnya. Satu hal yang perlu di ketahui
dalam mengkaji perkembangan awal tafsir di Indonesia adalah perlunya upaya
memahami konteks historis pada saat itu.
Dalam penulisan Al-Quran sebagai bukti awal di nusantara yaitu
sebuah naskah MS. Li.6-45 di Cambridge yang memuat tafsir surah Al-Kahf
yang di tulis sekitar abad ke-17 M. tafsir ini berbahasa melayu dengan
menggunakan aksara jawi.
Namun secara factual dan lengkap, aktivitas kajian seputar Al-Quran di
indonesi di rintis oleh Abd Rauf Singkel yang menerjemahkan Al-Quran
kedalam bahasa melayu pada pertengahan abad XVII yang berjudul tarjuman
Mustafid.
Wacana tentang islam nusantara banyak menuai perdebatan intelektual
muslim. Wacana islam nusantara bisa saja di perselisihkan, islam sebagai
subtansi ajaran yang turun di mekkah lalu tersebar ke madinah dan daerah –
daerah lain dan kemudia bertemu dengan budaya setempat.
Melihat dari berbagai pertemuan antara ajaran islam dan budaya
nusantara pada tiap bangsa dan Negara banyak mempengaruhi para mufasir
dalam menafsirkan Al-Quran serta ilmu lainnya, hingga penulis mengambil

3
A.H Sanaky, Hujair “ Metode Tafsir ( Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti Wana
Atau Corak Mufassirin )” Al-Mawarid,2008hlm,256.
celah dalam penelitian pada bidang yang dipengaruhi budaya local daerah
setempat objek yang di ambil yaitu salah satu tafsir nusantara Indonesia
tepatnya bangilan,tuban jawa timur.
K.H Misbah Musthafa merupakan salah satu mufasir Indonesia. Dia
adalah pengasuh pondok pesantren Al-Balad,Bangilan,Tuban jawa timur ia di
alihkan di pesisir jawa tengah tepatnya gang palem, Rembang tahun 1916
dengan nama Masruh.4
1.2 Rumusan masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka dapat di ambil rumusan masalahnya
yaitu :
1. Apakah yang di maksud dengan tafsir ?
2. Bagaimanakah pembagiannya atau apa saja macam macam tafsir yang
berkembang?
3. Apa saja ilmu – ilmu bantu tafsir itu?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan msalah di atas , maka tujuan daari di buatnya dan
penulisan makalah ini ialah :
1. Mengetahui apakah pengertian tafsir itu
2. Mengetahui Apa saja pembagian tafsir atau macam – macamnya
3. Untuk mengetahui ilmu bantu dalam tafsir atu menafsirkan

4
Safroni,Ahmad “ Penafsiran Sufi Surat al-Fatiha Dalam Tafsir Taj al-Muslimin Dan Tafsir
al-Iklil Karya Misbah Mustafal “ dalam Skripsi Institut Agama Islam Negri (IAIN)
Walisongo,Semarang,2008.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tafsir
A. Tafsir
Secara bahasa kata tafsir berasal dari fassara yang semakna dengan
awdhaha dan bayyana, dimana tafsir sebagai masdhar dari fassara semakna
dengan idhah dan tabyin kata – kata tersebut dapat di terjemahkan kepada
“ menjelaskan “ atau “ menyatakan “ AL- jarjani memaknai kata tafsir itu
dengan al-kasyf wa al-Izhar ( membuka dan menjelaskan atu
menampakkan ). 5
Istilah tafsir dalam makna membuka digunakan baik membuka
secara konkret ( Al- his ) maupun abstrak yang bersifat rasional. Al-quran
menggunakan istilah tafsir dalam makna penjelasan seperti yang terdapat
dalam surah AL-Furqan (25) ayat 33:

“Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu


(membawa) sesuatu yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu
yang benar dan penjelasan yang paling baik.”
Kata futsra merupakan tsulatsi mazid bin harf ( kata dasarnya tiga
kemudian mendapat tambahan satu huruf yaitu tasdyd atau huruf yang
sejenis „ain fi ilnya ). Penambahan ini berkonsekuensi terhadap perubahan
makna, yaitu taktsir ( banyak ). Maka dengan demikian secara
harfiah,tafsir dapat di artikan kepada “ banyak memberikan penjelasan
).maka menafsirkan AL-Quran berarti memberikan banyak komentar
terhadap ayat – ayat Al-Quran sesuai dengan pengertian atau makna yang
dapat di jangkau oleh seorang mufassir.
Secara istilah tafsir berarti menjelaskan makna ayat AL-Quran,
keadaan, kisah dan sebab turunnya ayat tersebut dengan lafal yang
menunjukkan kepada makna zahir. Secara simple Adz-Zahabi

5
Ali Bin Muhammad Al-Jarjani, Kitab At-Ta’rifat,Beirut: Dar Al-Kutub AL-Ilmiyah, 1988,
hlm,63.
mendefinisikan tafsir ini kepada “ penjelasan kalam Allah atau
menjelaskan lafal – lafal AL-Quran dan pengertian – pengertiannya.”6
Berdasarkan defenisi di atas maka tafsir dapat di artikan sebagai
penjelasan atau keterangan yang di kemukakan oleh manusia mengenai
makna ayat – ayat Al-Quran sesuai kemampuannya menangkap maksud
Allah yang terkandung dalam ayat – ayat tersebut.
Menurut As-Sibagh, tafsir ialah suatu ilmu yang berguna untuk
memahami kitab Allah, yaitu menjelaskan maknanya, mengeluarkan
hokum dan hikmanya. Defenisi ini terlihat berbeda dengan defenisi di atas.
Dalam defenisi As-Sibagh tafsir di gambarkan sebagai suatu alat yang di
gunakan untuk memahami Al-quran. Ia bukan apa yang di pahami dari Al-
quran,tetapi suatu ilmu yang di gunakan untuk memahaminya. Hal serupa
juga di kemukakan oleh Az-Zarkasyi, yaitu “ tafsir adalah suatu ilmu yang
di gunakan untuk memahami kitab Allah yang di turunkan kepada nabi
Muhammad SAW, menjelaskan maknanya dan mengeluarkan hokum serta
hikmanya. Menurut Khalid Abdurrahman hal ini bukan tafsir melainkan
Ushul At-Tfsir ( dasar – dasar tafsir).
Defenisi di atas menggambarkan bahwa tafsir mempunyai dua arti,
yaitu tafsir sebagai ilmu alat untuk menjelakan makna Al-quran dan tafsir
sebagai pemahaman terhadap Al-Quran berdasarkan ilmu alat. Artinya,saat
seorang mufassir menafsirkan Al-quran ia melalui proses menggunakan
ilmu – ilmu alat, yang di sebut dengan tafsir, dan kemudian menghasilkan
suatu pemahaman yang juga di sebut dengan tafsir. Jadi ada tafsir sebagai
ilu alat dan juga ada tafsir sebagai hasil. Defenisi Az-Zarkasyi dan As-
Sibagh lebih mengacu kepada tafsir sebagai alat dalam arti pertama yaitu,
ilmu tafsir.
Sedangkan di dalam buku pengantar studi Al-Quran yang di tulis
oleh Syaikh Manna‟ Al-Qaththan yang di terjemah oleh H.Aunnur Rafiq
El-Mazni, Lc,MA, tafsir sendiri secara bahasa mengikuti wazan “ tafil “
artinya menjelaskan, menyingkap dan menerangkan makna – makna

6
Muhammad Husain Adz-Dzahabi, At-Tafsir Wa Al-Mufassirin. Kairo: Maktabah
Wahbah 1995,hlm.187.
rasional. Kata kerjanya mengikuti wazan “ dharab – yadhrabu “ dan “
nashara – yanshuru “. Dikatakan “ fasara asy-syai’a – yafsiru” dan “
yafsuru, fasran,” dan “ fassarahu” artinya “ abanahu” ( menjelaskannya ).
Kata at-Tafsir dan al-Fashr mempunyai arti menjelaskan dan menyingkap
yang tertutup. Dalam lisanul „Arab dinyatakan kata Al- Fashr berarti
menyingkap sesuatu yang tertutup se3dangkan kata at-Tafsir berarti
menyingkapkan maksud suatu lafadz yang musykil.
Sebagaimana dalam ayat Al-Quran surah Al-Furqan yang telah di
cantumkan di atas Ibnu Abbas mengartikan “ wa ahsanu tafsira “ dalam
ayat di atas sebagai lebih baik perinciannya ( tafshila ). Sebagian ulama
berpendapat kata tafsir adalah kata kerja yang terbalik, berasal dai kata
(safara) yang juga memiliki makna menyingkap ( al-Kasyf ), dikatakan
safarat al-mar’atu sufura,apabila perempuan itu menyingkapkan cadar
dari wajahnya. Dan kata asfara ash shubhu; artinya menyinari dan terang.
Pembentukan kata “ Al-Fasr “ menjadi bentuk “ tafil “ ( yakni tafsir )
untuk menunjukkan arti banyak, atau sering berbuat.
Abu Hayyan mendefenisikan tafsir sebagai “ ilmu yang membahas
tentang cara pengucapan lafazh – lafazh al-Quran, indicator –
indikatornya, masalah hukumnya baik yang independen maupun yang
berkaitan dengan yang lain, serta tentang makna – makna yang berkaitan
dengan kondisi struktur lafadz yang melengkapinya.
Kemudian Abu hayyan menjelaskan unsur – unsur defenisi tersebut
sebagai berikut :
“ ilmu “ adalah kata jenis yang meliputi segala macam ilmu. “ yang
membahas cara mengucapkan lafazh – lafazh al-quran” mengacu kepada
ilmu qira‟at. “ indicator –indikatornya “ adalah pengertian – pengertian
yang di tunjukkan oleh lafadz itu. Ini mengacu kepada ilmu bahasa yang di
perlukan dalam ilmu ( tafsir ) ini. Kata – kata “ hukumnya baik
independen maupun berkaitan dengan lainnya “ meliputi ilmu sharaf, ilmi
I‟rab, ilmu bayan, dan ilmu badi‟. Kata – kata “ maknanya yang berkaitan
dengan kondisi struktur lafadz yang melengkapinya” meliputi
pengertiannya yang haqiqi dan majazi suatu struktur kalimat kadang
menurut lahirnya menghendaki suatu makna tertentu tetapi terdapat
penghalang, sehinga susunan kalimat tersebut meski di bawa kemakna
yang buakan makna lahir, yaitu majaz. Dan kata – kata “ hal yang
melengkapinya “ mencakup pengetahuan tentang nasakh,asbab,an-nuzul,
kisah – kisah dan lain sebagainya.7

2.2 Macam – Macam Tafsir


1. Tafsir bil-ma’tsur
Tafsir bil ma‟tsur secara harfiah berarti penafsiran dengan
menggunakan riwayat sebagai sumber pokoknya. Tafsir ini dinamakan
juga dengan al-Tafsir bi al-Riwayah (Tafsir dengan riwayat ).8
Penafsiran dalam corak ini di bagi dalam empat bentuk. Pertama
penafsiran ayat Al-Quran dengan ayat Al-Quran sendiri, kedua
penafsiran Al-Quran dengan hadits – hadits nabi SAW. Ketiga
penafsiran Al-Quran dengan pendapat sahabat, keempat penafsiran Al-
Quran dengan pendapat Tabi‟in.
pendapat (aqwal) tabi‟in masih kontroversi dimasukkan dalam
tafsir bil ma’tsur sebab para tabiin dalam memberikan penafsiran ayat –
ayat Al-Quran tidak hanya berdasarkan riwayat yang mereka kutip dari
nabi,tetapi juga memasukkan ide- ide dan pemikiran mereka (
melakukan ijtihad )9. Adapun pengertian yang lainnya adalah tafsir
yang berdasarkan pada kutipan – kutipan yang sahih yaitu menafsirkan
Al-Quran dengan Al-Quran, Al-Quran dengan sunnah karena ia
berfungsi sebagai penjelas kitabullah,dengan perkataan sahabat karena
merekalah yang di anggap paling mengetahui kitabullah atau dengan
perkaitan tokoh – tokoh besar tabi‟in karena mereka pada umumnya
menerimanya daripada sahabat.

7
Saykh Mana Al-Qaththan, Pengantar Studi Al-Quran , kairo: Maktabah Wahbah,1425,
hlm, 407.
8
M.Quraish Shihab, dkk.Sejarah.., hlm.174;Baca Juga Abd.Muin Salim,Mardan Achmad
Abu Bakar,Metodologi penilian Tafsir Maudhu’I,( Yogyakarta: Pustaka al-Zikra, 2011), hlm 39.
9
Manna’ Khilmi al-Qathathan, Mabahis fi ‘ulum al-Quran,( Riyadh ; mansyurat al-Ashr al-
Hadits, 1973 )hlm,182-183;
Mengandalkan metode tahlili dengan pendekatan tafsir bil al-
matsur memiliki keistimewaan,namun juga memiliki kekurangan.
Adapun keistimewaannya adalah :
a. Menekankan pentingnya bahasa dalam memahami Al-quran
b. Mendapat ketelitian redaksi ayat ketika menyampaikan
pesan –pesannya
c. Mengikat mufassir dalam bingkai ayat – ayat, sehingga
membatasinya terjerumus dalam subjektifitas berlebihan.
Di antara kekurangan tafsir bil-Matsur ialah :
a. terjerumusnya sang mufassir dalam uraian kebahasaan dan
kesastraan yang bertele – tele sehingga pesan pokok Al-
quran menjadi kabur.
b. Seringkali konteks turunnya ayat ( uraian asbab an-Nuzul
atau situasi kronologis turunnya ayat – ayat hukum yang di
pahami dari uraian nasikh mansukh )hamper dapat di
katakana terabaikan sama sekali,sehingga ayat tersebut
bagaikan turun bukan dalam satu masa atau berada di tengah
– tengah masyarakat tanpa budaya.10

Adapun kitab – kitab tafsir yang masuk kedalam deretan tafsir


bil matsur yaitu : jami’al-Bayan fi Tafsir al-Quran al-Karim karya
imam ibnu jarir ath-tabrani,Ma’lim al-Tamzil karya Imam al-
Baghawi,al-Durr al-Matsur fi Tafsir bi al-Matsur karya jala al-Din al-
Suyuthi,TafsirQur’an al-Karim karya Abu al-Fida‟(ibnu Katsir)

2. Tafsir bi al-Ra’y
Tafsir bi al-Ra‟y adalah penafsiran yang di lakukan dengan
menetapkan rasio sebagai titik tolak( penafsiran dengan rasio ). Tafsir
corak ini dinamakan juga dengan al-Tafsir al-Ijtihadi yaitu penafsiran
yang menggunakan ijtihad.tafsir bi al-Ra‟y dapat juga di artikan dengan
tafsir ayat – ayat al-Quran yang di dasarkan pada ijtihad para mufassirnya

10
M.Quraish Shihab,Membumikan…,Hlm,84.
dan menjadikan akal pikiran sebagai pendekatan utamanya.11 Tafsir bi al-
Ra‟y yang menggunakan metode tahlili ini, para mufassir memperoleh
keabsahan dalam berfikir untuk menafsirkan al-Quran sehingga mereka
agak lebih otonom ( mandiri ) berkreasi dalam meberikan intrepretasi
dalam ayat – ayat Al-Quran. Hal tersebut dibatasi oleh kaidah-kaidah
penafsiran Al-Quran agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dalam
menafsirkan al-Quran.
Inilah salah satu sebeb yang membuat tafsir dalam bentuk al-
Ra‟y dengan metode tahlili (analitis) dapat melahirkan corak penafsiran
yang beragam sekali seperti tafsir fiqh,falsafi, sufi, „imi, adabi, ijtima‟i.12
di karekan adanya keabsahan serupa itulah maka tafsir bi al-Ra‟y
berkembang jauh lebih pesat meninggalkan tafsir bi al-Matsur,
sebagaimana diakui oleh para ulama tafsir semisal mana‟ al-Qathan.
Menurut adz-Dzahaby, para ulama telah menetapkan syarat-
syarat diterimanya tafsir bi al-Ra‟y yaitu : a). benar – benar menguasai
bahasa arab dengan segala seluk – beluknya. b). mengetahui asbab an-
Nuzul, nasikh mansukh, ilmu qira‟at,dan syarat – syarat keilmuan lain. c).
tidak menginterpretasikan hal hak yang merupakan otoritas tuhan untuk
mengetahuinya. d). tidak menafsirkan ayat Al-Quran berdasarkan hawa
nafsu dan interes pribadi. e). tidak menafsirkan ayat berdasarkan aliran
atau paham yang jelas ( bathil ) dengan maksud justifikasi terhadap aliran
tersebut. f). tidak menganggap bahwa tafsirnyalah yang paling benar dan
yang dikehendaki oleh tuhan tanpa argumentasi yang pasti.13
Menurut hasil penelitian, bahwa tafsir yang paling terkeal yang
memenuhi syarat tafsir ar-Ra’y yaitu, Mafatih al-Ghaib karya ar--
Razi,Anwar al-Tanzil Wa Asruru al-Ta’wil karya al-Baidhawi, lubub al-
Ta’wil fi Ma’an al-Tanzil karya al-Khazin,ruh al-Mu’ani fi Tafsir al-
Quran wa al-Sab’alMatsani karya al-Alusi.

11
Muhammad Husain adz-Dzahabi,tafsir wa al-Mufassirun, ( Bairut : dar al-Fikr,1986),
hlm255; Lihat Juga Rosihan Anwar, Metode Tafsir Mandhu’I dan cara penerapannya,Cet,2 (
bandung: Pustaka Setia,2009 hlm,50.
12
Nashruddin Baidan,Metodologi…, hlm,50.
13
Muhammad Husain adz-zhabi , Tafsir…,hlm,362; Lihat Juga M.Quraish Shihab,
Membumikan Al-Quran,( Bandung : Mizan,2012),Hlm,79.
3. Tafsir isyari
Menurut kaum sufi, setiap ayat al-Quran mempunyai makna
yang zahir dan bathin. Yang zahir adalah yang segera mudah dipahami
oleh akal pikiran sedangkan yang bathin ialah syarat – isyarat yang
tersembunyi di balik itu yang hanya dapat di ketahui oleh ahlinya.
Isyarat – isyarat kudus yang yang terdapat di balik ungkapan – ungkapan
Al-Quran inilah yang akan tercurah ke dalam hati dari limpahan Ghaib
pengetahuan yang di bawa ayat – ayat. Itulah yang biasa di sebut tafsir
isyari. Tafsir berdasarkan intuisi atau bisikan bathin
Contoh dari tafsir ini ialah pada ayat : ….. Innallaha
ya’murukum an tadzbahuu baqarah…. ( surah al-Baqarah : 67) yang
mempunyai makna zahir adalah “….. sesungguhnya allah menyuruh
kamu menyembeli seekor sapi betina …..” …. Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu membunuh nafsu hewaniah..”. beberapa karya tafsir
isyari yang terkenal ialah : Tafsir an-Naisabury, tafsir al-Alusy, Tafsir
At-Tastary, Tafsir ibnu Araby.
Selain itu setiap penafsir akan menghasilkan corak tafsir yang
berbeda tergantung latar belakang ilmu pengetahuan, aliran kalam,
madhab fiqh,kecendrungan sufisme dari ahli tafsir itu sendiri sehingga
tafsir yang di hasilkan akan mempunyai berbagai corak. Abdullah Daraz
mengatakan dalam an-Naba‟ al-Azhim sebagai berikut : “ ayat – ayat
Al-Quran sebagai intan, setiap sudutnya memancarkan cahaya yang
berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut – sudut lainnya dan tidak
mustahil jika kita mempersilahkan orang lain memandangnya, maka ia
akan melihat banyak dibandingkan apa yang kita lihat..”
Di antara beberapa corak itu antara lain adalah:
 Corak Sastra Bahasa
Munculnya corak ini di akibatkan banyaknya orang non arab
yang memeluk islam serta akibat kelemahan orang – orang arab
sendiri di bidang Sstra sehingga dirasakan perlu utnuk
menjelaskan kepada mereka tentang keistimewaan dan
kedalaman arti kanmdungan Al-Quran di bidang ini
 Corak Filsafat Dan Teologi
Corak ini muncul karena adanya penerjemahan kitab – kitab
filsafat yang memengaruhi beberapa pihak serta masuknya
penganut agama – agama lain kedalam islam yang pada akhirnya
menimbuklkan pendapat yang di kemukakan dalam tafsir
mereka.
 Corak Penafsiran Ilmiah
Akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka muncul
usaha– usaha penafsiran Al-Quran sejalan dengan perkembangan
ilmu yang terjadi.
 Corak Fiqh
Akibat perkembangan illmu fiqh dan terbentuknya madzhab fiqh
maka masing – masing golongan berusaha membuktikan
kebenaran pendapatnyan berdasarkan penafsiran mereka terhadap
ayat – ayat hukum.
 Corak Tasawuf
Akibat munculnya gerakan – gerakan sufi maka muncul tafsir
yang di lakukajn oleh para sufi yang bercorak tasawuf.
 Corak Sastra Budaya Kemasyarakatan
Corak ini di mulai pada masa Syaikh Muhammad Abduh yang
menjelaskan petunjuk – petunjuk ayat – ayat Al-Quran yang
berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, usaha – usaha
untuk menanggulangi masalah – masalah mereka berdasarkan
petunjuk ayat – ayat, dengan mengemukakan petunjuk tersebut
dalam bahasa yang mudah di mengerti dan enak di dengar.

2.3 Ilmu bantu Tafsir


Seorang mufasssir dalam menafsirkan ayat – ayat Al-Quran menggunakan
yang namanya ilmu bantu tafsir yaitu sebagai berikut :
1. Lughat ( filologi )
Yaitu ilmu untuk mengetahui setiap arti kata al-Quran, Mujahid
Rah.a berkata “ barang siapa beriman kepada Allah dan hari
akhir, ia tidak layak berkomentar tentang ayat – ayat Al-Quran
tanpa mengetahui ilmu lughat. Sedikit pengetahuan tentang
ilmu lughat tidak cukup kadang kala satu kata mengandung
banyak arti . jadi hanya mengetahui satu atau dua arti, tidaklah
cukup. Dapat terjadi seperti yang di maksud ialah, banyak arti.
2. Nahwu ( tata bahasa )
Sangat penting mengetahui ilmu nahwu, karena sedikit saja
I‟rab ( bacaan akhir kata ) berubah akan mengakibatkan
mengubah arti kata tersebut. sedangkan pengetahuan tentang
I‟rab haya dapat5 di ketahui dengan mempelajari ilmu nahwu.
3. Sharaf ( Morfologi )
Merupakan sebuah ilmu yang memetakan “ perubahan “ bentuk
dari sebuah kata dasar ( mufrod ) ke bentuk prulal ( ijma‟ )
bentuk kata berubah, berubah pula maknanya. Perubahan
bentuk kata berimplikasi besar kepada makna suatu kalimat.
4. Isytiqaq ( akar kata )
Adalah suatu ilmu yang bersifat praktis dan aplikatif yaitu ilmu
yang mempelajari tentang proses pembentukan kata dengan
kata lainnya dan mengembalikan kepada asalnya yang di batasi
pada bentuknya dengan memberi makna baru lagi spesifik.
5. Ma‟ni ( susunan kata )
Ma‟ni adalah ilmu yang mengkaji susunan kalimat agar
terhindar dari ketidaksesuain antara maksud pembicaraan
dengan pemahaman si pendengar serta mengajarkan bagaimana
menciptakan kalimat – kalimat sempurna dan indah yang
mudah di pahami lawan bicara.
6. Bayan
Bayan merupakan suatu ilmu dimana dengannya dapat di
ungkapkan suatu makna dalam ungkapan yang bermacam –
macam dan susunan yang berbeda, namun tetap jelas sesuai
dengan situasi dan kondisi.
7. Badi‟
Badi‟ meruapakan suatu ilmu yang berkaitan dengan keindahan
bahasa yang menjadikan suatu kata menjadi bagus dan indah
dalam susuanan maupun maknanya,dengan ilmu badi‟ pula
dapat di bentuk keutamaan yang menambah nilai dan
keindahan estetika suatu ungkapan.
8. Qira‟at
Qira‟at adalah suatu ilmu yang mana tentang pengucapan
lafadz Al-Quran sesuai dengan subtansi lafadz, kalimat atau
kebahasaan.
9. Aqa‟id
Aqaid ialah suatu ilmu yang terikat ke dalam masalah
keyakinan,keagamaan yang mana di ambil dari dalil syara‟
10. Ushul fiqh
Ushul fiqh ialah suatu ilmu yang mengkaji tentang dalil fiqh
berupa kaidah untuk mengetahui cara penggunaannya.
Mengetahui keadaan orang yang menggunakannya( mutahid )
dengan tujuan mengeluarkan hukum amali ( perbuatan ) dari
dalil – dalil secara terperinci dan jelas.
11. Asbabun Nuzul
Asbabun nuzul merupakan sebuah ilmu yang menerangkan
tentang latar belakang turunnya suatu ayat Al-Quran. Atau bisa
juga keterangan yang menjelaskan tentang keadaan pada saat
suatu ayat di turunkan, meski tidak ada kaitan langsung dengan
suatu ayat. Tetapi ada konsideran atau benang merah antara
keduanya. Seringkali peristiwa yang berkaitan dengan turunnya
suatu ayat bukan hanya satu, bisa saja ada beberapa peristiwa
sekaligus yang menyertai turunnya suatu ayat. Atau bisa juga
ada ayat – ayat tertentu yang turun beberapa kali,dengan
motivasi kejadian yang berbeda.14

14
Hamzah,Muchotob ( 2003).Studi Al-quran Komperehensif, Yogyakarta : Gamma
media,ISBN 979-95526-1-3
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Secara bahasa kata tafsir berasal dari fassara yang semakna dengan
awdhaha dan bayyana, dimana tafsir sebagai masdhar dari fassara semakna
dengan idhah dan tabyin kata – kata tersebut dapat di terjemahkan kepada “
menjelaskan “ atau “ menyatakan “ AL- jarjani memaknai kata tafsir itu dengan
al-kasyf wa al-Izhar ( membuka dan menjelaskan atu menampakkan ) ( 1 Ali Bin
Muhammad Al-Jarjani, Kitab At-Ta’rifat,Beirut: Dar Al-Kutub AL-Ilmiyah, 1988, hlm,63).
Secara istilah tafsir berarti menjelaskan makna ayat AL-Quran, keadaan,
kisah dan sebab turunnya ayat tersebut dengan lafal yang menunjukkan kepada
makna zahir. Secara simple Adz-Zahabi mendefinisikan tafsir ini kepada “
penjelasan kalam Allah atau menjelaskan lafal – lafal AL-Quran dan pengertian –
pengertiannya (1 Muhammad Husain Adz-Dzahabi, At-Tafsir Wa Al-Mufassirin. Kairo:
Maktabah Wahbah 1995,hlm.187.)

Macam – macam tafsir yaitu

1. Tafsir bil Matsur


Tafsir bil ma‟tsur secara harfiah berarti penafsiran dengan
menggunakan riwayat sebagai sumber pokoknya. Tafsir ini
dinamakan juga dengan al-Tafsir bi al-Riwayah (Tafsir dengan
1
riwayat.( M.Quraish Shihab, dkk.Sejarah.., hlm.174;Baca Juga
Abd.Muin Salim,Mardan Achmad Abu Bakar,Metodologi penilian Tafsir
Maudhu’I,( Yogyakarta: Pustaka al-Zikra, 2011), hlm 39.)
2. Tafsir bil ar-ra‟y
Tafsir bi al-Ra‟y adalah penafsiran yang di lakukan dengan
menetapkan rasio sebagai titik tolak( penafsiran dengan rasio )
3. Tafsir isyari
Menurut kaum sufi, setiap ayat al-Quran mempunyai9 makna yang
zahir dan bathin.
4. Sedangkan ilmu bantu tafsir ialah : lughat ( filologi ), nahwu,
Sharaf, asytiqaq, ma‟ni, bayan, badi‟, qira‟at, Aqa‟id, Ushul fiqh,
Asbabunnuzul.
DAFTAR PUSTAKA

Rifat Syauqi Nawawi “ Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh” Jakarta : Paramadina


2002,hlm.xii
Bahary, Ansor “ Tafsir Nusantara Studi Kritis Terhadap Marah Labid Nawawi al-
Bantani 2015,hlm,176

A.H Sanaky, Hujair “ Metode Tafsir ( Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti Wana Atau Corak
Mufassirin )” Al-Mawarid,2008hlm,256.

Safroni,Ahmad “ Penafsiran Sufi Surat al-Fatiha Dalam Tafsir Taj al-Muslimin Dan Tafsir al-Iklil
Karya Misbah Mustafal “ dalam Skripsi Institut Agama Islam Negri (IAIN) Walisongo,Semarang,2008.

Ali Bin Muhammad Al-Jarjani, Kitab At-Ta’rifat,Beirut: Dar Al-Kutub AL-Ilmiyah, 1988,
hlm,63.

Muhammad Husain Adz-Dzahabi, At-Tafsir Wa Al-Mufassirin. Kairo: Maktabah Wahbah


1995,hlm.187.

Saykh Mana Al-Qaththan, Pengantar Studi Al-Quran , kairo: Maktabah Wahbah,1425, hlm,
407.
M.Quraish Shihab, dkk.Sejarah.., hlm.174;Baca Juga Abd.Muin Salim,Mardan Achmad Abu
Bakar,Metodologi penilian Tafsir Maudhu’I,( Yogyakarta: Pustaka al-Zikra, 2011), hlm 39.
Manna’ Khilmi al-Qathathan, Mabahis fi ‘ulum al-Quran,( Riyadh ; mansyurat al-Ashr al-Hadits,
1973 )hlm,182-183;

M.Quraish Shihab,Membumikan…,Hlm,84.

Muhammad Husain adz-Dzahabi,tafsir wa al-Mufassirun, ( Bairut : dar al-Fikr,1986), hlm255;


Lihat Juga Rosihan Anwar, Metode Tafsir Mandhu’I dan cara penerapannya,Cet,2 ( bandung: Pustaka
Setia,2009 hlm,50.
Nashruddin Baidan,Metodologi…, hlm,50.
Muhammad Husain adz-zhabi , Tafsir…,hlm,362; Lihat Juga M.Quraish Shihab, Membumikan
Al-Quran,( Bandung : Mizan,2012),Hlm,79.
Hamzah,Muchotob ( 2003).Studi Al-quran Komperehensif, Yogyakarta : Gamma media,ISBN
979-95526-1-3

Anda mungkin juga menyukai