Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi
motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….
KATA PENGANTAR………………………………………………………...i
DAFATR ISI………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………...2
C. Tujuan………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak……………………………………………………..3
B. Pengertian Keluarga................................................................................3
A. Kesimpulan............................................................................................15
A. Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok manusia
yang sempurna. Beliau adalah orang terpilih untuk dijadikan panutan bagi umat
manusia. Beliau mempunyai sifat-sifat yang Arif dan Bijaksana. Sifat-sifat baiknya itu
ditunjukkan pada semua umat manusia, baik pada kalangan keluarga, sahabat maupun
semua penduduk disekitar. Dalam lingkungan keluarga, Nabi mendapat rahmat yang
diperuntukkan bagi keluarganya.
"Wahai orang-orang yg beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari
api neraka yg bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaga malaikat-malaikat yg
kasar, yg keras, yg tdk pemah mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yg diperintahkan."
Hidup berkeluarga akan mendatangkan berbagai hikmah yang dapat dirasakan
oleh para pelakunya. Hidup berkeluarga berarti mengamalkan ajaran yang
disyari'atkan. Setelah berkeluarga, seseorang akan lebih serius dalam beribadah.
Fikiran tidak lagi memikirkan calon kekasih atau terganggu
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian akhlak?
2. Bagaimana pengertian keluarga?
3. Apa yang dimaksud dengan akhlak dalam keluarga?
4. Bagaimana peran akhlak dalam keluarga?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian akhlak
2. Untuk mengetahui bagaimana pengertian keluarga
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan akhlak dalam keluarga
4. Untuk mengetahui bagaimana peran akhlak dalam keluarga
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang haik. Akhlak
merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa arabyang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat.
B. Pengertian Keluarga
Keluarga dalam bahasa arab adalah AL-Usrob yang berasal dari kata al-asru
yang secara etimologis nempunyai arti ikatan.Kata keluarga dapat diambil
kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasibio-
psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatuikatan khusus
untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya
statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu
dengan yang lain atau hubungansilaturrahim. Sementara satu. Al-Razi mengatakan
al-asru maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi segala sesuatu
yang diikat. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
keluarga adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit
sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya
yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai
kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat.
الُّد ْنيا متاع وَخْيُر َم َتاِع الُّد ْنَيا اْلَم ْر َأُة الَّصاِلَح ُة
"Sesungguh dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adl
wanita/istri shalihah." Dan bukan istri yg digambarkan Rasulullah SAW kepada
"Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhuma:
إذا نظر ِإَلْيَها َس َّر ْتُه َو ِإَذ ا َأَم َر َها َأَطاَع ْتُه َوِإَذ ا، المرأة الصالحة،َأاَل ُأخِبُرَك ِبَخْيِر َم ا َيْك نز المزة
غاَب َع ْنَها حفظت
Oleh karena itu wahai para istri perhatikanlah akhlak kepada suami dan
kerabatnya. Ketahuilah akhlak yg baik itu berat dlm timbangan nanti di hari
penghisaban dan akan memasukkan pemiliknya ke dlm surga.
Ketiga, istri sebagai guru pertama bagi anak-anak, hendaknya mendidik mereka
dengan pendidikan yang baik, memperdengarkan kata- kata yang baik, mendoakan
mereka dengan doa yang baik pula. Semuanya itu merupakan implementasi bakti istri
kepada suaminya.
Keempat, karakter istri dengan adab baik adalah tidak mengadukan urusan rumah
tangga dan mengungkit-ungkit perkara yang pernah membuat diri si istri sakit hati
dalam pelbagai forum. Hal yang sering terjadi pada diri seorang wanita yaitu
menceritakan keadaan buruk yang pernah menimpanya kepada orang lain. Seakan
dengan menceritakan masalah yang melilit dirinya urusan akan terselesaikan. Namun
yang terjadi sebaliknya, keburukan dan aib keluarga justru menjadi konsumsi orang
banyak, nama baik suami dan keluarga terpuruk, dan jalan keluar tak kunjung
ditemukan.
Kelima, tidak keluar dari rumahnya tanpa memperoleh izin terlebih dahulu dari
suami. Mengenai hal ini, Nabi telah mewanti-wanti dengan bersabda, "Hendaknya
seorang wanita (istri) tidak keluar dari rumah suaminya kecuali dengan seizin
suami. Jika ia tetap melakukannya (keluar tanpa izin), Allah dan malaikat-Nya
melaknati sampai ia bertaubat atau kembali pulang ke rumah." (HR. Abu Dawud.
Baihaqi, dan Ibnu Asakir dari Abdullah bin Umar).
"Dan bergaullah dengan mereka (para istri) secara patut. kemudian bila kamu
tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (Qs. An-Nisa
19)Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wassalam bersabda,
َو ِخَياُر ُك ْم ِخَياُر ُك ْم ِللَم اِئِهم،َأْك َم ُل اْلُم ْؤ ِمِنيَن ِإيَم اًنا َأْح َس ُنُهْم ُخُلًقا
"Mukmin yg paling sempurna iman adalah yang paling baik akhlak dan sebaik-
baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri- istrinya."
Setiap orang tua pasti mendambakan anak yang shalih, berakhlak mulia, berguna
bagi nusa dan bangsa. Untuk mewujudkan tujuan tersebut orang tua memiliki peran yang
sangat penting, sebab keluarga merupakan arena pendidikan yang pertama dan utama
bagi anak, sebab setelah kelahirannya, ia berinteraksi dengan orang tua dan keluarganya.
Anak lahir ke dunia dalam keadaan fitrah. Ia tiada mempunyai dosa warisan dari
siapapun juga, jelaslah bahwa pendidikan yang diberikan orang tua sangat berpengaruh
bagi anak sehingga jika pendidikan tersebut tidak baik, maka hasilnya juga tidak baik.
Demikian pula bila orang tua berusaha dan melakukan pendidikan terhadap anaknya
dengan baik, maka hasilnyapun baik pula bagi anak. Akan tetapi karena keterbatasan
orang tua dalam mengajar dan mendidik anak maka untuk kelanjutan pendidikan
memerlukan bantuan orang guru/ustadz/kyai) untuk memberi pendidikan yang intensif.
Hal ini dilakukan karena anak harus disiapkan sedini mungkin secara terarah. teratur dan
disilin agar dapat bertahan dalam kehiduan yang dinamis dan mampu mengantisipasi
dari godaan dan hal-hal yang dapat merusak keimanan.
Keluarga adalah sebagai suatu masyarakat kecil, mempunyai peran bagi pendidikan
akhlak anak-anak, karena bagi anak, keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama
dalam interaksi.
Orang tua merupakan sebutan yang ditunjukan pada ayah dan ibu yang mempunyai
anak, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendidik anak-anaknya agar
menjadi anak yang baik, berakhlakul karimah. Karena keduanya merupakan orang yang
sering diajak berinteraksi juga menjadi figure yang selalu ditiru oleh anak.
Istilah birrul walidain berasal langsung dari Nabi Muhammad saw. Dalam sebuah
riwayat disebut bahwa Abdullah ibn mas'ud seorang sahabat Nabi yang terkenal bertanya
kepada Rasulullah saw tentang amalan apa yang di sukai oleh ALLAH SWT. Beliau
menyebutkan pertama sholat tepat pada waktunya; kedua birrul walidain dan ketiga, al-
jihadu fi sabilillahi (H, mutafaqun 'alaihi)
Birrul walidain terdiri dari kata birru dan al- walidaini birru atau al- birru yang
artinya kebajikan (ingat penjelasan tentang al-birru dalam surat Al-baqarah ayat 1772), al-
walidain artinya dua orang tua atau bapak dan ibu, jadi birrul walidain artinya adalah
berbuat kebajikan kepada kedua orang tua, seperti dalam firman allah swt:
"dan tuhanmu telah memerintahkanmu supaya kamu jangan menyembah selain dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu "(QS. Al-isra:23)"
banyak cara untuk menunjuka rasa hormat kepada orang tua, antara
lain, memanggilnya dengan panggilan yang mennjukan hormat, berbicara
kepadanya dengan lemah lembut, tidak mengucapkan kata-kata kasar (apa
lagi jika mereka sudah lanjut usia), pamit kalau meninggalkan rumah.
(kalau tinggal se-rumah), memberi kabar tentang keadaan kita dan
menanyakan kabar keduanya lewat surat atau telpon (bila tidak tinggal se-
rumah)
3.) Membantu orang tua baik secara fisik atau materil, mengerjakan
pekerjaan orang tua (terutama ibu) mengerjakan pekerjaan rumah jika
sebelu berkeluarga, atau secara finansial, baik untuk membeli makanan,
apalagi untu berobat Rasulullah saw menjelaskan bahwa, betapapun
banyaknya kau mengeluarkan uang untuk membantu orang tuamu tidak
sebanding, dengan jasanya kepadamu.
4.) Mendo'akan ibu dan bapak semoga di beri ampunan, rahmat dan kasih
sayang oleh Allah swt, seperti yang terdapat dalam Al- Qur'an do'a Nabi
nuh memintakan keampunan untuk orang tuanya dan perintah kepada setiap
anak untuk memohonkan rahmat Allah bagi orang tuanya.
5.) setelah orang tua meninggal dunia, birrul walidain masih bisa diteruskan
dengan cara antara lain:
a) menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya.
b) melunasi hutang-hutangnya.
c) melaksanakan wasiatnya.
d) meneruskan silaturrahim yang di binanya di waktu hidup
e) memuliakan sahabat-sahabatnya
f) mendoakanya
A. Kesimpulan
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena
mereka lah anak mula-mula menerima pendidikan-pendidikan serta anak
mampu menghayati suasana kehidupan religius dalam kehidupan keluarga
yang akan berpengaruh dalam perilakunya sehari-hari yang merupakan hasil
dari bimbingan orang tuanya, agar menjadi anak yang berakhlak mulia, budi
pekerti yang luhur yang berguna bagi dirinya demi masa depan keluarga
agama, bangsa dan negara.
B. Saran
Setelah memahami makalah ini, maka sebaiknya kita mempelajari
sumber-sumber hukum Islam, dalil-dalil yang shahih yang menunjukkan
kepada kita hukum Allah swt, apa syarat-syarat ijtihad, dan bagaimana
metode berijtihad yang benar sesuai batasan-batasan syariat. Kemudian
mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari.