Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KIAT-KIAT/KRITERIA MENJADI ISTRI IDAMAN

“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas individu pada mata pelajaran
Fiqih Nikah dengan pembimbing Ustadz Saifudin hafidzahullah.”

Disusun Oleh :
Nama : Lulu Nur Aini
Kelas : XII [Banat]

MA’HAD AL-FARUQ KARANG LEWAS PURWOKERTO


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Sesungguhnya segala puji hanyalah untuk Allah, kita memuji-Nya,


memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, dan kita berlindung kepada
Allah dari kejelekan jiwa-jiwa kita dan dari keburukan amalan-amalan kita.
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang
bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan maka tidak ada seorangpun
yang mampu memberikan petunjuk kepadanya. Aku bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang haq selain Allah satu-satunya yang tiada sekutu bagi-Nya, dan
aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang
telah memberikan banyak karunia dan rahma-Nya yang begitu besar sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul kiat-kiat atau kriteria menjadi
istri idaman.
Penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Asatidz,
keluarga, saudara dan teman-teman yang memberikan dukungan dan membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangannya oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penulis sangat berharap saran dan kritik dari para pembaca.

Ajibarang, Januari 2023

Lulu Nur Aini


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perkawinan merupakan ikatan suci dari dua insan yang saling mencintai dan
mengharapkan kebahagiaan yang kekal dalam menjalani kehidupan rumah
tangganya dan juga menyempurnakan separuh agama. Namun, dalam
menjalankannya sangatlah tidak mudah, karena dalam membangun rumah tangga
akan banyak ujian dan cobaan yang menghalangi terwujudnya keluarga yang
bahagia dan harmonis. Maka dengan itu penting seorang wanita mengetahui akan
kiat-kiat atau kriteria menjadi istri idaman.

Allah ta’ala menciptakan manusia berpasang-pasangan dan menjadikan


antara keduanya cinta dan kasih sayang, sebagaimana dalam firman-Nya :

Artinya : Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk


kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan perasaan cinta dan kasih sayang diantara
kalian. Sesungguhnya yang pada demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir”. (QS Ar-Rum ayat 21)

Dalam pandangan islam, pernikahan itu bukanlah hanya urusan perdata


semata, bukan pula sekedar urusan keluarga dan dunia saja, tetapi masalah agama
yang oleh karena itu pernikahan dilakukan untuk menjalankan sunnah yang
dicontohkan oleh nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan untuk
menyempurnakan separuh agama.

Dalam kehidupan rumah tangga suami istri harusnya saling melengkapi


satu sama lain dan memenuhi kebutuhan lahir maupun batin, namun ketika semua
yang diharapkan tidak juga tercapai dalam kehidupan rumah tangga tersebut dapat
timbul perkara yang seharusnya tidak dikehendaki. Lalu bagaimana kiat-kiat atau
kriteria menjadi istri idaman? Berikut penjelasannya.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Kiat-kiat atau kriteria menjadi istri idaman:

A. Wanita yang shalihah

Agama Islam telah memberikan aturan-aturan yang berkenaan dengan


diri wanita, bahkan dalam Al Qur’an ada surat yang khusus dinamakan An
Nisa’ (artinya wanita). Dalam surat tersebut banyak dibicarakan hal-hal yang
berkaitan dengan wanita, di antaranya adalah konsep wanita shalihah. Hal ini
menunjukkan bahwa Al Qur’an juga memperhatikan atau bisa dikatakan
mengakui kedudukan wanita dalam kehidupan ini bahkan memperkuat jati
dirinya dengan memberikan aturan-aturan yang khas baginya sesuai dengan
kodratnya. Dengan konsep tersebut para wanita diharapkan dapat
mengikutinya sehingga dapat mencapai derajat shalihah.

Realitas dalam kehidupan pada zaman saat ini masih menunjukkan


bahwa tidak semua wanita dikatakan shalihah, oleh karena itu untuk
menyebut seorang wanita itu shalihah diperlukan beberapa kriteria.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat An Nisa’ ayat 34 :

Artinya : Maka wanita yang shalih, ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka). (QS. An Nisa’: 34)
Dalam ayat tersebut telah disebutkan bahwa sifat-sifat wanita shalihah
adalah ‘qanitat’ dan ‘hafidzat lil ghaib’. Untuk lebih jelasnya, penulis akan
memaparkan sifat-sifat tersebut dalam uraian berikut.
a. Qanitat
Kata “qanitat” merupakan bentuk jama’ mu’annats dari lafadz
“qanit” yang berarti “yang merendahkan diri kepada Allah”, “yang taat”,
“yang tunduk”. Ayat 34 surat An Nisa’ memuat peraturan hidup bersuami
istri, sehingga kata “qanitat” yang ada di dalamnya banyak diartikan taat
kepada suami.
Taat artinya menurut perintah yang benar dan baik serta tidak
berlawanan dengan perintah agama. Tidak dinamakan taat kalau menurut
perintah yang tidak benar serta berlawanan dengan perintah agama. Taat
kepada suami maksudnya mendahulukan segala perintahnya dari pada
keperluan diri sendiri atau yang lainnya.
b. Hafidzat lil Ghaib
“Hafidzat lil Ghaib” artinya wanita-wanita yang memelihara diri di
belakang suaminya. Menurut penjelasan dalam tafsir Al Maraghi, “bima
hafidzallah” berarti disebabkan Allah memerintahkan supaya
memeliharanya, lalu mereka mentaati-Nya dan tidak mentaati hawa nafsu.
Dalam ayat ini terdapat nasihat yang sangat agung dan penghalang bagi
kaum wanita untuk menyebarkan rahasia-rahasia suami istri. Demikian
pula kaum wanita wajib memelihara harta kaum lelaki dan hal-hal yang
berhubungan dengan itu dari kehilangan.
Yang sangat penting dipelihara oleh seorang perempuan ialah
rahasianya yang terjadi dengan suaminya, yang tidak patut diketahui oleh
orang lain. Sebagaimana si suami wajib memelihara rahasia itu maka istri
pun demikian juga. Penjelasan tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah :
“Dan ia (wanita yang baik) tidak mengingkari suaminya dengan sesuatu
yang dibencinya dalam (menjaga) diri dan hartanya”.

B. Wanita yang baik agama dan akhlaknya


Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Wanita itu dinikahi karena 4 hal : karena hartanya, status sosial ditengah
masyarakat (kedudukannya), cantiknya, dan agaamanya. Maka pilihlah
karena agamanya niscaya kamu beruntung”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Wanita shalihah yang baik agamanya adalah yang tunduk dan taat
kepada allah dalam menjalankan segala perintah-Nya, menjalankan hak-
hak dan kepemimpinan rumah tangga, serta yang baik ibadahnya dan
ketaatannya kepada allah.

C. Wanita yang penyayang, subur dan lemah lembut


Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Nikahilah seorang wanita yang penyayang lagi subur karena aku akan
bangga dengan jumlah kalian yang banyak”.
Selain itu, wanita yang penyayang dan lemah lembut akan menjadikan
suami tambah mencintainya dan rumah tangganya pun akan harmonis.

D. Wanita yang enak ketika dipandang


Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
“Sebaik-baik wanita ialah yang apabila kamu melihatnya membuatmu
senang, apabila kamu perintah ia mentaatimu dan apabila kamu tidak ada
ia menjaga dirinya dan hartamu”. Abu Hurairah berkata : Lalu beliau
membacakan ayat ("Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita)
sampai akhir hayat. Nabi berkata kepada Umar : “Ketahuilah aku akan
kabarkan sebaik-baik simpanan seseorang yaitu istri shalihah yang apabila
suaminya memerintah ia mentaatinya dan apabila suaminya tidak ada ia
menjaga hak suaminya (yaitu harta suami dan dirinya)”. [HR Abu Daud]

E. Wanita yang taat kepada suami dalam perkara yang bukan maksiat

Taat dan patuh disini memiliki arti bahwa seorang istri hendaknya
mengikuti apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh suami
selama suruhan dan larangannya tidak bertentangan dengan syariat agama
islam. Ketaatan seorang istri terhadap suami akan menjadikan suami selalu
sayang dan cinta kepadanya serta dapat mengangkat derajatnya diamata
sang suami.

Rumah tangga itu memiliki misi yang mulia, salah satunya adalah
mempersiapkan generasi. Sebuah misi besar yang tidak mungkin dicapai
kecuali dengan proses yang terencana. Itulah mengapa kehidupan berumah
tangga mengisyaratkan adanya bentuk institusi dalam mengelolanya, ada
pemimpin dan ada juga yang dipimpin. Yang dipimpin hendaknya harus
patuh pada yang memimpin, yang dipimpin dalam rumah tangga adalah
seorang istri dan yang memimpin adalah seorang suami. Jadi seorang istri
harus patuh pada suaminya selaku pemimpin dalam rumah tangga. Parameter
kepatuhan seorang istri pada suaminya adalah jika perasaan suami telah ridha
terhadap istrinya.

Dan Seorang istri wajib untuk patuh kepada perintah suaminya apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Perintah yang dikeluarkan suami termasuk hal-hal yang ada
hubungannya dengan kehidupan rumah tangga.
b. Perintah yang dikeluarkan harus dejalan dengan ketentuan syari’at
Agama Islam. Apabila suami memerintahkan istri untuk
menjalankan hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan syari’at,
perintah itu tidak boleh ditaati
c. Suami memenuhi kewajiban yang menjadi hak dari istri baik
bersifat kebendaan maupun yang bersifat bukan kebendaan.

F. Membantu suami dan mendorongnya untuk selalu berbakti kepada


kedua orang tuanya.

Seorang istri yang sholehah, yaitu seorang istri yang terus membantu
suaminya untuk terus berbuat baik kepada orang tuanya, khususnya kepada
ibunya. Ini merupakan salah satu bentuk ketaatan istri kepada suaminya.
Seorang istri cerdas yang sholehah sangat paham, bahwa seseorang yang
paling berhak untuk berihsan kepadanya yaitu sang ibu. Maka ia akan
selalu cekatan dan tangkas, membantu suaminya untuk melakukannya
tidak ada kecemburuan sama sekali untuk melarangnya. Jika ia dapat
melakukannya, niscaya rasa cinta dan sayang selalu tumbuh dan
berkembang di hati suami untuk sang istri.

G. Tidak menyebarkan rahasia dan aib suaminya.

Istri yang shalehah tidak akan pernah menceritakan atau


membeberkan keburukan atau kekurangan suami karena itu merupakan aib
suami. Istri shalehah juga tidak akan pernah menceritakan perihal
hubungan intim mereka kepada orang lain. Sebagaimana dalam sebuah
hadist diceritakan sebagai berikut: Asma binti Yazid radhiyallahu ‘anha
menceritakan bahwasanya ia pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam ketika kaum lelaki dan wanita juga sedang duduk.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam kemudian bertanya; “Barangkali
ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan
istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang
mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya?” Maka semua
orang yang ada di sana diam, tidak menjawab. Kemudian Asma binti
Yazid radhiyallahu anha menjawab; “Demi Allah! Wahai Rasulullah,
sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian
pula mereka (para suami).” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun
bersabda: “Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti
syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian
digaulinya sementara manusia menontonnya.” (HR. Ahmad).

Rasulullah juga bersabda yang artinya:


“Orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari
qiyamat, yaitu seseorang yang mendatangi istrinya, dan istrinya pun
datang kepadanya, lalu ia menyebarkan rahasia (apa yang telah terjadi
diantara keduanya)” (HR.Muslim).

Termasuk salah satu wasiat yang diberikan oleh orang-orang arab


ketika anaknya hendak menikah yaitu wasiat dalam hal menjaga rahasia
dalam rumah tangga. Mengingat wasiat ini sangat penting sekali, demi
menjaga keutuhan rumah tangga.

H. Mengingatkan dan menyemangati suami untuk melakukan ketaatan

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam


bersabda :
“Allah merahmati seorang suami bangun untuk shalat dimalam hari,
lalu ia membangunkan istrinya untuk shalat, jika ia enggan maka ia
memercikan air diwajahnya, dan allah merahmati seorang istri yang
bangun untuk shalat dimalam hari lalu ia membangunkan suaminya untuk
shalat, jika ia enggan maka ia memercikann air ke wajahnya”. (HR Abu
Daud, An-Nasai, Ibnu Majjah dan Ahmad).
Sifat lain yang harus dimiliki seorang istri sholehah sehingga ia
dapat menjadi perhiasan terindah, yaitu ia senantiasa mengingatkan
suaminya untuk melakukan berbagai macam ketaatan kepada Allah,
menyemangatinya dan selalu memotivasinya, baik dalam hal-hal yang
bersifat fardhu ataupun hal-hal yang bersifat sunnah. Ketika berada di
rumah, terdengar lantunan adzan sayup-sayup, melihat suami yang sedang
tidur karena lelahnya seharian bekerja, dengan kasih sayang ia bangunkan,
dan ia semangati untuk pergi ke masjid berjama‟ah menggapai rahmat-
Nya. Kasih sayangnya tidak malah menjerumuskannya dan
membiarkannya tertidur sehingga berlalu waktu keemasaan berdua-duaan
dengan Allah Sang Kekasih.

Biduk rumah tangga harus dipenuhi dengan cinta dan menasehati


karena Allah, hingga ia akan selamat di dunia dan akhirat. Betapa
romantisnya, keduanya saling bersinergi untuk berlomba-lomba dalam
ketaatan kepada Allah, dan saling menyemangati.

I. Istri yang suka bersedekah dan menyemangati suami untuk


melakukannya

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:


“Wahai para wanita ,bersedekahlah ,sungguh aku melihat kalian
adalah yang paling banyak akan menjadi penghuni neraka”.Maka (para
wanita)bertanya : “Mengapa begitu wahai Rasulullah?”. Beliau
menjawab: “Kalian banyak melaknat dan mengingkari pemberian suami.
Tidaklah aku melihat orang yang lebih kurang akal dan agamanya
melebihi seseorang diantara kalian,wahai para wanita.”
[Muttafaqun ‘alaih].

Istri yang shalihah adalah istri yang cerdas dan dermawan. Istri
yang tahu dan sadar bahwa harta yang dititipkan kepadanya adalah
semata-mata titipan dari Allah. Ia tidak rakus dan mengambil semua
demi pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang sifatnya hanya
kebutuhan pelengkap. Ia pandai mengatur harta suaminya,tidak boros,
pandai berhemat sehingga ada yang disisihkan sebagian hartanya yang
didermakan dijalan Allah.

J. Melaksanakan kewajiban sebagai istri dan menunaikan hak suami

Hak-hak suami atas istri diantaranya :

a. Menjaga rahasia suami dan tidak menyebarkannya kepada seorang


pun
b. Wajib untuk mentaatinya dalam hal yang ma’ruf
c. Membolehkan menghubungkan suaminya jika suami mengajaknya ke
ranjang
d. Menjaga rumah,harta,dan anak-anak suami dan mentarbiyyah mereka
denggan baik
e. Mempergauli suami dengan cara yang ma’ruf dan tidak menyakitinya
baik secara lisan maupun perbuatan.

Adapun kewajiban istri adalah sebagai berikut:

a. Seorang istri harus mengatur urusan rumah tangga dan


mempersiapkan kebutuhan hidup sehari-hari sudah menjadi rahasia
umum bahwa istri mempunyai kewajiban mengatur urusan rumah
tangga dan mempersiapkan kebutuhan hidup sehari-hari, seperti
mengatur keuangan rumah tangga, menyiapkan makanan untuk anak
dan suaminya, serta yang lainya.
b. Berkewajiban menjaga kehormatan dan ridha suami suami merupakan
surga dan sekaligus juga neraka bagi istri, untuk itulah istri harus
menjaga kehormatan dan ridha suami.
c. Wajib taat dan patuh kepada suami secara mutlak seorang istri wajib
taat kepada suaminya terhadap segala yang diperintahkannya, asalkan
tidak termasuk perbuatan durhaka kepada Allah. Sebab memang tidak
ada alasan sama sekali bagi makhluk untuk taat kepada sesama
makhluk dalam berbuat durhaka kepada Allah. Setiap istri yang taat
kepada suaminya yang mukmin, ia akan masuk ke surga insyaallah.
d. Membantu suami bertakwa dan taat kepada Allah. Seorang istri wajib
membantu suaminya untuk taat kepada Allah, dan memberinya
nasehat demi mencari keridhaan Allah.
e. Setia dan ikhlas kepada suami. Setia adalah bukti keikhlasan dan cinta
sejati. Seorang istri yang sholehah akan selalu ikhlas kepada suaminya
dan menjaga perasaannya. Ia tidak mau membebani suaminya dengan
tuntutan-tuntutannya. Ia rela menghadapi kesulitan dengan sabar dan
ridha. Jika ia kaya, ia mau membantu suaminya yang miskin.

K. Tidak keluar rumah tanpa izin dari suami

Ketika seorang istri hendak keluar rumah, maka ia harus


mendapatkan izin dari suaminya, karena kerelaan suami dalam hal ini
sangat diperhatikan, namun yang dimaksud izin dari suami tentunya tidak
bermakna teknis bahwasannya setiap kali keluar rumah seorang istri
harus menunggu izin dari suaminya lebih dulu. Izin dalam hal ini
dimaknai sebagai hal prinsip, yaitu suami dan juga istri bisa saling
menyepakati bersama dalam kondisi seperti apa dan dengan maksud apa
seorang istri bisa keluar rumah.
Dengan kesepakatan ini seorang istri telah mendapatkan izin dari
suaminya untuk keluar rumah dalam urusan-urusan yang memang
mengharuskannya keluar rumah. namun perlu digaris bawahi,
bahwasannya ada yang perlu dijauhi seorang istri, yaitu kelua rumah
untuk tujuan yang tidak jelas, iseng atau bahkan untuk suatu aktifitas
yang bisa dikategorikan sebagai kemaksiatan.

L. Tidak melakukan kegiatan yang dibenci suaminya

Seorang istri yang solehah hendaknya harus selalu memelihara


kehormatan dirinya, baik disaat suaminya ada disampingnya ataupun
tidak. Karena seorang suami tidak tahu apa yang seorang stri lakuukan
dibelakang suaminya maka Allah selalu mengetahui apa yang seorang
istri lakukan karena Allah tidak pernah tidur.

Rumah merupakan tempat dimana seorang suami dan istri


melakukan aktifitas khusus yang mana aktifitas itu tidak mungkin dapat
dilakukan ditempat lain. Itulah sebabnya mengapa Islam sangat
menghargai dan menghormati tempat itu. Rumah itu ibarat aurat bagi
pasangan suami istri, karena rumah adalah tempat privasi kehidupan
suami istri yang harus dijaga kehormatannya dan dilindungi agar tidak
ternoda.

Untuk menjaga kehormatan tersebut agar tidak ternoda maka


hendaknya seorang istri senantiasa melakukan hal-hal yang disenangi
oleh suaminya dan juga tidak memasukkan seorang laki-laki yang bkan
mahromnya kedalam rumah tanpa izin dari suaminya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Seorang wanita tidaklah cukup hanya menjadi wanita wanita sholihah,


akan tetapi juga harus mampu menjadi istri idaman suami yakni harus dapat
menjadi istri yang sholihah. Dan beberapa kriteria model istri sehingga menjadi
Istri sholehah yang akan menjadikan dunia penuh dengan keindahan, karena
memang seorang istri sholehah ibarat perhiasan terindah dan merupakan istri
idaman suami, beberapa kriteria tersebut adalah :
1. Wanita yang shalihah
2. Wanita yang baik agama dan akhlaknya
3. Wanita yang penyayang, subur, dan lemah lembut
4. Wanita yang enak ketika dipandang
5. Wanita yang taat kepada suami dalam perkara yang bukan maksiat
6. Membantu suami dan mendorongnya untuk selalu berbakti kepada ke dua
orang tuanya
7. Tidak keluar rumah tanpa izin suami
8. Tidak melakukan kegiatan yang dibenci suami

B. SARAN DAN PESAN

Menjadi istri idaman adalah salah satu harapan seorang wanita, maka
dengan itu seyoyagnya sebagai wanita yang baik dan shalihah untuk senantiasa
berusaha menjadi lebih baik dan melakukan sebab-sebab yang mengantarnya
supaya menjadi istri idaman. Sehingga perkara ini sangat penting untuk
diperhatikan oleh setiap wanita, jika ingin menjadi istri idaman dan menjadikan
rumah tangganya penuh dengan kebahagiaan dan keharmonisan. Dengan itu,
terciptalah keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah sebagaimana tujuan
dari pernikahan itu sendiri.

Dengan selesainya makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini


jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran dari
Asatidz dan penulis juga ucapkan jazakumullahu khair kepada Asatidz yang
telah mengajarkan dan menyampaikan ilmunya selama ini.
DAFTAR PUSTAKA

Kitab Fiqhul Muyassar

Karateristik Istri yang Shalihah-pdf

https://youtu.be /Gk ymyy8j-F4, kriteria istri idaman

https://youtu.be /jih2532PB3Q, Kriteria calon istri idaman

https://Muslim or.id-kiat-menjadi-istri-idaman.

Lanjah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Badan Litbang Dan Diklat, Kementrian


Agama RI, Kedudukan Dan Peran Perempuan, Jakarta: Aku Bisa,
Cet. II, 2012.

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Pustaka Agung


Harapan, 2006.

Thalib M., Analisa wanita dalam Bimbingan Islam, Surabaya: Al Ikhlas, 1996.

Nasa’I Imam, Nasa’I Sunan Juz V, Beirut: Dar al Ma’rifah, 1993.

Ariwidodo, Eko, Kontribusi pekerja perempuan pesisir sector rumput laut di


Bluto Kabupaten Sumenep, Nuansa, Vol. 13 No. 2 Juli – Desember
2016.

Takariawan Cahyadi, Keakhwatan 1, Surakarta : PT.Era Adicitra Intermedia, Cet .


II, 2011.

Aziz Mhammad Azzam Abdul dan Wahab Sayyed Hawwas Abdul, al-Usrotu Wa
Ahkamuha Fi Tasyri’I al-Islam, Ter. Abdul Majid Khon, Fiqh
Munakahat, Jakarta : Amzah, Cet.III, 2014.

Buletin Bulanan “Al-Husna”, Mar’ah Sholihah, Edisi I, May 2012.

Selamat, Kasmuri, Suami Idaman Istri Impian, .Membina Keluarga Sakinah.,


(Jakarta: Kalam Mulia, 2007), Cet. Ke-6. Shihab, Quraish, M, Tafsir
alMisbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran, (Jakarta: Lentera
Hati, 2007), Cet. Ke-X.

Abdulloh, Fathi, .Adil, Menjadi Suami Tercinta, Terj. Bukhori Abu Syauqi,
(Pasuruan: Hilal Pustaka, 2007). Cet. Ke-1.

Anda mungkin juga menyukai