Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan sekalian alam, yang telah menjadikan
manusia dari segumpal daging dan menyempurnakan penciftaannya hingga terlahir
dalam suku-suku yang berbeda-beda supaya mereka bisa saling mengenal satu
sama lain. Dan telah menjadikan pula tiap-tiap diantara mereka berpasang-pasang
sebagai pelipur lara bagi mereka di dalam menempuh bahtera hidup yang sementara
ini menuju kehidupan yang kekal kelak di Akhirat.
Sholawat teriring salam juga semoga selalu tercurah keharibaan Kekasih
kita tauladan kita dalam segala aspek kehidupan, baik di dunia maupun di Akhirat
kelak. Tauladan di dalam membangun rumah tangga agar tercapai tujuan yang
mulia yakni rumah tangga yang harmonis atau yang biasa dikenal dengan rumah
tangga yang Sakinah, Mawaddah Wa Rahamah.
Berkat Rahmat dan Pertolongan dari Allah SWT akhirnya tugas akhir
sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Magister Hukum Keluarga
Islam di Universitas Islam Negri Mataram dengan judul “Pengaruh Amalan
Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsabandiyah Darul Falah Terhadap Keharmonisan
Rumah Tangga” ini dapat selesai.
Penulis sadar di dalam penulisan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kepada para pembaca jika menemukan kesalah diharapkan untuk
mengingatkan dan membenarkannya. Karena seperti kalam para ulama’ yang
artinya Sesungguhnya manusia itu tempat salah dan lupa.

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................1
Daftar Isi.....................................................................................................................2
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian............................................................................................6
D. Manfaat Penelitiian.........................................................................................6
E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan...............................................................6
F. Kerangka Teori................................................................................................7
1. Amalan-amalan Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsabandiyah Darul Falah....7
a. Dzikir...........................................................................................7
b. Muroqobah..................................................................................11
c. Tafakkur.......................................................................................14
2. Definisi Keharmonisan Rumah Tangga....................................................16
3. Teori Segitiga Cinta Stenberg....................................................................17
G. Metode Penelitian...........................................................................................18
H. Daftar Isi

2
A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang yang membangun rumah tangga pasti ingin agar rumah tangga
yang mereka bangun memiliki keharmonisan. Ini dikarenakan sebagian orang
mengaggap bahwasanya keharmonisan rumah tangga ini sebagai acuan bagi rumah
tangga yang ideal.1 Keharmonisan ini bisa kita lihat dari kerukunan antar sesama
keluarga, damai, utuh, dan tentramnya rumah tangga tersebut. Untuk mencapai
keharmonisan tersebut tentu bukanlah suatu hal yang mudah. Banyak godaan dan
cobaan bahkan rintangan yang harus dilewati untuk mencapai tujuannya. Ibarat
seorang pelaut yang ingin mendapatkan hasil yang memuaskan maka ombak badai
harus siap mereka hadapi. Terkadang di dalam mewujudkan tujuan tersebut baik
dari pihak suami maupun istri akan dihadapkan dengan cobaan-cobaan maupun
rintangan-rintangan baik yang datangnya dari internal keluarga maupun dari
eksternal keluarga masing-masing.2 Ini kemudian menuntut kedewasaan diantara
kedua belah pihak di dalam mengelola permasalahan ini agar dapat terselesaikan
dengan baik agar tujuan di dalam membangun rumah tangga itu dapat tercapai.
Rasulullah SAW bersabda : ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ َو ِخ َي اُر ُك ْم ِخ َي اُر ُك ْم ِل ِن َس اِئ ُك ْم‬.‫ْك َم ُل اُملْؤ ِن ْي َن ْيَم اًن ا ْح َس ُن ُه ْم ُخ ُل ًق ا‬
‫ِم ِإ‬
Artinya: “ Paling sempurna keimanan seorang mukmin itu yang paling baik akhlak
mereka. Dan yang terbaik diantara kalian ialah yang terbaik perlakuannya terhadap
istri-istri kalian.”
Salah satu faktor yang harus diperhatikan didalam membangun rumah
tangga yang harmonis ialah keberagamaan atau seberapa bagus ibadah mereka. 3
Berapa banyak keluarga yang tidak kekurangan harta malah bisa dikatakan mereka
kaya raya tapi hati dan fikiran mereka tidak tenang karena yang ada didalam hati
dan fikiran mereka hanyalah dunia. Ibadah mereka terbengkalai tak terurus
sehingga tidak jarang pasangan dijadikan sebagai pelampiasan. Akan tetapi, betapa
banyak keluarga yang kita anggap kekurangan atau malah miskin tak memiliki apa-
apa tapi mereka memperhatikan ibadah mereka sehingga keluarga mereka menjadi
harmonis. Karena harta tak selamanya menjadi tolak ukur bagi keharmonisan
didalam rumah tangga seseorang. Akan tetapi, bagaimana hubungannya dengan
sang pencifta melalui ibadah itulah yang menjadi ukurannya. Allah SWT berfirman
dalam Surah Al Baqaroh Ayat 45:
‫َو اْس َت ْي ُن ْو ا ب لَّص ْب َو الَّص َل و َو َّن َه ا َل َك ْي َر ٌة اَّل َع َل ي اْل َخ ا ْي َن‬
‫ِش ِع‬ ‫ِب ِإ‬ ‫ِة ِإ‬ ‫ِا ِر‬ ‫ِع‬
Artinya : “ Dan mintalah tolong dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhnya sholat
itu ialah berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”

1
Khatimah, Husnul. "Implementasi Kitab Uqudul Lujain Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga Studi
Kasus Alumni Pondok Pesantren Nurul Huda di Desa Bercak Kecamatan Cermee." Al-Qawaid: Journal of
Islamic Family Law 1.1 (2022): 25-37.
2
Thohir, Umar Faruq, and Nina Agus Hariati. "Korelasi Pendapatan Ekonomi dan Kedewasaan Pasangan
Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga Pelaku Pernikahan di Bawah Umur di Desa Wedusan, Tiris,
Probolinggo." Asy-Syari'ah: Jurnal Hukum Islam 4.1 (2018).
3
Arief, Yasin, et al. "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHARMONISAN RUMAH
TANGGA MUSLIM DI JAWA TENGAH." ADHKI: JOURNAL OF ISLAMIC FAMILY LAW 5.1 (2023):
17-30.

3
Imam Showi4 menjelaskan didalam kitabnya Hasyiyah Showi ala Tafsir
Jalalaen.5 Ibadah sholat menghimpun semua ibadah. Dan ibadah yang terbaik itu
ialah mengingat Allah SWT. Ketika seorang hamba sudah mengingat kepada Sang
Pencifta maka akan tenanglah hatinya. Imam Showi dalam tafsir yang sama juga
mejelaskan maksud dari orang-orang yang khusyuk disini ialah orang-orang yang
mengerjakan sekaligus cinta terhadap perintah Allah SWT yang mana dengan
mengerjakan perintah Allah SWT tersebut hati mereka menjadi tenang. Ketika hati
seorang hamba sudah tenang maka konflik yang terjadi diantara mereka pun akan
semakin berkurang. Ketenangan hati ini tidak semata-mata datang dengan
sendirinya. Akan tetapi seseorang dapat mencapai ketenangan hati dengan
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT ialah melalui Thoriqoh. Allah SWT berfirman: ‫َأَل‬ ‫َأ‬
‫َغ ًق‬ ‫َق‬ ‫َل َّط َق‬ ‫َق‬ ‫َّل‬
‫َو ِو اْس َت اُم ْو ا َع ى ال ِر ْي ِة ْس ْي َن اُه ْم َم اًء َد ا‬
Artinya : “ Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus diatas jalan itu (Agama
Islam).
Niscaya akan kami curahkan kepada mereka air yang cukup.
Arti tarekat dalam ayat tersebut lebih jauh ditafsiri oleh sebuah hadist yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, di mana di dalamnya Nabi menyuruh
kepada umatnya utuk mengikuti sunah beliau dan sunah para sahabatnya. Kedua
kata itu (ṭarīq dan sunnah) memiliki makna yang sama “jalan”.6
Nurcholis Madjid, sebagaimana dikutip oleh Sudirman Tebba, melihat
bahwa kata “tarekat” (ṭarīqah) apabila ditinjau dari segi bahasa memang secara
harfiah berarti jalan, artinya tidak ada perbedaan dengan kata syar’īah, sabīl, ṣirāth,
dan manhaj, semuanya memiliki arti yang sama, jalan mendekatkan diri kepada
Allah. Dalam hal ini yang dimaksud tarekat adalah jalan menuju kepada Allah
guna mendapat ridha-Nya dengan mentaati ajaran-ajaran-Nya. Dengan menempuh
jalan yang benar secara mantap dan konsisten manusia dijanjikan tuhan akan
memperoleh karunia hidup bahagia yang tiada tara (Q.S.22:16).7
Adapun definisi Thoriqoh sendiri ialah berasal dari bahasa Arab ‫ طريقة‬yang
merupakan bentuk mashdar (kata benda) dari kata ‫طرق‬- ‫يطرق‬- ‫ طريقة‬yang memiliki
arti (‫ )الكيفية‬jalan, cara,(‫ )األسلوب‬metode, sistem, ‫ ))المذهبة‬madzhab, aliran, haluan, dan
‫ ))الحالة‬keadaan. Pengertian ini membentuk dua makna istilah yaitu metode bagi
ilmu jiwa akhlak yang mengatur suluk individu dan kumpulan sistem pelatihan ruh
yang berjalan sebagai persahabatan pada kelompok-kelompok persaudaraan Islam.8
4
Ahmad al-Shawi memiliki nama lengkap Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Shawi al-Mishri al-Khilwati al-
Maliki. Ia merupakan salah satu mufassir dari golongan Ahlussunnah bermazhab Maliki Asy’ari. Dilahirkan
pada 1761 M / 1175 H di wilayah Shaul Hijr -tepi sungai Nil bagian barat- dan wafat 1825 M/1241 H di
Madinah, pada usia 64 tahun. Lingkungan keluarga yang religius dan terpelajar menjadi tempat awal
pembelajaran dan pembentukan kepribadian al-Shawi, sebelum akhirnya ia melanjutkan pendidikan di kota
Mesir. Ahmad al-Shawi dikenal sebagai orang yang zuhud dan juga wara’. Ia termasuk pembelajar yang
tekun. Hampir seluruh waktunya di dedikasikan untuk keilmuan. Berbagai cabang ilmu seperti tafsir, fikih,
sufi dan qira’at tak lepas dari perhatiannya. Al-Shawi masuk deretan guru besar Universitas al-Azhar,
sekaligus tokoh pembesar di kalangan sufi. Lihat : https://tanwir.id/mengenal-hasyiyah-al-shawi-kitab-
syarah-atas-tafsir-jalalain/
5
Ahmad bin Muhammad As Showi Al Mishri, Tafsir Showi ( Surabaya:Al Haromaen), Juz 1, 48.
6
Munji, Ahmad. "Profesi sebagai tarekat." Jurnal Theologia 26.2 (2015).187
7
Munji, Ahmad. "Profesi sebagai tarekat." Jurnal Theologia 26.2 (2015). 187
8
Arif, Muhammad. "Analisis Semiotika Roland Barthes (Pemaknaan Kata Tarekat Dalam Surat Al-jin
16)." J-Alif: Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Syariah dan Budaya Islam 6.2 (2021): 134.

4
Sedangkan menurut istilah Thoriqoh memiliki 2 makna. Pertama pada abad
pertama Hijriyah dan abad kedua, Thoriqoh memiliki pengertian cara pendidikan
akhlak dan jiwa bagi seseorang yang menempuh jalan sufi. Yang kedua pada abad
ketiga Hijriyah dan sesudahnya Thoriqoh memiliki arti suatu gerakan yang lengkap
untuk memberikan latihan-latihan rohani (kejiwaan) dan jasmani pada segolongan
kaum muslimin sesuai dengan ajaran dan keyakinan tertentu. 9 Dari pengertian
kedua inilah kemudian bermunculan berbagai macam aliran Thoriqoh yang ada di
dunia Islam. Di Indonesia sendiri ada 44 Thoriqoh yang tersebar hingga saat ini. 10
Adapun contoh dari Thoriqoh yang tersebar luas tersebut ialah Thoriqoh Qodiriyah
yang disandarkan kepada ajaran Tasawuf yang diajarkan oleh Syekh Abdul Qodir
Al Jaelani11. Kemudian juga Thoriqoh Naqsabandiyah yang disandarkan kepada
ajaran Tasawuf yang diajarkan oleh Syekh Baha’uddin Naqsabandy 12. Dan masih
banyak aliran-aliran Thoriqoh lainnya yang tersebar di Indonesia. Walaupun aliran-
aliran Thoriqoh di dunia Islam itu sangat banyak akan tetapi semua ajaran Thoriqoh
memiliki satu tujuan akhir yaitu bagaimana cara agar seseorang dapat mendekatkan
diri kepada Allah SWT.
Peneliti dalam kesempatan ini akan mencoba menggunakan teori segitiga
cinta yang dipopulerkan oleh Robert J. Sternberg 13 didalam melihat bagaimana cara
dan apa pengaruh dari amalan Thoriqoh khususnya Thoriqoh Qodiriyah Wa
Naqsabandiyah terhadap keharmonisan rumah tangga. Menurut Sternber, cinta
terdiri dari tiga elemen berbeda yang saling eksklusif dan membentuk simpul
9
Arif, Muhammad. "Analisis Semiotika Roland Barthes (Pemaknaan Kata Tarekat Dalam Surat Al-jin
16)." J-Alif: Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Syariah dan Budaya Islam 6.2 (2021): 135.
10
Awaludin, Muhammad. "Sejarah Dan Perkembangan Tarekat Di Nusantara." El-Afkar: Jurnal Pemikiran
Keislaman Dan Tafsir Hadis 5.2 (2016): 127.
11
Nama lengkapnya ialah Sayyid Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Shalih Musa Zangi Dausat
al-Jailani. Ia lahir di Desa Nif atau Naif, termasuk wilayah distrik Jailan. Daerah itu disebut juga dengan
Jilan, Kailan, Kilan, atau al-Jil. Lokasinya masih dalam area budaya Kurdistan, persisnya sekitar 150
kilometer sebelah timur laut Baghdad, Irak. Syekh Abdul Qadir al-Jailani pertama kalinya menghirup udara
dunia pada waktu fajar, Senin, 1 Ramadhan 470 H, bertepatan dengan tahun 1077 M. Ia wafat di Baghdad
pada Sabtu, 11 Rabiuts-Tsani 561 H/1166 M.Kebanyakan manakib (biografi) tokoh sufi ini penuh dengan
fiksi, tanpa mendasarkan pada fakta-fakta sejarah. Padahal, ulama ini merupakan tokoh sejarah yang cukup
besar dalam wacana pemikiran Islam, terutama sejarah tasawuf. Sehingga, para ulama banyak
mengungkapkan bahwa Syekh Abdul Qadir merupakan mujtahid abad ke-14. Lihat :
https://www.republika.id/posts/40446/biografi-syekh-abdul-qadir-al-jailani
12
Sayyid Bahauddin an-Naqsyabandi memiliki nama lengkap Sayyid Bahauddin an-Naqsyabandi bin
Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Husaini al-Uwaisi al-Bukhari, dan lebih masyhur dengan
sebutan Sayyid Bahauddin an-Naqsyabandi. Ia juga memiliki julukan (laqab) Muhammad al-Bukhari. Sayyid
Bahauddin merupakan keturunan Rasulullah saw dari jalur Sayyidina Husain bin Sayyidina Ali, suami
Sayyidah Fatimah az-Zahra binti Rasulullah saw. Ia dilahirkan pada Muharram 717 H/1317 M, di daerah
Qashrul Arifan, salah satu desa di dekat kota Bukhara. Sayyid Bahauddin lahir dari keluarga yang sangat
agamis. Orang tuanya merupakan sosok yang memiliki pengetahuan luas dan ahli ibadah. Kedua orangtuanya
tak henti-henti mendoakan putranya agar kelak menjadi orang yang berguna, dan bisa meneruskan
perjuangan kakeknya, Rasulullah saw. Lihat : https://jabar.nu.or.id/sejarah/inilah-biografi-singkat-pendiri-
tarekat-naqsyabandi-syekh-bahauddin-an-naqsyabandi-q1aRK
13
Robert J. Sternberg (lahir 8 Desember 1949) adalah seorang psikolog dan psikometri Amerika. Dia adalah
Profesor Pembangunan Manusia di Cornell University, Sternberg memiliki gelar BA dari Yale University dan
PhD dari Stanford University, di bawah bimbingan Gordon Bower. Ia memegang tiga belas gelar doktor
kehormatan dari dua universitas Amerika Utara, satu Amerika Selatan, satu Asia, dan sembilan universitas
Eropa, dan juga memegang jabatan profesor kehormatan di Universitas Heidelberg, di Jerman. Dia adalah
Rekan Terhormat dari Pusat Psikometri di Universitas Cambridge. Lihat :
https://en.wikipedia.org/wiki/Robert_Sternberg

5
segitiga. Keintiman, gairah, dan pilihan serta komitmen adalah tiga faktor. Masing-
masing dari ketiga elemen tersebut digunakan dalam berbagai cara. Stenberg ialah
penemuk teori ini. Dikatakan bahwa tiga unsur cinta itu independen, mandiri, atau
berbeda satu sama lain, memungkinkan orang untuk memiliki satu elemen tanpa
membutuhkan dua elemen lainnya. Tiga segi cinta cenderung menekankan
bagaimana setiap orang mengalami cinta sebagai jenis hubungan dekat yang
spesifik. Selain itu, ketiga unsur cinta tersebut dipilih karena bersifat universal dan
dapat diterapkan pada semua orang di segala zaman dan tempat.14
Menurut Stenberg, bahwa cinta sejati adalah kisah hidup yang ditulis
berdasarkan sumber-sumber pengalaman pribadi setiap manusia yang dapat
mewakili ciri-ciri kepribadian, minat, dan perasaan dalam menjalani hubungan
cinta. Artinya, tanpa disadari, konsep seseorang tentang makna cinta itu sendiri
dipengaruhi oleh pengalaman pribadi mereka sendiri dengan cinta sepanjang hidup
mereka, baik yang mereka pelajari melalui cerita orang tua atau dari karya fiksi.
Inilah yang kemudian membuat Sternberg mengembangkan teori cinta segita
tersebut. Menurut pandangan Sternberg ini, pengalaman cinta dari seseorang yang
sukses dalam percintaannya harus mempunyai tiga elemen dasar yaitu keintiman,
gairah, dan komitmen. Menurutnya juga suatu hubungan cinta yang ideal akan
terwujud apabila dalam hubungan tersebut terdapat keseimbangan dari ketiga
komponen cinta yaitu komponen keintiman, gairah, dan keputusan/komitmen
sehingga akan terbentuk segitiga sama sisi yang menandakan terbentuknya cinta
sempurna sesuai dengan model segitiga cinta yang ia pelopori.15

B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan di atas ada beberapa rumusan masalah yang peneliti hadirkan
di sini. Adapun rumusan masalah tersebut ialah :
1. Bagaimana pandangan teori cinta segitiga Sternberg terhadap amalan-
amalan Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsabandiyah ?
2. Bagaimana amalan-amalan Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsabandiyah dapat
mempengaruhi keharmonisan dalam rumah tangga ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini ialah :
1. Mengetahui pandangan teori cinta segitiga Sternberg terhadap amalan-
amalan Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsabandiyah.
2. Mengetahui cara dari amalan-amalan Thoriqoh Qodiriyah Wa
Naqsabandiyah dapat mempengaruhi keharmonisan dalam rumah tangga.
D. Manfaat Penelitiian
Adapun manfaat daripada penelitian ini dapat dibagi menjadi 2 :
1. Manfaat Teoritik
Peneliti mengaharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi rujukan
dan pedoman bagi para pasangan di dalam membina rumah tangga agar tercapai
tujuan yang mereka idamkan yaitu membangun rumah tangga yang harmonis.
2. Manfaat Praktis
Peneliti mengharapkan dengan adanya penelitian ini menjadi tambahan
referensi bagi para pegiat Hukum Keluarga Islam terkhusus bagi yang
14
Syah, Arif Sofian, and Suryo Ediyono. "Sudut Pandang Filsafat Cinta dan Psikologi Robert Sternberg."
15
Simanjuntak, Cipto Winner. "KADAR CINTA PADA PASANGAN YANG MENGALAMI KEKERASAN
DALAM PACARAN." Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan
Karawang 1.2 (2021): 41.

6
memfokuskan dirinya kepada meneliti cara di dalam membangun rumah tangga
yang harmonis.
E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Setelah peneliti mencari beberapa sumber yang terkait tentang penelitian
ini. Peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian yang peneliti teliti ini. Ada beberapa penelitian terkait tentang penelitian
ini.
Tesis yang disusun oleh Choirul Daroji yang berjudul “Tarekat Sebuah
Solusi Alternatif Membentuk Keluarga Sakinah Study Pada Jama’ah Tarekat
Naqsabandiyah Khalidiyah di Ponpes Darul Ulum Turi Panekan Magetan“tesis ini
bersifat kulitatif yang bertempat di Ponpes Darul Ulum Tuir Panekan Magetan.
Dalam tesis ini penyusun meneliti tentang Tarekat sebagai salah satu alternatif
dalam mewujudkan salah satu tujuan berumah tangga yaitu membangun keluarga
yang Sakinah.
Artikel yang disusun oleh tim penyusun Jurnal Al Isnad yang berjudul
“Kajian Historis Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah Manduriyah Temanggung:
Eksistensi dan Pengaruh Sosial Keagamaannya” penelitian ini bersifat penelitian
Sejarah. Dalam artikel ini tim penyusun mencoba menganalisis pengaruh sosial-
keagamaan yang muncul dari Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah Manduriyah
Temanggung.
Artikel yang disusun oleh Journal of Community Development and Disaster
Management yang berjudul “Pengaruh Ajaran Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Terhadap Perilaku Sosial Masyarakat Dukuh Pilang Desa Tulung
Kecamatan Sampung” penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Tim penyusun membahas tentang pengaruh ajaran Tarekat Qadiriyah wa
Naqsabandiyah terhadap perilaku sosial spiritual masyarakat Dukuh Pilang Desa
Tulung Kecamatan Sampung.
F. Kerangka Teori
1. Amalan-amalan Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsabandiyah Darul Falah
a. Dzikir16
Dzikir ditinjau dari segi bahasa ialah mengingat. Sedangkan secara
istilah ialah membasahi lidah dengan ucapan-ucapan pujian kepada Allah
SWT. Menurut Syeikh Ahmad Fathani mengatakan dzikir asal mulanya
diartikan bersih (Asshafa), wadahnya adalah menyempurnakan (Al Wafa),
dan syaratnya adalah hadir di hadirat-Nya. Dzikir juga bisa diartikan
kegiatan yang dilakukan oleh seorang hamba untuk mengingat Allah
SWT.17 Ketika seorang hamba sudah mengingat Allah SWT maka hati
mereka akan tenang. Oleh karena itu, Dzikir juga merupakan strategi yang
diharapkan mampu menjadi media penenang hati.18 Allah SWT berfirman
dalam surah Ar-Ra’d ayat 28:

16
Tim JTQN DF, Buku Pelajaran Dan Silsilah Jama’ah Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah Darul
Falah. ( Mataram:Darul Falah ). 69.
17
Ahmad, Muthiah. "Zikir sebagai media komunikasi." Jurnal Dakwah Tabligh 16.1 (2015): 91.
18
Kumala, Olivia Dwi, Yogi Kusprayogi, and Fuad Nashori. "Efektivitas pelatihan dzikir dalam
meningkatkan ketenangan jiwa pada lansia penderita hipertensi." Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi 4.1
(2017): 55.

7
‫ أَال ِذ ْك ِهللا َت ْط َم ِئ ُّن اْل ُق ُل ْو ُب‬. ‫اَّل ِذ ْي َن آَم ُن ْو ا َو َت ْط َم ِئ ُّن ُق ُل ْو ُب ُه ْم ِذ ْك ِهللا‬
‫ِب ِر‬ ‫ِب ِر‬
Artinya: “ Orang-orang yang beroleh hidayah dan bertaubat ialah mereka
yang beriman dan mereka tentram dengan selalu ingat (berdzikir) kepada
Allah. Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.”
Dalam mentafsirkan ayat ini Imam Assya’rowi19 mengatakan bahwa
dzikir memiliki efek rasa tenang dan nyaman 20. Imam Sya’rāwī di sini
berupaya mengaitkan dzikir sehingga melahirkan sebuah ketenangan,
dengan takdir Allah dan sikap tawakal kepada-Nya. Artinya Imam
Sya’rāwī ingin menyampaikan bahwa ketenangan yang muncul
disebabkan karena dzikir itu bersyarat. Syarat yang pertama, percaya
sepenuhnya dengan ketentuan (takdir) Allah dan syarat kedua adalah
adanya sikap tawakal secara total kepada-Nya. Beliau kemudian
melanjutkan, bahwa ketika seseorang menerima takdir Allah, dan
mengingat bahwa Allah adalah penguasa segalanya, maka ketenangan
akan meliputi hatinya meski ia harus berhadapan dengan sejumlah
permasalahan atau kejadian apa pun21.
Terkait tentang Dzikir sebagai penenang hati Rasulullah SAW juga
bersabda:
‫َي ْت ُه ُم‬ ‫َمْلاَل َك ُة َو َغ‬ ‫اَل َي ْق ُع ُد َق ْو ٌم َي ْذ ُك ُر ْو َن َهللا َع َّز َو َج َّل إّاِل َح َّف ْت ُه ُم‬
‫ ِش‬، ‫ا ِئ‬
. ‫ِع ْنَد ُه‬ ‫ َو َذ َك َر ُه ُم ُهللا ْيَم ْن‬، ‫ َو َن َز َل ْت َع َل ْي ُم الَّس ْي َن ُة‬، ‫الَّر ْح َم ُة‬
‫ِف‬ ‫ِك‬ ‫ِه‬
Artinya: “Tidaklah segolongan orang mengingat Allah, melainkan para
malaikat menghormati mereka, rahmat menyelubungi mereka,
ketenangan turun kepada mereka dan Allah mengingat mereka bersama
orang-orang yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim dan At-Tarmidzi).
Dari hadist diatas inilah juga para penganut tarekat khususnya
Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsabandiyah mengambil dalil dibolehkannya
Dzikir secara berjama’ah. Dalam hadist ini Rasulullah SAW

19
Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’râwi (16 April 1911. – 17 Juni 1998) dikenal sebagai Imam Ad-
Du'âti (Pemimpin Para Da'i). Lahir pada 16 April 1911 di desa Daqadus, distrik Mith Ghamr, provinsi
Daqahlia, Mesir. Dalam usia 11 tahun ia sudah hafal Al-Qur’an. Ia terdaftar di Fakultas Bahasa Arab tahun
1937 dan tamat pada 1940. Setelah tamat ia ditugaskan ke pesantren agama di Thanta, lalu ke pesantren
agama di Zaqaziq, dan pesantren agama di Iskandaria. Setelah masa pengalaman yang panjang, ia pindah
untuk bekerja di Saudi Arabia pada 1950 sebagai dosen syari'ah di Universitas Ummu al-Qurro.
Imam Asy-Sya’râwi diberikan tanda penghargaan pertama pada usia pensiunnya pada 15 Maret 1976
sebelum ditugaskan menjadi Menteri Wakaf dan Urusan al-Azhar. Mendapatkan penghargaan nasional
tingkat pertama pada 1983 dan tahun 1988, dan pada hari Da'i Nasional ia mendapatkan gelar Doktor
Honoris Causa pada bidang sastra dari Universitas Manshurah dan Universitas al-Azhar Daqahlia.
Syekh Asy-Sya’râwi mempunyai sejumlah karangan-karangan, beberapa orang yang mencintainya
mengumpulkan dan menyusunnya untuk disebarluaskan, sedangkan hasil karya yang paling populer dan yang
paling fenomenal adalah Tafsir Asy-Sya’râwi terhadap Alquran yang Mulia. Dan di antara sebagian hasil
karyanya adalah: Al-Isrâu wa al- Mi'râju (Isra dan Mi'raj), Asrâru Bismillâhirrahmânirrahîmi (Rahasia dibalik
kalimat Bismillahirrahmanirrahim), Al-Islâmu wa al-Fikru al-Mu'ashiri (Islam dan Pemikiran Modern), dan
masih banyak yang lainnya. Lihat: Khaer, Misbakhul. "Makna Dzikir dalam Perspektif Tafsir Sya'rāwī (Studi
Analisis terhadap Tafsir Surat Al-Ra'd Ayat 28)." Aqwal 2.1 (2021).
20
Khaer, Misbakhul. "Makna Dzikir dalam Perspektif Tafsir Sya'rāwī (Studi Analisis terhadap Tafsir Surat
Al-Ra'd Ayat 28)." Aqwal 2.1 (2021): 163.
21
Khaer, Misbakhul. "Makna Dzikir dalam Perspektif Tafsir Sya'rāwī (Studi Analisis terhadap Tafsir Surat
Al-Ra'd Ayat 28)." Aqwal 2.1 (2021): 162.

8
menggunakan lafadz “Qoum“ yang memiliki arti kaum atau sekelompok
orang sehingga melakukan Dzikir secara berjamaah itu diperbolehkan.
Kemudian dalam ajaran Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsabandiyah
ada 2 jenis Dzikir yang digunakan sebagaimana diungkapkan oleh Al-
Kurdy dalam kitabnya Tanwir al-Qulub Fii Mu’amalati ‘aalami Al-
Guyub22.
Yang pertama Dzikir Nafi Istbat yaitu dzikir kepada Allah dengan
menyebut kalimat tahlil “‫ه إالهللا‬m‫” ال إل‬23. Dzikir ini merupakan inti ajaran
Thoriqoh Qodiriyah, yang dilakukan secar bersuara (jahr) atau billisan.
Dzikir lisan ini menyebut: dengan huruf dan bersuara. Allah SWT
berfirman dalam surah Al-Isra’ ayat 110:
‫َو اَل َت ْج َه ْر َص اَل َك َو اَل ُتَخ ْت َه َو ْب َت َب ْي َن َذ َك َس ْي اًل‬
‫ِب‬ ‫ِل‬ ‫اِف ِب ا ا ِغ‬ ‫ِب ِت‬
Artinya: “ Janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam sholat dan
janganlah (pula) merendahkannya dan usahakan jalan tengah diantara
kedua itu”.
Imam Showi dalam tafsirnya menjelaskan bahwasanya Asbabun
Nuzul ayat ini ialah sebagaimana yang diriwayatkan oleh sahabat Ibnu
Abbas bahwasanya Rasulullah SAW bersembunyi ketika di Mekkah. Dan
waktu itu beliau sedang sholat bersama para sahabat beliau. Beliau
mengeraskan suara ketika beliau sedang membaca ayat Al-Qur’an. Maka
didengarlah suara beliau oleh orang musyrik. Mereka mencela Al-
Qur’an, yang menurunkannya (Allah SWT) dan yang diturunkan
kepadanya (Rasulullah SAW). Maka kemudian Allah SWT berfirman
kepada Rasulullah SAW dengan ayat ini.24
Rasulullah SAW bersabda:
‫َأ ْف َض ُل ال ْك اَل َل َه اَّل ُهللا‬
‫ِّذ ِر ِإ ِإ‬
Artinya:” Semulia-mulia dzikir ialah Laa ilaaha illallah”. (HR.
Turmudzi).
Dalam praktiknya sehari-hari, Dzikir Nafi Istbat “‫ه إالهللا‬mm‫ ”ال إل‬sulit
dilakukan secara terus menerus dikarenakan banyaknya kesibukan yang
mengganggu, seperti mencari nafkah atau kebutuhan lainnya dalam
kehidupan sehari-hari sesuai dengan profesi masing-masing orang.
Menurut KH. Ramly Tamim dalam kitabnya Tsamaratu Al Fikriyah
mengatakan bahwa dzikir Qodiri (Nafi Istbat) yaitu membaca ‫ال إله إالهللا‬
dikerjakan oleh salik (perambah dibidang Tasawuf/ahli Thoriqoh) setelah
sholat selama lima waktu berjumlah 165 kali. Dan setiap dzikir
dihadapkan langsung ke halusnya hati (Latifah Al Qalbi) kemudian
diarahkan ke Latifah yang lain secara tertib. Kemudian dipindahkan ke
Muroqobah dengan bergiliran secara tertib.25

22
Al-Kurdy, Syeikh Muhammad Amin, Tanwir al-Qulub Fii Mu’amalati ‘aalami Al-Guyub:1994, 440.
23
Tim JTQN DF, Buku Pelajaran Dan Silsilah Jama’ah Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah Darul
Falah. ( Mataram:Darul Falah ). 69.
24
Ahmad bin Muhammad As Showi Al Mishri, Tafsir Showi ( Surabaya:Al Haromaen), Juz 2, 461.
25
Tim JTQN DF, Buku Pelajaran Dan Silsilah Jama’ah Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah Darul
Falah. ( Mataram:Darul Falah ). 75.

9
Yang kedua Dzikir Ismu Mufrad atau Lafadz Jalalah adalah dzikir
kepada Allah dengan menyebut “‫ ”ُهللا ُهللا هللا‬dalam hati atau secara sir/khafi26.
Allah SWT berfirman dalam‫ َأ‬surah Thaha ayat ‫ َأ‬14: ‫َأ‬
‫ْك‬ ‫اَل‬ ‫َف‬ ‫اَل َل اَّل‬
‫ِإ َّن ِن ي َن ا ُهللا أنا هللا ِإ َه ِإ َن ا اْع ُب ْد ِن ي َو ِق ِم الَّص َة ِل ِذ ِري‬
Artinya:”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah tiada tuhan selain Aku maka
sembahlah aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku”.
Imam Ahmad Al Musthafa Al Maraghi dalam Tafsirnya
menyebutkan tafsiran dari ayat tersebut ialah (Sesungguhnya Aku adalah
Allah) maksudnya sesungguhnya kewajiban pertama untuk seorang
mukalaf adalah mengetahui bahwa Allah adalah Esa tidak ada sekutu bagi-
Nya. (Maka, sembahlah Aku) artinya apabila Aku adalah Tuhan yang
benar dan tidak ada Tuhan selain aku, maka khususkanlah Aku dalam
ibadah dan ketundukan atas segala apa yang telah Aku bebankan
kepadamu. (Dirikanlah salat) maksudnya tunaikanlah salat sesuai dengan
jalan yang Aku perintahkan kepadamu, yaitu memenuhi syarat, rukun,
dan ingatlah Aku di dalamnya.27
Imam Showi menjelaskan kata sholat dalam ayat diatas dikhususkan
maknanya kepada dzikir (mengingat Allah SWT) walaupun dzikir itu juga
masuk dalam kategori ibadah dan karena keagungan sholat itu dan
mengandungnya atas dzikir, menyibukkan hati, lidah dan anggota badan
lainnya. Dan sholat itu merupakan paling utama rukun agama setelah
tauhid.28
Dan dalam surah Al-A’raf ayat 205 Allah SWT berfirman:
‫َك َت َض ُّر ًع ا َو ْي َف ًة َو ُد ْو َن اْل َج ْه َن اْل َق ْو اْل ُغ ُد َو‬ ‫َو ْذ ُك َّب َك َنْف‬
‫ِل ِب ِّو‬ ‫ِر ِم‬ ‫ِخ‬ ‫ا ْر َر ِف ي ِس‬
‫اْل َغ ا ْي َن‬ ‫اآْل َص ا َو اَل َت ُك ْن َن‬
‫ِفِل‬ ‫ِم‬ ‫ِل‬
Artinya:” Dan sebutlah Tuhanmu (Dzikrullah) dalam hatimu dengan
merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di
waktu pagi dan petang, dan jamganlah termasuk orang-orang yang lalai”.
Imam Showi dalam tafsirnya menjelaskan Dzikrullah yang
dimaksud di dalam ayat ini meliputi bacaan tasbih, tahlil, do’a, bacaan Al-
Qur’an atau pun yang lainnya.29
Selain itu Rasulullah SAW juga bersabda:
‫ُهللا ُهللا ُهللا‬ ‫اَل َتُق ْو ُم الَّس اَع ُة َح َت ي اَل ُي َق اُل ي اأَل ْر‬
‫ِف ِض‬
Artinya:”Tidak akan terjadi hari Kiamat itu sampai di muka bumi ini tidak
ada yang mengucapkan Allah Allah Allah. (HR. Muslim)
Dzikir dengan hati ini ialah mengingat atau menyebut Allah dalam
hati, tidak berhuruf dan tidak bersuara dan dzikir ini tidak mudah diganggu
dengan kesibukan yang sedang dilakukan oleh setiap kaum muslimin.
Dzikir ini juga disebut dengan Dzikir Latha’if dan merupakan ciri khas

26
Tim JTQN DF, Buku Pelajaran Dan Silsilah Jama’ah Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah Darul
Falah. ( Mataram:Darul Falah ). 69.
27
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi(Mesir:Syirkah wa Mathba’ah Musthafa al-Babial-Halabi,
1946), juz 16 hal. 100
28
Ahmad bin Muhammad As Showi Al Mishri, Tafsir Showi ( Surabaya:Al Haromaen), Juz 3, 62.
29
Ahmad bin Muhammad As Showi Al Mishri, Tafsir Showi ( Surabaya:Al Haromaen), Juz 2, 141.

10
dalam Thoriqoh Naqsabandiyah.30 Menurut KH Ramli Tamim bahwa para
salik melakukan Dzikir Naqsabandiyah sedikit-dikitnya 5000 kali dan
sebanyak-banyaknya 25000 kali agar bisa menjadi watak atau istiqomah
dari salik tersebut.31
Selain dari kedua dzikir tersebut, ada dzikir yang ketiga yang biasa
diajarkan oleh mursyid (guru) kepada muridnya. Dzikir itu ialah Dzikir Al-
Anfas. Dzikir Al-Anfas ialah dzikir untuk menyebut nama Allah dengan
lidah batin (sirri atau khafi) yang disertakan dengan ritme nafas (keluar
masuknya nafas) pada semua keadaan. Sehingga orang yang berdzikir
tersebut menjadi orang yang menyebut asma Allah dalam semua keadaan
(qiyaman, qu’udan, wa’ala junubihim). Tekhnik dzikir ini bebas tidak
terikat oleh waktu, tempat, dan hitungan.32
b. Muroqobah
Muroqobah merupakan salah satu ajaran tasawuf yang bertujuan
memantapkan segi hakikat untuk mencapai ma’rifatullah. Secara bahasa,
Muroqobah berarti mengamati atau menantikan sesuatu dengan penuh
perhatian. Sedangkan menurut istilah dalam ilmu Tasawuf Muroqobah
ialah terus-menerusnya kesadaran seorang hamba atas pengawasan Tuhan
terhadap semua kesadarannya.33
Annisah Umairoh dalam artikelnya menyebutkan bahwa Muroqobah
merupakan bentuk hal yang sangat penting. Karena pada dasarnya segala
perilaku peribadatan adalah rangka muroqobah atau mendekatkan diri
kepada Allah. Muroqobah juga dapat diartikan sebagai kondisi kejiwaan,
dimana seorang individu senantiasa merasakan kehadiran Allah, serta
menyadari sepenuhnya bahwa Allah selalu mengawasi segenap perilaku
hambanya. Kesadaran semacam ini, seorang hamba akan selalu mawas
diri, menjaga diri untuk tetap pada kualitas kesempurnaan penciptaannya.
Hal penting yang harus ditunjukkan dalam muroqobah ini adalah
konsistensi diri terhadap perilaku yang baik atau seharusnya dilakukan.34
Banyak kita temukan di dalam Al-Qur’an ayat-ayat yang
menunjukkan tentang Muroqobah. Allah SWT berfirman dalam surah Al
Ahzab ayat 52:
‫َل ُك‬ ‫َك‬
‫َو اَن ُهللا َع ي ِل َش ْي ٍء َر ِق ْيًب ا‬
Artinya: “Dan Allah Maha Menguasai atas tiap-tiap sesuatu”.
Juga dalam surah Al Hadid Allah SWT berfirman:
‫َو ُه َو َم َع ُك ْم َأ ْي َن َم ا ُك ْنُت ْم‬
Artinya: “Dan Dia (Allah SWT) bersamamu dimana saja kamu berada”.
Adapun hadits yang menunjukkan tentang Muroqobah ialah hadits
yang diriwayatkan oleh Ubadah bin Samith. Rasulullah SAW bersabda:
30
Tim JTQN DF, Buku Pelajaran Dan Silsilah Jama’ah Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah Darul
Falah. ( Mataram:Darul Falah ). 76.
31
Tim JTQN DF, Buku Pelajaran Dan Silsilah Jama’ah Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah Darul
Falah. ( Mataram:Darul Falah ). 78.
32
Tim JTQN DF, Buku Pelajaran Dan Silsilah Jama’ah Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah Darul
Falah. ( Mataram:Darul Falah ). 100.
33
Tim JTQN DF, Buku Pelajaran Dan Silsilah Jama’ah Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah Darul
Falah. ( Mataram:Darul Falah ). 92.
34
Umairoh, Annisa. "Pengaruh Sifat Muroqobah Terhadap Etos Kerja Karyawan di Desa Sei Paham." Hijaz:
Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 1.1 (2021): 19.

11
‫َأ ْف َض ُل ْيَم ا اَمْلْر َأ ْن َي ْع َل َم َأ َّن َهللا َع َّز َو َج َّل َم َع ُه َح ْي ُث َك اَن‬
‫ِإ ِن ِء‬
Artinya:”Semulia-mulianya iman seseorang supaya dia mengetahui
bahwasanya Allah Yang Maha Mulia Lagi Maha Agung bersama
dengannya dimanapun ia berada”.
Dari hadits diatas kita bisa melihat bahwasanya Rasulullah SAW
mengingatkan kita bahwasanya dimanapun kita berada baik itu ketika kita
dalam keadaan sendirian maupum sedangb berada didalam keramaian
Allah SWT senantiasa bersama kita. Maksud dari bersama disini ialah
selalu mengawasi sebagai mana sifat-Nya Yang Maha Mengawasi. Tiada
sesuatu pun yang terlewati dari pengawasan_Nya. Pengawasannya
meliputi semua hal sampai-sampai semut yang hitam diatas batu yang
hitam pun tak luput dari pengawasan-Nya.35
Muroqobah memiliki perbebedaan dengan dzikir terutama pada
obyek pemusatan kesadaran (konsentrasi). Kalau dzikir memiliki obyek
perhatian pada simbol, yang berupa kata atau kalimat. Sedangkan
Muroqobah menjaga kesadaran atas makna sifat qudrat dan iradat Allah
SWT.36
Menurut KH Ramly Tamim dalam kitabnya Tsamaratul Fikri
mengemukakan 20 macam Muroqobah didalam Thoriqoh Qodiriyah Wa
Naqsabandiyah yaitu37:
1) Muroqobah Ahadiyah
Muroqobah ini adalah mawas diri atas sifat Kemahaesaan Allah
SWT. Ajaran Muroqobah ini ada dalam Thoriqoh Qodiriyah Wa
Naqsabandiyah. Dalam mawas diri diimajinasikan datangnya Al
Fayd Arrahmany (Pancaran karunia Allah SWT) berasal dari enam
arah, yaitu: atas-bawah, muka-belakang, kanan-kiri. Sedangkan
dalam Thoriqoh Naqsabandiyah Mujaddiyah Muroqobah ini ialah
kesadaran dipusatkan dalam lima lathaif secara bertahap, yaitu
Lathifah Al-Qalb, Ruhi, Sirri, Khafi, dan Latifatul Akhfa.
2) Muroqobah Ma’iyyah
Jenis Muroqobah ini ada dalam dua Thoriqoh induknya (Qodiriyah
dan Naqsabandiyah). Akan tetapi, dalam hal teknis lebih dekat
dengan ajaran Muroqobah yang ada pada Thoriqoh Qodiriyah.
3) Muroqobah Aqrobiyah
Arti dari Muroqobah ini adalah memperhatikan dengan seksama
dalam pencapaian akan makna dan hal kedekatan Allah SWT.
Namanya sama dengan yang ada dalam Thoriqoh Naqsabandiyah,
sedangkan filosofinya lebih dekat dengan yang ada dalam Thoriqoh
Qodiriyah,
4) Muroqobah Al-Mahabbah Fiddaairotil Ula
Yaitu Muroqobah atas Allah dzat yang telah menjadikan hakikat
Nabi Ibrahim AS sebagai Khalilullah (Kekasih Allah SWT.)
5) Muroqobah Al-Mahabbah Fiddaairotitssaniyah

35
Al-Jazairy, Thohir bin Sholih, Jawahirul Kalamiyah. (Surabaya:Toko Kitab Nun). 9.
36
Tim JTQN DF, Buku Pelajaran Dan Silsilah Jama’ah Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah Darul
Falah. ( Mataram:Darul Falah ). 95.
37
Tim JTQN DF, Buku Pelajaran Dan Silsilah Jama’ah Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah Darul
Falah. ( Mataram:Darul Falah ). 95.

12
Yaitu Muroqobah atas Allah Dzat Yang telah menadikan hakikat
Nabi Musa AS yang sangat dikasihi, sehingga bergelar Kalimullah.
6) Muroqobah Al-Mahabbah Fiddaairatil Qaus
Ketiga jenis Muroqobah ini adalah jenis mawas diri atas kecintaan
kepada Allah SWT pada orang-orang yang beriman dan
kecintaannya orang mukmin kepada Allah SWT. Ketiganya
merupakan pendalaman atas Muroqobah Al-Aqrabaiyah dan Al-
Mahabbah yang ada dalam Thoriqoh Naqsabandiyah.
7) Muroqobah Wilayatul Ulya
Muroqobah jenis ini hanya ada dalam ajaran Thoriqoh
Naqsabandiyah. Walaupun menggunakan nama yang berbeda
(Terkadang juga disebut dengan nama yang sama), tetapi cara dan
sasarannya sama. Sedangkan dalam Thoriqoh Qodiriyah jenis
Muroqobah ini terlaksana dalam Muroqobah yang ketujuh (sama
sasaran dan dalilnya).
8) Muroqobah Kamalatinnubuwwah
Muroqobah ini ialah Muroqobah atas qudrat Allah SWT Yang telah
menjadikan sifat-sifat kesempurnaan kenabian.
9) Muroqobah Kamalaturrisaalah
Muroqobah ini ialah kontemplasi atas Allah SWT Dzat Yang telah
menjadikan sifat-sifat kesempurnaan kerasulan.
10) Muroqobah Kamalatul Ulul Azmi
Muroqobah ini ialah Muroqobah atas diri Allah Yang telah
menjadikan para Rasul yang bergelar Ulul Azmi. Ketiga jenis
Muroqobah tersebut hanya terdapat dalam ajaran Naqsabandiyah
Mujaddidiyah (NM).
11) Muroqobah Al-Mahabbah Fiddaairtil Khullat
Muroqobah ini ialah Muroqobah atas Allah SWT Dzat Yang telah
menjadikan hakikat nabi Ibrahim sebagai Khalilullah.
12) Muroqobah Al-Mahabbah Fiddairotissirfah
Yaitu Muroqobah atas Allah SWT yang telah menjadikan Hakikat
Nabi Musa AS yang sangat dikasihi, sehingga bergelar Kalimullah.
13) Muroqobah Adzzatiyah Al Muntazibal Bil Mahabbah
Yaitu Muroqobah atas Allah yang telah menjadikan hakikat Nabi
Muhammad SAW yang telah menjadikan kekasih-Nya yang asal
dan dicampur dengan sifat Pengasih.
14) Muroqobah Al Mahbubuyah Assirfah
Yaitu Muroqobah kepada Allah SWT yang telah menjadikan
hakikat Nabi Ahmad yang memiliki sifat pengasih yang mulus.
Keempat jenis Muroqobah ini (nomor 8, 9, 10,11) merupakan
pendalaman dari Muroqobah Ulul Azmi yang ada dalam Thoriqoh
Naqsabandiyah Al Mujaddiyah
15) Murqobah Hubbussirf
Yaitu Muroqobah kepaa Allah SWT yang telah mengasihi orang-
orang mukmin (dengan tulus) yang cinta kepada Allah SWT, para
malaikat, para rasul, dan kepada sesame wali, cinta pada para
ulama’ dan kepada sesame mukmin. Muroqobah ini di
dalamThoriqoh Naqsabandiyah disebut dengan Muroqobah Al
Mahabbah.

13
16) Muroqobah La Ta’yin
Muroqobah ini adalah Muroqobah akan hak Allah SWT yang tidak
dapat dinyatakan dzat-Nya oleh semua makhluk tanpa terkecuali.
Muroqobah jenis ini tidak terdapat dalam kedua tarekat induknya.
Akan tetapi, tekhnik dan sasaran dari Muroqobah ini sudah
tercakup di dalam Muroqobah Ahdiyyah pada Thoriqoh
Naqsabandiyah Mujaddiyah.
17) Muroqobah Hakikatul Ka’bah
Muroqobah ini adalah Muroqobah kepada Allah SWT dzat yang
yang telah Menciftakan hakikat Ka’bah sebagai kiblatnya orang
yang bersujud kepada Allah SWT.
18) Muroqobah Hakikatul Qur’an
Muroqobah ini adalah mawas diri atas Allah SWT yang telah
menjadikan hakikat Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang nerupakan ibadah bagi para pembacanya.
19) Muroqobah Hakikatussholat
Yaitu Muroqobah atas Allah SWT yang telah mewajibkan kepada
para hamba-Nya untuk melakukan Sholat yang terdiri dari
beberapa ucapan dan perbuatan.
20) Muroqobah Dairotul Ma’budiyyatussirfah
Yaitu Muroqobah dengan berkontemplasi akan Allah SWT yang
memiliki hak untuk disembah oleh semua makhluk-Nya.
c. Tafakkur
Tafakkur (berfikir) penting dilakukan bagi orang yang
menginginkan ma’rifat sebab tatkala jiwa belajar dan mengolah ilmu lalu
memikirkan dan menganalisisnya Pintu Keghaiban akan dibuka-Nya.
Tafakkur adalah memikirkan dan merenungkan makna, hakikat dan
hikmat dibalik sesuatu untuk menemukan Keagungan Allah SWT dan
Kekuasa-Nya. Dengan pemikirannya itua akan menambah keimanan
manusia kepada Tuahan Yang Maha Kuasa, Tuhan penguasa alam
semesta, memperkuat keislaman dan keihsanan.38
Secara definisi Tafakkur dijelaskan oleh Imam Al Gozali dalam
kitabnya Ihya’ Ulumuddin dengan mengungkapkan keutamaan berfikir
sebagaimana kisah Muhammad bin Wasi’ bahwa seorang laiki-laki dari
penduduk Bashrah naik kendaraan ke tempat Ummi Dzar setelah
kematian Abi Dzar lalu bertanya kepadanya tentang ibadah Abi Dzar.
Maka Ummi Abi Dzar menjawab: Siangnya semuanya adalah di sudut
rumah dengan berfikir. Dan dari Hasan39, ia berkata: Berfikir itu lebih
baik dari mengerjakan Sholat malam. Dari Fudhail 40, ia berkata bahwa
berfikir adalah cermin yang memperlihatkan kepadamu kebaikan-
kebaikan dan kejelekan-kejelekanmu.41
Selanjutnya Imam Al Ghazali mengungkapkan hal yang ditanyakan
kepada Ibrahim: “Sesungguhnya kamu melamakan berfikir”. Maka
Ibrahim menjawab: “Berfikir adalah otak dan akal”. Sufyan bin
38
Tim JTQN DF, Buku Pelajaran Dan Silsilah Jama’ah Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah Darul
Falah. ( Mataram:Darul Falah ). 101.
39
Hasan Al Basri
40
Fudhail bin Iyadh
41
Tim JTQN DF, Buku Pelajaran Dan Silsilah Jama’ah Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah Darul
Falah. ( Mataram:Darul Falah ). 101-102.

14
Uyaiynah sering kali memberikan contoh tentang tafakkur dengan
ucapan penyair:
‫َمْلْر ُء َك َن ْت َل ُه ْك َر ٌة َف ُك َش ْي َل ُه ْب َر ٌة‬
‫ ِف ي ِّل ٍء ِع‬، ‫ِف‬ ‫ا‬ ‫ِإ ِذ ا‬
Artinya: “Apabila seseorang itu memiliki fikiran. Maka pada setiap
sesuatu ia dapat mengambil pelajaran”.
Sedangkan di dalam Al-Qur’an banyak ayat menunjukkan tentang
tafakkur. Allah SWT berfirman dalam Surah Ali Imron ayat 191:
‫َي َتَف َّك ُر ْو َن َخ ْل‬ ‫اَّل ْي َن َي ْذ ُك ُر ْو َن َهللا َي اًم ا َو ُق ُع ْو ًد ا َو َع َل ى ُج ُن ْو ْم َو‬
‫ِف ي ِق‬ ‫ِب ِه‬ ‫ِق‬ ‫ِذ‬
‫َذ‬
‫ِق َن ا َع اَب الَّن ِرا‬
‫َف‬ ‫الَّس َم اَو ا َو اَأْلْر َر َّب َن ا َم ا َخ َل ْق َت َه َذ ا َب ا اًل ُس ْب َح اَن َك‬
‫ِط‬ ‫ِض‬ ‫ِت‬
Artinya: “Orang-orang yang berdzikir (mengingat) Allah SWT sambil
berdiri dan duduk serta dalam keadaan berbaring, maka mereka
memikirkan penciftaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau Menciftakan semua ini dengan sia-sia. Maha Suci
Engkau, maka selamatkanlah kami dari siksa api neraka”.
Berikut beberapa pandangan para mufassir42:
1) Syaikh Imam Al-Qurthubi
Allah SWT memerintahkan kita untuk melihat, merenung, dan
mengambil kesimpulan pada tanda-tanda ke-Tuhanan. Karena tanda-
tanda tersebut tidak mungkin ada kecuali diciptakan oleh Yang Maha
Hidup, Yang Maha Suci, Maha Menyelamatkan, Maha Kaya dan tidak
membutuhkan apapun yang ada di alam semesta. Dengan menyakini hal
tersebut maka keimanan mereka bersandarkan atas keyakinan yang benar
dan bukan hanya sekedar ikut-ikutan.
2) Ahmad Mustafa Al-Maragi
Sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta keindahan perkiraan
dan keajaiban ciptaan-Nya dalam silih bergantinya siang dan malam
secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung
pengaruhnya pada tubuh kita dan cara berpikir kita karena pengaruh
panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya pada dunia flora dan
fauna, dan sebagainya merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan
keesaan Allah, kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaan-Nya.
3) Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy
Sesungguhnya dalam peraturan langit dan bumi serta keindahannya, di
dalam pergantian malam dan siang, serta terus menerus beriring-iringan
melalui aturan yang paling baik (harmonis), yang nyata pengaruhnya
pada tubuh dan akal kita, seperti panas dan dingin, demikian pula pada
binatang dan tumbuh-tumbuhan, semua itu merupakan dalil (bukti) yang
menunjukkan keesaan Allah, kesempurnaan ilmu dan kodrat-Nya, bagi
semua orang yang berakal kuat.
Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah,
Rasulullah SAW bersabda:
‫َتَف ُّك ُر َس َع ٌر َن ْل َب َد َس َن ًة‬
‫ا ٍة خي ِم ا ِع ا ِة‬
Artinya: “Berfikir sesaat lebih baik dari pada beribadah setahun”.
Hadits ini menunjukkan keutamaan tafakkur. Yang mana
keutamaannya itu melebihi ibadah setahun. Inilah kemudian mengapa
42
Telaah Al- Qur et al., “No Title,” n.d., 26–39.

15
tafakkur itu sangat dianjurkan. Malahan sebagian orang mengatakan
bahwa tafakkur itu ialah tempat mula serta awal dari segala kebaikan. 43
Sehingga dengan bertafakkur akan mendatangkan sesuatu yang baik.
Kemudian jika kita lihat berdasarkan obyek dan saranannya tafakkur
bisa dibagi menjadi enam macam, yaitu44:
1) Tafakkur atas kuasa Allah SWT
Yaitu memikirkan dan merenungi Kemaha Kuasaan Allah SWt
yang telahmenciftakan keindahan yang dapat kita saksikan, dan
kuasa Allah SWT yang telah menjadikan alam semesta (ujuh langit,
tujuh bumi beserta isinya).
2) Tafakkur atas nikmat Allah SWT
Yaitu berfiikir tentang apa yang diberikan kepada kita oleh Allah
SWT yang berupa nikmat dan karunia yang tidak terhitung
jumlahnya (karena terlalu banyaknya).
3) Tafakkur akan pengetahuan Allah SWT
Yaitu bertafakkur atas sifat Allah SWT Yang Maha Mengetahui. Ia
Dzat Yang Maha Mengetahui segala yang lahir (tampak) maupun
batin(tidak tampak). Bahwa semua yang dikerjakan oleh hamba-
Nya, baik yang dilakukan secara fisik maupun yang dilakukan oleh
anggota batin kita (nafs, qalb, ruh, sir khafi, dan akhfa) diketahui
oleh Allah SWT.
4) Tafakkur atas nasib di Akhirat
Yaitu dengan memikirkan tentang ibadah kita di dunia ini dan
bagaimana kelak nasib kita di akhirat yang kekal abadi.
5) Tafakkur atas sifat kehidupan duniawi
Yaitu berfikir dan merenungkan karakteristik kehidupan duniawi
yang sangat fana (temporal) dan senantiasa mengajak manusia
kepada maksiat dan melupakan Allah SWT.
6) Tafakkur atas datangnya kematian yang pasti dan keadaan
seseorang yang telah mati
Dari keenam bentuk tafakkur tersebut, dapat diidentifikasikan
orang yang bertafakkur yaitu: Tafakkur model pertama adalah
Tafakkurnya Ulama’, model yang Tafakkur yang kedua adalah
materi syukur. Sedangkan jenis yang ketiga sampai yang keenam
adalah Tafakkur dalam rangka memurnikan amal dan peribadatan.
Ini adalah Tafakkurnya para hamba-hamba Allah yang tulus
(Abidin)
2. Definisi Keharmonisan Rumah Tangga
Secara terminologi keharmonisan berasal dari kata harmonis yang
berarti serasi, selaras. Titik berat dari keharmonisan adalah keadaan selaras
atau serasi, keharmonisan bertujuan untuk mencapai keselarasan dan
keserasian dalam kehidupan. Keluarga perlu menjaga kedua hal tersebut untuk
mencapai keharmonisan. Keharmonisan merupakan kedamaian, ketentraman,
kesejahteraan, kasih sayang, dan keselamatan yang menjadi idaman setiap
rumah tangga. Sehubungan dengan itu, agar pasangan suami isteri dapat

43
Liani, Rani. "Tafakkur dalam Perspektif al-Qur'an: Studi Tafsir Tematik." Al-Fath 10.1 (2016): 41.
44
Tim JTQN DF, Buku Pelajaran Dan Silsilah Jama’ah Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah Darul
Falah. ( Mataram:Darul Falah ). 103-104.

16
membina rumah tangga harmonis yang diridhai oleh Allah SWT maka
pasangan tersebut harus menjaga etika yang telah ditetapkan Alquran, yang
merupakan hak dan kewajiban masing-masing dalam rumah tangga. Suami
sebagai kepala keluarga hendaknya melaksanakan tanggung jawabnya, masing-
masing pasangan saling mencintai dan menyayangi, saling pengertian dan
saling menghormati.45
Rumah tangga merupakan suatu status yang akan di dapat oleh
pasangan yang telah melakukan pernikahan, sebagaimana keluarga. Berumah
tangga berarti berbaur, berkeluarga, duduk, kawin dan nikah.46
Sedangkan definisi rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan urusan kehidupan dan
berkenaan dengan keluarga. Keluarga adalah bapak dan ibu beserta anak-
anaknya dan merupakan satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam
masyarakat. Didalam UU No.23 tahun 2004 disebutkan yang termasuk lingkup
keluarga antara lain47:
a. Suami istri atau mantan suami istri
b. Orangtua dan anak-anak
c. Orang-orang yang mempunyai hubungan darah
d. Orang-orang yang bekerja membantu kehidupan rumah tangga orang
lain yang menetap di sebuah rumah tangga
e. Orang yang tinggal bersama dalam satu rumah untuk jangka waktu
tertentu.
Menurut Yusuf Qardhawi: “Ciri-ciri yang menonjol dalam keluarga
muslim tetaplah dominan kesetiaan, ketaatan, kasih sayang, dan membina
silaturahmi, disamping itu dalam rumah tangga muslim mempunyai ciri-ciri
menjaga akhlak mulia yang senantiasa mengikuti tuntunan Al-Qur’an dan
Hadits”.48
3. Teori Segitiga Cinta Stenberg
R.J Stenberg mengartikan bahwa cinta itu seperti segitiga. Dia
mengatakan teori segitiga cinta menyatakan bahwa cinta dapat dipahami dalam
tiga komponen yang bersama-sama dapat dilihat sebagai pembentuk simpul
segitiga. Ketiga komponen tersebut adalah keintiman (puncak atas segitiga),
gairah (simpul kiri segitiga), dan keputusan/ komitmen (simpul kanan segitiga).
(Penetapan komponen ke simpul adalah sewenangwenang.) Masing-masing

45
Gustiawati, Syarifah, and Novia Lestari. "Aktualisasi konsep Kafa’ah dalam membangun keharmonisan
rumah tangga." Mizan: Journal of Islamic Law 4.1 (2018). 53-54.
46
Thohir, Umar Faruq, and Nina Agus Hariati. "Korelasi Pendapatan Ekonomi dan Kedewasaan Pasangan
Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga Pelaku Pernikahan di Bawah Umur di Desa Wedusan, Tiris,
Probolinggo." Asy-Syari'ah: Jurnal Hukum Islam 4.1 (2018). 9.
47
Setiawan, Chyntia Nathania, Sigit Kirana Lintang Bhima, and Tuntas Dhanardhono. Faktor-faktor yang
memengaruhi kejadian kekerasan dalam rumah tangga dan pelaporan pada pihak kepolisian. Diss. Faculty of
Medicine, 2018. 11.
48
Direktorat Urusan Agama Islam, “Pembinaan Syariah, Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementrian
Agama RI, Etika Berkeluarga Bermasyarakat dan Berpolitik”. 360.

17
dari tiga istilah ini dapat digunakan dalam banyak cara yang berbeda, jadi
penting di awal untuk mengklarifikasi artinya dalam konteks teori saat ini.49
Menurut teori ini ada 3 simpul yang membentuk cinta itu50:
a. Keintiman
Berdasarkan teori dari jurnal Sternber, 1986 komponen keintiman
mengacu pada perasaan kedekatan, keterhubungan, dan keterikatan dalam
hubungan cinta. Dengan demikian, itu termasuk dalam lingkupnya
perasaan perasaan yang pada dasarnya menimbulkan pengalaman
kehangatan dalam hubungan cinta.
b. Gairah
Menurut Sternberg, R. J. (1986), komponen gairah mengacu pada
dorongan yang mengarah pada romansa, ketertarikan fisik,
penyempurnaan seksual, danfenomena terkait dalam hubungan cinta.
Komponen gairah dengan demikian termasuk dalam ruang lingkupnya
sumbersumber motivasi dan bentuk-bentuk gairah lainnya yang mengarah
pada pengalaman gairah dalam hubungan cinta.
c. Keputusan/Komitmen
Menurut Sternberg, R. J. (1986) komponen keputusan / komitmen
mengacu pada hubungan yang berada dalam jangka pendek, atau
keputusan bahwa seseorang mencintai orang lain dalam jangka panjang,
komitmen untuk memelihara cinta itu. Dengan demikian, komponen
keputusan/ komitmen termasuk dalam lingkupnya elemen kognitif yang
terlibat dalam pengambilan keputusan tentang keberadaan dan potensi
komitmen jangka panjang untuk hubungan cinta.
G. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian Pustaka yang
mana yang menjadi sumber rujukan primernya ialah Buku Pelajaran Dan Silsilah
Jama’ah Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsabandiyah Darul Falah. Dan untuk rujukan
sekundernya ialah beberapa artikel dan makalah yang membahas tentang teori
Segitiga Cinta milik Sternberg.

Daftar Pustaka
Ahmad bin Muhammad As Showi Al Mishri, Tafsir Showi ( Surabaya:Al Haromaen)

49
Eka Yuniar, Ernawati, and Satrio Azis. "Refleksi Cinta dan Benci dalam Karakter Nikole pada Novel The
Proposal Karya Jasmine Gallory." Inteligensi: Jurnal Ilmu Pendidikan 3.2 (2020): 9.
50
Eka Yuniar, Ernawati, and Satrio Azis. "Refleksi Cinta dan Benci dalam Karakter Nikole pada Novel The
Proposal Karya Jasmine Gallory." Inteligensi: Jurnal Ilmu Pendidikan 3.2 (2020): 11-12.

18
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi(Mesir:Syirkah wa Mathba’ah Musthafa al-
Babial-Halabi, 1946)
Annisa Umairoh. "Pengaruh Sifat Muroqobah Terhadap Etos Kerja Karyawan di Desa Sei
Paham." Hijaz: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 1.1 (2021)
Arif Sofian Syah, dan Suryo Ediyono. "Sudut Pandang Filsafat Cinta dan Psikologi Robert
Sternberg."
Arif, Muhammad. "Analisis Semiotika Roland Barthes (Pemaknaan Kata Tarekat Dalam
Surat Al-jin 16)." J-Alif: Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Syariah dan Budaya
Islam 6.2 (2021)
Awaludin, Muhammad. "Sejarah Dan Perkembangan Tarekat Di Nusantara." El-Afkar:
Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Tafsir Hadis 5.2 (2016)
Direktorat Urusan Agama Islam, “Pembinaan Syariah, Direktorat Jenderal Bimas
Islam Kementrian Agama RI, Etika Berkeluarga Bermasyarakat dan Berpolitik”.
Eka Yuniar, Ernawati, and Satrio Azis. "Refleksi Cinta dan Benci dalam Karakter Nikole
pada Novel The Proposal Karya Jasmine Gallory." Inteligensi: Jurnal Ilmu
Pendidikan 3.2 (2020)
https://en.wikipedia.org/wiki/Robert_Sternberg
https://jabar.nu.or.id/sejarah/inilah-biografi-singkat-pendiri-tarekat-naqsyabandi-
syekh-bahauddin-an-naqsyabandi-q1aRK
https://tanwir.id/mengenal-hasyiyah-al-shawi-kitab-syarah-atas-tafsir-jalalain/
https://www.republika.id/posts/40446/biografi-syekh-abdul-qadir-al-jailani
Husnul Khatimah. "Implementasi Kitab Uqudul Lujain Terhadap Keharmonisan Rumah
Tangga Studi Kasus Alumni Pondok Pesantren Nurul Huda di Desa Bercak
Kecamatan Cermee." Al-Qawaid: Journal of Islamic Family Law 1.1 (2022)
Misbakhul Khaer. "Makna Dzikir dalam Perspektif Tafsir Sya'rāwī (Studi Analisis
terhadap Tafsir Surat Al-Ra'd Ayat 28)." Aqwal 2.1 (2021)
Munji, Ahmad. "Profesi sebagai tarekat." Jurnal Theologia 26.2 (2015)
Muthiah Ahmad. "Zikir sebagai media komunikasi." Jurnal Dakwah Tabligh 16.1 (2015)
Olivia Dwi Kumala, Yogi Kusprayogi, and Fuad Nashori. "Efektivitas pelatihan dzikir
dalam meningkatkan ketenangan jiwa pada lansia penderita
hipertensi." Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi 4.1 (2017)
Rani Liani. "Tafakkur dalam Perspektif al-Qur'an: Studi Tafsir Tematik." Al-Fath 10.1
(2016)
Simanjuntak, Cipto Winner. "KADAR CINTA PADA PASANGAN YANG
MENGALAMI KEKERASAN DALAM PACARAN." Empowerment Jurnal
Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang 1.2 (2021)
Syarifah Gustiawati dan Novia Lestari. "Aktualisasi konsep Kafa’ah dalam membangun
keharmonisan rumah tangga." Mizan: Journal of Islamic Law 4.1 (2018)
Syeikh Muhammad Amin Al Kurdy, Tanwir al-Qulub Fii Mu’amalati ‘aalami Al-
Guyub:1994
Telaah Al- Qur et al., “No Title,” n.d.
Thohir bin Sholih Al Jazairy, Jawahirul Kalamiyah. (Surabaya:Toko Kitab Nun)
Thohir, Umar Faruq, dan Nina Agus Hariati. "Korelasi Pendapatan Ekonomi dan
Kedewasaan Pasangan Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga Pelaku Pernikahan
di Bawah Umur di Desa Wedusan, Tiris, Probolinggo." Asy-Syari'ah: Jurnal
Hukum Islam 4.1 (2018).
Tim JTQN DF, Buku Pelajaran Dan Silsilah Jama’ah Thoriqoh Qodiriyah Wan
Naqsabandiyah Darul Falah. ( Mataram:Darul Falah )
Yasin Arief, et al. "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHARMONISAN
RUMAH TANGGA MUSLIM DI JAWA TENGAH." ADHKI: JOURNAL OF
ISLAMIC FAMILY LAW 5.1 (2023)

19

Anda mungkin juga menyukai