Anda di halaman 1dari 15

AKHLAK DALAM BERUMAH TANGGA

Oleh :

1. Rosyta Ananda E.S (21130210297)


2. Faradina Dwi L. (21130210314)
3. Wan Suwito H.P (21130210348)

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI


KEDIRI 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi
motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Kediri, 29 Nov 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………….

KATA PENGANTAR………………………………………………………...i

DAFATR ISI………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………...2

C. Tujuan………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak……………………………………………………..3

B. Pengertian Keluarga................................................................................3

C. Akhlak Dalam Keluarga.........................................................................3

D. Peran akhlak dalam keluarga…………………………………………..5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................15

B. Kritik dan Saran……………………………………………………….15


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok manusia
yang sempurna. Beliau adalah orang terpilih untuk dijadikan panutan bagi umat
manusia. Beliau mempunyai sifat-sifat yang Arif dan Bijaksana. Sifat-sifat baiknya itu
ditunjukkan pada semua umat manusia, baik pada kalangan keluarga, sahabat maupun
semua penduduk disekitar. Dalam lingkungan keluarga, Nabi mendapat rahmat yang
diperuntukkan bagi keluarganya.

Hidup berkeluarga, menurut islam, harus diawali dengan pernikahan. Pernikahan


itu sendiri merupakan upacara suci yang harus di lakukan oleh kedua calon pengantin,
harus ada penyerahan dari pihak wali pengantin putri (Ijab), harus ada penerimaan
dari pihak pengantin putra (Qabul) dan harus disaksikan oleh dua orang saksi yang
adil.

Sebelum membentuk keluarga melalui upacara pemikahan, calon suami istri


hendaknya memahami hukum berkeluarga. Dengan mengetahui dan memahami
hukum berkeluarga, pasangan suami istri akan mampu menempatkan dirinya pada
hukum yang benar. Apakah dirinya sudah diwajibkan oleh agama untuk menikah.
Sehingga perhatian terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi satu keharusan bagi
seorang suami maupun scorang istri. Karena terkadang ada orang yg bisa bersopan
santun berwajah cerah dan bertutur manis kepada orang lain di luar rumah namun hal
yg sama sulit ia lakukan di dalam rumah tangganya, maka dari itu akhlak mulia ini
harus ada pada suami dan istri sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas
kebaikan, Sehingga perhatian terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi satu keharusan
bagi seorang suami maupun seorang istri. Karena terkadang ada orang yg bisa
bersopan santun berwajah cerah dan bertutur manis kepada orang lain di luar rumah
namun hal yg sama sulit ia lakukan di dlm rumah tangganya, Menyinggung akhlak
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada keluarga maka hal ini tdk hanya
berlaku kepada para suami sehingga
para istri merasa suami sajalah yg tertuntut utk berakhlak mulia kepada istrinya,
Karena akhlak mulia ini harus ada pada suami dan istri sehingga bahtera rumah
tangga dapat berlayar di atas kebaikan. Memang suamilah yg paling utama harus
menunjukkan budi pekerti yg baik dlm rumah tangga karena dia sebagai sebagai
pimpinan. Kemudian ia di haruskan utk mendidik anak istri di atas kebaikan sebagai
upaya menjaga mereka dari api neraka sebagaimana di firmankan Allah SWT
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ُقوا َأْنُفَس ُك م وأهليُك ْم َناًرا َو ُقوُدَها الَّن اُس َو اْلِح َج اَر ُة َع َلْيَه ا َم اَل ِئَك ٌة‬
‫ِغ الٌظ ِش َداٌد ال َيْع ُصوَن ُهَّللا َم ا َأَم َر ُهْم َو َيْفَع ُلْو َن َم ا ُيْؤ َم ُرْو َن‬

"Wahai orang-orang yg beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari
api neraka yg bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaga malaikat-malaikat yg
kasar, yg keras, yg tdk pemah mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yg diperintahkan."
Hidup berkeluarga akan mendatangkan berbagai hikmah yang dapat dirasakan
oleh para pelakunya. Hidup berkeluarga berarti mengamalkan ajaran yang
disyari'atkan. Setelah berkeluarga, seseorang akan lebih serius dalam beribadah.
Fikiran tidak lagi memikirkan calon kekasih atau terganggu

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian akhlak?
2. Bagaimana pengertian keluarga?
3. Apa yang dimaksud dengan akhlak dalam keluarga?
4. Bagaimana peran akhlak dalam keluarga?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian akhlak
2. Untuk mengetahui bagaimana pengertian keluarga
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan akhlak dalam keluarga
4. Untuk mengetahui bagaimana peran akhlak dalam keluarga
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang haik. Akhlak
merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa arabyang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat.

B. Pengertian Keluarga
Keluarga dalam bahasa arab adalah AL-Usrob yang berasal dari kata al-asru
yang secara etimologis nempunyai arti ikatan.Kata keluarga dapat diambil
kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasibio-
psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatuikatan khusus
untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya
statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu
dengan yang lain atau hubungansilaturrahim. Sementara satu. Al-Razi mengatakan
al-asru maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi segala sesuatu
yang diikat. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
keluarga adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit
sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya
yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai
kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat.

C. Akhlak Dalam Keluarga


1. Akhlak Istri Kepada Suami
Adapun kewajiban bagi seorang istri kepada suaminya di bagi
menjadi 5, yaitu :
Pertama, alangkah mulianya seorang wanita yang berjiwa qana ah. cermat
dalam membelanjakan harta demi mencukupi suami dan anak- anaknya Dahulu kala,
para wanita kaum salaf memberi wejangan kepada suami atau ayahnya, "Berhatilah-
hatilah engkau dari memperoleh harta yang tidak halal. Kami akan sanggup menahan
rasa lapar namun kami tak akan pernah sanggup merasakan siksa api neraka."

Kedua, istri shalihah adalah istri yang berbakti kepada suaminya,


mendahulukan hak suami sebelum hak dirinya dan kerabat- kerabatnya. Termasuk
dalam masalah taat kepada suami adalah berlaku baik pada ibu mertua. bukanlah istri
shalihah yg dinyatakan dlm hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

‫الُّد ْنيا متاع وَخْيُر َم َتاِع الُّد ْنَيا اْلَم ْر َأُة الَّصاِلَح ُة‬
"Sesungguh dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adl
wanita/istri shalihah." Dan bukan istri yg digambarkan Rasulullah SAW kepada
"Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhuma:

‫ إذا نظر ِإَلْيَها َس َّر ْتُه َو ِإَذ ا َأَم َر َها َأَطاَع ْتُه َوِإَذ ا‬،‫ المرأة الصالحة‬،‫َأاَل ُأخِبُرَك ِبَخْيِر َم ا َيْك نز المزة‬
‫غاَب َع ْنَها حفظت‬

"Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang


lelaki yaitu istri shalihah yg bila dipandang akan menyenangkannya bila diperintah
akan menaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga harta dan keluarganya."

Oleh karena itu wahai para istri perhatikanlah akhlak kepada suami dan
kerabatnya. Ketahuilah akhlak yg baik itu berat dlm timbangan nanti di hari
penghisaban dan akan memasukkan pemiliknya ke dlm surga.

Ketiga, istri sebagai guru pertama bagi anak-anak, hendaknya mendidik mereka
dengan pendidikan yang baik, memperdengarkan kata- kata yang baik, mendoakan
mereka dengan doa yang baik pula. Semuanya itu merupakan implementasi bakti istri
kepada suaminya.

Keempat, karakter istri dengan adab baik adalah tidak mengadukan urusan rumah
tangga dan mengungkit-ungkit perkara yang pernah membuat diri si istri sakit hati
dalam pelbagai forum. Hal yang sering terjadi pada diri seorang wanita yaitu
menceritakan keadaan buruk yang pernah menimpanya kepada orang lain. Seakan
dengan menceritakan masalah yang melilit dirinya urusan akan terselesaikan. Namun
yang terjadi sebaliknya, keburukan dan aib keluarga justru menjadi konsumsi orang
banyak, nama baik suami dan keluarga terpuruk, dan jalan keluar tak kunjung
ditemukan.

Kelima, tidak keluar dari rumahnya tanpa memperoleh izin terlebih dahulu dari
suami. Mengenai hal ini, Nabi telah mewanti-wanti dengan bersabda, "Hendaknya
seorang wanita (istri) tidak keluar dari rumah suaminya kecuali dengan seizin
suami. Jika ia tetap melakukannya (keluar tanpa izin), Allah dan malaikat-Nya
melaknati sampai ia bertaubat atau kembali pulang ke rumah." (HR. Abu Dawud.
Baihaqi, dan Ibnu Asakir dari Abdullah bin Umar).

2. Akhlak Suami Kepada Istri


Adapun beberapa kewajiban seorang suami kepada seorang istri ":

pertama yang wajib diketahui dalam mempergauli istri adalah mengedepankan


sikap welas asih, cinta, dan kelembutan. Dalam Al- Qur'an, Allah berfirman:
‫َو َعاِش ُروُهَّن ِباْلَم ْعُروِف َفإن‬
‫كرهتموهن فعسى أن تكرهوا َشْيًئا َو َيْج َع ل ُهَّللا ِفيِه َخْيًرا‬

"Dan bergaullah dengan mereka (para istri) secara patut. kemudian bila kamu
tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (Qs. An-Nisa
19)Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wassalam bersabda,

‫ َو ِخَياُر ُك ْم ِخَياُر ُك ْم ِللَم اِئِهم‬،‫َأْك َم ُل اْلُم ْؤ ِمِنيَن ِإيَم اًنا َأْح َس ُنُهْم ُخُلًقا‬

"Mukmin yg paling sempurna iman adalah yang paling baik akhlak dan sebaik-
baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri- istrinya."

Kedua, Sebagai seorang kepala keluarga, suami dianjurkan untuk


memperlakukan istri dan anak-anaknya dengan kasih sayang dan menjauhkan diri
dari sikap kasar Adakalanya seorang suami menjadi tokoh terpandang di tengah
masyarakat, ia mampu dan pandai sekali berlemah lembut dalam tutur kata, sopan
dalam perbuatan tapi gagal memperlakukan keluarganya sendiri dengan sikapnya
saat berbicara kepada masyarkat.
Ketiga, seorang suami sangat membutuhkan pasokan kesabaran agar ia tangguh
dalam menghadapi keadaan yang tidak mengenakkan. Suami tangguh adalah suami
yang tidak mudah terpancing untuk lekas naik pitam saat melihat hal-hal yang
kurang tepat demi cinta dan rasa sayangnya kepada istri.Betapa sabarnya Rasulullah
sebagai seorang suami dalam mengurusi paraistrinya. Begitu sabarnya, sampai-
sampai sebagai sahabat beliau mengatakan, "Tidak pernah aku melihat seseorang
yang lebih pengasih kepada keluarganya melebihi Rasulullah Shallallahu 'alaihi
Wassalam. "(HR. Muslim).

Keempat, seorang suami hendaknya mampu mencandainya. Adanya canda dan


tawa dalam kehidupan berumah tangga lazim selalu dilakukan. Bayangkan apa yang
terjadi jika pasangan suami-istri melalui hari-harinya tanpa canda. Lambat laun
rumah tangganya menjadi bak areal pemakaman yang sepi, senyap, hampa.Suami
yang ingin menunaikan hak-hak istrinya akan berusaha mengundang canda,
gurauan, yang mencairkan suasana dengan senyum dan tawa; berusaha untuk
bermain perlombaan dengan istri seperti yang dilakukan Rasulullah kepada istrinya
Aisyah Ra. Dalam diri setiap manusia terdapat sifat kekanak-kanakan, khususunya
pada diri seorang wanita. Istri membutuhkan sikap manja dan suaminya dan
karenanya jangan ada yang menghalangi sikap manja seorang suami untuk istrinya.

D. Peran akhlak dalam keluarga

1. Membentuk Anak Yang Sholeh Dan Sholehah

Setiap orang tua pasti mendambakan anak yang shalih, berakhlak mulia, berguna
bagi nusa dan bangsa. Untuk mewujudkan tujuan tersebut orang tua memiliki peran yang
sangat penting, sebab keluarga merupakan arena pendidikan yang pertama dan utama
bagi anak, sebab setelah kelahirannya, ia berinteraksi dengan orang tua dan keluarganya.
Anak lahir ke dunia dalam keadaan fitrah. Ia tiada mempunyai dosa warisan dari
siapapun juga, jelaslah bahwa pendidikan yang diberikan orang tua sangat berpengaruh
bagi anak sehingga jika pendidikan tersebut tidak baik, maka hasilnya juga tidak baik.

Demikian pula bila orang tua berusaha dan melakukan pendidikan terhadap anaknya
dengan baik, maka hasilnyapun baik pula bagi anak. Akan tetapi karena keterbatasan
orang tua dalam mengajar dan mendidik anak maka untuk kelanjutan pendidikan
memerlukan bantuan orang guru/ustadz/kyai) untuk memberi pendidikan yang intensif.
Hal ini dilakukan karena anak harus disiapkan sedini mungkin secara terarah. teratur dan
disilin agar dapat bertahan dalam kehiduan yang dinamis dan mampu mengantisipasi
dari godaan dan hal-hal yang dapat merusak keimanan.

Dalam era globalisasi ini, keterbukaan budaya sangat memengaruhi terhadap


prilaku, sikap dan mental anak, suasana lingkungan dan perkembangan teknologi
membawa dampak yang besar terhadak kehidupan kerohanian dan perubahan nilai-nilai.
Bertolak dariinilah orang tua dengan mutlak harus memberi bekal kerohanian kepada
anak-anaknya.

Keluarga adalah sebagai suatu masyarakat kecil, mempunyai peran bagi pendidikan
akhlak anak-anak, karena bagi anak, keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama
dalam interaksi.

Orang tua merupakan sebutan yang ditunjukan pada ayah dan ibu yang mempunyai
anak, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendidik anak-anaknya agar
menjadi anak yang baik, berakhlakul karimah. Karena keduanya merupakan orang yang
sering diajak berinteraksi juga menjadi figure yang selalu ditiru oleh anak.

Pendidikan anak, terutama pendidikan akhlak bagi anak-anak menjadi sangat


penting karena mereka akan menghadapi suatu yang sama sekali berbeda dengan yang
kita hadapi sekarang. Pembekalan akhlak pada anak-anak menjadi dominant supaya
mereka mampu bertahan hidup dengan terhindar dari semua yang akan menjerumuskan
mereka kedalam hal-hal yang Mengingat begitu pentingnya pendidikan akhlak yang
dilakukan dari sebuah latanan yang paling kecil yaitu keluarga, maka banyak sekali ayat-
ayat dalam Al-Qur'an yang menekankan pentingnya pendidikan akhlak, yang salah
satunya terdapat dalam surat an-Nisa' ayat 36. dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa
akidah sangat erat kaitannya dengan ibadah dan akhlak. Sesudahkita diperintahkan untuk
menyembah Allah dan dilarang menyekutukan-Nya dengan sesuatu apaun. baik itu
waktu, jabatan, pekerjaan, kesenangan, kedudukan, berhala ataupun yang lain.

2. Akhlak kepada orang tua (birrul walidain)

Istilah birrul walidain berasal langsung dari Nabi Muhammad saw. Dalam sebuah
riwayat disebut bahwa Abdullah ibn mas'ud seorang sahabat Nabi yang terkenal bertanya
kepada Rasulullah saw tentang amalan apa yang di sukai oleh ALLAH SWT. Beliau
menyebutkan pertama sholat tepat pada waktunya; kedua birrul walidain dan ketiga, al-
jihadu fi sabilillahi (H, mutafaqun 'alaihi)

Birrul walidain terdiri dari kata birru dan al- walidaini birru atau al- birru yang
artinya kebajikan (ingat penjelasan tentang al-birru dalam surat Al-baqarah ayat 1772), al-
walidain artinya dua orang tua atau bapak dan ibu, jadi birrul walidain artinya adalah
berbuat kebajikan kepada kedua orang tua, seperti dalam firman allah swt:

"dan tuhanmu telah memerintahkanmu supaya kamu jangan menyembah selain dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu "(QS. Al-isra:23)"

a. kedudukan birrul walidain.


birrul walidain menempati kedudukan yang istimewa dalam ajaran islam, ada
beberapa alasan yang membuktikan hal tersebut, antara lain dalam firman allah: "dan
ingatlah ketika kami mengambil janji dari bani israil yaitu: janganlah kamu menyembah
selain allah, dan herbuat baiklah kepada ibu hapakmu, "(QS.Al-baqarah ayat 83)"
Dalam hadist rasulullah SAW menyebutkan bahwa: "keridhoan allah ada pada
keridhoun orang tua dan kemarahan allah ada terhadap kemarahan orang tua" (HR.
Tirmidzi)
Demikianlah allah dan rasul-nya menempatkan birrul walidain pada posisi yang
istimewa setelah ibadah kepadanya dan menjadi sebuah landasan akan keridhoanya,
sehingga berbuat baik kepada orang tua menempati posisi yang sangat mulia, dan
sebaliknya durhaka kepada orang tua menempati posisi yang sangat hina,
Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang
iu dalam mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Dan hal itu di
jelaskan dalam (surat luqman ayat 14) sebagaiman yang telah kita kutip di atas.
Kemudian bapak sekalipun tidak ikut mengandung dan menyusui, tapi dia berperan
penting dalam mencuri nafkah. membimbing, melindungi.membesarkan dan mendidik
anakya sehingga ia mampu berdiri sendiri, bahkan sampai waktu yang tak terbatas.
berdasarkan hal-hal demikian, maka wajar jika seorang anak dituntut untuk berbuat
kebaikan dengan sebaik-baikya kepada ke-2 orang tuanya dan di larang keras untuk
mendurhakai keduanya.

b. Bentuk-bentuk birrul walidain


banyak cara bagi seorang anak untuk dapat mewujudkan birrul
walidain tersebut, antara lain sebagai berikut:
1.) Mengikuti apa yang orang tua inginkan dalam berbagai aspek kehidupan
baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh maupun masalah lainya. Dengan
catatan keinginan atau saran dari orang tua tersebut sesuai dengan ajaran
islam, dan pabaila bertentangan maka anak wajib menolaknya dengan cara
yang baik, seraya dengan meluruskan hal sedemikian sesuai dengan
tuntunan al-Qur'an: "dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya
dengan baik... "(QS, al-luqman ayat 15).
Rasulullah juga menegaskan bahwa: "tidak ada ketaatan dalam
maksiat kepada Allah, ketaatan hanyalah semata dalam hal yang ma'ruf
"(HR. Muslim)
Dalam hal ini sering terjadi sebuah problem, bagaiman ajika orang
tua dan anak berbeda pendapat dan keinginan. Misalkan dalam hal
menentukan sekolah mana yang akan di masuki pekerjaan, atau yang sering
terjadi dalam lingkup masyarakat seperti menentukan jodoh jodoh
misalnya, bahkan tidak jarang seorang anak menikah tanpa
memberitahukan kepada kedua orang tuanya, apabila hal ini di lakukan oleh
seorang muslimah maka itu merupakan pelanggaran akhlak dan juga
pelanggaran hukum (fiqih), karna scorang wanita harus di nikahkan olch
walinya atau petugas yang mendapatkan perwakilan dari walinya, dan
apabila hal tersebut di lakukan oleh seorang pemuda muslim, maka jika kita
melihat dari hukum (fiqih) tidak ada yang di langgarnya (nikahnya sah) tapi
bagaimana dari segi akhlak, hal ini sering trjadi problem karna seorang
anak harus patuh kepada kedua orang tuanya, dalam hal ini biasanya sang
anak seringkali ber- alasan karna tidak ingin memungkiri janjinya dan tidak
ingin mengecewakan calon isterinya (karena terlanjur berjanji)" sebenamya
hal yang harus di lakukan adalah mengajak musyawarah kedua orang tua
terlebih dahulu sebelum menikah. jangan setelah dia terbentur baru dia
mengaku dan memberi alasan (karena tidak ingin mengecewakan calon
isterinya), maka dalam kasus yang seperti ini akhlak seorang anak di uji,
apakah dia lebih mengutamakan orang tuanya yang amat besar jasanya,
atau mengecewakan wanita yang baru saja ia kenal dalam waktu yang
relatif singkat.?
Namun bagi orang tua ini adalah sebuah catatan, bahwa orang tua yang
bijaksana tidak akan memaksakan keinginanya kepada anakya, meskipun
orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, maka orang
tua juga harus bisa membuka diri dan berusaha memahami pilihan anakya.

2.) Menghormati dan memuliakan orang tua dengan penuh rasa


terimakasih dan kasih sayang atas jasa-jasa keduanya yang tidak mungkin
bisa di nilai dengan apapun. Yang melahirkan, mendidik, membesarkan,
merawat dan melindungi anaknya. Seperti dalam firman Allah swt: dan
kami wasiatkan (wajibkan) kepada manusia (berbuat baiklah) kepada kedua
orang tuamu (ibu dan bapaknya), ibu yang telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. bersyukurlah kepada-ku dan kedua ibu bapakmu, hanya kepadakulah
kembalimu. "(QS.luqman ayat 14)

banyak cara untuk menunjuka rasa hormat kepada orang tua, antara
lain, memanggilnya dengan panggilan yang mennjukan hormat, berbicara
kepadanya dengan lemah lembut, tidak mengucapkan kata-kata kasar (apa
lagi jika mereka sudah lanjut usia), pamit kalau meninggalkan rumah.
(kalau tinggal se-rumah), memberi kabar tentang keadaan kita dan
menanyakan kabar keduanya lewat surat atau telpon (bila tidak tinggal se-
rumah)

3.) Membantu orang tua baik secara fisik atau materil, mengerjakan
pekerjaan orang tua (terutama ibu) mengerjakan pekerjaan rumah jika
sebelu berkeluarga, atau secara finansial, baik untuk membeli makanan,
apalagi untu berobat Rasulullah saw menjelaskan bahwa, betapapun
banyaknya kau mengeluarkan uang untuk membantu orang tuamu tidak
sebanding, dengan jasanya kepadamu.

4.) Mendo'akan ibu dan bapak semoga di beri ampunan, rahmat dan kasih
sayang oleh Allah swt, seperti yang terdapat dalam Al- Qur'an do'a Nabi
nuh memintakan keampunan untuk orang tuanya dan perintah kepada setiap
anak untuk memohonkan rahmat Allah bagi orang tuanya.

5.) setelah orang tua meninggal dunia, birrul walidain masih bisa diteruskan
dengan cara antara lain:
a) menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya.
b) melunasi hutang-hutangnya.
c) melaksanakan wasiatnya.
d) meneruskan silaturrahim yang di binanya di waktu hidup
e) memuliakan sahabat-sahabatnya
f) mendoakanya

c.) Uququl walidain

Seperti yang sudah di jelaskan di atas bahwa ALLAH SWT menempatkan


perintah untuk birrud walidain langsung sesudah perintah untuk beribadah kepada-
Nya, maka sebaliknya ALLAH SWT menempatkan uququl walidain sebagai dosa-
dosa besar ranking kedua sesudah syirik.
Uququl walidain artinya mendurhakai kedua orang tua, istilah inipun berasal
langsung dari rosulullah saw sebagaimana di sebutkan dalam salah satu hadistnya
"dosa-dosa besar adalah: memper sekutukan allah. Durhaka kepada kedua orang
tua, membunuh orang dan sumpah palsu." (HR.Bukhari)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena
mereka lah anak mula-mula menerima pendidikan-pendidikan serta anak
mampu menghayati suasana kehidupan religius dalam kehidupan keluarga
yang akan berpengaruh dalam perilakunya sehari-hari yang merupakan hasil
dari bimbingan orang tuanya, agar menjadi anak yang berakhlak mulia, budi
pekerti yang luhur yang berguna bagi dirinya demi masa depan keluarga
agama, bangsa dan negara.
B. Saran
Setelah memahami makalah ini, maka sebaiknya kita mempelajari
sumber-sumber hukum Islam, dalil-dalil yang shahih yang menunjukkan
kepada kita hukum Allah swt, apa syarat-syarat ijtihad, dan bagaimana
metode berijtihad yang benar sesuai batasan-batasan syariat. Kemudian
mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai