Anda di halaman 1dari 16

Mata Kuliah : Dosen Pengampu :

Fiqh Munakahat Kemas Muhammad Gemilang, S.H.I, M.H.

MAKALAH

HAKAM DAN UPAYA PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH

Oleh :

KELOMPOK 13

Fachrel Rozy (12120110458)

Resa Gunawan (12120110796)

Tiara Cintia Maneza (12120123024)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

Tahun 2022 M / 1443 H


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hakam dan upaya
pembentukan keluarga sakinah”. Ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Kemas Muhammad Gemilang, S.H.I, M.H. Pada mata kuliah Fikih munakahat.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca
dan juga para penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak, selaku dosen mata kuliah fiqh
munakahat yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang kami tekuni.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi yang berguna
bagi para pembacanya, baik bagi teman-teman mahasiswa maupun masyarakat pada
umumnya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pekanbaru, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Pengertian hakam…………….. .............................................................................................3
B. Fungsi Hakam dalam pernikahan ............................................................................................4
C. Cara mempertahankan pernikahan ..........................................................................................6
D. Hikmah dari mempertahankan pernikahan ............................................................................10
BAB III : PENUTUP ...............................................................................................................10
A. Kesimpulan ...............................................................................................................10
B. Saran ...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Islam adalah agama yang sempurna,dalam hal perkawinan islam telah
memberikan banyak aturan berbentuk perintah atau pedoman mulai dari pergaulan,
perkawinan sampai dengan pembentukan sebuah keluarga muslim. Berbagai
permasalahan persengketaan antara suami istri yang timbul dengan tidak adanya
kemampuan untuk menghadapinya, maka pasangan lebih cenderung dengan unsur
unsur yang negatif hingga dapat mengakibatkan perceraian diantara suami dan istri.
Perkawinan merupakan ibadah yang bernilai pengabdian kepada
tuhan.Perkawinan bernilai manusiawi,dimana akad nikah sebagai awal kehidupan
berkeluarga yang mutlak dilakukan dengan siapa perkawinan dapat dilakukan dan
diatur dengan jelas agar tujuan perkawinan dapat tercapai.Tujuan perkawinan
dalam aspek kerohanian,yaitu ketenangan hidup yang dapat menimbulkan rasa
mawaddah dan rahmah (cinta dan kasih sayang) di antara anggota keluarga. 1Tetapi
dalam megarungi bahtera rumah tangga, banyak pasangan suami istri yang
mengalami kegagalan dalam rumah tangganya. Kenyataan kehidupan menunjukkan
bahwa membangun keluarga itu mudah, namum memelihara dan membina keluarga
hingga mencapai taraf kebahagian dan kesejahteraan yang selalu didambakan
pasangan suami istri sangatlah sukar.2
Dari setiap manusia mempunyai keinginan untuk menikah dan membangun
rumah tangga yang harmonis, namun banyak sekali rumah tangga yang tidak
bahagia disebabkan kurangnya pengentahuan pasangan suami istri tentang
bagaimana membentuk suatu rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah,
sesuai petunjuk Al-qur’an. Oleh sebab itu pemakalah perlu untuk membahas materi
hakam dan upaya pembentukan keluarga Sakinah agar pembaca mengetahui akan
upaya pembentukan keluarga sakinah yang nantinya bisa diterapkan dalam rumah
tangganya di masa depan.

1
Ahmad Azhar Basyir, Keluarga Sakinah Keluarga Surgawi, ( Yogyakarta : Titian Illahi Press,
1994), hlm. 11
2
Ahmad azhar Basyir, hukum perkawinan islam, (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm. 1.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan


beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Hakam?
2. Bagaimana fungsi hakam dalam pernikahan ?
3. Bagaimana cara mempertahankan pernikahan ?
4. Bagaimana hikmah dari mempertahankan pernikahan?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa itu hakam
2. Mengetahui fungsi hakam dalam pernikahan
3. Mengetahui cara memperthankan pernikahan
4. Mengetahui hikmah dari memperthankan pernikahan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakam

Istilah hakam berasal dari bahasa Arab al hakamu yang berarti wasit atau
juru penengah.3 Dalam Kamus Bahasa Indonesia hakam berarti perantara,
pemisah, wasit.4 Hakam menurut Bahasa berasal dari kata ‫ حكىهة حكن حكوا‬yang
berarti memimpin, sedangkan menurut istilah hakam adalah pihak yang berasal
dari keluarga suami dan istri atau pihak lain yang bertugas menyelesaikan
perselisihan. Para mujtahid sepakat bahwa menunjuk dua orang hakam, apabila
terjadi persengketaan antar suami istri dan mereka tidak mengetahui dengan nyata
siapa yang salah, hukumnya adalah harus.5

Dasar Hukum Hakam (Juru Damai)

Sebagaimana yang diketahui bahwa Juru Damai adalah proses perdamaian


yang ditengahi oleh orang ketiga yang netral dan tidak memihak. Adapun yang
menjadi dasar hukum dari peran Hakam ( juru damai ) yang terdapat dalam firman
Allah SWT pada surah Al-Nisa’ ayat 35, Allah SWT berfirman :

ّ ‫اق َب ْين ِِه َما َفا ْب َع ُث ْوا َح َكمًا مِّنْ اَهْ لِهٖ َو َح َكمًا مِّنْ اَهْ لِ َها ۚ اِنْ ي ُِّريْدَ آ اِصْ ََلحً ا ي َُّوفِّ ِق ه‬
ُ ‫ّللا‬ َ ‫َواِنْ ِخ ْف ُت ْم شِ َق‬
‫ان َعلِ ْيمًا َخ ِبيْرً ا‬ ّ ‫َب ْي َن ُه َما ۗ اِنَّ ه‬
َ ‫ّللاَ َك‬

Artinya: “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,


maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari
keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan
perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. An-Nisa’ : 35)

3
Ahmad warson munawi, Al Munawwir Kamus Arab Indonesia, hlm 309
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, hlm 383.
5
Hasbi Ash-Shiddieqy, Hukum-hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar Mazhab, (Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2001), hlm 554

3
B. Fungsi hakam dalam pernikahan

Fungsi utama hakam (juru damai) adalah mendamaikan. Rasyid Ridha


dalam Tafsir al-Manar, sebagaimana dikutip oleh Agustin Hanafi dalam
disertasinya menyebutkan, hakam (juru damai) diutus dengan maksud agar
mereka dapat melihat, mengamati, meneliti dan mendalami laporan dari pasangan
suami istri yang sedang bermasalah, dan berupaya untuk mengetahui dengan
benar keadaan mereka, serta memberikan keputusan kepada keduanya untuk
bersatu dan berpisah.6

Fungsi hakam (juru damai) adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan hukum Islam, hakam berperan dan berfungsi meneliti


apa yang menjadi sumber permasalahan yang menimbulkan
persengketaan atau perselisihan antara suami dan istri, dan
berupaya untuk mendamaikannya dengan harapan dapat kembali
hidup rukun dalam rumah tangga.

b. Berdasarkan perundang-undangan, hakam berperan dan berfungsi


sebagai penengah atau pendamai apabila terjadi pertengkaran atau
perselisihan antara suami istri, dan sebagai saksi yang dapat diminta
pendapatnya oleh hakim untuk memutuskan hubungan antara suami
istri yang bersengketa.

Tugas juru damai ini adalah mengkaji permasalahan yang dialami oleh
pihak suami istri. Beberapa langkah pokok yang dapat membantu mewujudkan
penjagaan dan pemeliharaan:

serta pencegahan terhadap perselisihan tersebut yaitu:

Pertama, memelihara hak-hak pergaulan, yaitu menjaga hak dan


kewajiban suami istri secara benar dan bertanggung jawab. Sehingga celah untuk
perselisihan tidak terbuka bagi suami istri.

6
Agustin hanafi, ”konsep perceraian dalam islam” (disertasi yang tidak dipublikasikan),
pascasarjana Universitas islam negeri Ar-Raniry,2017, hlm 77.

4
Kedua, berlapang dada. Tidak menghiraukan kekurangan-kekurangan
kecil dan kesalahan-kesalahan ringan, karena manusia tidak dapat terhindar dari
kekurangan dan kesalahan.

Ketiga, memprediksi dan mewaspadai munculnya gejala perselisihan


sejak dini, sehingga menutup celah untuk berselisih antara suami istri.

Semua ini menunjukkan bahwa betapa perlunya kita mencari pemecahan


begitu gejala permasalahan dan perselisihan muncul. Dengan demikian, dapatlah
dilakukan pencegahan sebelum perselisihan memuncak. Kemudian masalah yang
telah terpecahkan menjadi karunia Allah SWT bagi pasangan suami istri tersebut,
hidup suami istri menjadi tenang kembali dan anak-anak dapat kembali merasa
aman di bawah pengawasan dan pendidikan kedua orang tuanya secara lengkap.7

Tujuan di Bentuk Hakam (Juru Damai)

Hakam (juru damai) berperan mendamaikan suami istri apabila mereka


gagal menyelesaikan masalah tanpa campur tangan orang luar. Salah satu tujuan
di bentuknya hakam (juru damai) ini adalah untuk mencuba sedaya mungkin
mengekalkan sesebuah rumah tangga supaya kekal bertahan dan hidup dalam
harmoni. Tujuan di Bentuk Hakam (Juru Damai). Hakam (juru damai) ini diutus
bilamana terjadi perselisihan, pertengkaran, percekcokan yang terjadi terus
menerus antara suami istri dan salah satu pihak tidak setuju terhadap perceraian
atau jika pengadilan berpendapat ada kemungkinan terjadi perdamaian kembali di
antara pihak-pihak itu. Tujuan utama dibentuknya hakam (juru damai) ini adalah
untuk mencoba sedaya upaya mungkin dalam mempertahankan sebuah rumah
tangga agar tetap bertahan dan hidup dalam harmoni dan aman damai. 8 Dalam
upaya untuk mengurangi angka perceraian yang terjadi pada saat ini, hakam (juru
damai) diberikan kepercayaan untuk mencari solusi perdamaian berhubung
dengan masalah sengketa kekeluargaan Islam yang terjadi di masyarakat karena

7
Tim penulis IAIN Syarif hidayatullah, Ensikopledia Islam Indonesia…,hlm 298
8
Norzulaily Mohd Ghazali dan Abdul fattah Wan Ismail, Nusyuz,shiqoq dan hakam menurut Al-
Quran, sunnah dan undang- undang keluarga islam, (negri sembilan : kolej Universiti islam
malaysia, 2007), hlm 69

5
yang menjadi tujuan utama dari di bentuknya hakam (juru damai) ini adalah untuk
membantu dalam mempertahankan sebuah rumah tangga agar tetap bertahan tanpa
terjadinya perceraian antara para pihak yang berselisih.

C. Cara mempertahankan pernikahan

Membangun keluarga yang bahagia, tentram dan sejahtera merupakan impian


semua orang, namun hal tersebut bukanlah hal yang mudah. Keluarga adalah jiwa
masyarakat dan tulang punggungnya. Dalam bahasa Arab, kata keluarga sering
disebut dengan “usrah”, dalam Mu’jam al-Wasith, “Al-Usrah” dimaknai dengan
“perisai yang melindungi, keluarga dan kerabat seseorang, satu kelompok yang
dihubungkan dengan satu ikatan kesamaan”. Al-Qur’an menggambarkan
kenyamanan keluarga dengan istilah sakinah, istilah ini mempunyai akar kata
yang sama dengan “Sakanun” yang berarti tempat tinggal.

Bisa kita simpulkan bahwa istilah tersebut digunakan Al-Qur’an untuk


menyebut tempat berlabuhnya setiap anggota keluarga dalam suasana yang
nyaman dan tenang, sehingga menjadi lahan subur untuk tumbuhnya cinta kasih
(mawaddah warahmah) di antara sesama anggota keluarga. Agama Islam
memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pembinaan keluarga,
perhatiannya terhadap kehidupan individu serta kehidupan umat manusia secara
keseluruhan. Hal ini terdapat dalam puluhan ayat Al-Qur’an dan ratusan hadits
Nabi Muhammad SAW yang kemudian darinya terdapat pelajaran berharga. Salah
satu kalamullah yang menjelaskan hal ini terdapat pada surah Ar-Rum ayat 21
yang berbunyi:

‫وهي ايته أى خلق لكن هي أًفسكن أزواجا لتسكٌىا اليها وجعل بيٌكن هىدة ورحوة اى في ذلك يت لفىم‬
‫يتفكروى‬

Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah dia menciptakan


untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang.

6
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.” (QS.Ar-Rum :21)

Ayat di atas menjelaskan bahwa kalimat mawaddah warohmah dapat


menjadi petunjuk untuk tercapainya sebuah keluarga yang sakinah. Sebab Allah
SWT telah menjadikan suatu hubungan kewajiban yang kuat di antara keluarga,
bahkan melebihi kedekatan dengan orang tua mereka. Indikatornya ialah hujjah-
hujjah serta berbagai dalil yang menjelaskan mengenai adanya Allah, ilmu dan
rahmatNya, yang mewajibkan manusia beribadah kepadaNya.

Begitu pula berbagai dalil yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT


dalam membangkitkan serta membakas perbuatan manusia. Allah yang
menjadikan manusia berpasang-pasangan (suami-istri), agar mereka merasa
tentram dan juga menciptakan kasih sayang di antara keduanya. Dan kemudian
semua itu mengharuskan manusia untuk menegaskan, mencintai, juga menaati-
Nya, dengan kata lain mengerjakan apa-apa Allah SWT. ridhai serta menjauhi
laranganNya. Islam pada satu sisi sangat menghargai kodrat manusia dan pada sisi
lainnya menghendaki agar terciptanya kedamaian, ketentraman dan keamanan
dalam hidup manusia. Kodrat manusia saling mencintai antara pria dan wanita
serta adanya dorongan seksual dan dorongan berketurunan. Oleh Islam dihargai
kemudian dikembangkan atas dasar keteraturan dan saluran yang sehat yaitu
melalui sebuah pernikahan. Islam mendorong manusia untuk berkeluarga dan
hidup di bawah naungannya karena keluarga merupakan bentuk asasi bagi
kehidupan yang kokoh yang bisa memenuhi tuntunan keinginan dan hajat manusia
sekaligus pemenuhan fitrah.

Ada beberapa kriteria yang keluarga sakinah menurut mufassir, yaitu:

 Beriman dan bertaqwa

Kepercayaan merupakan hal utama bagi keluarga mukmin, sebab


kepercayaan ialah menuntun keluarga untuk memahami Allah SWT. dalam
berkeluarga, orang tua akan menjadi guru pertama yang akan mendidik dan

7
membimbing anaknya. Dan pendidikan utama dalam keluarga adalah pendidikan
agama.

 Tanggung jawab

Setiap anggota keluarga haruslah memiliki rasa tanggung jawab sesuai


dengan kedudukan masing-masing. Seorang suami menjadi kepala keluarga dan
bertanggung jawab menafkahi lahir dan batin. Sementara seorang istri
bertanggung jawab penuh untuk mengatur kebutuhan rumah tangga dan anak,
sebab ibu merupakan sekolah pertama bagi anaknya.

 Memiliki sifat saling memaafkan

Meminta maf merupakan manifestasi dari kesadaran akan kekhilafan.


Sebagai anggota keluarga tentu akan menemukan kesalahan, maka untuk itu sikap
yang paling baik adalah menyadari segala kesalahan dan kekhilafan dengan
meminta maaf.

 Ketenangan dalam keluarga

Hidup berkeluarga tidak akan bahagia jika keluarga tersebut tidak merasakan
ketenangan dan ketentraman baik secara lahiriah maupun batiniah. Dan kunci dari
ketenangan ialah menerima kelebihan serta kekurangan masing-masing.

 Mu’asyarah bil ma’ruf

Mu’asyarah bil ma’ruf mencakup pemenuhan nafkah, bermusyawarah


dalam keluarga, menutupi kekurangan istri di rumah, menjaga penampilan, dan
membantu tugas-tugas istri di rumah. Salah satu hikmah dari mu’asyarah bil
ma’ruf ini ialah agar pasangan suami istri mendapat kebahagiaan dan mendapat
ketenangan dalam hidup.

Islam juga mengatur dalam menentukan pasangan hidup, agama


merupakan pendorong yang sangat ideal dan bernilai hakiki. Sebagai mana sabda
Rasulullah SAW, yang bebunyi: ”wanita itu dinikahi karena empat hal, karena

8
hartanya, karena keturunannya, arena kecantikannya, dan karena agamanya,
maka ambillah yang beragama, kamu pasti berbahagia.” (HR.Muslim)

Hubungan suami istri merupakan suatu hubungan yang suci, maka segala
pendorong yang bersifat material itu hanyalah sementara dan bisa menggoyahkan
posisi keluarga bila mana pendorong itu lenyap. Oleh karena itu prioritas utama
adalah karena agama, karena agama bertujuan menghantar manusia menuju
kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat.

Pada dasarnya, keluarga sakinah tak dapat terukur karena merupakan suatu
persoalan yang abstrak dan hanya boleh ditentukan oleh pasangan yang berumah
tangga. Berikut ciri-ciri keluarga sakinah antara lain:

 Rumah tangga yang berlandaskan Al-Qur’an dan sunnah

Asas utama dalam pembentukan keluarga sakinah ialah rumah tangga yang
berlandaskan taqwa, kemudian Al-Qur’an dan sunnah sebagai petunjuknya, bukan
sekedar cinta semata. Al-Qur’an menjadi panduan untuk suami maupun istri
dalam menghadapi suatu masalah yang timbul seiring berjalannya kehidupan
rumah tangga.

 Rumah tangga berdasarkan kasih sayang (Mawaddah Warahmah)

Tanpa mawaddah warahmah yang hadir dalam suatu keluarga maka tidak
akan terdapat ketenangan serta keamanan di dalamnya. Kedua perkara ini sangat
penting untuk melahirkan sebuah keluarga yang kokoh, bahagia, saling
menghormati dan mempercayai satu sama lain.

 Mengetahui peranan masing-masing

Setiap keluarga memiliki hak dan kewajiban mereka masing-masing, hak-


hak istri adalah kata lain dari kewajiban suami yakni berbagai hal yang harus
seorang suami lakukan. Hak-hak istri secara garis besar ada dua macam yaitu hak-
hak yang besifat kebendaan dan bukan kebendaan (dalam bentuk formil).

9
 Menghormati dan mengasihi kedua orang tua

Kehidupan berumah tangga terjalin bukan hanya untuk menghubungkan


kehidupan kedua pasangan tetapi menghubungkan keluaraga kedua pasangan. Oleh
karena itu pasangan tidak boleh menepikan ibu bapak dalam urusan pemilihan jodoh,
terutama anak lelaki. Sebab perkawinan tidak akan memutus tanggung jawabnya terhadap
kedua orang tuanya.

 Menjaga hubungan kerabat dan ipar

Salah satu tujuan perkawinan ialah menyambung hubungan keluarga


kedua belah pihak termasuk saudara ipar serta kerabat-kerabat lainnya. Karena
terkadang masalah perceraian karena kerenggangan hubungan antara kerabat dan
ipar.

D. Hikmah mempertahankan pernikahan

Allah menjadikan makhluknya secara berpasang- pasangan ada


laki-laki dan perempuan, ada besar dan ada kecil, ada suka dan duka,
begitu seterusnya, islam juga mengajarkan dan menganjurkan seseorang
untuk menikah, sebab dengan menikah akan membawa pengaruh yang
baik, baik bagi pelakunya sendiri, masyarakat, maupun untuk seluruh umat
manusia.

Demikian juga dengan perkawinan, suami isri akan berusaha


membangun suatu rumah tangga yang damai dan teratur, sehidup semati,
sakit sesakit dan sesenang, merunduk sama bungkuk, melompat sama
patah, ke bukit sama mendaki, kelereng sama menurun, berenang sama
basah, terampai sama kering, terapung sama hanyut sehingga mereka
menjadi satu kesatuan keluarga.

Menurut Mardani, bahwa hikmah perkawinan adalah sebagai


berikut:

a. Dapat menghindari dari terjadinya perzinahan

10
b. Dapat menundukkan pandangan mata dari melihat perempuan
yang diharamkan

c. Dapat terhindar dari penyakit kelamin, seperti aids, HIV dan


lain-lain

d. Dapat menumbuhkan kemantapan jiwa, kedewasaan, serta


tanggung jawab kepada keluarga.9

Dengan demikian kiranya dapat dipahami bahwa melalui perkawinan akan


diperoleh hikmah sebagai berikut :

a. Terhindar dari perbuatan yang haram (perzinaan)

b. Tersalurnya naluri seks secara halal

c. Terciptanya kebahagiaan dan ketenangan jiwa

d. Terhindar dari penyakit kelamin

e. Terwujudnya semangat kerja untuk mencari rizki yang halal

f. Terciptanya rasa tanggung jawab terhadap keluarga dan masyarakat

g. Terjalinnya hubungan silaturahmi diantara keluarga dan masyarakat.

9
Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) h.
11

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Istilah hakam berasal dari bahasa Arab al hakamu yang berarti wasit atau juru
penengah. Hakam adalah pihak yang berasal dari keluarga suami dan istri atau pihak
lain yang bertugas menyelesaikan perselisihan.

Hakam (juru damai) diutus dengan maksud agar mereka dapat melihat,
mengamati, meneliti dan mendalami laporan dari pasangan suami istri yang sedang
bermasalah, dan berupaya untuk mengetahui dengan benar keadaan mereka, serta
memberikan keputusan kepada keduanya untuk bersatu dan berpisah.

B. Saran

Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan
saran yang membangun dari Bapak dan kawan-kawan sangat kami perlukan disini.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita. Semoga bermanfaat, sekian dan
terima kasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://rahma.id/upaya-pembentukan-keluarga-sakinah-perspektif-islam/?amp=1

Dr.Subki Ali Yusuf, Fiqh Keluarga, pedoman berkeluarga dalam islam, (Jakarta:
pustaka Sinar Grafika Offset, 2010)

Hasbi Ash-Shiddieqy, Hukum-hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar Mazhab,


(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001)

Ahmad Azhar Basyir, Keluarga Sakinah Keluarga Surgawi, ( Yogyakarta : Titian


Illahi Press, 1994)

Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, (Yogyakarta: Graha


Ilmu, 2011)

13

Anda mungkin juga menyukai